net/publication/335169525
CITATIONS READS
0 1,606
1 author:
Adi Wijaya
Ministry of Marine Affairs and Fisheries
20 PUBLICATIONS 23 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Adi Wijaya on 14 August 2019.
Abstrak - Penelitian menggunakan data satelit yang bebas awan perairan Indonesia biasa di kenal dengan DME (Dipole Mode
dan pengukuran lapangan untuk pemantauan SST terhadap Event).
fenomena ENSO, dimana SST sebagai sumber utama terhadap Fenomena ENSO dan DME yang terjadi di dua samudera
fenomena tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk tersebut akan berdampak pada kondisi Iklim di Indonesia
mengetahui dinamika SST tiap perairan dan pengaruh ENSO
terutama kejadian kekeringan dan kelebihan curah hujan. Pada
dari data satelit. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah SST bulanan dari data TMI tahun 1997-2011 dan Indeks masyarakat nelayan akan berpengaruh terhadap lingkungan
NINO 3.4. Data satelit diproses dengan MATLAB. Metode keberadaan ikan dan kerentanan terhadap kawasan ekosistem
analisis menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF). pesisir dalam hal ini terumbukarang [3]. Pembangkit kedua
Metode ini dapat menghitung korelasi di setiap piksel sehingga fenomena global diduga karena adanya perubahan suhu
dapat menjelaskan pengaruh ENSO terhadap SST di tiap bagian permukaan laut (SST) yang terjadi di Samudera Pasifik dan
perairan Indonesia. Hasil analisa dinamika SPL di perairan Hindia yang cepat maka diperlukan observasi dan pemantauan
Indonesia selama tahun 1997-2011 dari data satelit menghasilkan kondisi SST secara cepat, akurat dan berkelanjutan agar bisa
rerata di setiap perairan sebagai berikut; Samudera Hindia melakukan langkah adaptasi terhadap dampak yang di
Barat Sumatera dengan rerata 29,30 0C, Samudera Hindia
timbulkan [4].
Selatan Jawa rerata 28,84 0C, Laut Arafura rerata 28,09 0C,
Laut Banda rerata 28,65 0C, Laut Jawa rerata 29,07 0C, Laut Guna melakukan pemantau kondisi kedua Samudera
China Selatan rerata 29,21 0C, Laut Sulawesi rerata 29,67 0C, dengan cepat, akurat dan berkelanjutan menggunakan
Laut Halmahera rerata 29,46 0C, Selat Makassar 29,56 0C dan pemanfaatan satelit penginderaan jauh. Perkembangan satelit
Samudera Pasifik rerata 29,88 0C. Untuk kenaikan suhu selama penginderaan jauh dalam dunia kalautan telah banyak
tahun 1997-2011 mempunyai rentang kenaikan SPL antara 3 – 4 dilakukan sejak tahun 1960 dengan mengembangkan sistem
0
C di semua perairan Indonesia. Sedangkan anomali SPL untuk pemantauan cuaca dan pada tahun 1978 baru pertama
pemantauan wilayah NINO 3.4 mempunyai selisih dengan indek diluncurkan untuk pengamatan kondisi samudera [5].
tersebut ± 2 0C. Pengaruh SST dengan ENSO menghasilkan Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penelitian ini
variansi 50,12 % terhadap NINO 3.4, sehingga menghasilkan
untuk melakukan observasi dan pemantauan fenomena ENSO
tingkat kolerasi tinggi terjadi di Samudera Pasifik, Laut
Halmahera, Laut Sulawesi, Selat Makassar dengan nilai korelasi dan DME dengan menggunakan data penginderaan jauh
0,5 - 0,75. kelautan. Pendekatan penginderaan jauh yang dapat
memantau fenomena tersebut melalui pembangkitnya yaitu
Kata Kunci: SST, ENSO, Data Satelit TMI SST. Sehingga judul makalah ini adalah “Dinamika Suhu
Permukaan Laut di Perairan Indonesia dari Data Satelit”.
