Anda di halaman 1dari 53

Cuaca dan Iklim – Pengertian, Unsur Pembentuk dan Alat Ukurnya

 Konsep Dasar
 Cuaca dan Iklim – Pengertian, Unsur Pembentuk dan Alat Ukurnya

Cuaca menentukan baju yang akan kita pakai dan iklim menentukan baju yang akan kita beli.  Begitulah ungkapan
masyarakat barat untuk mendeskripsikan pengertian cuaca dan iklim.
Cuaca adalah kondisi atau keadaan udara yang terjadi di suatu daerah atau wilayah dalam periode waktu tertentu.

Cuaca dapat berubah-ubah dalam waktu singkat yaitu hanya beberapa jam saja dan ditandai dengan perbedaan
siang dan malam.

Cuaca terjadi karena perbedaan suhu dan kelembaban udara yang terjadi antara suatu tempat dengan tempat
lainnya. Ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang cuaca adalah meteorologi. Di Indonesia terdapat lembaga
yang khusus mengamati cuaca yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang berpusat di
Jakarta.

BMKG bertugas untu mencatat dan mengamati aktifitas udara, meliputi suhu dan tekanan udara, curah hujan, angin
serta aktifitas awan. Selain berpusat di Jakarta, BMKG juga memiliki stasiun-stasiun pemantau cuaca yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia.

Cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi
hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya.

Sedangkan iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam
waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.

Pengertian Iklim dan Cuaca


Iklim adalah kondisi atau keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas. Iklim sendiri ditentukan berdasarkan
perhitungan waktu yang biasanya mencapai 11 tahun hingga 30 tahun.

Iklim pada suatu daerah dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi wilayah tersebut, yang artinya perbedaan
iklim pada suatu daerah dipengaruhi oleh posisi relatif matahari terhadap daerah tersebut di planet bumi.
Matahari adalah sumber energi sekaligus pengendali iklim bagi bumi, sehingga posisi relatif matahari bisa
menimbulkan gerak udara dan arus laut. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.

Contoh Cuaca dan Iklim Dalam Kehidupan Sehari-Hari

 Cuaca pagi hari di Yogyakarta hujan dan cuaca pada sore hari diperkirakan cerah Cuaca siang hari di
Jakarta mendung, tetapi tiba-tiba cuaca menjadi panas
 Adanya perbedaan iklim tropis dan subtropis Indonesia dan negara yang berada di garis lintang
khatulistiwa memiliki iklim tropis. Negara dengan iklim subtropis seperti Jepang dan Korea Selatan
terdapat musim salju Nah, itulah pembahasan mengenai perbedaan cuaca dan iklim beserta
penjelasan dan contohnya. Semoga artikel ini bermanfaat.
Perbedaan Iklim dan Cuaca
Cuaca adalah kejadian-kejadian tidak tetap yang berlangsung setiap harinya di lapisan atmosfer. Cuaca berbeda-
beda di setiap tempat dan dapat berubah dalam hitungan menit, jam, hari, ataupun minggu. Kejadian-kejadian yang
dinamakan cuaca ini paling banyak terjadi pada troposfer, bagian dari atmosfer yang paling dekat dengan bumi.
Sementara itu, iklim adalah rata-rata cuaca di suatu tempat dalam waktu beberapa dekade. Berbeda dengan cuaca
yang dapat berubah sangat cepat, iklim butuh waktu ratusan, ribuan, hingga jutaan tahun untuk bisa berubah! Cuaca
dan iklim mempunyai perbedaan yang mendasar, yaitu luas wilayah cakupan dan waktu pengamatan. Dari dua
perbedaan mendasar tersebut dapat disimpulkan Perbedaan cuaca dan iklim, sebagai berikut:

 Cakupan wilayah dan pengamatan tentang cuaca lebih sempit dan terbatas, sedangkan cakupan
wilayah dan pengamatan iklim lebih luas.
 Waktu pengamatan terhadap cuaca di suatu daerah dapat dilakukan selama 24 jam, sedangkan
waktu pengamatan iklim dilakukan selama kurun waktu 11-30 tahun.
 Cuaca mempunyai sifat yang cepat berubah dan tidak stabil, sedangkan iklim mempunyai sifat yang
stabil dan sulit berubah.
 Prediksi mengenai cuaca mudah dilakukan, sedangkan prakiraan iklim sulit dilakukan.
Ada banyak gejala yang bisa kita jumpai, di antaranya: 1. Kabut Gejala yang terjadi karena adanya kondensasi uap
air dekat permukaan tanah ataupun air yang dingin. Ketinggiannya mencapai 500 meter. 2. Embun Gejala yang
terjadi karena adanya kondensasi uap air di permukaan tanah, rumput, dan daun pada malam hari karena
kelembapan udara, namun tidak ada angin yang bertiup. 3. El Nino Gejala peningkatan suhu Samudra Pasifik yang
terjadi sekitar bulan Desember. 4. La Nina Gejala yang terjadi setelah El Nino melemah karena adanya penurunan
suhu Samudra Pasifik di sekitar bulan Januari.

Secara praktis informasi cuaca dapat diperoleh seketika saat dilakukan pengamatan atas kondisi fisis atmosfer.
Sebagai contoh misalnya saat kita berkata “hari ini panas sekali” maka kita sedang berbicara tentang cuaca. Adapun
iklim baru dapat diperoleh setelah pengamatan cuaca dalam jangka waktu tertentu terkumpul. Misalnya “setiap Bulan
Juni hujan selalu berkurang”. Kesimpulan ini diperoleh atas catatan empiris selama bertahun-tahun bahwa setiap
bulan Juni memang hujan berkurang. Ini adalah gambaran tentang iklim

Bumi di bagian khatulistiwa lebih banyak menerima matahari. Sementara di kutub utara dan kutub selatan,
matahari hanya singgah sebentar. Selain itu, laut juga berpengaruh terhadap iklim. Laut menguasai 70
persen permukaan bumi. Sehingga, laut sangat berpengaruh terhadap iklim. Arus laut membawa air hangat
ke satu arah, dan air dingin ke arah yang lain. Perairan di permukiaan bumi menjaga suhu di sekitarnya
tetap sedang. Dengan adanya perairan, musim dingin tidak terlalu dingin, sedangkan musim panas tidak
terlalu panas. Angin juga menentukan iklim. Angin punya berbagai suhu dan kelembaban. Setelah
mengetahui pengertian dan perbedaan antara cuaca dan iklim, alangkah lebih baiknya kita juga mengetahui
unsur-unsur cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim mempunyai unsur-unsur yang sama, yaitu :

1. sinar matahari,
2. suhu,
3. kelembaban udara,
4. tekanan udara,
5. angin,
6. curah hujan dan
7. awan.
Pengetahuan mengenai unsur-unsur cuaca dan iklim sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, seperti
pertanian, komunikasi, penerbangan, pelayaran dan perdagangan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
unsur-unsur cuaca dan iklim:

1. Sinar Matahari
Unsur cuaca dan iklim yang pertama adalah sinar matahari. Matahari merupakan pusat dalam sistem tata surya,
dimana seluruh planet-planet di tata surya mengelilingi matahari. Proses planet bumi berputar pada porosnya
disebut rotasi, sedangkan proses bumi beredar mengelilingi matahari dikenal dengan istilah revolusi. Kedua hal
ini, baik rotasi maupun revolusi bumi berpengaruh bagi perubahan cuaca dan iklim. Matahari akan
memancarkan sinarnya ke segala sudut bumi dengan dibantu proses rotasi dan revolusi, sehingga berpengaruh
bagi cuaca dan iklim.

Dikarenakan beriklim tropis maka Indonesia sangat kaya akan sinar matahari. Sinar matahari ini juga sangat
berpengaruh pada ketahanan bangunan yang anda dirikan. Suhu didalam bangunan akan mudah sekali terasa
panas.
Temperatur di Indonesia dipengaruhi oleh posisi lintang dan keadaan alamnya. Posisi lintang Indonesia sendiri
beada di 6 LU dan 11 LS sehingga Indonesia berada di daerah beriklim tropis. Hal ini berarti smeua tempat di
Indonesia menerima panas matahari yang sama banyak.

Faktor Yang Mempengaruhi Penyinaran Matahari Terhadap Bumi


Matahari memancarkan panas radiasinya sebanyak 100%. Dari 100% tersebut, panas matahari 42% tersebar ke
luar angkasa, 43% ke bumi sedangkan 15% sisanya tersebar ke udara. Jumlah panas matahari yang sampai ke
permukaan bumi sebagian ada yang dipantulkan kembali dan sebagian lagi ada yang terserap kembali di udara.
Jumlah panas matahari yang diserap oleh bumi tergantung pada hal – hal berikut ini :
1. Sudut datang sinar matahari. Semakin miring sinar datang matahri, maka semakin berkurang panasnya.
Namun semakin miring sinar datang matahari maka semakin banyak juga daerah yang mendapat sinar
matahari.
2. Lama waktu penyinaran matahari. Semakin lama waktu penyinaran sinar matahari, maka semakin tinggi
temperatur. Lama waktu penyinaran matahari atau intensitas matahari terhadap bumi dapat diukur
dengan menggunakan sebuah alat yang bernama Campbell Strokes. Lamanya matahari bersinar dapat
dinyatakan dalam presentase atau jam yang ditunjukkan oleh sunshine recorder. Garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang menerima radiasi matahari yang sama dinamakan isohel. 
3. Topografi, khususnya ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin temperatur
semakin rendah, dan semkian rendah ketinggian tempat maka semakin tinggi temperatur udaranya.
4. Komposisi udara. Udara yang banyak mengandung uap air dan karbon dioksida menyebabkan
temperatur semakin panas.
5. Morfologi permukaan bumi atau keadaan tanah.  Tanah yang putih dan licin banyak memantulkan tanah,
sedangkan tanah yang hitam dan kasar banyak menyerap panas.
6. Sifat permukaan bumi. Daratan lebih cepat menerima panas daripada lautan. Hal ini dikarenakan panas
yang diterima oleh daratan hanya pada permukaannya saja dan langsung dipantulkan. Sedangkan
panas yang diterima oleh lautan akan salurkan sampai pada kedalaman 200 m di bawah permukaan air
laut, sehingga pemantulan dari lautan juga semakin lama.
7. Angin dan arus laut. Adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin akan mendinginkan
temperatur daerah yang dilaluinya.

Penyinaran Matahari Terhadap Bumi


Terdapat dua macam pemanasan terhadap atmosfer oleh, yaitu pemanasan secara langsung dan
pemanasan secara tidak langsung.
Penyinaran matahari secara langsung
1. Absorpsi, penyerapan unsur – unsur radiasi matahari seperti sinar X, sinar gama, dan sinar ultraviolet
oleh unsur – unsur yang dapat menyerap radiasi tersebut, seperti oksigen, ozon, debu, hidrogen, dan
nitrogen.
2. Refleksi, pemanasan udara oleh matahari namun dipantulkan kembali oleh uap air (H2O), awan, dan
partikel – partikel lain di atmosfer.
3. Difusi, proses penyebaran panas atau sinar matahari oleh atmosfer. Sinar gelombang pendek berwarna
biru merupakan gelombang yang dihamburkan paling baik oleh udara, sehingga pada siang hari udara
akan berwarna biru.
Penyinaran matahari secara tidak langsung
Perlu kita ketahui bahwa udara bersifat diatermal  yang berarti udara dapat melewatkan panas matahari. Sifat
diatermal ini terjadi pada udara murni. Setelah panas sampai di permukaan bumi, panas akan memanaskan udara
dingin disekitarnya. Macam – macam pemanasan udara secara tidak langsung adalah sebagai beirkut :
1. Konduksi, yaitu udara panas yang menjalar ke udara dingin diatasnya sehingga udara dingin diatasnya
ikut panas. Dalam konduksi ini, udara panas tidak ikut bergerak ke atas, melainkan bersinggungan
dengan udara panas diatasnya.

2. Konveksi, yaitu pemanasan udara disekitarnya secara vertikal. Angin panas dan angin dingin bergerak
naik turun sehingga udara dingin yang berada diatasnya akan ikut panas. Dalam knveksi, udara panas
ikut bergerak ke atas.
3. Adveksi, yaitu penyebaran panas secara horizontal. Hal ini diakibatkan karena adanya udara panas
yang bergerak secara horizontal sehingga udara dingin disekitarnya juga ikut panas.

4. Turbulensi, yaitu penyebaran panas oleh udara secara berputar – putar.

2.Suhu atau Temperatur Udara


Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer atau udara yang
timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya
sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi
dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
 Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima
bumi.
 Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
 Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak
atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.

Persebaran suhu atau temperatur udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu persebaran horizontal dan
vertikal. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada uraian berikut:

Persebaran suhu atau temperatur udara horizontal.

