ABSTRAK
Informasi suhu permukaan laut (SPL) dalam bidang perikanan memiliki peran
yang sangat penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
memetakan sebaran suhu permukaan laut di perairan Pulau Bintan. Metode penelitan ini
menggunakan analisis suhu permukaan laut secara temporal berdasarkan fluktuasi SPL
bulanan dan musiman dalam bentuk grafik deret waktu, dan analisis spasial berdasarkan
visualisasi peta sebaran rata-rata SPL musiman. Hasil penelitian menunjukan bahwa
variasi temporal SPL tahun 2015-2016 di perairan Pulau Bintan cenderung mengalami
peningkatan. Nilai SPL tahun 2015 bervariasi antara 26,01 0C – 29,53 0C sedangkan
tahun 2016 bervariasi antara 27,04 0C–30,21 0C. Nilai SPL maksimum tahun 2015 dan
2016 terjadi pada bulan mei dengan suhu rata-rata bulanan 29,14 °C dan 29,85 °C dan
minimum tahun 2015 dan 2016 terjadi pada bulan Februari dengan rata-rata suhu
bulanan 26.28 °C dan 27.61 °C. Variabilitas nilai SPL di perairan Pulau Bintan
dipengaruhi oleh musim, SPL pada musim timur dan musim peralihan barat-timur
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SPL pada musim barat dan musim
peralihan timur-barat. Sebaran spasial SPL di perairan dekat pesisir cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan SPL di perairan jauh pesisir atau lepas pantai.
Kata Kunci : SPL, ECMWF, Variabilitas Temporal, Variabilitas Spasial, Perairan Pulau
Bintan.
ABSTRACT
Sea Surface Temperature (SST) information in the field of fisheries has a very
important role. The purpose of this research is to analyze and map the distribution of
Sea Surface Temperature in Bintan island waters. This research method uses temporal
Sea Surface Temperature analysis based on monthly and seasonal SST luctuation map
of SST seasonal average distribution spreades. The result showed that variation of SST
2015-2016 in Bintan island waters tend to increase. The 2015 SST score varies between
26,01 °C-29,53 °C while 2016 varies between 27,04 °C -30,21 °C. Maximum SST
values for 2015 – 2016 occur in may with a monthly average temperature of 29,14 °C-
29,85 °C and a minimum of 2015-2016 occuring in February with an average monthly
temperature of 26,28 °C-27,61 °C. The variability of SST values in Bintan island waters
is influenced by season, SST in east season and west-east transition period tends to be
higher than SST in west season and east-west transition. SST in coastal waters tends to
be higher than SST in offshore waters.
29.50 2015
perairan menyebabkan perairan pantai
29.00 SPL
28.50 Tahun mempunyai suhu yang lebih tinggi
2016
28.00 dibandingkan perairan lepas pantai.
27.50
27.00 Suhu permukaan laut pada musim
26.50
peralihan barat-timut dan musim timur
26.00
25.50 menunjukkan sebaran spasial
25.00
mengalami fluktusi suhu tinggi.
Sedangkan pada musim barat hingga
musim Peralihan timur-barat
Waktu ( Bulan )
menunjukan sebaran spasial yang relatif
Gambar3.Grafik variabilitas temporal turun. Suhu permukaan laut pada
SPL di perairan Pulau musim barat terjadi puncak penurunan
Bintan selama dua tahun
(2015 dan 2016). rata-rata (suhu pemukaan laut terendah)
MUSIM PERALIHAN TIMUR - BARAT TAHUN 2015 MUSIM PERALIHAN TIMUR-BARAT 2016
(September – Oktober – November) (September – Oktober – November)
Pembahasan interaksi laut atmosfer yang berpusat di
Hasil interpretasi suhu wilayah ekuator Samudra Pasifik yang
permukaan laut selama dua tahun (2015 menyebabkan anomali iklim global
dan 2016), menampilkan bahwa sebaran menjadi lebih hangat pada saat El Nino
suhu permukaan laut mengalami dan lebih dingin pada tahun La Nina
fluktuasi. Hasil interpretasi rata – rata (Trenberth dan Caron, 2000; Aldrian,
suhu permukaan laut di perairan Pulau 2008).
