Anda di halaman 1dari 43

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak diantara Benua Asia dan

Benua Australia dengan perairan yang menghubungkan Samudera Pasifik dan

Samudera Hindia yang memiliki kondisi arus dan suhu permukaan laut yang

dipengaruhi oleh variabilitas oseanografi dan meteorologi yang terdapat di kedua

samudera tersebut. Wilayah Indonesia berada pada garis khatulistiwa sehingga

Indonesia beriklim tropis. Penyinaran matahari sepanjang tahun dengan posisi

matahari selalu berubah. Perubahan posisi matahari ini mempengaruhi perubahan

suhu di Perairan Indonesia. Perbedaan tekanan udara di Benua Asia dan benua

Australia juga mempengaruhi perubahan suhu di Perairan Indonsia yang berbeda

diantara kedua tersebut (Nontji, 2002).

Sumber energi utama dari semua kehidupan di bumi adalah matahari yang

memancarkan radiasinya menembus lapisan atmosfer bum dalam bentuk

gelombang pendek. Radiasi tersebut dipantulkan kembali ke angkasa dalam

bentuk gelombang panjang, sebagian gelombang panjang tersebut diserap oleh

gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O, HFCs dan SF4 yang berada di atmosfer.

Akibatnya gelombang panas tersebut terperangkap di dalam atmosfer bumi.

Peristiwa ini terjadi berulang-ulang, sehingga menyebabkan suhu rata-rata di

permukaan bumi meningkat inilah yang disebut dengan pemanasan global.

Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu istilah yang

menunjukkan pada peningkatan suhu rata-rata di atas permukaan bumi. Suhu

udara rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,74 oC dalam 100 tahun
2

terakhir. Banyak ahli memperkrakan bahwa suhu rata-rata akan anik bertambah

dari 1,4oC sampai dengn 5,8oC sampai tahun 2100. Sedangkan Intergovernmental

Panel on Climate Change (IPCC) memprediksi bahwa suhu global cenderung

maningkat sebesar 1,1oC sampai 6,8oC dalam 90 tahun ke depan (IPCC dalam

Masters, 2012)

Suhu sebagai suatu parameter yang penting di perairan adalah besaran yang

menyatakan banyaknya energi panas atau bahang (heat) yang terkandung dalam

suatu benda. Suhu perairan merupakan parameter yang penting bagi kehidupan

berbagai organisme laut karena dapat mempengaruhi metabolisme maupun

perkembangbiakan organisme, dan juga sebagai indikator fenomena perubahan

iklim Seperti curah hujan dan musim kering, semakin banyak kekeringan dan

gelombang panas, es kutub mencair dan membuat kutub terbebas dari es,

kenaikan muka air laut, kerusakan terumbu karang, dan sebagainya,. Akibat

pengaruh suhu perairan inilah yang dapat berpengaruh besar terhadap organisme

dan terhadap fenomena-fenomena di laut.

Beberapa tulisan mengenai suhu permukaan laut sudah banyak dilakukan

diantaranya Aldrian et al. (2003), mengidentifikasi wilayah hujan yang dominan

di Indonesia dan hubungannya dengan SPL. Awaluddin (2010) melakukan kajian

perbedaan SPL di wilayah Indonesia. Emiyati et al. (2010) melakukan analisis

multitemporal SPL dengan menggunaan teknik penginderaan jauh. Syaifullah

(2010) melakukan penelitian SPL di selatan jawa dan pengaruhnya terhadap curah

hujan DAS Citarum. Febriani et al. (2014) meneliti pengaruh SPL terhadap

distribusi curah hujan di Sulawesi Utara. Tetapi analisis spasial secara luas

mencakup seluruh perairan wilayah Indonesia dan secara temporal dalam waktu
3

yang panjang belum banyak dilakukan terutama tren kenaikan/penurunan suhu

permukaan laut. Tulisan ini bertujuan melihat seberapa besar kenaikan/penurunan

suhu permukaan laut (SPL) khususnya di perairan Indonesia dengan data

pengamatan time series selama beberapa dari SPL dilakukan secara temporal

maupun spasial. Selain itu juga analisis spesial dilakukan dari nilai slope anomali

SPL untuk melihat seberapa besar kenaikannya di perairan Indonesia

dihubungkan dengan pemanasan global.

Pemantauan kondisi lautan komprehensif seperti suhu permukaan laut

penting dilakukan karena merupakan indikator penting dalam pemantauan kondisi

oseanografis dan pengaruh pemanasan global. Pengetahuan tentang variabilitas

suhu permukaan laut, dapat digunakan untuk mengetahui lokasi front, upwelling,

potensi distribusi ikan, dan perubahan suhu yang terjadi pada lautan.

Oleh karena luasnya wilayah perairan Indonesia, maka pemantauan kondisi

lautan tidak mungkin dilakukan secara langsung turun ke lapangan. Hal ini

tidaklah efesien dan akan sangat memakan biaya serta waktu yang tidak sedikit

mengingatkan luasnya lautan Indonesia.

Teknologi penginderaan jauh kini telah hadir dimana penginderaan jauh

merupakan suatu cara pengamatan objek tanpa menyentuh objek tersebut secara

langsung. Sistem ini mencakup wilayah yang luas dalam waktu yang singkat dan

bersama. Penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendeteksi suhu permukaan

laut secara terus menerus. Teknologi penginderaan jauh menggunakan satelit yang

dapat menghasilkan citra satelit yang dapat mengestimasi SPL.

Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, wilayah

kerja Taman Wisata Perairan Pulau Pieh Padang, Sumatera Barat, adalah cabang
4

wilayah kerja dari kantor LKKPN di wilayah Pekanbaru. Loka Kawasan

Konservasi Perairan Nasional merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Kementerian Kelautan dan Perikanan di bawah Direktorat Jendral Pengelolaan

Ruang Laut.

Tugas dari Instansi ini adalah melaksanakan pemangkuan, pemanfaatan, dan

pengawasan kawasan konservasi perairan yang bertujuan untuk melestarikan

sumberdaya ikan dan lingkungannya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pemaparan di atas yang telah disampaikan, maka penulis sangat

tertarik untuk melakukan praktek magang di LKKPN Pekanbaru, wilayah kerja

Taman Wisata Perairan Pulau Pieh.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Praktek magang ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemetaan suhu

permukaan laut menggunakan Citra Aqua Modis di Taman Wisata Perairan Pulau

Pieh dan Luat Sekitarnya.

Manfaat dari praktek magang ini yaitu dapat diperolehnya keterampilan

dalam pengaplikasian pemetaan sebaran suhu permukaan laut, serta dapat berguna

untuk referensi penelitian selanjutnya guna pemanfaatan, pengembangan dan

pelestarian sumber daya laut dalam mengetahui sebaran suhu permukaan laut,

juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dalam bidang

penginderaan jauh.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suhu Permukaan Laut

Suhu permukaan laut merupakan faktor penting bagi kehidupan organisme

di lautan, karena suhu dapat mempengaruhi metabolisme maupun

perkembangbiakan dari organisme di laut. Suhu permukaan laut sangat penting

untuk diketahui karena sebaran suhu permukaan laut dapat memberikan informasi

mengenai front, upwelling, arus, cuaca/iklim dan daerah tangkapan ikan (Susilo,

2000). Suhu permukaan laut sangat dipengaruhi oleh jumlah bahang dari sinar

matahari. Daerah yang paling banyak menerima sinar matahari adalah daerah pada

lintang rendah. Oleh karena itu, suhu air laut yang tertinggi ditemukan pada

daerah ekuator (Weyl, 1970). Suhu air laut terutama dipengaruhi oleh curah hujan,

penguapan, suhu udara, kecepatan angin, kelembapan udara dan keadaan awan.

Suhu permukaan air laut biasanya berkisar antara 27-29 oC di daerah tropis

dan 15-20oC di daerah subtropis. Suhu ini menurun secara teratur menurut

kedalaman. Suhu air laut relatif konstan antara 2-4oC di dalaman lebih dari 1000

m. (King, 1993).

Suhu permukaan laut dapat diamati menggunakan teknologi penginderaan

jauh. Estimasi suhu permukaan laut dengan penginderaan jauh dipengaruhi oleh

faktor sensor, proses kalibrasi, koreksi geometrik, algoritma, dan prosedur

pengolahan data (Robinson, 2002).

2.2. Penginderaan Jauh

Penginderaan jarak jauh (ramote sensing) adalah ilmu dan seni untuk

memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui

analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
6

obyek, daerah, atau fenomena yang diamati. Istilah penginderaan jarak jauh

merupakan terjemahan dari bahasa Inggris. Ini dilakukan dengan sensor dan

perekaman energi tersebut diproses, dianalisa, dan diaplikasi sebagai informasi

(Lillesand, et al., 2000).

Penginderaan jauh menghasilkan citra yang langsung dapat diproses dan

diinterpretasi. Penginderaan jauh juga memiliki beberapa keunggulan yaitu

informasi yang didapat dengan cakupan wilayah yang luas, biaya murah, data

yang didapatkan terbaru dan berulang dalam periode yang pendek, serta proses

pengolahan data yang cepat. Citra juga dapat diartikan sebagai gambaran atau

rekaman gambar yang tampak dari suatu objek permukaan bumi yang dihasilkan

oleh satelit luar angkasa (Mudhofir, 2010).

Menurut Sutanto (1994), ada empat komponen penting dalam sistem

penginderaan jauh adalah, (1) Sumber tenaga elektromagnetik, (2) Atmosfer, (3)

Interaksi antara tenaga dan objek, dan (4) Sensor Secara sistematik dapat dilihat

pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Contoh SistemPenginderaan Jauh


(Paine, 1994)

Tenaga panas yang dipancarkan dari obyek tersebut menggunakan spektrum

infra merah termal (Paine, 1994). Dasar dari penginderaan jauh dimulai dari foto

udara yang menggunakan cahaya tampak dan matahari sebagai sumber energi.

Tetapi, susunan rangkaian cahaya tampak hanya sebagian kecil dari spektrum
7

elektromagnetik yang rangkaian kesatuannya berjajar mulai dari energi tertinggi,

sinar gamma gelombang pendek, sampai pada energi rendah, gelombang pasang,

gelombang radio.

Pada penginderaan jauh, energi elektromagnetik untuk sampai dialat sensor

dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi energi elektromagnetik yaitu

bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu timbul istilah “jendela

atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi.

Jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah spektrum

tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 - 0,7 mikrometer.

Dalam penginderaan jauh didapat data hasil observasi yang disebut citra.

Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang

diamati, sebagai liputan atau rekaman suatu alat pembantu. Citra sebagai

gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa suatu gambaran pada foto) yang

didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektronik. Dalam

penginderaan jauh, citra berbeda dengan foto. Proses fotografi menggunakan

reaksi kimia pada permukaan film yang sensitif untuk mendeteksi dan merekam

variasi energi, sedangkan citra berkaitan dengan gambaran tanpa peduli media apa

yang digunakan untuk mendeteksi dan merekam energi elektromagnetik.