I. PENDAHULUAN
Perairan Indonesia secara geografis terletak antara 2 benua II. METODE PENELITIAN
(Benua Asia dan Australia) dan 2 Samudera (Samudera
Hindia dan Pasifik). Kedua benua yang mengapit Indonesia Bahan dan Alat
sangat mempengaruhi kondisi musim melalui sistem Monsun Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Asia dan Australia, sedangkan kedua semudera yang mengapit a. Data SST di peroleh dari pemrosesan data satelit TRMM,
wilayah Indonesia sangat mempengaruhi keadaan laut dan dengan data TMI diperoleh dari
atmosfer di Indonesia karena adanya telekoneksi [1]. ftp://ftp.ssmi.com/tmi/bmaps_v04/
Kondisi laut di Samudera Pasifik di sekitar equator secara b. Indeks ENSO diperoleh dari situs
global mempunyai fenomena yang kompleks dan berulang http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/
dalam priode tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap analysis_monitoring/ensostuff/ensoyears.shtml
kondisi Perairan Indonesia fenomena tersebuat adalah ENSO
(El Nino Southern Oscillation) [2]. Sedangkan kondisi di Prosedur Penelitian
Samudera Hindia mempunyai fenomena sama dengan yang a. Pemrosesan data TMI menjadi SST
terjadi di samudera Pasifik dan juga berpengaruh terhadap
[Pdiff - Pdiffav ]
SOI = 10 ----------------- …………………….(3)
SD(Pdiff)
Keterangan :
Pdiff = (rerata Tahiti MSLP di Tahiti ) - (rerata MSLP
Darwin), pada bulan itu
Pdiffav = rerata historis (long term) of Pdiff pada bulan itu
SD(Pdiff) = standar deviasi dari Pdiff.
Gambar 4 secara temporal menunjukkan grafik pola Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
variabilitas anomali SST yang berbeda-beda. Pada wilayah
di ketahui variansi terbesar dari metode EOF 50,12 % dari
perairan Indonesia yang terletak pada Lintang Selatan seperti
total variansi yang ada. Gambar 5 menunjukkan bahwa
Samudera Hindia Selatan Jawa, Laut Jawa, Laut Banda, dan
variabilitas yang terbesar terhadap NINO 3.4 adalah pada
Laut Arafura selama tahun 1997-2011 memiliki rentang perairan Samudera Pasifik, Laut Sulawesi, Laut China Selatan,
anomali SST antara -3 sampai dengan 3 0C. Selama 14 tahun
Year DJF JFM FMA MAM AMJ MJJ JJA JAS ASO SON OND NDJ
1997 -0 -0 0 0.4 0.8 1.3 1.7 2 2.2 2.4 2.5 2.5
1998 2.3 1.9 1.5 1 0.5 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1
1999 -1 -1 -1 -0.8 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -2
2000 -2 -1 -1 -0.8 -1 -1 -0 -0 -0 -1 -1 -1
2001 -1 -1 -0 -0.2 -0 0.1 0.2 0.2 0.1 0 -0 -0
2002 -0 0.1 0.2 0.4 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.3 1.5 1.4
2003 1.2 0.9 0.5 0.1 -0 0.1 0.4 0.5 0.6 0.5 0.6 0.4
2004 0.4 0.3 0.2 0.2 0.3 0.5 0.7 0.8 0.9 0.8 0.8 0.8
2005 0.7 0.5 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.2 -0 -0 -1
2006 -1 -1 -0 -0.1 0.1 0.2 0.3 0.5 0.6 0.9 1.1 1.1
2007 0.8 0.4 0.1 -0.1 -0 -0 -0 -0 -1 -1 -1 -1
2008 -1 -1 -1 -0.8 -1 -0 -0 0 0 0 -0 -1
2009 -1 -1 -1 -0.1 0.2 0.6 0.7 0.8 0.9 1.2 1.5 1.8
2010 1.7 1.5 1.2 0.8 0.3 -0 -1 -1 -1 -1 -1 -1
2011 -1 -1 -1 -0.6 -0 0 0 -0 -0
Gambar 6. Hasil analisis Korelasi Cononical anomali SST dengan NINO 3.4
di perairan Indonesia Gambar 7. Anomali SST di wilayah NINO 3.4 dari tahun 1997-2011
DAFTAR PUSTAKA