Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

METEOROLOGI

PENGOLAHAN DATA SUHU PERMUKAAN


LAUT DENGAN APLIKASI OPENGrADS

DISUSUN OLEH:
NAMA :
M EVRAN FIRDAUS
NIM :
08051381924076
KELAS :
B

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posisi geografis Indonesia terletak antara Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik dan di antara Benua Asia dan Benua Australia serta berada di sekitar
ekuator. Kondisi ini menyebabkan cuaca, musim dan iklimnya dipengaruhi oleh
sirkulasi atmosfer global, regional dan lokal, seperti sirkulasi utara-selatan
(Hadley), sirkulasi dan sistem angin lokal. Gangguan ini akan mempengaruhi
cuaca dan iklim di Indonesia. Indonesia memiliki iklim tropis yang terdapat dua
musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, karena secara astronomis
berada di garis ekuator (Tresnawati dan Rosyidah, 2019).
Indonesia yang berada pada garis katulistiwa merupakan daerah lintasan
pergerakan udara sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara pada kedua belahan
bumi ini yang dikenal sebagai angin muson. Angin muson secara bergantian
bergerak melintasi wilayah Indonesia sepanjang tahun dengan periode enam bulan
yakni bulan April hingga September (angin muson Timur) dan Oktober hingga
maret (angin muson Barat). Akibat dari angin muson ini wilayah Indonesia
mengalami dua musim dalam satu tahun yaitu musim hujan pada saat muson barat
dan musim kemarau pada saat muson timur (Fadholi, 2012).
Wilayah Indonesia merupakan daerah yang berada di wilayah tropis dan
dilintasi garis khatulistiwa. Gerak semu matahari, yang melintasi khatulistiwa
menyebabkan Indonesia mengalami dua musim yang berbeda yaitu musim Barat
dan musim Timur sedangkan musim Timur terjadi pada bulan Juni, Juli, dan
Agustus. Angin yang bertiup di Indonesia dipengaruhi oleh musim sehingga
system angin ini disebut angin musim atau angin Muson. Perairan Selatan
Jawa merupakan perairan yang dipengaruhi oleh sistem angin muson. Sistem
angin Muson berpengaruh terhadap fluktuasi karakteristik perairan seperti
angin, arus, serta sebaran suhu (Fadika et al. 2014).
Cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh monsun Barat, angin bertiup dari
Timur laut dan berbelok menuju arah Tenggara setelah melewati khatulistiwa.
Sebaliknya pada musim angin Timuran, angin bertiup dari Tenggara dan berbelok
menuju ke Timur laut setelah melalui daerah khatulistiwa, dari bulan Mei sampai
September.Pengaruh Samudera Pasifik menjadi dominan pada periode angin
baratan kecuali sebagian besar Sumatera, yang dipengaruhi oleh karakteristik
Samudera Hindia sebelah barat. Sebaliknya pada musim angin timuran, pengaruh
Samudera Hindia menjadi dominan dengan ditandai oleh berkurangnya curah
hujan di Pulau Jawa, dan kepulauan Nusa Tenggara, sementara di sebagian besar
Sumatera (Taryono et al. 2016).
Suhu permukaan laut (SST) adalah suhu perairan yang dekat dengan
permukaan laut. Arti sebenarnya dari permukaan bervariasi sesuai dengan metode
pengukuran yang digunakan, tetapi berada antara 1 milimeter (0,04 in) dan 20
meter (70 kaki) di bawah permukaan laut. Massa udara di atmosfer bumi sangat
dimodifikasi oleh suhu permukaan laut (Hamuna et al. 2015).
Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak
dipakai untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan
ekosistem yang terjadi di perairan pesisir pantai. Perubahan suhu yang ekstrim
akan menyebabkan biota yang ada di pesisir pantai mengalami gangguan, dan
akibat dari perubahan ini akan merubah tatanan ekosistem yang ada, salah satunya
adalah perubahan area dari posisi perikanan tangkap akibat migrasi dari ikan-ikan
yang terkena dampak secara tidak langsung dari perubahan suhu tersebut. Dalam
kaitannya dengan fenomena alam tersebut peranan penginderaan jauh sangat
menentukan karena teknologi ini mampu untuk menjawab suatu permasalahan
tersebut (Wibisana et al. 2018).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini, yaitu ::
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaaan perangkat lunak OpenGrADS
2. Mahasiwa dapat melakukan visualisasi spl dengan menggunakan perangkat
lunak OpenGrADS

