Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan

pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan penulisan makalah yang berjudul

‘PENGATURAN LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN’Makalah ini di

buat agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "lingkungan tumbuh tanaman

budidaya", Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas

kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Pembuat juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang

membangun,Terima kasih. Wassalam mualaikum wr. Wb.

Medan 21

oktober 2019.

Penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Selain di pengaruhi oleh factor tanah produktivitas pertanian juga di

pengaruhi oleh cuaca dan iklim.Unsur-unsur yang termasuk dari cuaca dan iklim

ialah unsur yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan yaitu; kelembapan,

intensitas cahaya, curah hujan, dan temperature suhu. Untuk memhasilkan

produksi pertanian, kita perlu mengamati segala sesuatu yang terjadi di sekitar

lahan pertanian untuk mengkontrol pertumbuhan suatu tumbuhan atau tanaman.

Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu

perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman,

tahunan, maupun siklus beberapa tahun. Aktivitas manusia menyebabkan pola

iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal.

Kondisi iklim suatu lokasi saling berpengaruh dengan lokasi lainnya.

Untuk menghasilkan data iklim dan menganalisa resiko iklim yang efektif dan

akurat. Data iklim sangat di butuhkan mengidentifikasi kemampuan suatu wilayah

untuk pengembangan pertanian. Data iklim yang jelas akan membuka kejelasan

gejala cuaca dan iklim di suatu daerah atau lingkungan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. IKLIM

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang

untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam

klimatologi.

Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi

tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi

menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain.

Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.

Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis khatulistiwa

dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara umum akibat perbedaan

dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan tropika (23,5°LU-23,5°LS),

subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-40°LS), sedang (40°LU-66,5°LU dan

40°LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS).

Unsur-unsur Iklim dan Penjelasannya

· Suhu Udara.

Matahari adalah sumber panas utama bagi bumi dan atmosfernya. Namun,

panas matahari yang sampai ke permukaan bumi berbeda-beda di setiap tempat.

Hal ini menyebabkan suhu udara di setiap tempat berbeda-beda pula.

-Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan suhu udara, antara lain sebagai

berikut:
o Sudut Datang Sinar Matahari

Kita tentu sudah mengetahui bahwa bumi itu berbentuk bulat. Dalam

bentuk yang demikian sudut datang sinar matahari ke setiap daerah di bumi tidak

sama karena terkait dengan letak lintang suatu wilayah. Sudut datang sinar

matahari di wilayah yang berbeda di lintang rendah lebih besar daripada di

wilayah yang berada di lintang tinggi. Oleh karena itu, di daerah khatulistiwa

suhunya lebih tinggi daripada di daerah subtropis dan kutub. Sudut datang sinar

matahari adalah sudut yang dibentuk oleh arah datangnya sinar matahari pada

permukaan bumi.

Berdasarkan hasil pengamatan, fluktuasi suhu tahunan berbeda-beda

antara daerah yang satu dengan yang lain. Karena suhu udara berkaitan dengan

lintang bumi, fluktuasi suhu udara di permukaan bumi dapat dibedakan menjadi

tiga pola sebagai berikut:

Pola KhatulistiwaFluktuasi temperatur tahunan di daerah khatulistiwa itu

kecil, lebih kecil daripada fluktuasi temperatur harian. Pola khatulstiwa

mempunyai dua maksimum dan dua minimum, yaitu poda saat matahari berada di

atas suatu daerah dan pada saat berada di garis balik.Pola Daerah SedangFluktuasi

temperatur tahunan di daerah ini besar, lebih besar daripada fluktuasi temperatur

harian.

Fluktuasi temperatur ini akan lebih besar jika suatu daerah terletak di tengah

benua dan akan lebih kecil jika berdekatan dengan laut. Dalam pola ini ada satu

maksimum dan satu minimum. Pola Daerah KutubFluktuasi temperatur tahunan di


wilayah kutub sangat besar. Pola ini hanya mempunyai satu maksimum dan satu

minimum.

o Lama Penyinaran Matahari

Lamanya penyinaran matahari di khatulistiwa sebenarnya diukur selama 12

jam sejak matahari terbit hingga terbenam. Namun, dengan adanya faktor

penghalang misalnya pohon dan bangunan tinggi, pengukuran tersebut sulit untuk

dilakukan.

Oleh karena itu, di Indonesia lamanya penyinaran matahari diukur selama 8 jam

mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00.