Bintan pada tahun 2016 lebih tinggi Suhu permukaan laut di perairan
dibandingkan pada tahun 2015. Pulau Bintan mengalami variasi secara
Menurut Hamuna ( 2015 ) naik nya musiman. Secara umum nilai rata-rata
suhu permukaan laut disebabkan oleh suhu permukaan laut maksimum terjadi
adanya pengaruh angin munson yang musim timur tahun 2015 dan musim
menyebabkan terjadinya pergantian peralihan barat-timur tahun 2016.
musim, yaitu angin munson timur yang Sedangkan suhu permukaan laut
bergerak dari Benua Australia ke Benua minimum tahun 2015 dan 2016 terjadi
Asia dan angin munson barat yang pada musim barat. Hal ini terjadi
bergerak dari Benua Asia ke Benua disebabkan oleh adanya perbedaan
Australia. Menurut Triatmodjo (2008) jumlah penyinaran atau pemanasan air
pada musim timur di belahan bumi laut oleh sinar matahari yang lebih
utara mengalami musim panas tinggi pada musim timur, dan
sedangkan belahan bumi selatan musim sebaliknya pada musim barat lebih
dingin dengan tekanan udara yang banyak terjadi hujan di wilayah
rendah, sehingga angin dari daratan Indonesia. Menurut (Estiningtyas et al.,
Australia berhembus menuju Asia. 2007; Aldrian dan Susanto, 2003)
Naiknya suhu permukaan laut bahwa terdapat korelasi antara suhu
ditunjukkan adanya penyimpangan permukaan laut dengan kondisi curah
iklim berupa peristiwa El Nino. Faktor hujan. Variabilitas suhu permukaan laut
utama yang juga mempengaruhi dapat mempengaruhi 50% variasi curah
variabilitas iklim di Indonesia adalah hujan seluruh Indonesia, sedangkan
ENSO (El Nino And Soutern variabilitas suhu permukaan di Laut
Oscillation) (Endlicher,2001;Hupfer, et India hanya 10-15% (Hendon, 2003).
al., 2001). ENSO merupakan sebuah Berdasarkan Nontji (2002), setiap bulan
November hingga Januari di Indonesia, pemutihan atau bleaching. Menurut
terutama bagian barat sedang Wouthuyzen (2015), pada skala
mengalami musim hujan dengan curah regional, kejadian pemutihan karang
hujan yang cukup tinggi. Kondisi yang disebabkan naiknya suhu laut akibat
sama dengan wilayah kabupaten Bintan pemanasan global. Kenaikan suhu
dan sekitarnya, musim hujan cenderung sebesar 1-2°C saja (suhu anomali)
akan terjadi pada September hingga selama 2-4 minggu di atas suhu
Febuari dengan intensitas normal curah maksimum rata-rata jangka panjang
hujan rata-rata ± 2,214 mm/tahun, (suhu normal) bias menyebabkan
sedangkan musim kemarau cenderung pemutihan karang, dan dalam waktu
terjadi pada Maret hingga Agustus. yang lebih panjang akan menyebabkan
(Bappeda Kabupaten Bintan, 2013). terumbu karang mati. Menurut Rahmi
Berdasarkan fluktuasi suhu (2014) terumbu karang cenderung
permukaan laut, puncak harian suhu terjadi bleaching apabila suhu
permukaan laut tertinggi terjadi dibulan meningkat tajam dalam waktu yang
Febuari hingga Maret tahun 2016 singkat atau suhu meningkat perlahan-
dengan kisaran suhu antara antara 28,06 lahan dalam jangka waktu yang
0 0
C–30,07 C. Perubahan suhu panjang. Nuary et al., (2014)
permukaan laut rata rata harian yang menjelaskan, penyebab utama
cukup ekstrim terjadi pada minggu meningkanya penyakit bleaching
terakhir bulan Febuari tahun 2016 disebabkan adanya peningkatan suhu
sebesar 2,06 oC dan bulan maret minggu permukaan laut. Fenomena pemutihan
pertama dan minggu kedua sebesar 3,03 karang atau coral bleaching di perairan
o
C. Perubahan suhu permukaan laut Pulau Bintan diduga disebabkan atau
secara drastis tersebut diduga sebagai ada kaitannya oleh dampak anomali
penyebab terjadinya fenomena coral iklim tahunan salah satunya adalah
bleaching di perairan Pulau Bintan. Hal ENSO (El Nino And Soutern
ini diperkuat oleh pernyataan Hoegh- Oscillation).