2.3. Satelit dan Resolusi

Pemanfaatan wahana interaksi telah lama digunakan untuk mengamati

kondisi lingkungan samudera di dunia. Wahana antariksa digunakan untuk

kelautan biasanya berupa satelit walaupun pada awalnya biasanya digunakan

untuk penelitian kelautan tetapi dalam perkembangannya penggunaan kamera ini

mempunyai banyak kelemahan untuk penelitian. Satelit kelautan yang ada hingga
8

saat ini dilihat dari sifat orbitnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu berobit polar

yang biasanya juga sinkron dengan matahari (sun synchronous) dan satelit

geostasioner yang juga disebut satelit geo-synchronous saja.

Perkembangan satelit ditunjukkan dengan semakin meningkatnya mutu data

yang dihasilkan oleh sensor tersebut. Data satelit secara umum disebut sebagai

citra satelit (image), walaupun memang ada satelit yang bukan citra satelit.

Kualitas citra yang berarti juga kualitas atau mutu sensor ditentukan oleh

resolusinya. Ada beberapa jenis resolusi yang dapat menentukan kualitas sensor

satelit. Beberapa jenis resolusi tersebut yaitu resolusi spasial, resolusi temporal,

resolusi spektral dan resolusi radiometrik.

Resolusi spasial merupakan luasan daerah dipermukaan bumi yang diwakili

oleh satuan terkecil data sensor (pixel). Resolusi temporal diartikan sebagai

lamanya waktu bagi sensor satelit untuk menginderaan daerah yang sama untuk

yang kedua kalinya. Resolusi spektrum dapat diartikan sebagai julat (range)

spektrum elektromagnetik yang dipergunakan oleh perangkat penginderaan, yang

dimanfaatkan untuk mengindera permukaan bumi. Resolusi radiometrik juga

dapat diartikan sebagai julat (range) representasi/kuantisasi data yang biasanya

dipergunakan untuk format raster.

Kemampuan sensor khusus untuk mengukur parameter lautan dan

bagaimana sensor tersebut dapat melihat lewat atmosfer dan menembus awan

sangat tergantung pada spektrum elektromagnetik mana yang dipakai. Infra merah

termal bagian dari spektrum radiasi yang paling banyak dideteksi yang diemisikan

oleh permukaan sesuai suhunya. Dalam penginderaan jauh lautan itu digunakan
9

untuk mengukur suhu permukaan laut (SPL) dimana Satelit yang terkenal untuk

penginderaan jauh adalah Aqua/Terra Modis.

2.4. Satelit Modis

Modis merupakan suatu instrumen berupa sensor multipektral yang terdapat

pada satelit Terra (EOS PM) dan Aqua (EOS AM). Terra mengorbit bumi dari

utara ke selatan melintasi equator di sore hari. Modis memegang peranan penting

dalam validasi data, pengembangan model untuk memprediksi perubahan global

secara akurat untuk membantu para pengambil kebijakan membuat keputusan

menyangkut perlindungan di wilayah mereka masing-masing, bentuk komponen

Modis dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Satelit Modis


(http://mcst.gsfc.nasagov/calibration/information)

Aqua Modis adalah satelit ilmu pengetahuan tentang bumi milik National

Aeronautics and Space Administration (NASA), yang mempunyai misi untuk

mengumpulkan informasi tentang siklus air di bumi, termasuk penguapan dari

samudera, uap air di atmosfer, awan, presipitasi, kelembapan tanah, es yang ada di

laut, di darat, serta salju yang menutupi daratan dan air (Brown, O. 1999).

Satelit Aqua Modis mempunyai orbit polar selaras matahari (SUN-

Synchronus), yaitu orbit yang melewati daerah kutub dan satelit yang mengelilingi
10

bumi dari kutub utara ke kutub selatan atau sebaliknya. Menurut Macherone

(2016) hal tersebut berarti satelit akan melewati tempat-tempat terletak pada

lintang yang sama dan dalam waktu lokal sama. Satelit melintasi khatulistiwa

pada siang hari mendekati pukul 13:30 waktu lokal. Satelit mengelilingi bumi

setiap satu sampai dua hari dengan arah lintasan dari kutub selatan menuju kutub

utara (ascending node) pada ketinggian 705 km di atas permukaan bumi. Satelit

Aqua membawa sensor Modis yang mempunyai 36 kanal spektral dengan kisaran

panjang gelombang antara 0,4 µm sampai 14,4 µm. Dua kanal memiliki resolusi

spasial 250 m (kanal 1-2), lima kanal pada 500 m (kanal 3-7) dan sisanya 29 kanal

pada 1000 m (kanal 8-36).

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan praktek magang ini akan dilaksanakan dari tanggal 26

januari – 26 Februari 2021, di Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(LKKPN) Pekanbaru, wilayah kerja Taman Wisata Perairan Pieh, Padang,

Provinsi Sumatera Barat, (Lampiran 1).

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah perangkat komputer atau laptop dengan

kapasitas minimal ram 2 GB, dengan data Citra Aqua Modis dan ArcGIS dan

berbagai macam alat tulis lainnya yang berhubungan dengan praktek magang ini.

Bahan yang digunakan dalam praktek magang ini adalah Citra AQUA

MODIS, data sekunder sebaran suhu permukaan laut tahun 2020 dalam 1 tahun.
11

data-data sekunder tersebut yang telah melalui interpretasi data satelit

penginderaan jauh, (Lampiran 2).