Suhu atau temperatur udara di permukaan bumi untuk berbagai tempat tidak sama. Untuk mempermudah
membandingkannya, maka dibuat peta isotherm. Isotherm yaitu garis khayal dalam peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai suhu atau temperatur udara rata-rata sama. Persebaran
horizontal secara tidak teratur dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perbedaan suhu atau
temperatur udara daratan dan lautan. Ada berbagai macam isotherm, yaitu isotherm bulan Januari,
isotherm bulan Juli, dan isotherm tahunan

Cara mengukur Suhu Udara pada Ketinggian Tempat Tertentu


Atmosfer, Materi Geografi Kelas X, Suhu Udara, Unsur Iklim

Bagaimana menentukan suhu udara suatu tempat berdasarkan ketinggiannya? Penentuan suhu udara
suatu tempat dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.

1) Jika hanya diketahui ketinggian suatu tempat.

Ket.

T = Suhu udara yang dicari (°C).

26,3 = Konstanta (suhu udara rata-rata di daerah pantai tropis).

0,6 = Konstanta.

h = Tinggi tempat dalam ratusan meter.

Contoh soal:

Berapa suhu udara di daerah A, jika mempunyai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut?

Jawab:

T = 26,3 – 0,6 (15)

= 26,3 – 9

= 17,3°C

Jadi, suhu udara di daerah A adalah 17,3°C.

2) Jika diketahui ketinggian dua tempat, yang satu diketahui suhu udaranya dan yang satu tidak.

∆T = Selisih suhu udara antara tempat 1 dengan tempat 2 (°C).

X = Ketinggian tempat yang diketahui suhu udaranya (m).

X 1,2 = Ketinggian tempat yang dicari suhu udaranya (m).

Contoh soal:

Kota A memiliki ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Ratarata suhu udara di kota A adalah 28°C.
Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki ketinggian 260 m di atas permukaan laut?

Jawab:

∆T

= 0,006 (5 – 215) × 1°C

= –1,26°C

Jadi, suhu udara kota B = 28°C – 1,26°C = 26,74°C


3.Angin
Unsur cuaca dan iklim selanjutnya adalah angin. Angin adalah udara yang bergerak yang disebabkan
adanya perbedaan suhu pada suatu wilayah. Perbedaan suhu di bumi mengakibatkan perubahan tekanan
udara dan menyebabkan terjadinya angin. Tekanan udara di suatu daerah akan naik jika suhunya rendah,
dan sebaliknya.

Terjadinya angin dipengaruhi oleh rotasi bumi bersamaan dengan proses pemanasan suatu wilayah oleh
matahari. Angin diberi nama berdasarkan asal datangnya, seperti angin darat, angin lembah, dan angin
gunung. Kekuatan angin dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan di kehidupan manusia. Penduduk yang
tinggal di pesisir pantai memanfaatkan angin ketika akan pergi melaut dengan kapal layar. Angin juga
berguna untuk menerbangkan mainan layang-layang. Warga negara Belanda memanfaatkan angin untuk
menjadi sumber energi pembangkit listrik tenaga angin. Proses terjadinya angin tidak lepas dari hubungan
antara tekanan udara dan suhu. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang memuai menjadi lebih
ringan dan tekanan udara turun karena kepadatan udara berkurang. Udara dingin kemudian mengalir ke
tempat yang bertekanan rendah tersebut. Aliran naik udara panas dan turun udara dingin ini
dinamakan konveksi. Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan knot. Sedangkan arah mata angin terbagi
menjadi delapan yaitu utara, selatan, barat, timur, tenggara, barat laut, timur laut, dan barat daya

Gradien barometris
Gradien barometris adalah bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara antara
2 isobar. Jarak antar isobar adalah 111 km. Semakin besar gradien barometris, semakin cepat
tiupan angin.
Letak tempat
Kecepatan angin di wilayah yang dekat dengan khatulistiwa lebih cepat daripada wilayah yang
jauh dari khatulistiwa.
Tinggi tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang angin yang bertiup. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh gaya gesek yang menghambat laju udara. Topografi tidak rata di permukaan bumi
seperti gunung, bukit, dan pohon memberikan gaya gesek yang besar. Semakin tinggi suatu
tempat, gaya gesek semakin kecil.
Waktu
Angin bergerak lebih cepat pada siang hari daripada malam hari

https://id.wikipedia.org/wiki/Angin#:~:text=Angin%20laut%5Bsunting,kerapatan%20isobar.%5B19%5D

Angin laut
Angin laut (bahasa Inggris: sea breeze) adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang
umumnya terjadi pada siang hari kira-kira dari pukul 09.00 sampai pukul 16.00 di daerah pesisir pantai.
Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut. Angin laut ini terjadi
pada siang hari. Karena air mempunyai kapasitas panas yang lebih besar daripada daratan, sinar matahari
memanasi laut lebih lambat daripada daratan. Ketika suhu permukaan daratan meningkat pada siang hari,
udara di atas permukaan darat meningkat pula akibat konduksi. Tekanan udara di atas daratan menjadi
lebih rendah karena panas, sedangkan tekanan udara di lautan cenderung masih lebih tinggi karena lebih
dingin. Akibatnya terjadi gradien tekanan dari lautan yang lebih tinggi ke daratan yang lebih rendah,
sehingga menyebabkan terjadinya angin laut, di mana kekuatannya sebanding dengan perbedaan suhu
antara daratan dan lautan. Namun, jika ada angin lepas pantai yang lebih kencang dari 8 km/jam, maka
angin laut tidak terjadi.
Angin darat
Angin darat (bahasa Inggris: land breeze) adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang
umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 di daerah pesisir pantai.
Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin
sederhana. Pada malam hari daratan menjadi dingin lebih cepat daripada lautan, karena kapasitas panas
tanah lebih rendah daripada air. Akibatnya perbedaan suhu yang menyebabkan terjadinya angin laut lambat
laun hilang dan sebaliknya muncul perbedaan tekanan yang berlawanan karena tekanan udara di atas
lautan yang lebih panas itu menjadi lebih rendah daripada daratan, sehingga terjadilah angin darat,
khususnya bila angin pantai tidak cukup kuat untuk melawannya.
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung dan terjadi pada malam
hari.
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung dan terjadi pada siang
hari.
Angin fohn (angin lokal, angin terjun, angin jatuh) (bahasa Inggris: foehn wind) adalah angin yang terjadi
seusai hujan orografis. Angin bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda.
Angin fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200
meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Ketika naik, angin mengalami proses pendinginan dan uap air yang
terbentuk turun sebagai hujan orografis. Ketika angin menuruni lembah, kenaikan tekanan menaikkan suhu
udara yang terbawa melalui proses adiabatik.
Angin fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap air sudah dibuang pada
saat hujan orografis. Angin fohn dapat terjadi di Kepulauan Biak dan Eropa tengah dan Eropa selatan.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin
fohn bisa mati karena kekeringan. Efek terhadap manusia yaitu penurunan daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit dan penurunan kesehatan mental.
Angin Muson (bahasa Inggris: monsoon) adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan)
dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara
berlawanan setiap setengah tahun. Biasanya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering
dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih
banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan
udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan
ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia.
Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di
belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak
membawa uap air, sehingga di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi seluruh
wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. makin ke timur curah hujan makin berkurang
karena kandungan uap airnya makin sedikit.
Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara, sehingga benua Asia lebih panas
daripada benua Australia. Akibatnya, di asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di
Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari Australia
menuju Asia.
Di Indonesia terjadi angin musim Timur di belahan bumi Selatan dan angin musim barat daya di belahan
bumi utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh
karena itu di indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatra, Sulawesi Tenggara, dan
pantai selatan Papua.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba (peralihan), yaitu musim
kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan musim labuh yang
merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara
terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
Angin Munson dibagi menjadi 2, yaitu Munson Barat atau dikenal dengan Angin Musim Barat dan Munson
Timur atau dikenal dengan Angin Musim Timur
Angin Musim Barat
  penyakit pada ternak dan tanaman.
Pengaturan cuaca
Dalam ilmu cuaca, angin dimanfaatkan untuk pemindahan panas dan pemindahan uap air. Angin
dimanfaatkan untuk membuatkan keseimbangan neraca radiasi matahari dengan melakukan pemindahan
panas dari garis lintang rendah ke garis lintang tinggi. Panas yang dipindahkan dalam bentuk yang dapat
diukur maupun yang tersimpan dari garis lintang rendah ke lintang yang lebih tinggi. Sedangkan
pemanfaatan angin untuk pemindahan uap air dilakukan untuk menyediakan kebutuhan air yang turun
kembali sebagai hujan, kabut, ataupun embun. Uap air yang dipindahkan berasal dari laut dan ditempatkan
ke daratan.
Pembentukan hujan
Embusan angin membawa air yang banyak. Air ini kemudian berubah menjadi uap air. Pada tekanan
tertentu, uap air berubah menjadi awan. Setelah menjadi awan, uap air berubah menjadi tetes air yang
kemudian jatuh ke permukaan Bumi menjadi hujan.

Prinsip
Perbedaan nilai densitas menjadi penyebab perbedaan arah datangnya angin. Angin berasal dari daerah
dengan densitas besar menuju ke daerah dengan densitas kecil. Kedatangan angin digambarkan sebagai
sebuah gradien tekanan menurun. Pernyataan tentang arah angin dinyatakan sebagai garis lurus
yang serenjang dengan isobar. Garis lurus akan tetap serenjang dengan isobar jika hanya gradien tekanan
yang bekerja. Adanya efek Coriolis akibat rotasi Bumi membuat gerakan udara memiliki kemiringan dan
memotong garis-garis isobar dengan sudut yang kecil. Perubahan gradien tekanan menunjukkan nilai
kecepatan angin. Kecuraman gradien tekanan menandakan angin bergerak dengan kecepatan tiinggi.
Tingkat kecuraman gradien tekanan ditentukan melalui kerapatan isobar.
4.Awan
Unsur cuaca dan iklim selanjutnya adalah awan. Awan adalah titik- titik air atau kristal- kristal es halus di
atmosfer yang berkumpul menjadi satu. Udara dari permukaan bumi yang naik akan menjadi dingin,
sehingga menambah kelembapan udara. Udara akan mencapai titik jenuh dengan air da menjadi awan
ketika mencapai ketinggian tertentu. Jumlah awan sangat dipengaruhi oleh perbedaan musim, misalnya
musim kemarau jumlah awan hanya sedikit, dan sebaliknya musim penghujan jumlah awan akan
meningkat.

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku yang menggantung


di atmosfer yang berada di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan juga merupakan massa
terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan
antarbintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.
Di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu
dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi
bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat nonkonvektif skala.
Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal
biasanya diameternya sekitar 0,01 mm (0,00039 in). Paling umum dari pemanasan matahari di siang hari
dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan naik
lebih ke atas dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika udara naik, mengembang sehingga
tekanan berkurang.
Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan
lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi
jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai
95%) di seluruh awan terlihat berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.
Tetesan embun (titik-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya, sehingga intensitas radiasi matahari
berkurang dengan kedalaman arah ke gas, maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang
tampak di dasar awan. Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau
latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau terbenam,
mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap
radiasi matahari pada saat- panjang gelombang.
Jenis dan bentuk awan merupakan tanda komponen pembentuknya berbeda dan
akan membawa jenis cuaca yang berbeda pula.
Meskipun pada dasarnya proses pembentukan awan namun bentuk tampilan awan di atmosfer
dapat berbeda-beda. Perbedaannya ini muncul karena ketinggian formasi awan tersebut dan
kondisi umum atmosfer disekitarnya.

Saat anda pergi ke luar dan melihat hari cerah dan hanya terdapat awan putih halus dan bergaris-
garis di langit, itulah awan cirrus.

Awan cirrus adalah awan yang terbentuk dari kristal es. Formasi awan ini berada di atmosfer
tinggi dan bisa dibilang awan ini adalah awan paling tinggi.

Alasan pembentukannya dari kristal ers adalah karena suhu dan ketinggian pembentukkannya
sekitar 39 derajat di bawah nol.

Kalian tentu pasti memperhatikan awan ini terlihat tipis dan halus seperti seseorang menggores
lukisan putih di kanvas biru. Hal ini karena angin bertiup 100-150 mil per jam saat awan cirrus
terbentuk. Tidak ada awan lain terbentuk dan bergerak secepat ini.

Awan Cirrus di siang hari


 Perbedaan Cirrus dan Cumulus

Ada karakteristik jelas saat membedakan awan cirrus dan awan cumulus. Pertama dari
sisi tampilan, awan cirrus berbentuk halus seperti kain sementara cumulus terlihat padat
dan bergerombol.

Awan cirrus lebih tipis dibandingkan cumulus sehingga agak sulit terlihat mata. Awan
cumulus sangat jelas sekali terlihat mata karena bentuknya yang bergumpal.

Selain itu awan cirrus ditemukan di lapisan troposfer atas sementara cumulus dapat
ditemukan cukup dekat di troposfer bawah.

Awan cumulus adalah pertanda cuaca sedang dalam keadaan normal sementara awan
cirrus bisa jadi pertanda akan terjadi badai.

Pembentukkan Awan Cirrus

Awan cirrus terbentuk dari kristal es di atmosfer karena wilayah


pembentukkannya berkisar -60 derajat celcius sehingga air akan membeku.