1.2 Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum kali ini yaitu, yaitu :
1. Mahasiswa mampu memahami carapenggunaan perangkat OpenGrADS
2. Mahasiswa mampu memvisualisasi data spl dengan menggunakan perangkat
lunak OpenGrADS
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu permukaan laut
Suhu juga didefinisikan sebagai ukuran derajat panas atau dingin suatu
benda dalam keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk
memindahkan panas kebenda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda
lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya panas matahari yang di
terima oleh bumi adalah keadaan awan, keadaan bidang permukaan, sudut sinar
datang, dan lamanya penyinaran matahari. Panas permukaan bumi oleh penyi-
naran matahari mempengaruhi panas udara. Suhu udara di permukaan bumi
bervariasi karena sinar matahari menyebar tidak merata di permukaan bumi. Alat
yang digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan
derajat panas benda (Rahim et al. 2016).
Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap
atom dalam suatu benda bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur, satuan
suhu adalah Celcius (C). Satuan suhu yang juga digunakan adalah Fahrenheit (F).
Suatu benda yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu yang tinggi
sebaliknya suatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki suhu yang
rendah. (Kreith, 1991 dalam Supu et al. 2016),
Proses penerimaan informasi suhu oleh sensor sangat dipengaruhi oleh
transmisi suhu dari permukaan laut yang melewati lapisan atmosfer. Oleh karena
itu, proses yang terjadi di lingkungan, dimana suhu tersebut bertransmisi, juga
mempengaruhi informasi suhu yang direkam oleh sensor. Nilai radiansi yang
diterima sensor merupakan gabungan dari nilai radiansi pancaran permukaan dan
radiansi atmosfer, dimana besaran nilainya tergantung dari panjang gelombang
yang dipakai, kelembapan atmosfer, dan kandungan aerosol. Selain itu, faktor
lingkungan juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan informasi
suhu permukaan laut seperti gugusan awan khususnya awan sirus tinggi,
pemanasan matahari di siang hari (Martin, 2004 dalam Panjaitan, 2017).
Hasil dari analisis penelitian yaitu berupa grafik suhu permukan laut ditiap
tahunnya dan peta sebaran suhu permukaan laut tahunan untuk mengamati
perubahan kondisi suhu permukaan laut tiap tahunnya di lokasi penelitian baik
secara spasial maupun temporal Sehingga dapat diperoleh data suhu permukaan
laut yang mampu memberikan gambaran kondisi suhu permukaan laut yang aktual
dengan memanfaatkan citra satelit yang tepat dalam melakukan pengukuran suhu
permukaan laut dengan bantuan software GrADS (Sunarernanda et al. 2017).
2.2 Pengukuran suhu perumukaan laut
Sebelum tahun 1980-an pengukuran suhu permukaan laut/SPL(sea surface
temperature/SST) dapat dilakukan dengan instrumen/alat pengukur disekitar
pantai, kapal, dan melalui pelampung. Metode pengumpulan SST secara otomatis
pertama adalah dengan mengukur air yang mengalir melalui port input kapal
dilaut (NASA “National Aeronauticsand Space Administratio”). Begitu juga dari
(NOAA “National Centers for Environmental Information”) menyebutkan bahwa
kapal dan pelampung telah melakukan perekaman data suhu permukaan laut
diantara banyak parameter lainnya selama lebih dari seratus tahun. Sementara
metode ini memperoleh sejumlah besar data SPL yang berguna, namun ada
beberapa kekurangan (Tanto, 2020).
Pengukuran suhu permukaan laut dilakukan dengan menggunakan