Lamanya penyinaran matahari biasanya dinyatakan dalam satuan jam dan

persen (%). Dengan demikian lamanya penyinaran matahari = 100% jika matahari

menyinari suatu daerah selama 8 jam dan berarti di daerah tersebut langit cerah

atau tidak tertutup awan.

Lamanya penyinaran matahari diukur dengan menggunakan alat Campbell

Stokes/Heliograf. Campbell S tokes/Heliograf dipasang dengan ketinggian 125 cm

di atas permukaan tanah. Campbell Stokes/Heliograf terdiri atas bola gekas padat

dengan diameter 4 inchi (10,1 cm) yang dipasang di dalam bidang lengkung.

Dengan demikian sinar matahari dapat dikumpulkan pada satu titik. Sinar

itu akan membakar kertas pias yang dipasang pada alat tersebut sehingga

membentuk tanda yang menunjukkan lamanya penyinaran matahari.

· Ketinggian Tempat
Kita tentu pernah merasakan perbedaan suhu udara di daerah dataran rendah

dengan daerah dataran tinggi atau pegunungan. Suhu udara di daerah dataran

rendah lebih tinggi daripada di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Keadaan

tersebut sesuai dengan karakteristik atmosfer, terutama pada lapisan troposfer,

yaitu setiap kenaikan 100 meter suhu udaranya turun 0,5 °C.

· Kejernihan Atmosfer

Kejernihan atmosfer mempengaruhi besarnya panas matahari yang sampai ke

permukaan bumi. Hal ini disebabkan gas-gas di dalam atmosfer berpengaruh

terhadap pemantulan dan penghamburan sinar matahari. Di daerah yang

atmosfernya kotor hanya menerima panas secara langsung dalam jumlah sedikit,

sedangkan di daerah yang tidak berawan akan menerima panas secara langsung

dalam jumlah yang banyak.

· Jarak Ke Laut

Suatu tempat yang dekat dengan laut atau danau suhu udara rata-rata

hariannya tinggi, sedangkan tempat yang jauh dengan laut atau danau suhu udara

rata-rata hariannya rendah keadaan tersebut dipengaruhi oleh sifat air dan tanah

(daratan) dalam menerima panas. Air lebih lambat menerima dan melepaskan

panas, sedangkan daratan lebih cepat dalam menerima dan melepaskan panas.

Pengukuran suhu udara pada saat tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan

termometer, sedangkan suhu rata-rata harian diukur selama satu hari (siang dan

malam) dengan thermometer/termograf. Jasil pencatatannya disebut termogram.

· Tekanan Udara
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara setiap satuan luas bidang

datar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer. Makin tingi suatu tempat

makin rendah tingkat kerapatan udaranya. Oleh karena itu, tekanan udara makin

ke atas makin rendah. Sebaran tekanan udara suatu daerah dapat digambarkan

dalam tampilan peta yang ditunjukan oleh garis isobar. Isobar adalah garis yang

menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara yang sama pada

saat yang sama pula.

· Angin

Arah AnginAngin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan

tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Adapun penyebab

perbedaan tekanan udara adalah intensitas panas matahari. Udara yng terkena

panas matahari akan mengambang sehingga tekanan udara menjadi rendah,

sedangkan daerah yang tidak mendapat sinar matahari tekanan udaranya tinggi.

Oleh karena itu, udara bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi

menuju daerah yang bertekanan udara rendah.Di permukaan bumi daerah yang

mempunyai tekanan udara rendah adalah di daerah khatulitiwa karena selalu

mendapatkan sinar matahari. Adapun di daerah kutub utara dan kutub selatan

tekanan udaranya lebih tinggi. Oleh karena itu, aliran udara bergerak dari daerah

kutub menuju khatulistiwa.

Hubungan antara tekanan udara dengan arah angin dinyatakan dalam

Hukum Boys Ballot “Bahwa udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke

daerah yang bertekanan rendah”.Arah angin akan membelok ke kanan di Belahan

Bumi Utara (BBU) dan membelok ke kiri di Belahan Bumi Selatan


(BBS).Kecepatan Angin Besar kecilnya kecepatan angin ditentukan oleh faktor-

faktor sebagai berikuK

o Besar kecilnya gaya gradien barometrik.

Gaya gradien barometrik adalah besarnya perbedaan tekanan udara antara 2 isobar

yang berjarak 11 km dan dinyatakan dalam milibar (mb). Makin besar perbedaan

tekanan udara tersebut, maka akan makin cepat angin itu bergerak.