Karena kristal es ini berada di troposfer atas maka mereka akan mengikuti angin
kencang. Inilah mengapa awan cirrus sering cepat menghilang dan tidak menjadi
padat.

Di sisi lain, tetesan air yang membentuk awan cumulus juga dapat membeku namuns
sebagian besar ditemukan dalambentuk cair. Karena kelembaban tinggi, udara hangat
naik dan menciptakan lapisan-lapisan seperti awan lenticular.

Selanjutnya, puncak awan secara bertahap mencapai bagian atmosfer lebih tinggi, bahkan
di stratosfer yang lebih rendah. Begitu pula ketika awan besar ini menjadi dewasa, terjadi
benturan air dan es yang menghasilkan muatan listrik yang menghasilkan guntur dan
kilat.

Pembentukan awan
Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:

1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat
menyengat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu
lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan,
molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin lama akan
menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan
menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik
di mana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah
yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih
berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak
membawa hujan.

Klasifikasi awan
Awan diklasifikasikan menurut ketinggian dan penampilannya (tektur) dari tanah.
Akar dan terjemahan awan berikut merangkum sistem klasifikasi:
1) Cirro-: ikal rambut
2) Alto-: menengah
3) Strato-: lapisan
4) Nimbo-: hujan, presipitasi
5) Cumulo-: tumpukan

Awan tingkat tinggi


Awan tingkat tinggi terjadi di atas sekitar 20.000 kaki dan diberi awalan '"cirro-". Karena suhu troposfer yang
dingin di tingkat ini, awan terutama terdiri dari kristal es, dan sering kali tampak tipis, bergaris, dan putih
(meskipun sudut matahari yang rendah, misalnya menjelang matahari terbenam, dapat menciptakan
susunan warna di awan).
Tiga jenis utama awan tingkat tinggi adalah Sirus (Cirrus), Sirostratus (Cirrostratus),
dan Sirokumulus (Cirrocumulus).
Sirus
Awan sirus tipis, berbulu, dan seluruhnya terdiri dari kristal es. Awan tersebut sering kali
merupakan tanda pertama dari garis depan yang hangat atau garis jet tingkat atas yang
mendekati.
Sirostratus
Tidak seperti Sirus, awan sirostratus membentuk lebih banyak lapisan seperti kerudung (mirip dengan apa
yang dilakukan oleh awan stratus di tingkat rendah). Ketika sinar matahari atau cahaya bulan melewati
kristal es berbentuk heksagonal dari awan sirostratus, cahaya akan tersebar atau dibiaskan (mirip dengan
cahaya yang melewati prisma) sedemikian rupa sehingga cincin atau halo yang dikenal dapat terbentuk.
Saat front hangat terbentuk, awan sirus cenderumg menebal menjadi sirostratus, yang pada gilirannya
dapat menebal dan turun menjadi altostratus, stratus, dan bahkan nimbostratus.
Sirokumulus
Awan sirokumulus adalah awan sitrotratus berlapis yang ditembus dengan gumpalan kumuliform kecil.
Awan tersebut juga dapat berbaris di jalan-jalan atau barisan awan di langit yang menunjukkan area lokal
pendakian (sumbu awan) dan keturunan (saluran bebas awan).
Awan tingkat menengah
Dasar awan di tingkat tengah troposfer, diberi awalan "alto-", muncul antara 6.500 dan 20.000 kaki.
Tergantung pada ketinggian, waktu dalam setahun, dan struktur suhu vertikal troposfer, awan ini dapat
terdiri dari tetesan air cair, kristal es, atau kombinasi keduanya, termasuk tetesan superdingin (yaitu,
tetesan cair yang suhunya dibawah titik beku).
Dua jenis awan utama awan tingkat menengah adalah Altostratus dan Altokumulus.
Altostratus
Awan altostratus adalah awan tipe "strato" yang memiliki tekstur tipe datar dan seragam di tingkat
menengah. Mereka sering menunjukkan pendekatan front hangat dan dapat menebal dan turun ke stratus,
kemudian nimbostratus mengakibatkan hujan atau salju. Namun, awan altostratus sendiri tidak
menghasilkan presipitasi yang signifikan di permukaan, meskipun percikan atau kadang-kadang hujan
ringan dapat terjadi dari dek altostratus yang tebal.
Altokumulus
Awan altokumulus menunjukkan karakteristik tipe "cumulu-" di tingkat menengah, yaitu, awan seperti
tumpukan dengan elemen konvektif. Seperti sirokumulus, altokumulus dapat berjajar dengan barisan atau
jalan awan, dengan sumbu awan menunjukkan area lokal daro udara yang naik, lembab, dan zona bening
di antara baris yang menunjukkan turun secara lokal, udara yang lebih kering. Awan altokumulus dengan
beberapa batas vertikal dapat menunjukkan adanya ketidakstabilan yang meningkat, terutama di pagi hari,
yang dapat menjadi lapisan batas dan dilepaskan ke konveksi dalam pada sore hari atau malam hari.
Awan tingkat rendah
Awan tingkat rendah tidak diberi awalan, meskipun namanya dari "strato-" dan "cumulo-", tergantung pada
karakteristiknya. Awan remdah terjadi di bawah 6.500 kaki, dan biasanya terdiri dari tetesan air cair atau
bahkan tetesan superdingin, kecuali selama badai musim dingin ketika kristal es (dan salju) terdiri dari
sebagian besar awan.
Dua jenis awan rendah termasuk Stratus yang berkembang secara horizontal, dan Kumulus yang
berkembang secara vertikal.
Stratus
Awan stratus seragam dan datar, menghasilkan lapisan awan abu-abu yang mungkin bebas presipitasi atau
dapat menyebabkan periode presipitasi ringan atau gerimis.
- Stratokumulus
Awan stratokumulus adalah hibrida dari stratus berlapis dan kumulus seluler, yaitu elemen awan individu,
karakteristik awan tipe cumulo, mengelompok bersama dengan distribusi kontinu, karakteristik awan
tipe strato. Stratokumulus juga dapat dianggap sebagai lapisan gumpalan awan dengan daerah tebal atau
tipis. Awan ini sering muncul di atmosfer, baik di depan atau di belakang sistem frontal.
- Nimbostratus
Awan nimbostratus umumnya tebal, awan stratus atau stratokumulus yang tebal menghasilkan hujan atau
salju yang stabil.
Kumulus
Berbeda dengan lapisan stratus yang horizontal, awan kumulus lebih seluler (individual) di alam, memiliki
dasar datar dan puncak membulat, dan tumbuh secara vertikal. Faktanya, nama mereka tergantung pada
tingkat perkembangan vertikal. Misalnya, awan kumulus yang tersebar menunjukkan sedikit pertumbuhan
vertikal, pada hari yang cerah biasa disebut "kumulus humilis" atau "kumulus cuaca cerah" , meskipun
biasanya hanya disebut kumulus atau kumulus datar.
Awan kumulus yang menunjukkan perkembangan vertikal yang signifikan (tetapi belum menjadi badai petir)
disebut kumulus congestus atau kumulus yang menjulang tinggi. Jika ketidakstabilan atmosfer,
kelembaban, atau pengangkatan yang cukup haro, maka arus udara ke atas yang kuat dapat berkembang
di awan kumulus yangengarah ke awan kumulonimbus yang matang dan dalam, yaitu, badai petir yang
menghasilkan hujan yang lebat. Selain itu, kelistrikan awan terjadi di awan kumulonimbus karena banyak
tumbukan antara tetesan air yang bermuatan, graupel (campuran air dan es), dan partikel kristal es, yang
mengakibatkan petir dan guntur.
Jenis awan lainnya
Awan dinding
penurunan terlokalisir dari dasar bebas hujan dari badai petir yang kuat. Penurunan menunjukkan arus
udara yang ke atas badai di mana udara yang naik dengan cepat menyebabkan tekanan yang lebih rendah
tepat di bawah arus udara utamayang meningkatkan kondensasi dan pembentukan awan tepat di bawah
dasar awan utama. Awan dinding memiliki banyak bentuk dan ukuran. Beberapa menunjukkan geraka ln ke
atas yang kuat dan rotasi siklon, yang mengarah ke pembentukan tornado, sementara yang lain tidak
berputar dan pada dasarnya tidak berbahaya.
Awan paparan
awan rendah, horizontal, terkadang berbentuk baji yang terkait dengan tepi depan arus keluar badai petir
atau hembusan angin dan berpotensi angin kencang. Meskipun sering muncul tidak menyenangkan, awan
paparan biasanya tidak menghasilkan tornado.
Fraktus
Elemen awan stratiform atau kumuliform rendah, kasar yang biasanya tidak terikat pada badai petir yang
lebih besar atau dasar awan frontal yang dingin. Juga dikenal sebagai scud, awan fraktus dapat terlihat
tidak menyenangkan, tetapi pada dasaenya tidak berbahaya.
Mammatus
Bagian bawah awan kumulonimbus yang terkulai (penampakan seperti kantung) pada tahap akhir
perkembangannya. Mammatus paling sering terlihat tergantung dari landasan badai petir yang lebih parah,
tetapi tidak menghasilkan cuaca buruk. Mereka juga dapat menyertai badai yang tidak parah.
Kontrail
Awan sempit dan memanjang yang terbentuk saat knalpot pesawat jet mengembun di udara dingin di
ketinggian tinggi, yang menunjukkan kelembaban tingkat atas dan arus dingin.
Kabut
Lapisan awan stratus di atas atau di dekat permukaan tanah. Jenis yang berbeda termasuk kabut
radiasi (terbentuk dalam semalam dan terbakar di pagi hari) dan kabut adveksi.
Awan Hole-Punch
Juga dikenal sebagai lubang jatuh, jenis awan ini biasanya terbentuk ketika suhu air di awan di bawah titik
beku tetapi akhirnya belum membeku. Ketika bagian-bagian air membeku, uap air di sekitarnya juga akan
membeku dan mulai turun. Ini meninggalkan lubang bundar di awan.
Awan pelangi
awan berwarma yang dihasilkan oleh fenomena optik.
Awan tapal kuda
fenomena meteorologi langka berupa awan yang berbentuk tapal kuda atau huruf "U" terbalik.

Perbedaan Cirrus dan Cumulus

Ada karakteristik jelas saat membedakan awan cirrus dan awan cumulus. Pertama dari sisi tampilan, awan
cirrus berbentuk halus seperti kain sementara cumulus terlihat padat dan bergerombol.

Awan cirrus lebih tipis dibandingkan cumulus sehingga agak sulit terlihat mata. Awan cumulus sangat jelas
sekali terlihat mata karena bentuknya yang bergumpal.

Selain itu awan cirrus ditemukan di lapisan troposfer atas sementara cumulus dapat ditemukan cukup dekat
di troposfer bawah. Awan cumulus adalah pertanda cuaca sedang dalam keadaan normal sementara awan
cirrus bisa jadi pertanda akan terjadi badai.

Pembentukkan Awan Cirrus


Awan cirrus terbentuk dari kristal es di atmosfer karena wilayah pembentukkannya berkisar -60 derajat
celcius sehingga air akan membeku.

Karena kristal es ini berada di troposfer atas maka mereka akan mengikuti angin kencang. Inilah mengapa
awan cirrus sering cepat menghilang dan tidak menjadi padat.

Di sisi lain, tetesan air yang membentuk awan cumulus juga dapat membeku namuns sebagian besar
ditemukan dalambentuk cair. Karena kelembaban tinggi, udara hangat naik dan menciptakan lapisan-
lapisan seperti awan lenticular.

Selanjutnya, puncak awan secara bertahap mencapai bagian atmosfer lebih tinggi, bahkan di stratosfer
yang lebih rendah. Begitu pula ketika awan besar ini menjadi dewasa, terjadi benturan air dan es yang
menghasilkan muatan listrik yang menghasilkan guntur dan kilat.

Awan lentikular di puncak Ciremai


Proses terbentuknya awan lentikular
Saat udara mengalir di permukaan bumi, maka ia akan menghadapi beberapa hambatan. Hambatan ini bisa
buatan manusia seperti bangunan atau alami seperti bukit, gunung atau lembah. Gangguan ini
menyebabkan alian udara akan berubah

Semakin tinggi udara maka akan semakin dingin. Ketika dingin, kelembaban yang dikandungnya berubah
menjadi tetesan air. Tetesan inilah yang membentuk awan. Dengan demikian, arus udara hangat mendingin
bergerak naik gunung, menciptakan awan.
Awan lentikular adalah awan berbentuk lensa yang biasanya berkembang di sisi bawah gunung atau
pegunungan. Ini terjadi ketika udara yang stabil dan lembab mengalir di atas gunung, menciptakan
serangkaian gelombang berosilasi. 
 
Jika suhu di puncak gelombang udara sama dengan suhu titik embun, kondensasi terjadi dalam formasi
bentuk lensa. Ketika udara jatuh ke dasar gelombang udara, di mana suhu udara dan suhu titik embun tidak
sama maka penguapan terjadi. Dengan demikian, awan gelombang, atau serangkaian awan lentikular,
mampu terbentuk.