thermometer Water Quality Meter dengan cara memasukan alat tersebut kedalam
perairan dengan perkedalaman pengambilan SPL ± 20-30 cm, selama ± 1 menit
kemudian melihat angka yang tertera pada alat tersebut. Pengukuran suhu
dilakukan pada setiap titik stasiun penelitian (Andelau et al. 2019).
Pengukuran suhu permukaan laut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung yaitu
melalui teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan satelit. Satelit dapat
digunakan untuk pengamatan fenomena oseanografis, seperti suhu permukaan
laut, yang selanjutnya digunakan untuk memprediksi keberadaan ikan dan daerah
penangkapan ikan (Shabrina et al. 2017).
2.3 Software GrADS
Aplikasi GrADS Dalam Meteorologi analisis pada suatu data mentah
pengamatan atau simulasi model diproses kedaalam bentuk tabel atau gambar.
Untuk melakukan visualisasi dari hasil model kita harus mengetahui bentuk
(format) data yang dihasilkan oleh model iklim dan perangkat lunak (software)
yang digunakan dan bagaimana teknik menampilkannya. Format data pada
computer : teks (text) atau ASCII (dapat dibaca dan dimengerti langsung saat
muncul di layar) biner (binary).( tidak dapat dibaca langsung) Data biner hanya
bisa dimengerti apabila sudah diterjemahkan dengan suatu program atau software
yang cocok, karena data biner sendiri ada bermacam (Putera dan Toruan, 2016).
GrADS dapat membuat plot dari suatu variable dengan kontur berarsir yang
ditumpangkan (overlay) pada kontur dari variable kedua. GrADS dapat
memanipulasi data dari kumpulan file sehingga irisan data dari beberapa file
tersebut dapat dianalisis karakteristiknya, misalnya membuat klimatologi suatu
variable. GrADS memiliki fungsi statistik dalam klimatologi dan sains atmosfer.
GrADS untuk MM5 The Grid Analysis and Display System (GrADS) merupakan
software interaktif yang digunakan untuk memanipulasi dan visualisasi data sains
kebumian secara mudah (Surinati, 2013).
Di dalam situs internet tersebut dapat dipilih Grads versi Windows yang tak
perlu menggunakan X server. X server adalah software yang dapat meng-emulasi-
kan tampilan tampilan monitor berbasis grafis. Menggunakan Grads untuk
Pertama Kali Sebelum kita menggunakan Grads, sebaiknya kita tahu cara meng-
install-nya. Setelah kita mendapatkan software grads dari internet, versi paling
baru adalah Grads-1.8sl11-win32e.exe untuk Windows XP sedangkan versi vista
bisa di download dari sini : Kita jalankan saja file.exe tersebut dari windows dan
kita akan mendapatkan tampilan seperti berikut. Ikuti perintah yang diberikan,
misalnya dalam tampilan di bawah ini kita klik instal jika kita memang ingin
menginstall-nya (Tanto, 2010).
Grads digunakan untuk melakukan visualisasi data yang didapat dari web
eslr NOAA, data ini berupa data angin Zonal dan Meridional. Data ini diolah
dalam grads untuk mendapatkan pergerakan angin di lapisan 850 mb, 925 mb dan
1000 mb. Hasil dari grads ini dalam bentuk visualisasi angin vector dan
streamline yang garis latitude dan longitude nya harus disesuaikan saat melakukan
penginputan data (Hadiman dan Agdialta, 2015).
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Meteorologi dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi Zoom,
pada hari selasa 18 November 2020 pada pukul 13.00 WIB S/d, bertempat di
Komplek Ppi blok E7 no.10. Talang Kelapa, Kecamatan Alang-alang Lebar, Kota
Palembang, Sumatera selatan 30153.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini, yaitu:
No. Nama Fungsi
1. Laptop/Komputer Untuk mengoperasikan data
2. Data SST Ecmwf Bahan pengolahan data