3.3. Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode

partisipatif aktif, yaitu dengan menjabarkan secara langsung proses tahapan-

tahapan yang dilakukan dalam proses pencitraan sampai mendapatkan output

keluaran berupa hasil laporan akhir.

3.4. Prosdur Praktek Magang

Selain mempersiapkan alat dan bahan selanjutnya mengumpulkan data yang

dibutuhkan baik data spasial maupun data non spasial. Data spasial yang

digunakan berupa citra Modis-Aqua, yang selanjutnya mencari literatur terkait

dengan pemetaan suhu permukaan laut sehingga dapat memberikan gambaran

pada penjelasan pengolahan dan hasil pengolahan data.

Data citra yang telah didownload dari website NASA Ocean Color,

selanjutnya pengolahan citra dengan aplikasi SeaDas yang meliputi proses

cropping dan proses mask pixel. Selanjutnya produk dari SeaDas di input

kesoftware ArcGis untuk melakukan proses interpolasi dan layout peta.

3.5. Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil praktek magang,

selanjutnya dikumpulkan, dikelompokkan dan ditabulasikan dalam bentuk layout

hasil. Data tersebut kemudian dianalisis dan dibahas secara deskriptif berdasarkan

literatur yang berkaitan dengan Suhu Permukaan Laut.
12

IV. DESKRIPSI LOKASI MAGANG

4.1. Sejarah Singkat

Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Organisasi

dan Tata Kerja ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor PER.23/MEN/2008. Sampai saat ini, LKKPN Pekanbaru diberikan

mandat untuk mengelola 2 kawasan konservasi perairan nasional dengan luasan

1.305.540,2 Ha. Dua kawasan tersebut adalah TWP Pulau Pieh dan Laut di

Sekitarnya melalui Keputusan Menteri KP Nomor 70 tahun 2009. TWP

Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya melalui Keputusan Menteri Kelautan

Dan Perikanan No.37/KEPMEN-KP/2014.

4.2. Visi dan Misi

LKKPN Pekanbaru, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang laut, mempunyai visi yang secara hirarki mengacu kepada visi

Kementerian Kelautan dan Perikanan, visi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang

Laut, yang juga selaras dengan visi pembangunan nasional, yaitu: “Terwujudnya

Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang Mensejahterakan,

Berkelanjutan dan Mandiri”. Mensejahterakan dimaksudkan bahwa hasil

pengelolaan dari sebuah kawasan konservasi perairan haruslah dapat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat. Berkelanjutan dimaksudkan bahwa pengelolaan

kawasan konservasi perairan harus dapat menjamin kelestarian sumberdaya yang

ada di dalamnya. Mandiri dimaksudkan bahwa kondisi dan kelestarian


13

sumberdaya ikan dan lingkungannya yang diupayakan melalui konservasi perairan

menjadi sebuah kebutuhan dan budaya, dilaksanakan dari, olehdan untuk

masyarakat dan para pihak terkait di dalamnya sehingga upaya pengelolaan

konservasi tidak hanya bergantung kepada inisiatif dan pendanaan dari

pemerintah.

Dalam mewujudkan visi tersebut, dengan mengacu kepada tugas, fungsi

dan wewenang yang dimandatkan oleh peraturan perundangan maka misidari

LKKPN Pekanbaru adalah:

1. Menjaga dan melestarikan sumberdaya ikan dan lingkungannya.

2. Mewujudkan perilaku masyarakat yang arif terhadap sumberdaya ikan dan

lingkungannya.

3. Mendayagunakan sumberdaya ikan dan lingkungannya untuk kesejahteraan

masyarakat.

4. Mendorong pengelolaan kawasan konservasi perairan yang mandiri.

4.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.23/MEN/2008, tanggal 17 November 2008 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional sebagaimana

yang telah diubah pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.24/MEN/2011, maka Tugas Loka KKPN Pekanbaru adalah melakukan

penyiapan bahan pemangkuan, pemanfaatan, dan pengawasan kawasan konservasi

perairan yang bertujuan untuk melestarikan sumberdaya ikan dan lingkungannya

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun fungsi Loka

KKPN Pekanbaru adalah sebagai berikut :


14

1. Penyiapan bahan penyusunan rencana program dan evaluasi dibidang

pemangkuan, pemanfaatan, dan pengawasan kawasan konservasi perairan

nasional.

2. Penyiapan bahan pelaksanaan pemangkuan, pemanfaatan, dan pengawasan

kawasan konservasi perairan nasional.

3. Penyiapan bahan pelaksanaan pemberdayaan dan peningkatan kesadaran

masyarakat (public awareness) di dalam dan konservasi perairan nasional.

4. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan pemangkuan, pemanfaatan, dan

pengawasan kawasan konservasi perairan nasional.

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4.4. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran visi dan misi yang telah ditetapkan dalam

rangka mencapai sasaran program pengelolaan kawasan konservasi perairan

nasional. Tujuan tersebut adalah:

1. Menyusun dan mengoptimalkan basis data kondisi kawasan sebagai dasar

pengelolaan kawasan konservasi perairan nasional.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kawasan serta pemahaman

dan dukungan masyarakat terhadap upaya pengelolaan kawasan konservasi

perairan nasional

3. Memperkuat kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi perairan nasional.

4. Menjalin kemitraan dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi perairan

nasional.

5. Mendorong pemanfaatan kawasan konservasi perairan nasional sebagai

destinasi wisata bahari.


