Anda di halaman 1dari 26

Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki

Jl. Harapan, Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Kode Pos : 97664


Telp. : (0918) 21009, Fax: (0918) 22038
Email : stamet.saumlaki@bmkg.go.id
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu


pelayanan data dan informasi di bidang Pembina dan Penanggung Jawab :
meteorologi yang cepat, tepat, dan akurat, Stasiun - Andi Ilham Tahir, ST
Meteorologi Saumlaki setiap awal bulan tahun
Tim Redaksi :
berjalan mulai akan menerbitkan BULETIN
- Fredy Johosefat M., S.Tr
METEOROLOGI guna dijadikan bahan dasar
kelengkapan data dan informasi dalam kebutuhan - Sidik Hadi Kurniadi, S.Kom
analisis dan prakiraan cuaca. Gambaran umum - Khafid Rizki Pratama, S.Tr
yang tersaji dalam buletin ini merupakan hasil - Adnal Fiaddin Baesando, S.Tr
analisa dan observasi selama bulan April 2023. - Indra, S.Tr.Met
- Monica Afiah Syahrini,
Saya sendiri menyadari bahwa buletin ini masih S.Tr.Met
terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang - Mahesajiwo Agung Subiyakto,
membangun dari para pembaca sangat kami S.Tr.Met
harapkan guna peningkatan kualitas media Editor : Indra, S.Tr.Met
informasi ini. Besar harapan agar buletin ini dapat
terus berkembang dan berkesinambungan.

Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada semua pihak atas kerja sama yang telah
diberikan dalam hal pengumpulan data untuk penerbitan BULETIN METEOROLOGI bulan Mei
2023.

Saumlaki, 01 Mei 2023


Kepala Stasiun Meteorologi Saumlaki

Andi Ilham Tahir, ST


NIP. 19700802 199102 1 001

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

INFORMASI METEOROLOGI ..................................................................................................... 1

1.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER ............................................................................ 1

1.1.1 FENOMENA GLOBAL ........................................................................................... 1

1.1.2 FENOMENA REGIONAL ....................................................................................... 8

OBSERVASI CUACA SAUMLAKI ........................................................................................... 12

2.1 PENGAMATAN PARAMETER CUACA WILAYAH SAUMLAKI ......................... 12

2.1.1 CURAH HUJAN .................................................................................................... 12

2.1.2 SUHU UDARA ...................................................................................................... 13

2.1.3 KELEMBABAN UDARA ..................................................................................... 14

2.1.4 TEKANAN UDARA .............................................................................................. 16

2.1.5 PENGUAPAN ........................................................................................................ 17

2.1.6 PENYINARAN MATAHARI ................................................................................ 18

2.1.7 ARAH DAN KECEPATAN ANGIN ..................................................................... 19

KESIMPULAN ............................................................................................................................. 20

PREDIKSI CURAH HUJAN MEI 2023 ...................................................................................... 21

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | ii


INFORMASI METEOROLOGI

1.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER

1.1.1 FENOMENA GLOBAL


a. ENSO (El Nino Southern Oscillation)
ENSO merupakan fenomena global sebagai akibat dari sistem interaksi lautan
dengan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu muka laut di
kawasan maritim bagian barat dengan bagian tengah dan timur ekuator
Samudera Pasifik. Anomali suhu muka laut membentuk periode El-Nino, La-
Nina, dan fase netral yang terjadi silih berganti, sehingga menghasilkan pola
naik turunnya (osilasi) suhu muka laut.

Pada saat terjadinya fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke
barat sepanjang ekuator menguat dari biasanya yang cenderung mendorong
massa air laut ke barat, sehingga suhu muka laut di timur ekuator Samudera
Pasifik menjadi lebih dingin. Hal ini terjadi karena kekosongan massa air laut
yang berpindah ke barat, diisi oleh massa air laut yang lebih dingin dari bagian
bawah laut Pasifik timur. Dengan demikian, La Nina memberikan dampak
berupa peningkatan curah hujan di kawasan ekuator barat Pasifik yang
lokasinya berdekatan dengan Wilayah Indonesia, khususnya pada Wilayah
Indonesia bagian timur, sehingga secara tidak langsung La Nina dapat
meningkatkan curah hujan di Wilayah Indonesia pada umumnya. Karena
Wilayah Indonesia luas, tidak seluruh wilayah dipengaruhi La Nina.