Guldberg (1999) bahwa peningkatan ENSO merupakan anomali iklim
suhu air laut sebesar 2°C selama 4 tahunan yang mempengaruhi pemutihan
minggu (satu bulan) menyebabkan karang atau coral bleaching. El Nino
sebagian besar jenis karang mengalami merupakan salah satu penyebab coral
bleaching karena fenomena ini sepanjang 400 km dari utara Pulau
menyebabkan kenaikan suhu Pagai hingga Nias. Menurut Gaol
permukaan laut. Dampak peningkatan (2007) berdasarkan informasi di sekitar
suhu terjadi di sebagian tempat secara perairan pada tahun 1997 / 1998
ekstrim. Menurut Glynn (1993), coral Indonesia terjadi kekeringan yang luar
bleaching banyak terjadi pada saat biasa akibat dari ENSO dan juga IOD.
ENSO namun tidak menutup Di pantai selatan jawa hingga Sumatra
kemungkinan bahwa coral bleaching suhu permukaan laut turun sangat
dapat terjadi diluar dari fenomena rendah sekitar 4 0C dari kondisi normal.
ENSO. Prediksi nilai ENSO pada bulan Peningkatan suhu yang tinggi
Desember 2015 oleh NOAA (National menyebabkan zooxanthella terlepas dari
Oceanic and Atmospheric karang sehingga karang mengalami
Administration), JAMSTEC (Japan stres, akibatnya mudah terinfeksi oleh
Agency for Marine- Earth Science and penyakit (Ben-Haim et al., 1999). Hal
Technology), POAMA (Predictive ini diperkuat dengan laporan hasil
Ocean Atmosphere Model for Australia) monitoring COREMAP CTI tahun 2016
dan BMKG menyatakan bahwa EL ditemukan kejadian Coral Bleaching
Nino masih dalam kriteria kuat dengan terutama di perairan bagian Timur
menunjukkan kondisi di bawah normal Pulau Bintan yang diduga kuat
dengan nilai rata-rata mencapai - merupakan bagian gejala bleaching
6,73/Negatif. Dengan demikian, masih massal akibat pemanasan global
diprediksi akan terjadi pengurangan (Zulfikar et.al.2016 ).
jumlah curah hujan di wilayah Sebagai perairan yang berada di
Indonesia khususnya wilayah wilayah tropis dan dekat dengan garis
Kepulauan Riau pada bulan khatulistiwa, maka sepanjang tahun
Desember.(BMKG Kota Batam ,2015 ) kondisi suhu permukaan laut di perairan
Tahun 1997 dan 1998 menurut Pulau Bintan umumnya cenderung
(Abram et al., 2003; Gaol et al,, 2007) hangat. Akan tetapi dengan adanya
terjadi kematian terumbu karang di pergantian musim yang terjadi sangat
sekitar Pulau Mentawai, Perairan berdampak pada fluktuasi nilai suhu
Sibolga. Berdasarkan pengamatan tahun permukaan laut, walaupun dengan
1999 dan 2001 terjadi kematian karang tingkat fluktuasi yang kecil. Pola
musiman suhu permukaan laut perairan suhu di Benua Australia. Perbedaan
Pulau Bintan memiliki puncak tinggi tersebut menyebabkan terjadi
pada musim peralihan barat-timur dan pergerakan angin dari Benua Australia
musim timur dengan rata-rata suhu ke Benua Asia melalui perairan
permukaan laut yang tidak berbeda Indonesia yang dikenal sebagai angin
jauh, sedangkan puncak rata-rata munson timur dan hanya melewati
terendah suhu permukaan laut terjadi wilayah perairan yang kecil dan jalur
pada musim barat. Menurut Wicaksono perairan yang sempit (Wyrtki, 1961).