15

6. Memberdayakan masyarakat dalam upaya pemanfaatan kawasan konservasi

perairan nasional.

7. Meningkatkan inisiatif dan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi

4.5. Organisasi tempat Praktek Magang

Dalam menjalankan tugasnya, LKKPN Pekanbaru terdiri dari Kepala

LKKPN Pekanbaru, Kepala Urusan Tata Usaha, Kepala Sub Seksi Program dan

Evaluasi serta Kepala Sub Seksi Pendayagunaan dan Pengawasan sebagaimana

dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3.

Tabel 1. Struktur Organisasi.


SDM (Personil)
Satker TWP Satker TWP
JABATAN Kantor LKKPN
Pieh Anambas
Kepala UPT 1 - -
Kepala sub seksi 2 - -
Kepala urusan 1 - -
Koordinator Satker - 1 1
Staf PNS/CPNS 18 8 7
Tenaga Penunjang 9 4 6
Jumlah 31 13 14

Tugas dan fungsi dan fungsi dari setiap struktur organisasi LKKPN

Pekanbaru adalah:

1. Urusan tata usaha mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan

administrasi keuangan, barang kekayaan milik negara, administrasi

kepegawaian dan jabatan fungsional, persuratan kearsipan, perlengkapan,

rumah tangga dan pelaporan LKKPN.

2. Sub seksi program dan evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

untuk penyusunan untuk rencana program, evaluasi dan laporan di bidang

pemangkuan, pemanfaatan dan pengawasan Konservasi Perairan Nasional.


16

3. Sub seksi pendayagunaan dan pengawasan mempunyai tugas penyiapan bahan

untuk pelaksanaan dan bimbingan, pemanfaatan, pengawasan LKKPN Kepala

Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN).

4. Kelompok jabatan fungsional di lingkungan Loka KKPN mempunyai tugas

melaksanakan pemangkuan, pemanfaatan dan pengawasan kawasan konservasi

perairan yang bertujuan untuk melestarikan sumberdaya ikan dan

lingkungannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Struktur organisasi LKKPN Pekanbaru sebagai berikut:

KEPALA LKKPN PEKANBARU

FAJAR KURNIAWAN, S.T, M.AP.,M.MG NIP:


19760804 200312 1 003

KAUR. TATA USAHA


M. LUKMAN FAISHOL, SH NIP:
19830428 200912 1 002

KASUB. SEKSI PROGRAM & KASUB. PENDAYAGUNAAN &


EVALUASI PENGAWASAN
HENDRA NURCAHYO, S.Pi, MP SYOFYAN RONI, S.ST.Pi NIP:
NIP: 19840410 200112 1 002 19880522 201012 1 006

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 3. Struktur Organisasi LKKPN Pekanbaru

4.6. Sarana dan Prasarana Tempat Praktek Magang


17

Sarana dan prasarana kerja sebagai salah satu sumberdaya kelembagaan

penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi LKKPN Pekanbaru adalah sebagai

berikut pada Tabel 2 dan Lampiran 3 .

Tabel 2: Jumlah Sarana/Prasarana (Aset) Loka KKPN Pekanbaru.


Loka Wilker
Aset Wilker Pieh
KKPN Anambas
Meubelair dan Peralatan
282 20 40
Perkantoran
Pelaratan Komputer dan
40 7 7
Komputer unit
Alat Komunikasi dan Studio 35 8 10
Alat Survey 4 9 22
Alat Selam 0 91 84
Alat Angkut Darat 10 3 2
Alat Angkut Laut 0 4 4
Gedung dan Bangunan 5 0 0
18

V. HASIL

5.1. Pelaksanaan Kegiatan Praktek Magang

Praktek magang ini dilaksanakan pada tanggal 26 januari – 26 februari 2021

bertempat di Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pekanbaru, wilayah

kerja Taman Wisata Perairan, pada Tabel 3 dan Lampiran 4.

Tabel 3. Uraian Kegiatan Magang


Tanggal/2021 Pukul Kegiatan
Selasa, 26 januari 08.00-12.00 Perkenalan mahasiswa UNRI dan
LKKPN, presentasi usulan magang
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Menjumpai pembimbing dan mencari
literature
Rabu, 27 januari 08.00-12.00 Mencari Literatur
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Menjumpai pembimbing
Kamis, 28 januari 08.00-12.00 dan mencari literature
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Menjumpai pembimbing
Jumat, 29 januari 08.00-12.00 Olahraga
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Mencari literature
Senin, 1 Februari 08.00-12.00 Meginstal Google earth
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Menginstal SeaDAS
Jumat, 5 Februari 08.00-12.00 Olahraga
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Membuat bab 1 dan bab 2
Senin, 8 Februari 08.00-12.00 Menjumpai pembimbing
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Mencari literatur
Selasa, 9 Februari 08.00-12.00 Mendaftar akun Ocean color
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Mengunduh citra Suhu Permukaan
Laut
Rabu, 10 Februari 08.00-12.00 Menjumpai pembimbing
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Revisi bab 1 dan bab 2
Jumat, 12 Februari 08.00-12.00 Olahraga
12.00-13.00 Istrirahat
19