Awan lentiluar menjadi pertanda cuaca sedang ektrim di puncak gunung dan bisa memicu hujan lebat di
lereng gunung. Namun awan ini bukan menjadi pertanda akan adanya fenomena lain seperti gempa atau
tsunami.
Pagi hari ini seperti biasa saya pergi mencari sarapan ke luar rumah dengan jalan kaki melewati
pesawahan di kampung. 

Rumah saya memang berada di kota Majalengka namun masih banyak pesawahan. Bulan ini
memasuki puncak musim hujan dan hampir setiap sore hingga malam hujan terus turun di kota
Majalengka.

Dampaknya pagi hari suhu udara sangat dingin dan membuat fenomena langka muncul di atas
Ciremai. Fenomena tersebut adalah awan topi lentikular.

Saya bergegas mengambil kamera untuk mengabadikan fenomena atmosfer yang jarang terjadi
ini. Lalu apakah kehadiran awan lentikular ini menjadi pertanda bahaya?. 

Tentu tidak karena fenomena atmosfer ini adalah murni karena faktor alam. Yuk kita simak faktor
terjadinya awan lentikular ini.
Awan lentikular adalah awan berbentuk lensa atau melingkar yang terbentuk di troposfer dan biasa
terbentuk karena pembentukannya searah dengan arah angin di puncak gunung. Ada tiga jenis
awan lentikular: 
 
1. altocumulus standing lenticular (ACSL),
2. stratocumulus standing lenticular (SCSL),
3. cirrocumulus standing lenticular (CCSL)

5.Kelembapan udara
Kelembapan udara adalah jumlah uap air yang terdapat di udara. Kelembapan udara berpengaruh bagi
pengendapan air di dalam udara yang bisa berbentuk awan, kabut, embun serta hujan. Kelembapan udara
terdiri dari dua macam, yaitu kelembapan relatif dan kelembapan absolut. Kelembapan udara pada suatu
wilayah dapat diukur dengan menggunakan suatu alat yang disebut hidrografi.
Jika diterapkan dengan benar, istilah tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan dan menunjang hidup
manusia. Misalnya untuk membantu aktivitas budidaya pada tanaman, meramal cuaca yang nanti akan
terjadi, serta memprediksi kebutuhan pendinginan ruangan.

Berikut merupakan penjelasan lengkap mengenai kelembapan udara, jenis-jenisnya, serta bagaimana cara
mengukurnya.

Pengertian Kelembapan Udara


Kelembapan udara pada dasarnya adalah ukuran kadar uap air yang berada dalam bentuk gas di udara.
Udara disini dapat dimaknai sebagai udara dalam ruangan ataupun udara pada lapisan atmosfer.

Jumlah uap air yang berada di atmosfir sekitar 2 persen saja dari jumlah massa keseluruhan dari atmosfir.
Jumlah yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan gas lain.

Akan tetapi jumlah tersebut juga tidak selalu konstan dan tetap, sebab kadang ditemui kelembapan pada
udara berada di sekitaran angka nol sampai lima persen untuk suatu wilayah tertentu.

Terdapat alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan pada udara, yakni psikrometer. Alat ini bisa
mengetahui jumlah uap air yang berada di atmosfir, walaupun ukurannya sangat kecil.

Jika suatu atmosfir memilik kadar uap air yang tinggi, besar kemungkinan ia akan menghasilkan hujan.
Sebab adanya uap air di dalam atmosfir bisa menjadi tanda bahwa hujan akan turun di wilayah tertentu.

 
Kapasitas Udara
Kapasitas udara pada dasarnya adalah jumlah uap air yang dapat terkandung dalam suatu parsel udara
pada suhu tertentu. Kapasitas ini akan berubah-ubah sesuai dengan kandungan uap air yang sudah ada
dan juga suhu udara tersebut.

Semakin tinggi suhu udara, maka semakin besar kapasitas yang dimiliki oleh udara tersebut untuk
menampung uap air.

Ketika kapasitas udara dicapai, maka udara tersebut akan menjadi jenuh terhadap uap air dan
menyebabkan terjadinya hujan. Kejenuhan itu sendiri dapat dicapai melalui 2 cara yaitu
 Menambah kadar uap air yang ada di udara melalui evapotranspirasi
 Menurunkan suhu udara di wilayah tersebut

Seperti yang sudah kita ketahui, semakin rendah suhu, maka semakin rendah pula uap air yang mampu
ditampung oleh udara tersebut. Oleh karena itu, agar menjadi jenuh, kalian dapat menurunkan suhu udara.

Selain itu, cara paling mudah untuk mencapai kejenuhan adalah dengan menambah kadar uap air di suatu
wilayah melalui proses evaporasi dan transpirasi (evapotranspirasi) yang merupakan bagian dari daur air.

 
Jenis Kelembapan Udara

Terdapat beberapa jenis kelembapan udara yang terbagi dalam tiga bentuk umum, bentuk-bentuk tersebut
antara lain adalah

 Kelembapan spesifik
 Kelembapan absolut
 Kelembapan nisbi/relatif

Ketiga jenis kelembapan udara ini memiliki pengertian dan juga pemaknaan yang berbeda-beda. Agar
kalian lebih paham, kita akan bahas secara lebih mendalam dibawah ini.

Kelembapan Spesifik
Kelembapan spesifik adalah berat uap air pada udara yang dihitung dalam satuan gram per kilogram udara.
Artinya disini akan dihitung rasio uap air terhadap berat udara total.

Umumnya, kelembaban udara ini akan berbanding lurus dengan tekanan udara yang ada pada suatu lokasi.
Ketika tekanan udara tinggi, maka kelembaban spesifik juga akan tinggi.

Misalnya di daerah yang memiliki kadar air besar seperti lautan. Pada daerah lautan, kadar tekanan udara
yng tinggi akan membuat kelembapan spesifik juga tinggi.

Sedangkan, di daerah daratan terjadi dua kali maksimum dan minimum kelembapan pada udara dalam satu
hari. peristiwa tersebut terbagi dalam empat bagian, yakni

 Kelembapan minimum pada tekanan minimum


 Kelembapan maksimum pada tengah hari
 Kelembapan minimum pada senja hari
 Kelembapan maksimum pada tekanan maksimum
Kelembapan udara jenis spesifik, biasanya berubah-ubah di berbagai musim, terutama pada iklim yang
memiliki 4 musim.

Misalnya untuk musim panas, ia merupakan waktu dengan kelembapan yang tinggi, sedangkan untuk
musim dingin ia memiliki kelembapan yang lebih rendah.

Di daerah dengan dua musim, kelembapan pada atmosfir lebih tinggi terjadi di musim hujan ketimbang
pada musim kemarau.

Pada daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin muson, kawasan yang mengalami muson juga bisa
memiliki kelembapan spesifik yang bervariasi, tergantung sistem muson yang sedang berlangsung di
wilayah tersebut.

 
Kelembapan Absolut
Kelembapan absolut langsung menghitung berat uap air yang ada pada parsel udara tertentu. Disini
hitungan uap air tidak mempertimbangkan temperatur ataupun tekanan udaranya.

Pada kelembapan absolut, yang dihitung adalah berat uap air per satuan volume parsel udara. Berbeda
dengan kelembapan spesifik yang menghitung berat uap air per satuan berat udara total.

AH = Kelembapan Absolut
mH2O = Berat uap air dalam udara
Vnet = Volume udara

Kelembapan absolut dihitung dengan menggunakan rumus diatas dimana AH adalah perbandingan antara
berat uap air dalam udara dengan volume udara total.

 
Kelembapan Nisbi atau Relatif
Kelembapan jenis ini merupakan perbandingan antara uap air yang berada di udara atau atmosfir,
dibandingkan dengan jumlah uap air yang benar-benar ada di udara tersebut.

Jika temperatur suatu atmosfir dan tekanannya sama, maka udara yang terkumpul di amosfir tersebut jenuh
dengan uap air yang ada.

Kalau kalian masih bingung, maka ini adalah definisi dari kelembapan nisbi yang asli dalam bahasa Inggris

Artinya secara harfiah adalah, kelembapan ini mencoba untuk mendapatkan rasio antara tekanan parsial
dari uap air di suatu udara dengan tekanan uap ekuilibrium dari air.

Udara merupakan zat yang memiliki massa. Karena memiliki massa maka ia bisa bergerak jika ada
perbedaan massa jenis antara sesama udara di atmosfer. Kamu tentu pernah mengalami perbedaan udara
saat di ruangan AC dengan ruangan non AC kan?. 

Di ruangan bera AC udara dingin dan kering sementara di luar ruangan, udara terasa panas dan lembab. 

Kelembaban udara dibagi menjadi kelembaban relatif atau nisbi dan kelembaban absolut atau mutlak.
Kelembaban relatif adalh perbandingan jumlah uap air dalam udara dengan jumlah air maksimum yang
dapat ditampung oleh udara dalam suhu yang sama. Kelembaban mutlak adalah banyaknya uap air yang
terkandung dalam 1 m³. 

Contoh Kasus:
Diketahui dalam 1 m³ dengan suhu 20⁰ C terdapat 20 gr udara. Jumlah uap air maksimum dalam 1
m³dengan suhu 20⁰ C adalah 40 gr. Berapa kelembaban relatifnya?.

20 x 100% = 50%

Kelembaban atau humidity  dapat diartikan sebagai banyaknya volume uap air dalam udara dalam
waktu dan lokasi tertentu. Pemanasan matahari menyebabkan air yang ada di permukaan bumi
menguap dan mengisi ruang udara. Semakin tinggi suhu suatu daerah maka kelembabannya
semakin tinggi sedangkan semakin rendah suhu maka kelembaban semakin rendah. 

Contohnya di pantai kamu tentu akan terus berkeringat sementara di pegunungan tidak. Alat untuk
mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau psychrometer.  
Jika udara secara bertahap didinginkan dengan kadar kelembaban konstan, kelembaban relatif akan naik
hingga mencapai 100%. Pada suhu ini, Jika udara mengandung jenih uap air maka akan disebut titik embun
dan jika terus mendingin maka akan terjadi kondensasi.

Pada kesehariannya, kelembapan jenis ini berlawanan dengan suhu maksimum yang ada di pagi hari,
ataupun dengan suhu minimum yang terjadi di sore hari.

Selain itu, terdapat variasi pada kelembapan udara jenis ini, yakni dengan perbedaan wilayah yang
didasarkan pada posisi lintang.

Pada daerah yang terletak di lintang kecil antara 30 LU – LS, tekanan nisbi akan besar pada musim panas
dan kecil pada musim dingin. Sedangkan, di daerah lintang besar, berlaku sebaliknya.

Faktor yang Mempengaruhi Kelembapan Udara


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelembapan udara di suatu wilayah. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah

 Suhu udara
 Tekanan udara
 Pergerakan angin
 Sinar matahari
 Vegetasi
 Ketersediaan air

Salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi kelembapan pada udara adalah suhu udaranya.
Dalam konteks kelembapan, semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak uap air yang dapat
ditampung oleh udara. Sedangkan, semakin rendah suhu udara, semakin rendah kapasitas uap air dari
udara tersebut.

Hal ini terjadi karena saat udara panas, maka jarak antar molekulnya lebih lebar sehingga mampu
mengakomodasi banyak uap air. Ketika udara dingin, maka jarak antar molekulnya menjadi kecil sehingga
kesulitan mengakomodasi uap air.

Oleh karena itu, ketika sebuah udara dipanaskan tanpa mengubah tekanannya, maka kelembapan akan
menurun. Hal ini terjadi karena kapasitas udara untuk menampung uap air meningkat tetapi jumlah uap
airnya tetap sama.

PERANAN ACTUAL VAPOR PRESSURE DAN SATURATION VAPOR PRESSURE DALAM


MENENTUKAN RELATIVE HUMIDITY DAN DEW POINT TEMPERATURE
Pendahuluan
Udara mengandung uap air yang banyaknya tidak tetap. Uap air berasal dari berbagai sumber, antara lain
dari penguapan laut, penguapan sungai, penguapan danau dan penguapan dari tumbuh-tumbuhan. Untuk
menyatakan kadar uap air di dalam udara digunakan istilah kelembaban. Banyaknya uap air di dalam udara
tergantung pada faktor-faktor tertentu, antara lain ketersediaan air dan sumber uap, suhu udara, tekanan
udara dan angin.

Dalam kehidupan sehari-hari, kelembaban udara adalah sesuatu yang sangat penting, karena akan sangat
mempengaruhi suhu udara. Di dalam atmosfer senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara
disebut kelembaban. Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada suhu udara setempat. Kelembaban
udara adalah presentase kandungan uap air di dalam udara. Kelembaban udara juga ditentukan oleh
jumlah uap air yang terkandung di dalam udara.

Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah uap air dalam udara ini
merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu sekitar 2 % dari jumlah massanya. Walaupun
kecil, uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim.

Landasan Teori
Kandungan uap air dalam atmosfer dapat dihitung dengan berbagai cara dengan menentukan tekanan uap
air (actual vapor pressure) dan tekanan uap air jenuh (saturation vapor pressure). Salah satunya dengan
menggunakan unsur suhu udara (dry-bulb temperature) dan suhu bola basah (wet-bulb temperature).
Tekanan uap dinyatakan dalam satuan millibar (mb) maupun hectoPascal (hPa).