( 2010 ) suhu di laut dapat dipengaruhi Angin munson timur tidak banyak
oleh adanya pengaruh musim proses menurunkan hujan sehingga
sirkulasi air laut regional seperti arus menyebabkan wilayah Indonesia akan
massa air yang hangat dari samudera mengalami musim kemarau. Pergerakan
pasifik ke samudera Hindia melewati angin munson timur menyebabkan
sebagian wilayah Indonesia dan juga wilayah perairan Indonesia, termasuk
dari adanya fenomena alam El Nino. perairan Pulau Bintan memiliki suhu
Kondisi ini dapat menyebabkan pola perairan yang relatif tinggi.
fluktuasi suhu permukaan laut yang Menurut Hutabarat dan Evans,
berbeda di perairan Indonesia. (2014), pada waktu musim timur arus
Perbedaan kondisi perairan antara mengalir dari arah selatan melalui laut
perairan Pasifik dan Samudera Hindia flores,laut jawa dan laut natuna utara
akan mempengaruhi pola distribusi sedangkan pada waktu musim barat hal
suhu permukaan laut di perairan ini terjadi kebalikannya dimana arus
Indonesia, (Gaol et al., 2014). Suhu mengalir dari arah utara. Pada musim
permukaan laut yang relatif tinggi pada Barat massa air yang masuk ke laut
musim barat-timur dan musim timur di berasal dari Laut Cina Selatan yang
perairan Pulau Bintan disebabkan lintangnya tinggi akan menyebabkan
karena posisi matahari pada musim suhunya rendah (Illahude, 1997). Secara
timur mulai bergeser ke belahan bumi geografis posisi Pulau Bintan sangat
bagian utara. Di belahan bumi utara, strategis yaitu di ujung Selat Malaka
khususnya Benua Asia akan memiliki dan selatan Semenanjung Malaysia,
suhu yang relarif tinggi dengan tekanan yang berhadapan langsung dengan Selat
udara yang rendah, kondisi sebaliknya Malaka serta Laut Cina Selatan. Arus di
perairan Pulau Bintan termasuk arus timur dan musim peralihan timur. Nilai
yang cukup kompleks sebagai hasil rata-rata suhu permukaan laut
interaksi berbagai macam arus cenderung lebih tinggi dan sebaliknya
musiman. Arus utama perairan Pulau pada musim barat dan musim peralihan
Bintan dipengaruhi oleh pola arus Laut timur-barat rata-rata suhu permukaan
Natuna secara umum, yang sangat laut cenderung mengalami penurunan
tergantung dari angin musim (Bappeda Saran
Kabupaten Bintan, 2013). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
. mengenai adanya data karang yang
KESIMPULAN DAN SARAN mengalami bleaching di perairan Pulau
Kesimpulan Bintan sebagai data pendukung.
Nilai suhu permukaan laut di perairan Sehingga keterkaitan peristiwa anomali
Pulau Bintan pada tahun 2016 lebih suhu dengan fenomena bleaching pada
tinggi dibandingkan pada tahun 2015. karang dapat diketahui dengan jelas.
Pola tahunan suhu permukaan laut
DAFTAR PUSTAKA
tertinggi terjadi pada bulan Mei
Abram,N.J.,M.K.Gagan,M.T.,Mcculloc
sedangkan suhu permukaan laut h.J.Chappell,W.S.,Hantoro.,200
terendah terjadi pada bulan Februari. 3. Coral reef death during the
1997 indian ocean dipole linked
Suhu permukaan laut bulan Febuari
to indonesian wildfires. Science.
hingga Maret tahun 2016 terjadi 301,953-955.
fluktuasi suhu harian dengan adanya Aldrian, E. dan Susanto, R.D.,2003.
beberapa aliran suhu puncak tertinggi Identification of three dominant
rainfall regions within Indonesia
yang diduga adanya anomali suhu and their relationship to sea
ekstrim yang bisa menyebabkan stres surface temperature.