13.00-16.00 Mencari literatur


Senin, 15 Februari 08.00-12.00 Menjumpai pembimbing
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Mencari koordinat wilayah
Selasa, 16 Februari 08.00-12.00 Mengcrop di SeaDAS
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Cropping peta
Rabu, 17 Februari 08.00-12.00 Pengolahn data
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Pengolahan data
Kamis, 18 Februari 08.00-12.00 Analisis data
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Analisis data
Jumat, 19 Februari 08.00-12.00 Olahraga
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Membuat peta
Senin, 22 Februari 08.00-12.00 Membuat peta
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Membuat peta
Selasa, 23 Februari 08.00-12.00 Membuat laporan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Menjumpai pembimbing
Rabu, 24 Februari 08.00-12.00 Membuat Laporan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Membuat laporan
Kamis, 25 Februari 08.00-12.00 Membuat PPT presentasi hasil praktek
magang
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Membuat Membuat PPT presentasi
hasil praktek magang
Jumat, 26 Februari 08.00-12.00 Presentasi Hasil Praktek Magang
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Presentasi Hasil Praktek Magang

5.2. Peroses Pengolahan Citra

5.2.1. Proses Download Citra Satelit Modis Level 3

1. Langkah pertama terlebih dahulu didownload citra satelit Aqua Modis dengan

login ke website NASA Ocean Colour, selanjutnya dipilih data lalu dipilih

level-3 browse.
20

2. Selanjutnya kualitas dari produk dipilih standard dan sensor yang digunakan

adalah Modis-Aqua lalu diubah produk menjadi sea surface temperature,

periode perekaman citra yang dipilih bulanan (mounly), resolusi 4 km dan

diubah periode pengambilan citra Januari 2020 sampai Desember 2020,

selanjutnya akan muncul citra sesuai periode yang diinginkan (Gambar 4 ).

Gambar 4: Tampilan halaman website NASA Ocean Color

3. Selanjutnya diklik data citra bulanan, lalu akan ditampilkan data citra SPL

Dipilih SMI (Standar Mapped Imagi), selanjutnya citra Aqua Modis bulanan

akan terunduh (Gambar 5 dan 6).

Gambar 5: Tampilan Citra Aqua Modis Suhu Permukaan Laut


(http://oceancolor.gsfc.nasa.gov)
21

Gambar 6: Tampilan Format Penyimpanan Suhu Permukaan Laut

5.2.2. Pengolahan data citra menggunakan SeaDas

1. Langkah pertama dibuka aplikasi SeaDas 7.5.1, setelah terbuka diklik open file,

dan dimasukkan data citra satelit Aqua Modis level 3 bulanan SPL tahun

2020, selanjutnya open produk dan klik SPL maka akan tampil data raster

(Gambar 7 dan 8 ).

Gambar 7: Tampilan Layer Pada Aplikasi SeaDas


22

Gambar 8: Tampilan Input Data Citra Pada Software SeaDas

2. Selanjutnya tahap cropping pada SeaDas, dengan klik tools raster dan pilih

crop (Gambar 9 ).

Gambar 9: Cropping Pada data Citra


23

3. Untuk cropping dapat dilakukan dengan memasukkan koordinat lokasi yang

ingin diketahui sebaran suhunya. Koordinat lokasi dapat diketahui melalui

Google Earth. Selanjutnya klik crop dan masukkan koordinat sesuai dengan

hasil koordinat di Google Earth, dimasukkan ke geocoordinates pada

SeaDas, lalu klik oke dan akan muncul layer baru, diklik sst maka akan

tampil wilayah hasil cropping (Gambar 10 dan 11).

Gambar 10: Cropping Menggunakan Geo Coordinate

Gambar 11: Tampilan Hasil Potongan Citra


24

4. Selanjutnya eksport mask pixel citra yang telah di cropping dengan cara klik

rectangel drawing tools. Blok seluruh wilayah hasil cropping, lalu klik

geometri di layar file manager. Selanjutnya klik kanan pada pada polygon dan

klik mask pixel, ceklis create hader lalu write to file lalu pilih folder

penyimpanan (Gambar 12, dan 13 ).

Gambar 12: Export Mask Pixel

Gambar 13: Write to file dan Format Penyimpanan

5.2.3. Pengolahan Data Citra Menggunakan ArcGis 10.4

1. Buka aplikasi ArcGis 10.4, masuk ke menu bar file, pilih add data lalu klik

add XY data lalu pada input data sst file hasil reprojection pada SeaDas, dan

masukkan datum WGS 1984 maka akan muncul file yang diinput (Gambar 14

dan 15 ).
25

Gambar 14: Tampilan layer ArcGIS, dan Masukkan Data Citra Suhu Permukaan
Laut

Gambar 15: Format Untuk Citra Suhu Permukaan Laut

2. Pengambilan data berhasil apabila data raster telah muncul pada layer. Setelah

data raster muncul klik arctoolbox selanjutnya 3D analyst tools lalu raster

interpolation dan setelah itu IDW. Selanjutnya masukkan data sst ke input

point feature, lalu ubah pada 2 value feld menjadi sst dan klik ok (Gambar 16

dan 17 ).
26

Gambar 16: Interpolasi Citra

Gambar 17: Format Untuk Interpolasi Citra

3. Jika berhasil maka proses interpolasi IDW akan keluar data suhu, setelah itu

layout peta (Gambar 18).

Gambar 18: Hasil Interpolasi Citra


27

VI. PEMBAHASAN

Pengolahan citra satelit Aqua modis dengan menggunakan SeaDas, SeaDas

merupakan sejenis software yang digunakan mengolah data citra satelit untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan yaitu Suhu Permukaan Laut (SPL).

Pengolahan citra satelit pada software SeaDas meliputi cropping citra dan

Reprojection. Cropping pada software ini berfungsi untuk memperkecil besarnya

ukuran citra yang akan diolah sehingga mempercepat proses pengolahannya.