Dengan menghitung tekanan uap air dan tekanan uap air jenuh, selanjutnya dapat diperoleh nilai dari
kelembaban udara (relative humidity) dan suhu titik embun (dewpoint temperature).

Untuk menentukan tekanan uap air jenuh digunakan unsur tekanan udara pada lokasi pengamatan. Tabel
RH dan Tabel DewPoint yang biasa digunakan di lingkungan BMKG menggunakan Tekanan Udara Standar
dengan nilai 1013 mb.

Titik embun adalah ukuran kelembaban. Jika udara didinginkan, energi yang cukup pada akhirnya
mengubah uap air menjadi embun. Suhu dimana mulai terkondensasi adalah titik embun. Ketika
kelembaban mencapai 100 %, suhu titik embun selalu sama suhu udara. Semakin besar perbedaan suhu
udara dan suhu titik embun, semakin rendah pula kelembaban udara.
Ukuran untuk menyatakan jumlah uap air yang digunakan dalam tulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut :

Suhu Bola Kering ( T )


Biasanya disebut sebagai suhu udara, merupakan istilah yang umum digunakan. Ketika orang menyebut
suhu udara, biasanya mereka mengacu pada temperatu bola kering. Disebut suhu bola kering karena
dalam mekanisme kerjanya tidak terpengaruh oleh kelembaban udara. Suhu bola kering dapat diukur
dengan menggunakan termometer normal yang terkena udara bebas, tetapi terlindung dari radiasi dan
kelembaban. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat Celcius (oC), derajat Fahrenheit (oF) dan
satuan Kelvin (K). titik Nol pada Kelvin setara dengan 273 oC.

Suhu Bola Basah ( Tw )


Suhu bola basah adalah temperatur adiabatik yang jenuh. merupakan suhu yang ditunjukkan oleh
thermometer bola basah yang terkena aliran udara. Diukur menggunakan thermometer yang terbungkus
kain kasa basah. Penguapan adiabatik dari air pada thermometer dan akibat pendinginan yang ditunjukkan
untuk membaca bahwa suhu lebih basah dibanding dari suhu kering di udara. Tingkat penguapan dari kain
kasa yang basah pada thermometer dan perbedaan antara suhu bola kering dan suhu bola basah
tergantung pada kelembaban udara. Penguapan berkurang ketika udara mengandung uap air lebih banyak.
Suhu bola basah selalu lebih rendah dibanding suhu bola kering, namun akan identik dengan kelembaban
relatif 100 % dimana suhu udara berada pada titik jenuh.

Tekanan Uap Air


Adalah jumlah tekanan parsial dari uap air yang ada di udara
Tekanan Uap Air Jenuh
Adalah jumlah tekanan dari uap air yang ada di udara saat jenuh.

Kelembaban Udara
Perbandingan dari tekanan uap air dan tekanan uap air jenuh yang dinyatakan dalam prosentase

Suhu Titik Embun


Merupakan suhu dimana uap air mulai mengembun dari udara, dimana suhu menjadi benar-benar jenuh.
Jika titik embun mendekati suhu udara, kelembaban relatif tinggi dan jika titik embun jauh dibawah suhu
udara, kelembaban relatif lebih rendah.

Data dan Metode


Data
Data-data yang digunakan diambil dari data iklim dari Stasiun Klimatologi Kediri – NTB dan Stasiun
Meteorologi Selaparang Mataram, berupa data :
1. Thermometer Bola Kering
2. Thermometer Bola Basah
3. Tekanan Udara di Stasiun

Rentang data yang diambil adalah data obervasi dalam 1 hari, dimana data dari masing-masing mempunyai
jam pengamatan yang berbeda. Tergantung dari jam operasional dari setiap stasiun. Data 12 jam untuk
Stasiun Klimatologi Kediri dan 24 jam untuk Stasiun Meteorologi Selaparang Mataram.

Sebagai bahan pembanding dari hasil percobaan digunakan :


1. Tabel Kelembaban Udara
2. Tabel Titik Embun

Metode
Untuk mempermudah dalam perhitungan, digunakan format dalam file xls  atau sejenisnya yang selanjutnya
akan dikomparasi dengan hasil dari tebel-tabel pembanding. Adapun formatnya adalah sebagai berikut :

Hanya dengan memasukkan data suhu bola kering, suhu bola basah dan tekanan di stasiun, selanjutnya proses
penentuan tekanan uap air, tekanan uap air jenuh akan otomatis dan juga akhirnya akan menentuka nilai dari
kelembaban udara dan suhu titik embun.
Dengan bantuan aplikasi perangkat lunak HyBMG, dibuat grafik pengujian antara data observasi dengan data hasil
percobaan, sehingga mengetahui tingkat keakuratan data hasil percobaan dengan data hasil obervasi.

Pembahasan
Stasiun Klimatologi Kediri
Data observasi Tanggal :
13 Juni 2010
Data hasil percobaan :
Validasi data observasi dengan data hasil percobaa

n:
Dari grafik validasi diatas bahwa untuk hasil kelembaban udara dan titik embun hasil percobaan pada Stasiun
Klimatologi Kediri menunjukkan koefisien korelasi yang besar, mendekati nilai 1. Dimana semakin mendekati 1,
hasilnya semakin mendekati hasil observasi. Demikian pula dengan root mean square error-nya yang sangat kecil,
jauh dibawah nilai 100.

Stasiun Meteorologi Selaparang Mataram


Data observasi Tanggal :
13 Juni 2010

Data hasil percobaan :


Validasi data observasi dengan data hasil percobaan :
Sama dengan hasil dari grafik validasi Stasiun Klimatologi Kediri, bahwa untuk hasil kelembaban udara dan
titik embun hasil percobaan pada Stasiun Meteorologi Selaparang menunjukkan koefisien korelasi yang
besar, mendekati nilai 1. Dimana semakin mendekati 1, hasilnya semakin mendekati hasil observasi.
Demikian pula dengan root mean square error-nya yang sangat kecil, jauh dibawah nilai 100.

Pergerakan Angin
Angin yang bergerak ternyata juga dapat mempengaruhi kelembapan pada udara, hal ini dipengaruhi oleh
proses penguapan dan kondensasi yang terjadi.

Air yang menguap, karena massanya kecil akan terbawa oleh angin dan membentuk awan serta
meningkatkan kelembapan udara di suatu wilayah tertentu.

Angin disini berperan untuk menggeser uap air dari suatu wilayah ke daerah-daerah lainnya

Sinar Matahari
Selanjutnya adalah kuantitas penyinaran oleh matahari, sebab penyinaran yang dilakukan oleh matahari
juga bisa mempengaruhi kelembapan pada udara.

Penyinaran yang dilakukan dengan jangka waktu yang panjang dan terus menerus, akan menyebabkan
terjadinya evapotranspirasi yang besar pada permukaan-permukaan air dan juga tumbuhan.

Evapotranspirasi ini nantinya akan menyebabkan penumpukan uap air di atmosfer, sehingga meningkatkan
kelembapan udara di wilayah tersebut.

 
Vegetasi

Selanjutnya adalah vegetasi, yakni tumbuhan yang berada pada suatu wilayah tertentu.

Vegetasi dapat mempengaruhi kelembapan pada udara karena mereka melakukan transpirasi ketika
sedang berfotosintesis. Proses fotosintesis ini akan menghasilkan uap air, yang nantinya dapat menguap ke
udara, meningkatkan kelembapan udara.

Oleh karena itu, tidak jarang kalian melihat hutan-hutan besar memiliki iklimnya sendiri bukan? Pohon-
pohon inilah yang mempengaruhi iklim di hutan tersebut.

 
Adanya Ketersediaan Air
Selanjutnya adalah ketersediaan air yang dapat membuat kelembapan suatu wilayah berubah kadarnya.

Air yang mengalami penguapan akan memberikan sejumlah uap air ke dalam udara. Uap air ini kemudian
akan naik dan menetap di atmosfer, membuat atmosfer menjadi lebih jenuh.

Seiring dengan berjalannya waktu, uap air ini akan berubah menjadi awan-awan. Jika atmosfer sudah
mencapai kapasitas udaranya, maka akan terjadi hujan.

Kandungan air pada suatu wilayah bisa mempengaruhi kelembapan di udara. Semakin tinggi ketersediaan
air di suatu tempat, maka semakin tinggi pula kelembapan di wilayah tersebut.

 
Dampak Kelembapan Udara

 Kelembapan udara memiliki beberapa dampak terhadap kehidupan manusia di bumi dan juga kondisi
alam sekitarnya. Dampak-dampaknya antara lain adalah Iklim dan cuaca
 Pemanasan global
 Kenyamanan manusia
 Kehidupan hewan dan tumbuhan
 Konstruksi bangunan
 Penerbangan

Tekanan Udara
 Pengertian tekanan udara adalah tenaga yang bekerja sehingga dapat menyebabkan udara
bergerak dalam satuan wilayah tertentu dan berpindah tempat. Tekanan udara sangat dipengaruhi
dengan densitas udara (kerapatan massa udara) atau tingkat kepadatan. Besarnya tekanan udara
bergantung dengan jumlah udara diatasnya.

Tekanan udara memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan kelembapan udara pada suatu wilayah.

Jika suatu wilayah memiliki tekanan udara yang semakin tinggi, maka udara yang berada di sekitarnya juga
akan memiliki kelembapan yang tinggi pula.

Hal tersebut dapat terjadi karena uap air yang ada di udara tersebut tetap namun volume udaranya
mengecil. Sehingga kelembapan udaranya meningkat.

Sebaliknya terjadi jika tekanan udara diturunkan, maka kelembapan udara di wilayah tersebut akan semakin
menurun. Hal ini terjadi karena volume udara membesar, namun jumlah uap air tetap sama.

Tekanan udara sangat dipengaruhi dengan densitas udara (kerapatan massa udara) atau tingkat
kepadatan.

Besarnya tekanan udara bergantung dengan jumlah udara diatasnya. Ketika udara bereda di titik tertinggi
maka semakin sedikit udara diatasnya, hal inilah yang menyebabkan tekanan udaraya di dataran tinggi
kecil.

Berbanding terbalik dengan  di dataran rendah. Selain itu tekanan udara dipengaruhi oleh suhu udara,
ketika suhu udara tinggi maka molekul udara akan mengembang dan volume udara akan semakin besar.
Ketika volume di uadara di atas suatu tempat tetap, massa udara total akan berkurang, beratnya pun juga
berkurang, sehingga memngaruhi tekanan udara yang terjadi. Begitupula sebaliknya.

Tekanan udara di sekitar kita dapat dituliskan secara sistematis, penulisan sistematisnya dapat kalian lihat
di poin selanjutnya.

Tekanan udara merupakan besaran turunan yang dapat diukur dengan suatu alat yang disebut barometer.

Alat ini ditemukan oleh ilmuwan asal Irlandia yakni Robert Boyle. Ada beberapa macam barometer yaitu
barometer air raksa, barometer aneroid, barometer air dan beberapa jenis barometer lainnya.

Umumnya, satuan untuk menyatakan tekanan udara yaitu hektopascal. Akan tetapi kita masih juga
menjumpai nilai tekanan udaara dengan satuan cmHg pada barometer tua.

Bila dikoversikan 1 cmHg = 1,103 x 105 Pa = 1 x 1,103 x 103 hektopascal.


Kita pasti sering menjumpai nila dari massa jenis udara. Tahukah kalian bagaimana cara untuk
mendapatkan nilai tersebut ?

Menentukan massa jenis udara didapat dengan tiga cara yakni pertama, nilai massa jenis udara didpatkan
dari pengukuran  manual dengan barometer atau alat lainnya.

Kedua, nilai massa jenis udara langsung dianggap sama dengan nilai massa jenis udara rata-rata menurut
ISA yaitu 1,2 kg/m3.
Ketiga, dengan cara didapat dari pembacaan table hubungan antara massa jenis udara dengan ketinggian
permukaan tanah yang disusun oleh CSIRO.

Namun, jika kita ingin mengukur tekanan udara dengan cara perhitungan, maka kalian bisa menggunakan
rumus sistematis sebagai berikut :

Ph = (Pu – h/100) cmHg


Dimana

 Ph = tekanan pada ketinggian H


 Pu = tekanan pada permukaan air laut
 h = tinggi suatu tempat
Dari persamaan diatas, maka jika mencari h dapat dicari dengan persamaan berikut :

h = (Pu-Ph)x 100 m
Aplikasi Tekanan Udara dalam Kehidupan Sehari-hari
Penggunaan konsep tekanan udara bisa kita temui di beberapa kasus berikut :

 Penerbangan pesawat.
 Balon udara.
 Penurunan paralayang.
Supaya temen-temen lebih paham, simaka contoh soal tekanan udara di bawah ini yaa.
Contoh Soal Tekanan Udara
Suatu bukit memiliki ketinggian 500 m dari permukaan laut. Bila tekanan udara di atas permukaan air laut
sebesar 76 cmHg. Tentukan tekanan udara pada tempat tersebut.