International Journal of
pada karang di sekitar perairan Pulau Climatology. 23, 1435-1452.
Bintan. Secara spasial, perairan dekat Aldrian, E.,2008. Meteorologi laut
pesisir memiliki suhu yang lebih tinggi indonesia. Jakarta. Badan
Meteorologi dan Geofisika.
dibandingkan dengan perairan lepas
pantai. Suhu permukaan laut di perairan Azani, R., Sari, T.E.Y., Usman.,2012.
Variabilitas Spasial Dan
Pulau Bintan juga cenderung Temporal Suhu Permukaan Laut
mengalami fluktuasi berdasarkan Dan klorofila Diperairan Selat
Malaka Melalui Citra Satelit
musim. Pada musim Peralihan barat-
Aqua Modis. Jurnal Universitas pelatihan pengelolaan wilayah
Riau. Pekanbaru pesisir terpadu. Bogor. 29
Oktober – 3 November 2001,
Ben-Haim, Y., Banin, E., Kushmaro, 226 - 235.
A., Loya, Y. and Rosenberg, R. Dulbahri.,2001. Sistem informasi
1999. Inhibition of geografis. Program
Photosynthesis and Bleaching of penginderaan jauh untuk
Zooxanthellae by The Coral sumberdaya dengan pendekatan
Pathogen Vibrio shiloi. Environ. interpretasi citra dan survei
Microbiol. 1, 223-229. terpadu .Universitas Gadjah
Mada Fakultas Geografi
Bappeda Kabupaten Bintan.,2013.
(PUSPICS) UGM –
Kabupaten Bintan. Diakses pada
Bakosurtanal.Yogyakarta.
tanggal 1 Juli 2016.
Endlicher, W., 2001. Terrestial Impact
Bouttier, F.,2001. The use of profiler
of the Southern Oscillation and
data at ECMWF.
Related El Niño and La Niña
Meteorologische
events. in Climate of the 21st
Zeitschrift.10(6), 497–510.
Century: Changes and Risk:
Cahyarini. S.Y.,2011. Rekonstruksi Scientific Facts (JL Lozán, H
Suhu Permukaan Laut Periode Graßl, and P Hupfer, eds.).
1993 - 2007 Berdasarkan Wissenschaftliche
Analisis Kandungan Sr/Ca Koral Auswertungen, Hamburg, 52-54.
dari Wilayah Labuan Bajo,
Estiningtyas, W., Ramadhani, F.,
Pulau Simeulue. Jurnal Geologi
Aldrian, E. 2007. Analisis
Indonesia, 6(3), 129- 134.
korelasi curah hujan dan suhu
permukaan laut wilayah
Collins, M., Soon-II An, Cai, W.,
Indonesia serta implikasinya
Ganachaud, A.,Guilyardi, E.,
terhadap perkiraan curah hujan
Jin, F.F., Jochum, M.,
(studi kasus Kabupaten
Lengaigne, M.,Power, S.,
Cilacap). Jurnal
Timmermann, A.,Vecchi,
Agrometeorologi Indonesia,
G.,Wittenberg, A. (2010). The
21(2):46-60.
Impact of Global Warming on
the Tropical Pacific Ocean and Gaol, J. L dan B. Sadhotomo., 2007.
El Niño. Nature Geoscience, Karakteristik dan Variabilitas
3(6), 391-397. Parameter Oseanografi Laut
Jawa Hubungannya dengan
Dahuri, R., Rais J., Ginting S.P., Sitepu,
Distribusi Hasil Tangkapan
M.J., 1996. Pengelolaan Sumber
Ikan, Jurnal Penelitian
Daya Wilayah Pesisir dan
Perikanan Indonesia. 3, 201-21.