Selain itu, bertujuan untuk memotong data citra hanya pada daerah yang akan

dikaji konsentrasi suhu permukaan laut.

Pengolahan Citra Dengan Software ArcGIS, ArcGIS merupakan software

berbasis data spasial diciptakan untuk kompabilitas sistem informasi berbasis

geografis. Pada software ini data citra diolah dengan analisis tools interpolasi.

Interpolasi berfungsi untuk memprediksi kekosongan piksel citra akibat gangguan

atmosfer yang menyebabkan beberapa piksel tidak diketahui nilainya. Dalam hal

ini interpolasi memprediksi nilai berdasarkan nilai yang telah diketahui dengan

jarak terdekat (Pramoho, 2008). Interpolasi juga memberikan tampilan yang lebih

logis terhadap p eta sebaran suhu permukaan laut.

Pemilihan data level 3 karena merupakan data berupa produk jadi yang

sudah dikorekoreksi radiometrik dan geometrik, dimana data ini sudah dalam

bentuk produk Suhu Permukaan laut yang sudah diolah NASA. Data Citra Aqua

Modis level 3 memiliki informasi tentang lintang, bujur, daratan, garis pantai,

nilai rata-rata klorofil-a dan rata-rata SPL serta sudah terkoreksi secara atmosferik

dan radiometrik (Sholeh et al., 2015).


28

Hasil cropping citra satelit menghasilkan data citra yang pecah pada daerah

kajian, hal ini dikarenakan piksel pada data level 3 terlalu besar jika digunakan

untuk ruang lingkup daerah yang terlalu kecil. Hasil cropping citra perlu

dilakukan interpolasi, hal ini karena pada saat pengolahan ditemukan beberapa

pixel yang kosong, sehingga perlu dilakukan interpolasi untuk mendapatkan

estimasi  nilai wilayah yang yang kosong, hal ini merupakan salah satu kelemahan

citra satelit Aqua Modis.

Pada zonasi TWP Pulau Pieh terdapat lima Pulau, yaitu Pulau Pieh, Pulau

Bando, Pulau Pandan, Pulau Toran, Pulau Air. Pulau-Pulau tersebut terletak di

kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, kawasan ini memiliki luas 39.900

Ha dan telah ditetapkan melalui keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

KEP. 70/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional

Pulau Pieh dan laut sekitarnya sebagai Taman Wisata Perairan (TWP). Secara

geografis Pulau Pieh berada pada posisi 99o 59’ 36” – 100o 59’ 28” BT sampai

dengan 00o 45’10” – 01o 03’ 08” LS, jaraknya dari daratan Kabupaten Padang

Pariaman ± 17 mil, yang ditempuh dengan kapal motor selama 2 jam. Sedangkang

secara adminitratif wilayah ini termasuk ke dalam wilayah kecamatan ulakan

tapakis yang merupakan pecahan dari kecamatan Nan Sebaris kabupaten Padang

Pariaman.

Sebaran suhu permukaan laut di perairan Zonasi TWP Pulau Pulau Pieh,

Padang, Sumatera Barat berdasarkan hasil ekstrasi citra satelit Aqua Modis selama

setahun, pada bulan Januari, Februari, Agustus dan Desember data suhu yang

didapatkan berada pada kisaran 29 – 30oC, pada bulan Maret dan Juli data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 29oC, pada bulan April – Juni data suhu
29

yang didapatkan berada pada kisaran 27 – 28 oC, pada bulan September data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 28 – 30oC, pada bulan Oktober data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 29 – 31oC, pada bulan November data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 28 – 29oC, pada lampiran 5.

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki 2 musim yaitu, musim hujan

dan musim kemarau. Musim hujan adalah musim dengan ciri meningkatnya curah

hujan di suatu wilayah dibanding biasanya dalam waktu tertentu dalam jangka

waktu tertentu secara tetap, ini terjadi karena angin muson barat yang merupakan

angin yang bergerak dari benua Asia ke Benua Australia dan berlangsung dari

bulan Oktober sampai April dan terjadilah musim hujan disebagian besar wilayah

indonesia, pada musim hujan tahun 2020 suhu permukaan laut di wilayah TWP

Pulau Pieh dan lau sekitarnya berkisar pada 27 – 29 oC sedangkan musim kemarau

merupakan suatu musim yang terjadi akibat pengaruh sitem muson yang memiliki

ciri-ciri tidak turunnya hujan dalam kurun waktu tertentu, dimana angin muson

timur yang bergerak dari benua Australia ke Benua Asia membawa masa udara

kering dan berlangsung dari bulan Mei sampai September. Pada bulan April, Mei

dan September, Oktober adalah musim pancaroba atau musim peralihan, pada

musim kemarau tahun 2020 suhu permukaan laut di wilayah TWP Pulau Pieh dan

laut sekitarnya berkisar pada 29 – 30oC.


30

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek dapat disimpulkan bahwa tahapan pemetaan

suhu permukaan laut, menggunakan citra Aqua Modis level 3 mencankup proses

mengunduh data citra dari website NASA Ocean Color, selanjutnya melalui

Proses cropping citra dan Mask Pixel (ekstrak citra) melalui software SeaDas.

Hasil potongan citra lalu diinterpolasi pada software ArcGIS 10.6 dengan metode

IDW (Inverse Distance Weighted).