Pembahasan
h = (Pu-Ph)x 10
500 = (760 – x) . 10
h = 500 m ; Pu = 76 cmHg = 760 mmHg

50 = 760 – x
x = 710 mmHg
x = 71 cmHg
 
 
Iklim dan Cuaca

Kelembapan udara adalah salah satu faktor penentu iklim dan cuaca di suatu wilayah. Oleh karena itu,
aktivitas cuaca dan kondisi iklim pasti akan dipengaruhi oleh kelembapan udara yang ada di wilayah
tersebut.

Umumnya, daerah yang berlokasi dekat dengan pantai atau terpapar sinar matahari yang cukup terik
memiliki kelembapan yang lebih tinggi. Contohnya adalah daerah di dekat kathulistiwa ataupun daerah
pesisir pantai seperti pantai utara.

Pemanasan Global

Kelembapan udara mempengaruhi pemanasan global

Karena merupakan salah satu gas rumah kaca yang cukup kuat, uap air dapat menyebabkan pemanasan
global di suatu wilayah. Bahkan, uap air adalah gas rumah kaca yang paling banyak di atmosfer. Jauh lebih
banyak dibandingkan dengan karbon dioksida atau gas metana.

Selain itu, uap air juga mengandung energi laten yang jika mengembun, maka energinya akan dilepaskan
ke alam. Pelepasan energi ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suhu udara di suatu lokas

Kenyamanan Manusia

Kelembapan juga berpengaruh terhadap kenyamanan manusia dalam beraktivitas. Meskipun begitu,
kenyamanan manusia lebih dipengaruhi oleh kondisi temperatur di suatu wilayah.

Uap air yang sedikit di udara dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering, bibir menjadi pecah-pecah, dan
mata yang menjadi berair.

Selain itu, uap air juga berpengaruh pada kemampuan bernafas orang-orang yang mengalami asma atau
gangguan pernafasan lainnya. Oleh karena itu, harus diperhatikan faktor kenyamanan ketika mengatur
kadar uap air di udara.

 
Hewan dan Tumbuhan
Kelembapan dan ketersediaan air baik dalam bentuk cair maupun uap merupakan salah satu faktor dasar
yang mempengaruhi kehidupan di muka bumi ini.

Oleh karena itu, air menjadi salah satu komponen siklus biogeokimia yang paling penting.

Secara umum, hewan dan tumbuhan memiliki kapasitas untuk menahan panas dan kelembapan yang
terbatas. Diluar zona nyaman tersebut, hewan dan tumbuhan akan mati. Hal ini menyebabkan
terbentuknya bioma dan juga ekosistem tertentu di dunia.

Hal ini jugalah yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna di permukaan bumi.

Konstruksi Bangunan
Kondisi kelembapan udara juga mempengaruhi bentuk konstruksi bangunan yang akan dirancang oleh
arsitek dan insinyur teknik sipil

Umumnya, bangunan dibuat agar lebih tertutup dan terisolasi untuk mengurangi efek dari kondisi alam di
luar bangunan tersebut. Artinya, bangunan akan lebih efisien ketika menggunakan pendingin ataupun
penghangat ruangan.

Namun, hal ini juga menyebabkan kelembapan dalam bangunan menjadi tidak stabil dengan kondisi diluar.
Bisa saja menjadi terlalu rendah ataupun terlalu tinggi.

Oleh karena itu, dalam mendesain bangunan, arsitek dan teknik sipil harus dengan cermat memperhatikan
faktor penumpukan uap air dan kelembapan dalam bangunan tersebut.

 
Industri Penerbangan
Pesawat terbang menggunakan udara dari lapisan atas atmosfer untuk mensuplai udara kabin nya. Agar
penumpang bisa bernafas, udara ini dihangatkan dan juga diatur tekanannya agar sesuai dengan
kebutuhan manusia.

Namun, udara ini memiliki kelembapan yang rendah, karena berada di lapisan atas troposfer. Udara ini
kemudian juga dihangatkan kembali ketika memasuki kabin pesawat, sehingga semakin menurunkan
kelembapannya.
Hal ini menyebabkan para penumpang pesawat sering merasakan kulit kering, mata berair, ataupun
ketidaknyamanan lainnya saat menaiki pesawat terbang. Namun, perusahaan penerbangan tidak bisa
menggunakan humidifier  udara karena akan memberatkan pesawat.

 
Cara Mengukur Kelembapan Udara
Terdapat beberapa alat yang bisa digunakan untuk mengukur kelembapan di udara, diantaranya adalah
higrometer dan psikrometer atau kerap disebut sebagait thermometer bola basah.

Higrometer

Alat ini lebih sering digunakan untuk mengukur kelembapan pada udara yang suhunya rendah, misalnya
untuk mengindikasikan munculnya jamur di barang simpanan.

Pada alat ini terdapat dua skala yang digunakan untuk menunjukkan kelembapan udara, yakni temperatur
dan juga suhu.

Kelembapan udara diberi simbol dengan huruf H, sedangkan suhunya diberi tanda dengan derajat celcius.

Psikrometer
Alat ini merupakan termometer yang memiliki dua bola, satu yang kering dan satu lagi yang dilapisi oleh
kain basah.

Alat ini berfungsi untuk mengetahui dan mengukur kelembapan udara yang berada di dalam ruangan atau
luar ruangan. Hal ini mungkin dilakukan karena temperatur pada bola kering pasti lebih tinggi dibandingkan
dengan bola basah.

Perbedaan suhu antara kedua bola inilah yang akan diolah menggunakan rumus dan digunakan untuk
mengestimasi berapa kadar uap air yang ada di wilayah tersebut.

Psikrometer sering digunakan untuk mengukur kelembapan pada udara di ruangan, perkebunan, atau
peternakan.

Kalian dapat menggunakan rumus ini untuk menghitung kelembapan udara di suatu wilayah dengan
menggunakan psikrometer

Perhitungan Kelembapan Mutlak


Em : ew – α.p. (Td-Tw) mbar
dimana:
ew : Tekanan Uap jenuh pada temperatur bola basah (tabel)
Td : temperatur bola kering 0C
Tw : temperatur bola basah 0C
P : tekanan Barometer udara (mbar) yang tergantung ketinggian(tabel)
α :Konstanta Psikrometrik yang tergantung tipe Ventilasi:
α :0.000662 :Psikrometrik ventilasi tipe Assman dg ka. 5 m/dt; atau
α :0.000800 :Psychrometric dgn ventilasi alam dengan ka. 1 m/det.
ea : tekanan uap aktual
(ed–ea) : difisit kejenuhan

Perhitungan Kelembapan Udara


RH : ea/em x 100 % = …….%
dimana:
RH : Kelembaban Udara
EA : Kelembaban Absolut atau Tekanan Uap Aktual (mbar)
EM : Kelembaban Mutlak (mbar)

Itulah penjelasan singkat mengenai kelembapan udara dan bagaimana cara mengukur serta faktor yang
mempengaruhi keberadannya.

6.Curah hujan
Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan jumlah air hujan yang turun di
daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu. Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di
permukaan bidang datar dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).

Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang
diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan horizontal. Hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan
tidak mengalir (Suroso 2006).Untuk mengukur curah hujan, alat yang disebut pengukur hujan
digunakan. Alat ini adalah perangkat yang terdiri dari corong dan wadah. Endapan diukur pada
skala milimeter (mm) atau sentimeter (cm).
Pengukuran presipitasi mengambil beberapa data.
 Alat pengukur curah hujan yang sering dipakai dalam obsevatorium yaitu ombrometer dengan luas
mulut penakar 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian 1.2 meter dari permukaan tanah
(Jumin,2002). Batas dari curah hujan yaitu tinggi air (mm) yang diterima permukaan, evaporasi
(penguapan), dan peresapan (infiltrasi) ke dalam tanah.
Ombrometer pertama kali ditemukan oleh Menlo Park (lahir 11 Februari 1847 – meninggal 18 Oktober
1931), seorang pengusaha yang mengembangkan banyak alat berguna.

Jenis Alat Ukur Curah Hujan Dan Cara Kerjanya

Ada dua jenis alat pengukur curah hujan, tipe manual dan tipe otomatis (perekam). Kita akan membahas
satu per satu ya alat pengukur curah hujan dan cara kerjanya.

 Alat pengukur curah hujan yang sering dipakai dalam obsevatorium yaitu ombrometer dengan luas mulut
penakar 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian 1.2 meter dari permukaan tanah (Jumin,2002). Batas
dari curah hujan yaitu tinggi air (mm) yang diterima permukaan, evaporasi (penguapan), dan peresapan
(infiltrasi) ke dalam tanah.
Curah hujan diukur menggunakan alat yang bernama rain gauge. Pengukur hujan adalah wadah berbentuk
corong. Pengukuran curah hujan dengan alat pengukur hujan dilakukan pada skala 1000 meter.

Hujan yang akan dihitung dibagi menjadi 3 klasifikasi. Di bawah itu adalah jumlah curah hujan harian yang
diukur dalam 24 jam dalam satu hari. Jadi jumlah curah hujan bulanan diukur selama 30 hari dalam 1 bulan.
Yang terakhir adalah curah hujan tahunan, yang diukur selama 12 bulan dalam satu tahun.

NAMA ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN


Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut dengan ombrometer.

Ombrometer adalah alat penakar hujan yang biasanya dipasang pada tempat terbuka. Ketika hujan, alat ini
akan menampung air hujan.

Satuan yang digunakan pada alat ini adalah milimeter (mm). Ketelitian alat tentu tergantung dengan jenis
alatnya. Biasanya ketelitian sampai dengan 0,1 mm.

Satuan curah hujan dalam SI adalah milimeter yang merupakan penyingkatan dari satuan liper per meter
persegi.

Pembacaan ombrometer biasanya dilakukan sehari sekali pada pukul 07.00 pagi.

PENEMU OMBROMETER
Ombrometer pertama kali ditemukan oleh Menlo Park (lahir 11 Februari 1847 – meninggal 18 Oktober
1931), seorang pengusaha yang mengembangkan banyak alat berguna.

JENIS ALAT UKUR CURAH HUJAN DAN CARA KERJANYA


Ada dua jenis alat pengukur curah hujan, tipe manual dan tipe otomatis (perekam). Kita akan membahas
satu per satu ya alat pengukur curah hujan dan cara kerjanya.

PENAKAR HUJAN OMBROMETER OBSERVATORIUM


https://youtu.be/5AR3tGMDAtk

Tipe observatorium adalah alat penakar hujan manual yang menggunakan gelas ukur untuk mengukur
curah hujan. Alat ini banyak digunakan di Indonesia dan menjadi alat standar.

Sebuah ombrometer observatorium, data yang didapatkan bisa mewakili luas area datar sampai radius 5
km.

Ombrometer observatorium ini memiliki beberapa kelebihan.

 Mudah dipasang
 Gampang dioperasikan
 Pemeliharaan relatif mudah
Tapi, tentu ada juga kekurangan ketika kita menggunakan alat ini.

 Data yang didapat merupakan jumlah curah hujan selama periode 24 jam saja
 Resiko kerusakan gelas ukur
 Kemungkinan kesalahan pembacaan saat membaca permukaan dari tinggi air di gelas ukur yang akan
menyebabkan hasilnya berbeda
Lalu, bagaiman cara kerja penakar hujan observatorium ini?

Prinsip kerja dari alat ini adalah sebagai berikut.

1. Ketika hujan turun, air akan masuk ke dalam corong penakar.


2. Air lalu dialirkan ke tabung penampung.
3. Saat jam pengamatan, air hujan yang tertampung diukur menggunakan gelas ukur.
4. Jika air hujan yang ditampung melebihi kapasitas gelas ukur, maka pengukuran dilakukan
beberapa kali sampai air di tampungan terukur semua.
Jika air hujan yang tertampung dan diukur kurang dari 0,25 mm, maka itu tidak dianggap sebagai
air hujan. Bisa jadi itu embun yang tertampung di dalam ombremeter.

PENAKAR CURAH HUJAN TIPE HELLMAN

staklimyo
gyakarta.com
Alat untuk mengukur curah hujan Hellman ini merupakan alat otomatis dengan tipe siphon.

Cara kerja alat otomatis ini cukup mudah. Saat air hujan terukur setinggi 10 mm, maka siphon di
dalam alat akan mengeluarkan air dari tabung penampungan dengan cepat dan otomatis.

Setelah itu, alat siap mengukur lagi, dan akan berulang begitu seterusnya.
Dalam wadah penampungan pada alat tipe Hellman ini terdapat pelampung yang dihubungkan
dengan jarum pena penunjuk. Jarum ini secara mekanis membuat garis pada sebuah kertas pias
posisi dari tinggi air hujan yang ditampung .

PENAKAR HUJAN TIPPING BUCKET

microstep-mis.com
Jenis alat ukur curah hujan selanjutnya adalah tipping bucket. Alat ini cocok digunakan untuk wilayah yang
akumulasi curah hujannya di atas 200 mm/jam.