· Kelembaban Udara

Kelembapan udara digunakan untuk menyatakan banyaknya kandungan uap air di

dalam udara. Sebenarnya jumlah uap air di dalam udara hanya sekitar 2 % dari

massa atmosfer. Akan tetapi, uap air merupakan komponen utama yang sangat

penting dari segi cuaca dan iklim.

Hal itu disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

o Besarnya uap air merupakan potensi terjadinya hujan (presipitasi)

Uap air mempunyai sifat meresap radiasi sehingga menentukan cepatnya

kehilangan panas.

Dengan demikian uap air ikut mengatur temperatur.Makin besar uap air di dalam

udara, makin besar jumlah energi potensial yang tersedia di dalam atmosfer dan

merupakan sumber atau awal terjadinya hujan angin ((storm = badai).Kandungan

uap air di udara dapat dinyatakan delam dua cara, yaitu kelembapan relatif dan

kelembapan absolut.

o Kelembaban Relatif
o Kelembapan relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air yang

terkandung udara dan jumlah uap air maksimum (jenuh) di dalam udara pada

temperatur dan tekanan udara yang sama

o Curah Hujan (Rainfall)

Curah hujan adalah partikel hydrometeor yang jatuh dari atmosfer yang sampai

ke permukaan bumi dalam bentuk air, salju ataupun es Satuan yang dipakai untuk

curah hujan adalah milimeter (mm)Curah Hujan 1 mm?“Air hujan yang yang

tertampung (tidak Menguap, Mengalir, dan Meresap) pada suatu wilayah dengan

luasan 1 m² pada tempat yang datar dengan tinggi air 1 mm atau tertampung air

sebanyak 1 liter”

Klasifikasi Iklim dan Penjelasannya

- Klasifikasi iklim menurut Mohr

Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah

hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun

waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan

>100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60

mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan

- Klafikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson

Membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada tiap bulan yang

dirumuskan sebagai berikut : 3. Iklim Schmidt dan Ferguson Tipe hujan Rasio Q

Klasf iklim A 0 ≤ Q < 0,143 sangat basah B 0,143 ≤ Q < 0,333 basah C 0,333 ≤ Q
< 0,6 agak basah D 0,6 ≤ Q < 1,0 sedang E 1,0 ≤ Q < 1,67 agak kering F 1,67 ≤ Q

< 3,0 kering G 3,0 ≤ Q < 7,0 sangat kering H Q ≥ 7,0 luar biasa kering Rata-rata

bulan kering Q = Rata-rata bulan basah

- Klafikasi iklim menurut Oldemam

Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu : Iklim A. Iklim yang

memiliki bulan basah > 9 kali berturut-turut Iklim B. Iklim yang memiliki bulan

basah 7-9 kali berturut-turut Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali

berturut-turut Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut

berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketentuan tertentu diurutkan

sebagai berikut: a.Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm b.Bulan

lembab bila curah hujan 100 – 200 mm c.Bulan kering bila curah hujan kurang

dari 100 mm 4. Iklim Oldeman

- Klasifikasi iklim menurut Koppen

Klasifikasi iklim Koppen adalah salah satu istem klassifikasi iklim yang

paling banyak digunakan secara luas.Sistem ini dikembangkan oleh Wladimir

Köppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar tahun 1884 (dengan beberapa

perubahan oleh Köppen, tahun 1918 dan 1936). Kemudian, seorang ahli iklim

Jerman yang bernama Rudolf Geiger bekerjasama dengan Köppen untuk merubah

sistem klasifikasi, sehingga sistem ini terkadang disebut sebagai sistem klasifikasi

Koppen–Geiger .Sistem klasifikasi ini didasarkan pada konsep bahwa tanaman

adalah ekspresi terbaik iklim; dan, lingkaran zona iklim telah dipilih dengan

distribusi tanaman. Menggabungkan temperatur dan kelembaban rata-rata bulanan

dan tahunan, dan kelembabanmusiman.


- Klasifikasi Iklim Menurut Thornthwaite

Kenyatakan bahwa tujuanklasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian

ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama

presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan

tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.Indonesia

adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani,

Oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada

pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu

udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan

ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan

budidaya pertanian khususnya budidaya padi.

Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat

(altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin

tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut.

Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat.

Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan

gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut

Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang

dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim

kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih

suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian.
Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu

di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.

Pengaruh Iklim/Unsur Iklim Terhadap Tanaman Budidaya

Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau

dikatakan iklim adalah merupakan rata-rata cuaca. Iklim merupakan faktor

produksi tanaman yang penting, tetapi sangat sulit dikendalikan sehingga resiko

produksi tanaman yang ditimbulkan oleh iklim kadang-kadang relatif tinggi.