3. OpenGrADS Untuk megolah data dan


menampilkan hasil visualisasi data
SPL atau SST

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini, yaitu :
Bukalah software OpenGrADS. Pastikan computer/laptop terhubung pada
jaringan internet

Kemudian tekan enter lalu aka nada tampilan baru yang muncul

Lalu ketik Sdopen untuk membuka file data yang sebelumnya kita download pada
ECMWF berupa data SST (Sea Surface Temperature). Setelah itu enter

Setelah itu akan muncul data yang sudah dimasukan tadi, berupa longtitude,
latitude dan lainnya.

Kemudian ketik q file untuk membuka file yang sudah kita open tadi

Ketik “set lon”, lalu masukan data yang sesuai dengan tampilan pada saat sdfopen
berupa nilai longtitudenya dan tekan enter

Selanjutnya untuk niai latitudenya kita ketik sama tetapi ganti jadi lat. “Set lat”,
dan ketik nilai yang ditampilkan pada saat sdfopen dan tekan enter

Lalu ketik “set mpdset hires” untuk menjernihkan hasil gambar, lalu tekan enter
Selanjutnya ketik “set csmooth on” yang berfungsi untuk menghaluskan gambar
yang akan dihasilkan, lalu tekan enter

Ketik “d” dengan diiringi oleh data yang sudah kita download. Contohnya : “d sst
273”, lalu tekan enter

Untuk memasukan basemap, dengan cara ketik “basemap L”, tekan enter. Ini
berfungsi untuk memperjelas hasil gambar

Selanjutnya ketik”cbran” untuk menampilkan grafik batang

Kemudian ketik “draw xlab Temperature (c berfungsi untuk menampilkan tulisan


temperature

Untuk menampilkan judul, kita ketik “draw tittle Peta Suhu Permukaan Laut”

Kemudian untuk menyimpan hasilnya kita dapat mengetik “printin


d:\namayangdiinginkan.png” dan untuk mengganti latar belakang kita
bistambahkan warna di belakangnya. Sebagai contoh “printin
d:\namayangdiinginkan.png white” enter, lalu kita bisa lihat hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andeleu MT, La Ode Haya MY, Afu OA. 2019. Sebaran suhu permukaan laut
menggunakan citra satelit Landsat-8 di perairan Teluk Kendali Sulawesi
Tenggara. Sapa Laut Vol. 4 (4): 163-173.

Fadholi A. 2012. Analisa pola angin permukaan di Bandar udara Depati Amir Pangkal
pinang periode Januari 2000- Desember 2011. Statistika Vol. 12 (2): 19-28.

Fadika U, Rifai A, Rochaddi B. 2014. Arah dan kecepatan angin musiman serta
kaitannya dengan sebaran suhu permukaan laut di Selatan Pangandaran Jawa
Barat. Oseanografi Vol. 3 (3): 429 – 437.

Hamuna B, Yunus P. Paulangan, Dimara L. 2015. Kajian suhu permukaan laut


mengunakan data satelit Aqua-MODIS di perairan Jayapura, Papua. Ilmu
perairan pesisir dan perikanan Vol. 4 (3): 160-167.

Pandjaitan BS, Prakoso A. 2015. Analisis dinamika atmosfer pada kejadian mesoscale
convective complex (mcc) di laut jawa. Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Vol. 2 (2): 119-121.

Rahim R, Asnawaty, Martosejono T, Amin S dan Hiromi R. 2016. Karakteristik data


temperature udara dan kenyamanan termal di Makassar. Jurnal Ilmiah Sains Vol.
4 (1): 1-4.

Shabrina NN, Sunarto, Hamdan H. 2017. Penentuan daerah penangkapan ikan tongkol
berdasarkan pendekatan distribusi suhu permukaan laut dan hasil tangkapan ikan
di perairan Utara Indramayu Jawa Barat. Perikanan dan Kelautan Vol. 8 (1)
139-145.

Supu I, Usman B dan Sunarmi SB. 2016. Pengaruh suhu terhadap perpindahan panas
pada material yang berbeda. Jurnal Dinamika Vol. 7 (1): 62 – 73.

Sunarernanda DP, Sasmito B, Prasetyo Y, Wirasatriya A. 2017. Analisis perbandingan


data citra satelit eos aqua/terra modis dan noaa avhrr menggunakan parameter
suhu permukaan laut. Jurnal Geodesi Undip Vol.6 (1) : 218-219.

Surinati D. 2013. Lautan dan iklim. Jurnal Oseana Vol. 38 (3): 33 – 40

Tanto TA. 2020. Deteksi suhu permukaan laut (SPL) menggunakan satelit. Kelautan
Vol. 13 (2): 126-142.

Taryono, Sofian I, Tisiana AR dan Mustika T. 2016. Analisis panjang dan tinggi
gelombang untuk operasi KRI-TNI AL di Perairan Indonesia. Jurnal Chart
Datum Vol. 1 (2): 72 – 87.

Tresnawati R dan Rosyidah. 2019. Validasi curah hujan keluaram metode analisis dan
korelasi kanonik topografi. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 20 (1): 1 – 12.
Wibisana H, Sukojo BJ, Lasminto U. 2018. Penentuan model matematis yang optimal
suhu permukaan laut di pantai Utara Gresik berbasis nilai refektan citra satelit
aqua modis. Geomatika Vol. 24 (1): 31-38.

Anda mungkin juga menyukai