Prinsip kerja dari alat tipping backet ini cukup simple.

1. Air hujan masuk ke dalam alat melalui corong penakar menuju ke bucket.
1. Setiap air hujan yang masuk setinggi 0,5 mm (atau 20 ml), maka bucket akan berjungkit dan
bucket satunya akan siap untuk menerima air hujan yang masuk ke dalam alat berikutnya.
2. Ketika bucket berjungkit, maka pena akan menggores pias dengan skala 0,5 (0,5 mm).
3. Pena akan menggores kertas pias dengan gerakan naik turun.
4. Dari goresan pena inilah dapat diketahui jumlah curah hujan.
PENAKAR HUJAN TIPE WEIGHING BUCKET

cementconcrete.org
Penakar hujan weighing bucket ini merupakan sebuah corong penangkap air hujan yang diletakkan di ats
ember penampungan air. Ember penampung air diletakkan di atas timbangan yang dilengkapi dengan alat
pencatat otomatis.

Cara kerja dari penakar hujan weighing bucket bisa adalah sebagai berikut.

1. Alat pencatat otomatis yang terpasang di timbangan dihubungkan ke permukaan kertas grafik yang
tergulung pada sebuah kaleng silinder.
2. Ketika hujan, air masuk melalui corong dan dialirkan ke dalam ember.
3. Setiap ada penambahan air yang masuk ke ember, kertas grafik akan mencatatnya.
4. Pada periode tertentu, gulungan kertas grafik akan dilepas dari kaleng silinder untuk dianalisis.
PENAKAR CURAH HUJAN TIPE OPTICAL

amazon.com
Kalau alat yang satu ini sudah modern karena menggunakan sensor optikal. Alat ini akan bekerja ketika air
hujan mengenai sensor yang terpasang. Cara kerja dari tipe optical ini sebagai berikut.
1. Penakar hujan optical memiliki beberapa saluran. Tiap saluran terdapat dioda laser
dan photoresistor detector yang berguna untuk mendeteksi gambar yang terekam pada sensor.
2. Saat air terkumpul dan terbentuk single drop, air akan jatuh ke batang laser.
3. Sersor yang ada diatur pada sudut yang pas sehingga laser bisa mendeteksi air hujan seperti
lampu flash.
4. Flash dari photodetector inilah yang dikirimkan ke recorder  untuk dibaca hasilnya.
CARA MEMBUAT ALAT UKUR CURAH HUJAN SEDERHANA
Kalau kamu ingin membuat sebuah alat pengukur curah hujan yang mudah. Bisa coba ik
https://youtu.be/f246UrhCGkouti video di bawah ini.

Kamu bisa coba sendiri membuat alat untuk mengukur intensitas air hujan dengan alat sederhana di rumah.
Jadi, kamu tidak perlu cari yang jual penakar hujan dengan harga cukup lumayan,

PENUTUP
Alat ukur curah hujan di atas tentu ada kelebihan dan kekurangannya ya. Kalau alat yang lebih modern  lagi,
sekarang ini pasti ada yang tipe digital. Tapi, harga alat tentu tidak murah.

Metode Tejadinya Hujan


 Hujan disebabkan oleh siklus air atau siklus air, hanya siklus air sedang. Ikuti prosesnya.
 Sinar matahari menyinari bumi. Energi di bawah sinar matahari menyebabkan penguapan (evaporasi)
di lautan, lautan, danau, sungai dan sumber air lainnya, mengubahnya menjadi uap air.
 Uap air naik pada ketinggian tertentu dan mengalami peristiwa yang disebut kondensasi (kristalisasi
tetesan air). Kejadian kondensasi ini disebabkan oleh suhu sekitar uap air yang lebih rendah dari titik
embun uap air.

 Uap air ini membentuk awan.


Arus angin / udara membuat awan bergerak.
Awan pada akhirnya akan menghasilkan hujan.
 Faktor Dari Curah Hujan

Endapan yang berbeda di satu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor presipitasi meliputi
topografi suatu daerah, kecuraman lereng, arah angin dan arah angin. Penjelasannya adalah sebagai
berikut.

Topografi Suatu Daerah


Topografi adalah penampakan alam di suatu tempat. Topografi disesuaikan dengan kondisi permukaan
bumi. Wilayah dengan fitur topografi yang berbeda dicirikan oleh fitur pada peta yang memiliki kontur untuk
peta topografi dan warna peta umum yang berbeda.

Hubungan antara topografi suatu daerah dan daerah dengan jumlah curah hujan lebih tinggi, semakin
dingin iklim di wilayah tersebut. Iklim yang sejuk sering membuat tempat hujan.

Kecuraman Lereng
Ketinggian lereng yang curam mempengaruhi curah hujan. Ini karena alat pengukur hujan mengukur air
sebagai ukuran kepadatan curah hujan tergantung pada air yang jatuh. Dengan kemiringan yang curam, air
yang jatuh menjadi lebih curam dan curam sehingga hujan dapat lebih mengalir.

Arah Angin
Arah angin menentukan jumlah curah hujan. Arah angin adalah hembusan angin. Hujan yang terjadi di
suatu daerah disebabkan oleh arah angin yang datang dari segala arah. Hembusan angin berkontribusi
pada curah hujan.

Perjalanan Angin
Gerakan angin yang dimaksud berbeda dari arah angin. Arah angin adalah hembusan angin. Sementara
gerakan angin adalah kedatangan angin dari lokasi X ke lokasi Y, gerakan angin menjadi faktor penting
dalam intensitas curah hujan, karena angin membawa awan yang mengandung badan air.

7.Listrik di Udara
Listrik di Udara Yaitu listrik yang terdapat pada atmosfer karena fenomena alam. Umumnya, listrik ini
bersumber dari hujan badai dengan banyak petir atau kilat.

Pernahkah Anda ketakutan apabila melihat kilat yang menyambar di langit, kemudian disusuk dengan petir
yang menggelegar? Dalam musim hujan di Indonesia, adakalanya kita menemukan moment- moment
seperti ini, yakni moment dimana petir, guntur dan kilat silih berganti datang pada hujan yang turun dengan
lebat. Secara sederhana, mungkin kita memaknai kilat, guntur dan juga petir dengan pengertian yang sama.
Yang membedakan adalah kilat yang berupa cahaya sementara guntur yang bersuara keras. Namun perlu
kiranya bagi kita untuk mengetahui berbagai perbedaan yang terdapat di beberapa hal tersebut.
Perbedaan Petir dan Kilat

Petir kita kenal sebagai kilatan cahaya yang berbunyi keras di langit yang datang ketika hujan lebat atau
mendung yang gelap. Sementara kilat juga merupakan hal yang mirip dengan hal tersebut. Namun
keduanya ternyata meniliki perbedaan. Adapun perbedaan- perbedaan petir dengan kilat antara lain
sebagai berikut:

1. Berdasarkan penyebabnya

Sebuah penampakan di planet Bumi ataupun peristiwa alam pasti ada penyebab terjadinya. Seperti halnya
hujan yang terjadi akibat adanya pemanasan terhadap air yang kemudian menjadi uap air, lalu uap air
tersebut menjadi awan hitan yang mengalami jenuh sehingga menumpahkan airnya ke Bumi, petir dan kilat
pun juga ada penyebabnya. Dilihat dari penyebabnya saja kedua hal ini sudah berbeda. Kilat adalah
sebuah bunga api besar yang mucul akibat adanya muatan listrik yang dibangkitkan awan- awan hujan
angin.Kilat terjadi akibat adanya perbedaan muatan listrik antara bumi dan awan yang terus membesar.
Pada waktu yang demikian, udara menjadi lebih mudah ditembus dari Bumi ke awan. Udara yang ditembus
ini kemudian menjadi sebuah saluran pelepasan energi listrik. Pelepasan energi listik dari awan ke bumi
inilah yang disebut dengan kilat, lalu pelepasan energi listrik dari bumi ke awan yang disebut dengan petir.

2. Waktu munculnya

Dilihat dari waktu munculnya, kilat dan petir juga berbeda. Kilat biasanya muncul lebih dahulu yang berupa
kilatan- kilatan cahaya. Kilat tidak hanya muncul ketika hujan sudah berlangsung, namun bisa juga muncul
ketika cuaca mendung namun belum turun hujan. Kilat juga bisa mempercepat terjadinya hujan. Dan petir
muncul belakangan, biasanya setelah kilat. Jadi bisa dikatakan bahwa kilat dan petir memiliki waktu muncul
yang berlainan dimana kilat munculnya lebih dulu dan petir menyusul dibelakangnya.

3. Kenampakannya

Salah satu hal yang mudah untuk menjadi sebuah tanda perbedaan antara kilat dan petir adalah kilat hanya
berupa cahaya, namun petir biasanya diikuti dengan suara menggelegar yang disebut dengan guruh. Jadi,
petir berupa dua kenampakan, cahaya dan juga suara. Sementara itu, kilat hanya berupa cahaya saja.

4. Tempat terjadinya

Hal lain yang menunjukkan perbedaan diantara keduanya adalah tempat terjadinya. Kilat, terkadang terjadi
di atas permukaan bumi sehingga bisa dilihat oleh manusia, namun terkadang juga hanya terjadi di atas
awan sehingga yang dilihat manusia hanya pantulan sinarnya saja. Sementara itu petir biasanya terjadi di
atas permukaan Bumi dan lebih dekat dengan kerak bumi. jadi, apabila kita mendengar berita adanya
pohon tumbang, hal itu diakibatkan oleh petir bukan kilat.

Gejala yang Dijumpai pada Cuaca dan Iklim sendiri diantaranya Kabut (Gejala yang terjadi karena adanya
kondensasi uap air dekat permukaan tanah ataupun air yang dingin. Ketinggiannya mencapai 500 meter),
Embun (Gejala yang terjadi karena adanya kondensasi uap air di permukaan tanah, rumput, dan daun pada
malam hari karena kelembapan udara, namun tidak ada angin yang bertiup), El Nino (Gejala peningkatan
suhu Samudra Pasifik yang terjadi sekitar bulan Desember), La Nina (Gejala yang terjadi setelah El Nino
melemah karena adanya penurunan suhu Samudra Pasifik di sekitar bulan Januari).
Peranan Iklim dan Cuaca

Perlu diketahui bahwa iklim dan cuaca merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Karena iklim mempunyai peranan yang besar terhadap kehidupan seperti dalam bidang pertanian,
transportasi atau perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata.

Peranan Iklim Di Bidang Pertanian


Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya masyarakat agraris yang bergerak di sektor pertanian,
sifat-sifat iklim seperti suhu, curah hujan, dan musim sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Faktor-
faktor iklim seperti cuaca dan iklim benar-benar dipertimbangkan dalam mengembangkan pertanian.

Kondisi suhu, curah hujan dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi pembudidayaan
tanaman pertanian. Begitu pula di bidang perikanan atau kelautan, faktor iklim seperti cuaca, suhu, dan
musim sangat berpengaruh, baik terhadap para nelayan maupun ikan yang akan di tangkap. Pada
umumnya para nelayan mengerti benar tentang keadaan cuaca, terutama yang behubungan dengan angin
dan musim.

Dengan pengetahuan yang dimiliki mereka tahu kapan datangnya angin musim barat dan angin musim
timur. Pada saat berhembus angin barat mereka sangat berhati-hati dalam menangkap ikan di laut. Karena
musim angin barat sering menimbulkan gelombang besar yang membahayakan mereka.

Dan mereka juga tahu mengenai tanda-tanda alam seperti akan datangnya badai yang besar, sehingga
mereka tidak akan turun ke laut untuk menangkap ikan.

Hubungan antara cuaca/iklim dengan kehutanan/pertanian dapat diperhatikan sebagai berikut:

1. Hutan
Cuaca iklim dapat mempengaruhi kondisi dan penyebaran vegetasi hutan dari satu tempat ke tempat lain.

Vegetasi hutan pada daerah tropis adalah yang paling tinggi keragamannya dan semakin ke kutub
pertumbuhan dan penyebaran vegetasi hutan semakin dibatas.

Cuaca/iklim di dalam areal hutan harus dipantau karena akan mempengaruhi kelestarian
hutan / Sustainable Forest Management (SFM)
2. Tanah
Tanah adalah hasil pelapukan batuan selama periode waktu lama yang diakibatkan oleh perubahan cuaca.

Cuaca/iklim dapat mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisika tanah serta organisme yang ada didalamnya

3. Tanaman
Dimulai dari fase per kecambahan, fase vegetatif, generatif dan panen dipengaruhi oleh lingkungan,
demikian juga pasca panen.

Kualitas produksi tanaman yang dipanen pada musim hujan sangat berbeda jika di panen pada musim
kemarau.
Faktor-faktor iklim dapat berperan mencegah terjadinya kebakaran hutan. Contoh musim kemarau yang
pendek, sering ada hujan dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan atau padang rumput.

4. Peternakan
Cuaca/iklim dapat berpengaruh langsung terhadap ternak, contohnya ternak sapi perah agar hasil susunya
berkualitas dan berkuantitas maka sebaiknya dipelihara di pegunungan.