Untuk memperkecil risiko tersebut, beberapa gatra (aspek) seperti penyesuaian

terhadap iklim, substitusi unsur-unsur iklim, modifikasi iklim dan prakiraan

musim perlu dipahami.

Pertanian maju pada waktu yang akan datang harus melaksanakan

berbagai gatra tadi bersama-sama karena kemungkinan tidak ada lagi lahan yang

iklimnya benar-benar sesuai untuk suatu tanaman. Iklim mempengaruhi berbagai

aspek kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh

karena itu, pengetahuan tentang iklim sangat dibutuhkan. Dalam kehidupan

sehari-hari, iklim akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk

dibudidayakan pada suatu kawasan. Penjadwalan budidaya pertanian dan teknik

budidaya yang dilakukan petani, pengetahuan tentang iklim penting artinya dalam

sektor pertanian.

Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca, terutama

pengaruh radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi, dan proses-

proses metabolisme didalam sel organ tanaman.


Fotosintesis dan respirasi adalah proses biokimia, sehingga memerlukan

katalisator sebagai proses kimia fisik. Kecepatan proses tergantung pada aktivitas

katalisator yang diatur oleh suhu. Pada kisaran suhu toleransi, semakin tinggi suhu

akan mempercepat proses dan meningkatkan produksi. Bersama-sama dengan

faktor-faktor lingkungan yang lain, iklim berpengaruh terhadap hasil tanaman

(pertanian):

TANAH + IKLIM/ CUACA + TANAMAN → HASIL TANAMAN

Kita melihat tiga faktor utama yang menentukan hasil tanaman.

Supaya hasil yang diperoleh optimum, maka ketiga faktor tersebut juga harus

dalam keadaan optimum seimbang. Jika penguasaan kita terhadap ketiga faktor

tersebut tidaklah seimbang, maka jika kita menanam modal untuk mempertinggi

produksi, hasilnya akan kurang memuaskan.

Hal ini mengingat setiap hasil usaha juga akan ditentukan oleh faktor yang berada

dalam keadaan minimum. Jadi bila dari ketiga faktor tadi, penguasaan kita

terhadap iklim masih sangat kurang, maka faktor itulah yang merupakan faktor

pembatas.

Sebagai contoh Indonesia diketahui sebagai negara tropis,sebagian besar

kawasannya ditandai oleh adanya iklim musim, yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Sebagian besar kawasannya juga masih tadah hujan.

Untuk kawasan semacam ini pada umumnya dalam musim hujan air berlimpah,

tetapi sebaliknya pada musim kemarau air tetap merupakan faktor pembatas.

Dengan hal semacam ini, negara yang dikatakan subur makmur akhirnya hanya
dapat bertanam satu kali walaupun sebenarnya alam memungkinkan untuk dapat

bertanam berulang kali dalam satu tahun.

Kalau air tersedia, mungkin kita dapat bertanam dua atau tiga kali. Sudah barang

tentu supaya kita dapat menguasai dan memanfaatkan hujan tersebut sebaik-

baiknya, sifatnya harus diketahui benar-benar.

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang peranannya dalam pertanian

seolah-olah tidak pasti. Jika terjadi kesan semacam itu sebenarnya hanya sebagai

akibat dan sifat manusia yang umumnya mudah lupa.

Peranan iklim dalam budidaya tanaman sampai saat ini jelas cukup besar.

Hampir tidak ada tanaman di alam terbuka di bumi ini yang hasilnya tidak

ditentukan oleh iklim. Pada waktu unsur-unsur iklim dalam kondisi normal,

umumnya orang lupa betapa besarnya peranan menguntungkan, biasanya hanya

diingat bahwa keberhasilan tadi semata-mata hasil jerih payah manusia.

Kebanggaan yang sebenarnya secara tidak sadar menipu diri sendiri itu

akan terlihat ketika seseorang atau mereka terkejut karena walaupun sudah

menerapkan berbagai teknologi, ternyata usaha budidaya pertanian gagal,

mungkin akibat hujan tidak datang atau datang tetapi tidak cukup, karena banjir

atau adanya night frost, angin ribut atau yang lain. Sikap seperti itu ditemukan

juga di Indonesia. Jarang sekali orang menyebutkan pengaruh cuaca.