Lautan Secara Terpadu, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta
Gaol, J.L., Arhatin, R.E., Ling,
Dewayani, S.,2000. Manfaat inderaja M.M.,2014. Pemetaan suhu
sig untuk pengembangan permukaan laut dari satelit di
perikanan laut: potensi perairan Indonesia untuk
pengembangan budidaya ikan mendukung “One Map Policy”,
dalam keramba apung. Prosiding dalam Prosiding Seminar
Nasional Penginderaan Jauh, Hoegh-Guldberg, O.,1999. Climate
Bogor April 2014, 433-442. Change, Coral Bleaching and
The Future of The World’s of
Gaol, J.L.,2007. Variabilitas suhu Coral Reef. Marine and
permukaan laut (1986-2002) Freshwater Research. 50(8),
Estimasi dari citra satelit dan 839-866.
dampaknya terhadap terumbu
karang di perairan Hupfer, P.H.,Grassl, J, lozán.,2001.
Indonesia.Coremap II. Program Summary: Warning Signal from
rehabilitas dan pengolahan Climate. Pp.400-408 in Climate
terumbu karang. of the 21st Century: Changes
and Risk: Scientific Facts (JL
Gaol, J.L.,Arhatin, R.E., Lozán, H Graßl, and P Hupfer,
Manurung,D.,Kawaru,M.,2007. eds.). Wissenschaftliche
Pemetaan Sumberdaya Laut Auswertungen, Hamburg.
Pulau Nias dengan Teknologi
Penginderaan Jauh Satelit Pasca Hutabarat, S. Dan Stewart M.
Tsunami 2004. Evans.,2014. Pengantar
Oseanografi. Penerbit
Glynn, P.W.,1993. Coral reef bleaching: Universitas Indonesia (UI-Press)
ecological perspectives. Coral Jakarta, 59-93.
Reefs. 12, 1-17.
Ilahude, A. G. 1997. Sebaran suhu,
Gross, M.G.,1990. Oceanography: A salinitas, sigma-T dan zat hara
View of the Earth. 5th Edition. perairan Laut Cina Selatan.
Prentice Hall. London. Dalam: Suyarso (ed.). Atlas
oseanologi laut cina selatan.
Hacker, E.C. dan Hastenrath, S.,1985. Puslitbang Oseanologi-LIPI
Mechanisms of Java Rainfall Jakarta. Hlm.: 25-34.
Anomalies. Monthly Weather
Review. 114, 745 – 757. Irmudyanti, L.,2000. Respon suhu dan
tekanan di udara dan perairan
Hamuna, B.,Yunus. P.,Paulangan, Selat Lombok terhadap El-Nino
L.D.,2015. Kajian suhu 1997 dan La-Nina 1998
permukaan laut mengunakan [skripsi]. Bogor: Program Studi
data satelit Aqua-MODIS di Ilmu Kelautan, Fakultas
perairan Jayapura, Papua. Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Cenderawasih. 4(3), IPB
160-167
Keller, B.D.,Gleason, D.F.,Mcleod,
Hastenrath, S.,1988. Climate and E.,C.M, Woodley.,Airame, S.,
Circulation of the Tropic. D. B.D, Causey., A.M,
Reidel Publishing Company. Friedlander., Grober-Dunsmore.,
New York. R., J.E, Johnson., S.L, Miller.,
R.S Steneck,.,2009. Climate
Hendon, H.H.,2003. Indonesian rainfall Change, Coral Reef Ecosystems,
variability: Impacts of ENSO and Management Options for
and local air-sea interaction. Marine Protected Areas.
American Meteorology Society. Environmental Management. 44,
1069-1088
King, C. A. M.,1963. An Introduction Nontji, A., 2002. Laut nusantara.
to Oceanography. McGraw Cetakan ketiga. Penerbit
Book Company Inc. New York. Djambatan, Jakarta.
Kunarso, S., Hadi, N.S., Ningsih., 2005. Nuarsa, I.W., 2005, Menganalisis Data
Kajian lokasi upwelling untuk Spasial dengan ArcView GIS
penentuan fishing ground 3.3 untuk Pemula, Penerbit PT.
potensial ikan tuna. Ilmu Elex Media Komputindo
Kelautan 10(2), 61–67 Gramedia, Jakarta.