Pengaruh secara langsung melalui makanannya yang berasal dari hijauan maupun biji-bijian.

Penyebaran geografis ternak, seperti kerbau dan sapi. Contoh kerbau lebih banyak ditemukan pada daerah
basah, banyak hujan da daerah rawa. Sedangkan sapi tumbuh baik jika diternakkan di tempat yang sedikit
kering.

5. Hama dan Penyakit


Pada musim hujan kondisi iklim menjadi lembab sehingga banyak tanaman diserang penyakit, pada musim
kemarau diserang hama.

Tinggi rendahnya populasi hama & penyakit tergantung pada keadaan lingkungan. Keadaan lembab
menyebabkan jumlah penyakit akan optimum dan keadaan suhu yang tinggi serta kering jumlah hama
optimum.

Cuaca/iklim dapat mempengaruhi organisme hama atau penyakit dan tanaman yang terserang.

Proteksi hama & penyakit dengan menggunakan pestisida dapat dicari pada saat yang tepat karena
aplikasinya tergantung pada hujan, angin, suhu dan unsur cuaca lainnya.

6. Bangunan-bangunan Pertanian
Merencanakan bangunan-bangunan pertanian seperti tingginya bendungan, dalamnya saluran draenase
harus memperhitungkan keadaan cuaca/iklim setempat.

Kandang ternak agar kuat mendapat tepaan angin maka sebaiknya ditanami pohon-pohon pelindung angin.

Disamping itu dapat melindungi ternak agar tidak mengenai langsung angin sehingga dapat mengganggu
kesehatan.

Demikian juga mesin-mesin pertanian yang kondisi lembab dapat berakibat cepat mengalami karat.

7. Modifikasi Cuaca/Iklim
Secara makro manusia belum dapat mengendalikan cuaca/ikilm, tapi secara mikro sudah banyak yang
dilakukan seperti irigasi, Air tidak didapatkan dari hujan melainkan melalui saluran irigasi yang datang dari
waduk.

Waduk merupakan hasil modifikasi hujan. Demikian juga halnya dengan pohon-pohon pelindung menaungi
terhadap matahari langsung.

8. Pengukuran Iklim pada Percobaan Agronomi


Masalah-masalah seperti banyaknya air irigasi yang diperlukan untuk padi sawah, waktu penumpukan,
seleksi tanaman tertentu.

Iklim berpengaruh nyata pada setiap fase kegiatan pertanian, demikian pula perencanaan kegiatan
pertanian sehari-hari sampai jangka panjang tidak luput dari pengaruh cuaca/iklim.
Penerapan suatu hasil penelitian harus selalu diikuti dengan pengukuran cuaca iklim agar dapat dibahas
pengaruh yang baik dan buruk, serta ketahanan tanaman terhadap hama & penyakit pada berbagai
keadaan cuaca/iklim.

Dengan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui cara memilih tempat yang sesuai untuk tanaman tertentu
atau memilih tanaman yang sesuai untuk suatu tempat tertentu.

Selanjutnya dapat diketahui dimana daerah-daerah yang sesuai dengan dukungan data cuaca/iklim secara
kuantitatif, untuk mengembangkan suatu usaha pertanian agar mendapat nilai tambah.

Peranan Iklim Di Bidang Transportasi


Faktor-faktor cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar tehadap bidang transportasi. Seperti cuaca,
suhu, arah dan kecepatan angin, awan, dan kabut sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan.

Selain berpengaruh terhadap penerbangan, faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap transportasi
laut. Seperti arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang, badai dan lain-lain.

Peranan Iklim untuk Telekomunikasi


Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang telekomunikasi. Seperti arus angin dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar daerah dengan menggunakan telepon angin. Tentunya Anda
sudah mengetahui pula bahwa cuaca dan iklim merupakan akibat dari proses-proses yang terjadi di
atmosfer atau lapisan udara.

Lapisan udara yang menyelebungi bumi terdiri dari beberapa lapisan, di antaranya terdapat lapisan
ionosfer. Lapisan ini mengandung partikel-partikel yang mengalami ionisasi sehingga bermuatan listrik.
Dengan adanya lapisan ionosfer ini, maka siaran radio dan televisi dapat di dengar dan dilihat dimana-
mana.

Peranan Iklim untuk Pariwisata


Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang pariwisata. Seperti cuaca cerah, banyak cahaya
matahari, kecepatan angin, udara sejuk, kering, panas, dan sebagainya sangat mempengarui terhadap
pelaksanaan wisata, baik wisata darat maupun laut. Dengan kondisi seperti yang telah disebutkan, maka
pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati.

Cuaca dan iklim juga berperan dalam usahan perkebunan dan perikanan. Umumnya para nelayan akan
mengamati kondisi laut, arah angin dan cuaca sebelum pergi melaut

Peranan iklim di Bidang Perdagangan


Di bidang perdagangan kita tentu sering melihat fenomena musim buah. Ada buah yang melimpah saat
musim penghujan dan ada yang panen di musim kemarau. Hal tersebut mempengaruhi terhadap harga jual
di pasaran. 

Sistem Klasifikasi Iklim Köppen-Geiger


Klasifikasi iklim Köppen-Geiger saat ini merupakan salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak
digunakan di dunia. Sistem klasifikasi iklim ini disusun oleh ahli klimatologi Jerman-Rusia, Wladimir
Köppen sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Selanjutnya, Rudolf Geiger memperkenalkan
beberapa perubahan pada sistem klasifikasi ini yang menyempurnakan sistem klasifikasi iklim Köppen-
Geiger.
Köppen menggunakan karakteristik rata-rata temperatur dan curah hujan bulanan yang dihubungkan
dengan persebaran vegetasi sebagai acuan utamanya. Menurutnya, iklim bumi secara umum dibagi
menjadi 5 tipe utama, yaitu:
1. Tropis (A): Iklim tropis bersuhu hangat sepanjang tahun.
2. Kering/Arid (B): Iklim kering memiliki curah hujan rendah.
3. Sedang/Temperate (C): Iklim sedang memiliki rata-rata suhu tahunan yang relatif sejuk.
4. Kontinental (D): Iklim kontinental/benua memiliki musim panas yang terik dan musim dingin
yang dingin, biasanya terdapat di wilayah tengah benua.
5. Polar/Alpine (E): Iklim kutub konsisten bersuhu dingin sepanjang tahunnya.
Kelima klasifikasi iklim ini selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi tipe-tipe yang lebih spesifik.

Daftar isi
 Iklim Tropis (A)
 Iklim Kering (B)
 Iklim Sedang (C)
 Iklim Kontinental (D)
 Iklim Polar (E)

Iklim Tropis (A)

Sumber: Wikimedia Commons


Iklim tropis dicirikan oleh suhunya hangat sepanjang tahun, memiliki curah hujan yang relatif tinggi, dan
cenderung memiliki biodiversitas yang beragam. Tipe iklim ini banyak ditemukan di sekitar ekuator, mulai
dari 15° Lintang Utara hingga 15° Lintang Selatan. Parameter utama tipe iklim ini adalah suhu bulanan rata-
rata terendahnya yang lebih dari 18°C.

TIPE IKLIM KLASIFIKASI

Tropical rainforest (Af) Presipitasi pada bulan terkering sekurang-kurangnya 6 cm

Tropical monsoon (Am) Presipitasi pada bulan terkering kurang dari 6 cm, namun
lebih dari 4% total curah hujan tahunan.

Tropical wet and dry Presipitasi pada bulan terkering kurang dari 10 cm serta
savannah (Aw) kurang dari 4% total curah hujan tahunan.
Selanjutnya, iklim tropis dapat dibagi lebih lanjut kembali berdasarkan presipitasinya.

Iklim Kering (B)

Sumber:Wikimedia
Commons
Wilayah arid dan semiarid mencakup sekitar 25% wilayah daratan bumi. Iklim kering merupakan satu-
satunya tipe iklim Köppen yang klasifikasinya tidak berdasarkan temperatur. Daerah pada iklim kering
dicirikan dengan rata-rata curah hujan tahunannya yang rendah. Tipe iklim ini mengalami perubahan
temepratur drastis antar musimnya. Tipe iklim ini dibagi menjadi 2 bagian, iklim stepa (BS) dan
iklim gurun (BW).
TIPE IKLIM KLASIFIKASI

Arid desert (BW) Curah hujan tahunan kurang dari 50% dari ambang batas
curah hujan.

Semi-arid steppe Curah hujan tahunan lebih dari 50% dari ambang batas
(BS) curah hujan.
Iklim Sedang (C)
Sumber: Wikimedia Commons
Iklim temperate atau sedang banyak ditemukan di pinggiran benua. Kondisi iklimnya terbilang
relatif bersahabat karena tidak memiliki musim dingin dam musim panas yang ekstrim. Iklim
sedang memiliki suhu rata-rata bulan terdingin antara -3°C hingga 18°C. Selain itu, terdapat
setidaknya satu bulan dimana suhu rata-ratanya lebih dari 10’C.
TIPE IKLIM KLASIFIKASI

Mild temperate dry Presipitasi pada bulan terkering dari ½ tahun di musim panas
summer (Cs) kurang dari 4 cm dan < 1/3 dari jumlah presipitasi di bulan
terbasah pada musim dingin

Mild temperate dry Presipitasi di bulan terkering pada setengah tahun di musim
winter (Cw) dingin < 1/10 dari jumlah presipitasi di bulan terbasah pada
musim panas

Mild temperate Presipitasi tidak memenuhi kondisi s atau w


humid (Cf)
Iklim Kontinental (D)

Sumber: Wikimedia Commons


TIPE IKLIM KLASIFIKASI

Continental dry Presipitasi pada bulan terkering dari ½ tahun di musim panas
summer (Ds) kurang dari 4 cm dan < 1/3 dari jumlah presipitasi di bulan
terbasah pada musim dingin

Continental dry Presipitasi di bulan terkering pada setengah tahun di musim


winter (Dw) dingin < 1/10 dari jumlah presipitasi di bulan terbasah pada
musim panas

Continental humid Presipitasi tidak memenuhi kondisi s atau w


(Df)

Iklim Polar (E)

Sumber: Wikimedia Commons


Terakhir, wilayah dengan tipe iklim polar mengalami suhu yang sangat dingin sepanjang tahun. Suhu rata-
rata bulan terpanas di zona iklim ini selalu berada di bawah 10°C. Tipe iklim ini banyak terbentuk di wilayah
kutub, dengan posisi lintang diatas 70° lintang utara dan selatan. Iklim tipe E dibagi menjadi 2 bagian,
Tundra (ET) dan Ice Cap (EF).
TIPE IKLIM KLASIFIKASI

Tundra (ET) Rata-rata temperatur pada bulan terhangat antara 10° dan 0°C

Ice Cap (EF) Rata-rata temperatur pada bulan terhangat 0°C atau dibawahnya
Mekanisme Pembentukan Cuaca Iklim
Penyerapan energi surya oleh permukaan bumi akan mengaktifkan molekul-molekul gas atmosfer sehingga
terjadi pembentukan cuaca.

Perubahan sudut datang surya tiap saat dalam sehari atau setahun pada suatu lokasi dibumi akan
mengakibatkan perubahan jumlah energi surya.
Perubahan tersebut meliputi pemanasan dan pendinginan udara, peningkatan dan penurunan tekanan
udara, gerakan vertikal dan horizontal udara, penguapan dan kondensasi (pengembunan), pembentukan
awan, presipitasi.

Oleh karena itu dengan faktor pengendalinya akan membentuk cuaca sesaat yang dalam jangka panjang
akan membentuk tipe-tipe iklim.

Gambar 1 Mekanisme pembentukan cuaca/iklim (Threwarta, G. T, 1968)

Cabang-Cabang Meteorologi/Klimatologi
Ilmu tentang cuaca disebut meteorology dan ilmu tentang iklim disebut klimatologi adalah dua ilmu
pengetahuan fisika yang membahas tentang proses dan gejala serta penyebarannya menurut ruang dan
waktu yang terjadi di atmosfer bumi.

Meskipun kedua cabang ilmu ini terlepas satu sama lain, tetapi keduanya sulit dipisahkan.

Meteorologi lebih menekankan pada proses terjadinya cuaca (kenapa terjadi hujan lebat, suhu ekstrim,
awan), sedangkan klimatologi lebih menekankan pada penyebearan dari hasil proses tersebut baik harian
maupun tahunan.

Cabang-cabang meteorologi/klimatologi: Klimatograf, Meteorologi/Kimatologi fisik, Meteorologi/Klimatologi


dinamik dan Meteorologi/Klimatologi Terapan. Sedangkan ruang lingkup Klimatologi dapat dilihat pada
Bagan dibawah ini
Gambar 2 Ruang Lingkup Klimatologi

Referensi:

1. Ahrens, C. Donald., Henson, Robert. Meteorology Today. Cengage, 2013.


2. Lutgens, Frederick K., et al. Earth Science. Pearson, 2014.
3. Lutgens, Frederick K., et al. The Atmosphere: an Introduction to Meteorology. Pearson, 2013.

Anda mungkin juga menyukai