Pada umumnya orang hanya menyebutkan peningkatan produksi budidaya

karena teknologi yang mereka gunakan. Seperti misalnya produksi naik karena

jenis unggul, pupuk, pestisida, dan lain-lain.Menyebut keberhasilan teknologi

tidak dilarang, tetapi harus adil. Jika keberhasilan semata-mata hasil jerih
payahnya, manusia juga harus bertanggung jawab jika ada kegagalan sebagai

dampak perbuatannya.

Hal ini perlu diungkapkan karena umumnya jika ada kegagalan, iklim

sangat sering dijadikan kambing hitam. Masalah yang sebenarnya adalah faktor

iklim memang merupakan faktor produksi yang sukar dikendalikan. Oleh sebab

itu, kita harus pandai mengelola supaya produksi tanaman di samping tinggi, juga

stabil atau setidaknya jika terjadi risiko karena iklim, jangan berpengaruh terlalu

besar terhadap ketersediaan produksi tanaman.

Kondisi iklim di suatu daerah, terutama penerimaan radiasi matahari,

kondisi suhu udara dan tanah akan menentukan pertumbuhan, perkembangan serta

kandungan kimiawi di organ. Dalam berbagai tulisan tentang bidang tanaman

hampir selalu disebutkan tentang iklim yang cocok untuk jenis tanaman tertentu.

Sebagai contoh tanaman tebu menghendaki curah hujan cukup, periode kering

cukup, suhu udara yang relatif tinggi, dan sebagainya. Wilayah yang keadaan

iklimnya cukup ideal untuk suatu jenis tanaman semacam itu umumnya tidak luas

dan ini pun bukannya tanpa risiko iklim. Untuk hal tersebut sering timbul

pertanyaan, mengapa meskipun iklimnya sudah ideal, masih dapat terjadi resiko

karena iklim.

Sebelum menjelaskan pertanyaan itu, perlu kiranya kita menengok

kembali pengetahuan yang sangat elementer tentang iklim. Iklim merupakan rata-

rata cuaca. Dalam harga rata-rata ini secara implisit terdapat keadaan yang

ekstrem. Misalnya jika disebutkan rata-rata jumlah bulan basah atau bulan kering,

berarti ada jumlah bulan basah atau bulan kering yang terkecil atau terbesar. Jika
seandainya suatu jenis tanaman memerlukan keadaan iklim ideal dengan empat

bulan kering berturut-turut, tetapi sewaktu-waktu bulan keringnya lebih besar atau

lebih kecil dari empat, berarti pada waktu itu tidak ideal. Keadaan yang kadang-

kadang tidak ideal inilah yang tadi disebut risiko karena iklim.

Iklim terdiri dari beberapa unsur seperti telah dijelaskan, secara

keseluruhan berperan besar dalam budidaya tanaman. Walaupun unsur itu

berpengaruh secara bersama, tetapi sampai batas tertentu dapat diketahui unsur

yang menonjol peranannya untuk suatu komoditas atau wilayah tertentu. Di

daerah tropis seperti Indonesia, unsur hujan dianggap menonjol. Khusus dalam

bidang pertanian untuk berbagai wilayah, suhu dan curah hujan dianggap paling

menonjol. Sekali lagi perlu diingat bahwa hal penonjolan ini tidak boleh

melupakan peranan unsur-unsur yang lain. Jika dikatakan peranannya tidak

menonjol, sebetulnya karena unsur itu hanya dapat dipastikan kehadirannya di

suatu wilayah. Misalnya, di daerah tropis kehadiran radiasi, panjang hari, suhu

udara yang relatif tinggi dan stabil menyebabkan peranan unsur-unsur tadi

dianggap tidak menonjol sehingga unsur curah hujan dianggap paling menonjol.

Curah hujan ini di suatu wilayah memang cukup besar variasinya.Dalam hal

kesesuaian iklim untuk tanaman, beberapa klasifikasi iklim dapat dipergunakan.

Di Indonesia misalnya untuk tanaman tahunan dapat menggunakan sistem

klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), untuk tanaman semusim (padi dan

palawija) dapat menggunakan sistem Oldeman dan Sjariffudin (1977).

Dalam memanfaatkan berbagai klasifikasi iklim tadi tetap diingat bahwa berbagai

klasifikasi iklim terutama hanya membantu dalam perencanaan


Dalam pelaksanaan di lapangan masih harus dikaitkan kesesuaiannya

bersama-sama dengan faktor lain misalnya tanah, tanaman, dan teknologi. Jika

kita memilih tipe iklim yang sesuai untuk suatu komoditas tertentu, tujuan

utamanya supaya risiko kegagalan relatif kecil yang berarti produksi tanaman

relatif stabil. Semakin tinggi tingkat kesesuaian iklim untuk suatu jenis tanaman

tertentu, berarti makin tahan terhadap dampak negatif dan faktor-faktor lain

seperti terjadi kenaikan biaya produksi atau penurunan nilai jual produksi.