Hasil sebaran suhu permukaan laut yang didapat dalam 12 bulan pada

tahun 2020 yakni pada bulan Januari, Februari, Agustus dan Desember data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 29 – 30oC, pada bulan Maret dan Juli data

suhu yang didapatkan berada pada kisaran 29oC, pada bulan April – Juni data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 27 – 28 oC, pada bulan September data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 28 – 30oC, pada bulan Oktober data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 29 – 31oC, pada bulan November data suhu

yang didapatkan berada pada kisaran 28 – 29oC.

7.2. Saran

Untuk Penelitian selanjutnya Perangkat pengolah data dengan spesifikasi

yang lebih baik lagi, serta perlunya pengukuran secara langsung dan penggunaan

citra satelit Aqua Modis level 3 sebaiknya pada daerah yang lebih luas dan

dibutuhkan pemahaman lebih dalam lagi menggunakan softwere-software

pengolahan citra satelit untuk mempermudah pengerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
31

Aldrian E & Susanto R.D. 2003. Identifikasi tentang tiga wlayah hujan yang
dominan di Indonesi dan hubungannya dengan suhu permukaan laut, jurnal
Internasional tentang iklim, Vol. 23, No 12, pp.1435-145,doi 10.100/joc.950

Awaluddin, M.Y., j. Kaempf & Ewenz, C. 2010. Perbedaan suhu permukaan laut
di lautan Indonesia:Hasil Awal/Pendahuluan. AMOS 17Th Konferensi
Presentasi Poster. ANU Canberra.

Brown, O. B. dan P. J. Minnett, 1999 ‘MODIS Infrared Sea Surface Temperature


Algorithm - Algorithm Theoretical Basis Document Version 2.0’, Ocean
Color web page, pp. 1–91. doi: 10.1002/cjas.24.
Emiyati, Setiawan, K. T., Maopo,A. K.,Budhiman, S Hasyim, B. (2014) Analisis
Multitemporal sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Lombok
Menggunakan data Penginderaan Jauh Modis, seminar Nasional
Penginderaan Jauh LAPAN.

Febriani, F.R.,Seni, H.J.T. & Wandayantolis. (2014). Analisis Spasial pengaruh


Dinamika Suhu Muka Laut Terhadap Distribusi Curah Hujan di Sulawes
Utara, Jurnal MIPA Unsrat, (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo),
diakses 12 Mei 2015.

King, D. A., 1993, Astronomy in The Service of Islam, (Aldershot: Variorum).


Lillesand, T.M. and Kiefer, R.W. 2000 RemoteSensing and Image Interpolation.
Jhon Wiley & Sons, New York
Macherone, B. 2016 About MODIS, NASA. Tersedia di:
https://Modis.gsfc.nasa.gov/about/ (Diakses: 19 desember 2020).
Masters, J. The Landmark 2007 IPCC Report on Climate Change,
(http://www.wunderground.com/resources/climate/ipcc2007.asp?MR=1),
diakses 12 Mei 2021

Mudhofir M. 2010. Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa


Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis (SIG). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
NASA, MODIS Calibration General Information. Diakses pada Januari 03, 2021,
dari http://mcst.gsfc.nasagov/calibration/information.

NASA, L3 browser-NASA. Diakses Februari 09, 2021, dari


http://oceancolor.gsfc.nasa.gov.

Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.


Paine, D.P., 1994. Aerial Photographi and Image Interpretation for Resource
Management, John Wiley and Sons, Inc., New York.
32

Pramoho, G. H. 2008. Akurasi Metode IDW dan Kriging Untuk Interpolasi


Sebaran Sedimen Tersuspensi. Jurnal Forum Geografi. 22(1): 97-110.
Robinson IS. 2002 Satellite Measurements For Operational Ocean models.
Southampton Oceanography Centre. University of Southampton. U.K, 147
—189.
Sholeh, M. N., Adnan, dan M. Syahril. 2015. Pemanfaatan Teknologi
Penginderaan Jauh Untuk Memprediksi Daerah Potensi Penangkapan Ikan
Di Perairan Selat Bali. Jurnal Sains Dan Teknologi Akuakultur. 1(1): 44-51.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh: Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Susilo, S. B. 2000. Penginderaan Jauh Terapan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Syaifullah, D. 2010. Analisis Suhu Permukaan Laut Selatan Jawa dan
Pengaruhnya terhadap Curah HujanDAS Citarum. Jurnal Sains & Teknolgi
Modifikasi Cuaca (JSTMC)vol. 11 No. 2 Desember 2010.

Weyl, P. K. 1970. Oceanography: An Introduction to Marine Environment. Joh W
iley andSon Inc
33

LAMPIRAN
34

Lampiran 1: Lokasi Praktek Magang


35

Lampiran 2: Alat dan Bahan

Data Citra 2020

Software ArcGIS 10.4 Software SeaDas 7.5

Leptop
36

Lampiran 3: Sarana dan Prasarana Tempat Magang

Peralatan Selam dan Survey Tempat Ibadah

Ruang Tamu Tempat Kerja

Tampak Depan
37

Lampiran 4: Dokumentasi Praktek Magang

Presentasi Proposal Praktek Magang

Proses Pengolahan Citra

Presentasi Hasil Praktek Magang


38

Lampiran 5: Hasil Pemetaan Suhu Permukaan Laut

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Januari

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Februari


39

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Maret

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan April


40

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Mei

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Juni


41

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Juli

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Agustus


42

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Semptember

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Oktober


43

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan November

Peta Suhu Permukaan Air Laut Pada Bulan Desember

Anda mungkin juga menyukai