Wilayah yang kelas kesesuaian iklimnya lebih tinggi akan mampu

bertahan dari pada yang kelas k esesuainnya rendah.Seperti telah disebutkan,

semua unsur iklim berpengaruh bersama-sama terhadap tanaman.

Budidaya tanaman konvensional tidak akan berhasil jika ada salah satu

unsur iklim tidak hadir atau hadir tidak mencukupi. Dari beberapa unsur iklim

yang dikenal, unsur curah hujan sering tidak hadir, baik untuk periode panjang

atau pendek. Tidak hadirnya hujan ini dapat diganti atau disubstitusi dengan

pengairan. Substitusi ini jika dapat dilaksanakan, di samping dapat menanam

setiap waktu dan memilih waktu yang tepat, juga mempunyai keuntungan lain,

yaitu kepastian panen yang lebih besar dan umumnya hasilnya pun lebih tinggi

atau kualitasnya lebih baik.

Di samping itu, ada jenis tanaman tertentu yang hasilnya lebih baik justru

jika hujan tidak turun, tetapi ada pengairan, misalnya berbagai jenis tanaman

hortikultura. Namun demikian, substitusi hujan tidak dapat dilaksanakan sebab

belum pasti ada cadangan air di suatu wilayah. Peranan subtitusi hujan dalam

bentuk pengairan di Indonesia cukup besar. Cuaca dan iklim juga berpengaruh
terhadap penanganan pascapanen. Pengelolaan terhadap produksi tanaman

maupun hewan pascapanen di daerah pertanian sering dilakukan secara sederhana

melalui proses alamiah, di antaranya proses penjemuran, penganginan, dan

pemeraman pada atmosfer terbuka.

Proses tersebut akan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim terutama

intensitas, lama penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan

angin, dan curah hujan. Unsur-unsur iklim tersebut dapat mempengaruhi tinggi

rendahnya kualitas hasil panen.

B. TANAH

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet

bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan

tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau

erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah

mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan

organisme ) air dan udara.

Mineral merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya mineral terbentuk dari

padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen.Tanah terbentuk melalui

proses alami dan berlangsung sangat lama.

Selain itu terdapat hubungan antara perkembangan lapisan tanah dan

perkembangan tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia. Jenis tanah memiliki

perbedaan antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Perbedaan itu terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah


- Jenis batuan

- Bahan induk

- Curah hujan

- Penyinaran matahari

- Bentuk permukaan bumi

- Organisme yang ada di tanah

- Tumbuh-tumbuhan penutup tanah (Vegetasi)

Selain itu kegiatan manusia juga berpengaruh penting dalam pembentukan tanah.

Misalnya, kegiatan pertanian, kegiatan perhutanan dan perubahan dari pedesaan

menjadi perkotaan.

Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi

yang tersusun dari mineral dan bahan organik.Tanah sangat vital peranannya bagi

semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan

menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang

berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan

tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.

Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan

bergerak.Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai

ilmu tanah.Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai

penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat

tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Air dan udara merupakan bagian dari tanah.Karakteristik tanahTubuh tanah

(solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses

pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih

tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa

Pleistosen.Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral.

Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia

mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk

dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.

Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut

dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman

tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil

dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin

mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan

makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur

(sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki

keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas

dan di bawah capaian optimum.Tanah non-organik didominasi oleh mineral.

Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian

ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan

lempung.

Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh

lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang

dikenal sebagai geluh (loam).Warna tanah merupakan ciri utama yang paling

mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam,
coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki

lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia

(pengasaman) atau pencucian (leaching).

Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan

organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan

di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,

belerang, dan nitrogen.

Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan

besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi

proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna

yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana

anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang

terkonsentrasi[1].Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang

terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat.

Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas.

Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari

imbangan ketiga faktor penyusun ini.

Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik

bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori

berukuran kecil (mikropori) terisi air.

Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan

makropori dan mikropori yang seimbang.


Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan

makropori.

3.2.Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan

dengan metode faktor penghambat.

Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan

dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau

ancamanya sampai yang terbesar

Kesusaian Tanah/lahan,penjelasannya dan pengklafikasiannya

Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan

dengan metode faktor penghambat.

Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan

dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau

ancamanya sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap

kelas; penghambat yang terkecil untukkelas yang terbaik dan berurutan semakin

besar hambatan semakin rendah kelasnya.

Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak dipakai di Indonesia

dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele (1943).Menurut sistem ini lahan

dikelompokan dalam tiga kategori umum yaitu Kelas, Subkelas dan Satuan

Kemampuan (capability units) atau Satuan pengelompokan (management unit).


Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor

penghambat. Jadi kelas kemampuan adalah kelompok unit lahan yang memiliki

tingkat pembatas atau penghambat (degree of limitation) yang sama jika

digunakan untuk pertanian yang umum (Sys et al., 1991). Tanah dikelompokan

dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII

Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari Kelas I sampai

kelas VIII, seperti pada Gambar 1.

Pengolahan/Penggunaan Tanah

-bentuk-bentuk penggunaan dan penjelasannya

Bentuk-bentuk penggunaan lahan di Indonesia dari tempat satu ke tempat

lain beragam bentuknya, tergantung kondisi fisik/lingkungan setempat. Bentuk-

bentuk tersebut dapat didasarkan dari sistem klasifikasi penggunaan lahan yang

paling berpengaruh dalam pembuatan peta penggunaan lahan di Indonesia (dalam

Purwadhi dan Sanjoto, 2008 : 125-127), yakni :

o Klasifikasi penggunaan lahan menurut Darmoyuwono, 1964 menekankan pada

aspek penggunaan lahan berpedoman pada Commision on World Land Use

Survey. Klasifikasinya memiliki hirarki atau penjenjangan yang mantap.Tetapi

klasifikasi menurut Darmoyuwono ini kurang digunakan di Indonesia karena

kurang disosialisasikan.

o Klasifikasi penggunaan lahan menurut I Made Sandy, 1977 mendasarkan pada

bentuk penggunaan lahan dan skala peta, membedakan daerah desa dan kota.
Klasifikasi ini digunakan secara formal di Indonesia oleh Badan Pertanahan

Nasional (BPN).

A. Bentuk Penggunaan Lahan menurut klasifikasi Darmoyuwono (1964)

1. Lahan permukiman dijabarkan menjadi permukiman dan lahan non-

pertanian, meliputi permukiman perkotaan, permukiman pedesaan, permukiman

pedesaan bercampur kebun dan tanaman keras, dan lahan non-pertanian lain.

2. Kebun ditanami sayuran, buah-buahan kecil dan bunga. Kelas ini sangat

umum dan terdapat di beberapa pedesaan wilayah Indonesia, biasanya sayuran,

buah-buahan kecil seperti tomat, mentimun, dan lainnya merupakan tanaman

campuran (tumpang sari) seperti halnya di pertanian lahan kering.

3. Tanaman keras, antara lain tanaman kelapa, rambutan, tanaman pohon

lainnya.

4. Lahan untuk tanaman semusim, antara lain padi, jagung, ketela pohon,

tanaman perdagangan.

5. Lahan padang rumput yang dikelola, seperti lapangan olah raga.

6. Tanaman padang rumput yang tidak dikelola untuk penggembalaan.

7. Lahan hutan, dikelaskan hutan lebat, hutan terbuka, pohon jarang merupakan

sabana tropis, hutan belukar, hutan rawa, hutan sudah dibuka atau dibakar, hutan

industri, hutan ladang.

8. Bentuk-bentuk tubuh perairan, adalah rawa air tawar, rawa pasang surut,

kolam ikan, sungai, danau, laut.


9. Lahan tidak produktif, seperti lahan kosong, lahan berbatu, lahan berpasir,

lahan berbukit (perbukitan), gunung (pegunugan).

B. Bentuk Penggunaan Lahan menurut klasifikasi I Made Sandy (1977)

1. Berdasarkan pemetaan penggunaan lahan skala 1:250.000 dan skala

1:200.000, maka bentuk penggunaan lahan dibedakan menjadi 8 kategori, yaitu

perkampungan, sawah, tegalan dan kebun, ladang berpindah, hutan, alang-alang

dan semak belukar, rawa, lahan lain-lain.

2. Berdasarkan pemetaan penggunaan lahan skala 1:100.000, skala 1:50.000,

dan skala 1:25.000, penggunaan lahan dibedakan dalam 10 kelas, dengan

beberapa sub-kategori :

a. Perkampungan berupa kampung, kuburan, emplesemen.

b. Tanah pertanian berupa sawah ditanami padi dua kali setahun, sawah padi

satu kali setahun, sawah ditanami setiap tahun bergantian, yaitu padi sekali

setahun, sekali setahun bukan padi, dan ladang berpindah.

c. Lahan perkebunan dengan jenis tanaman karet, kopi, jenis tanaman

perkebunan lainnya.

d. Kebun dapat berupa sawah ditanami sayuran dan tidak pernah ditanami padi,

kebun kering dengan berbagai tanaman, hutan dibedakan hutan lebat; belukar;

satu jenis tanaman.

e. Kolam ikan.

f. Tanah rawa / rawa-rawa.


g. Tanah tandus atau tanah yang tidak bernilai ekonomis.

h. Hutan penggembalaan.

i. Lain-lain (kalau ada sesuai kondisi daerahnya).

3.5. pengolahan tanah

- Pengertian pengolahan tanah

- Teknik yang di gunakan

Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan

dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan

berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin

pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan

cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.

Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya

berkurang. Sistem pengolahan tanah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan

seberapa banyak residu tanaman yang diangkat dari lahan pertanian.

Di Amerika Serikat sejak tahun 1997, sistem pengolahan tanah konservasi

semakin banyak digunakan, karena menghemat banyak waktu, energi, tenaga

kerja, dan biaya. Selain itu, pengolahan tanah konservasi berarti semakin sedikit

mesin pertanian yang bergerak di atas lahan pertanian sehingga mencegah

pemadatan tanah.Namun semakin sedikit tanah yang dibalikkan, semakin sedikit

pula cahaya matahari dan udara yang menyentuh tanah bagian dalam, sehingga
menghambat penanaman di awal musim semi karena tanah masih dingin setelah

tanah membeku di musim dingin.

Manfaat keberadaan residu tanaman di lahan pertanian adalah mencegah

erosi karena memperlambat aliran air permukaan, dan mampu menjadi kompos

alami karena terdekomposisi selama masa penanaman.

Pengolahan tanah tereduksi

Pengolahan tanah tereduksi meninggalkan antara 15 hingga 30% residu

tanaman untuk tetap berada di lahan pertanian.

Pengolahan tanah intensif

Pengolahan tanah intensif meninggalkan kurang dari 15% residu tanaman untuk

tetap berada di lahan pertanian. Pengolahan tanah intensif mendayagunakan

banyak implemen (bajak singkal, bajak piring, dan/atau bajak pahat, ditambah

garu dan kultivator) dan jam kerja traktor.

Pengolahan tanah konservasi

Pengolahan tanah konservasi meninggalkan setidaknya 30% residu tanaman

untuk tetap berada di lahan pertanian.

Pengolahan tanah berlajur

Pengolahan tanah berlajur (strip-tillage) hanya membajak lajur yang akan

ditanam. Bagian di antara lajur dibiarkan.

Pengolahan tanah rotasi


Pengolahan tanah rotasi hanya mengolah tanah secara periodik, yaitu setiap dua

tahun sekali atau tiga tahun sekali.

Tanpa pengolahan tanah

Tanpa pengolahan tanah berarti sama sekali tidak menggunakan bajak. Residu

tanaman yang ditanam pada periode sebeumnya dibiarkan mengering. Pada lahan

yang luas, sistem ini membutuhkan mesin penanam yang tidak biasa, yang

mampu menanam di sela-sela residu tanaman yang masih tegak berdiri.


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan

topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat

di bumi menimbulkan musim

2. Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik)

yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau

mineral, bahan organik ( senyawa organik dan organisme ) air dan udara.

3. Mineral merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya mineral

terbentuk dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen.Tanah

terbentuk melalui proses alami dan berlangsung

4. Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan

dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan

berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin

pertanian (traktor) sangat lama


DAFTAR PUSTAKA

Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre, 1975. Fundamentals of

Horticulture. Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd. New Delhi. 560 pp.

Fordham, R., and A.G. Biggs, 1985. Principles of Vegetable Crop Production.

William Collins & Co. Ltd., London. 215 pp

Hartmann, T.H., A.M. Kofranek, V.E. Rubatzky, W.J. Flocker, 1988. Plant

Science, Growth Development and Utilization of Cultivated

Plants. Prentice Hall International, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

674 pp

Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco. 586

pp.

Sumeru Ashari, 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. 485 hal.

Yogi Sugito, 1996. Ekologi Tanaman. Diktat Kuliah. Program Pasca Sarjana,

Unibraw, Malang. 101 hal.

Anda mungkin juga menyukai