Fenomena La Nina berbanding terbalik dengan fenomena El Nino, dimana


sewaktu terjadi El Nino, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke barat
sepanjang ekuator melemah, sehingga massa air laut di timur ekuator
Samudera Pasifik tidak berpindah ke barat, melainkan meluas ke tengah dan
timur Samudera Pasifik yang membuat suhu muka laut di laut tengah dan
timur Samudera Pasifik menjadi hangat. Hal ini menunjukkan bahwa suhu
muka laut Wilayah Indonesia menjadi cukup dingin yang diikuti dengan

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 1


penurunan curah hujan di Wilayah Indonesia sewaktu terjadinya fenomena El
Nino. Sama halnya dengan La Nina, dampak El Nino tidak berpengaruh di
seluruh Wilayah Indonesia.

Fenomena El Nino maupun La Nina memiliki masing-masing kategori


intensitas kekuatan. Hal ini bisa diketahui berdasarkan rentang nilai indeks
anomali suhu muka laut ekuator barat dengan tengah dan timur Samudera
Pasifik pada wilayah perairan Nino 3.4 region (5˚ LU – 5˚ LS; 120˚ BB – 170˚
BB) menurut Oceanic Nino Index. Nilai ambang batas berdasarkan nilai
indeks anomali suhu muka laut tersebut menurut intesitas kekuatan El Nino
maupun La Nina dijabarkan sebagai berikut:
1. Lemah, SST anomaly bernilai ± 0.5˚ sampai ± 0.9˚ C;
2. Sedang, SST anomaly bernilai ± 1.0˚ sampai ± 1.4˚ C;
3. Kuat, SST anomaly bernilai ± 1.5˚ sampai ± 1.9˚ C; dan
4. Sangat kuat, SST anomaly bernilai > ± 2.0˚ C.

Anomali SST bernilai negatif cenderung terjadinya fase ENSO normal yang
diperkuat (La Nina), sedangkan anomali SST bernilai positif cenderung
terjadinya fase ENSO hangat (El Nino). Selanjutnya, fenomena ENSO
dikatakan netral jika nilai SST anomaly bernilai 0 sampai ± 0.4˚C.

Gambar : Anomali suhu muka laut wilayah Nino 3.4


Sumber : www.bom.gov.au

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 2


Berdasarkan hasil analisis grafik NINO 3.4 SST Index di atas, grafik SST
Nino 3.4 berada di nilai +0.45 ˚C untuk bulan April 2023. Hal ini
menunjukkan bahwa sedang terjadi fase ENSO netral.

b. SOI (Southern Oscillation Index)


Adanya perbedaan suhu muka laut seperti pada pembahasan fenomena ENSO
menimbulkan adanya perbedaan tekanan udara permukaan laut di Ekuator
Barat dengan Timur Samudera Pasifik. Perbedaan tersebut yang dikenal
dengan istilah Indeks SOI. Indeks SOI dihitung berdasarkan perbedaan
tekanan udara antara Pulau Tahiti dan Darwin. Jika tekanan udara di Tahiti
relatif lebih rendah daripada Darwin hingga mencapai < -7 hPa, terindikasi
adanya fenomena El Nino, sedangkan jika tekanan udara di Darwin relatif
lebih rendah daripada Tahiti, sehingga harga indeks SOI > +7 hPa, terindikasi
adanya fenomena La Nina. Harga Indeks SOI yang berada di antara -7 sampai
+7 hPa umumnya mengindikasikan kondisi netral.

Gambar : Indeks SOI Bulanan


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan hasil analisis grafik SOI di atas, harga indeks SOI pada bulan
April 2023 berada di rentang nilai +1.3 hPa. Hal ini menunjukkan fenomena

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 3


SOI berada pada kondisi netral yang menyebabkan kurangnya peluang
pertumbuhan awan dan pembentukan cuaca di Wilayah Indonesia.

c. MJO (Madden Jullian Oscillation)


MJO merupakan fluktuasi gangguan tropis yang berpropagasi dari timur yang
melintasi sepanjang kawasan tropis. Fluktuasi ini ditandai dengan adanya
periode basah yang digambarkan sebagai cluster/gugusan banyaknya
perawanan konvektif penghasil hujan. Setelah terjadinya periode basah,
kemudian disusul dengan periode kering, yaitu periode awan konvektif sukar
terbentuk (convectively suppressed), yang terjadi silih berganti antara periode
basah dengan periode kering. Fluktuasi yang mencakup periode basah dan
kering ini terjadi dalam waktu 30 – 60 hari. MJO juga disebut sebagai
intraseasonal variability, dikarenakan periode MJO ini lebih singkat daripada
periode musim.

MJO dipengaruhi gerak semu matahari, MJO bergerak ke timur dalam 8 fase
sesuai dengan lokasi geografi fase MJO. Adapun 8 fase MJO menurut letak
geografis dan astronomisnya dijabarkan sebagai berikut :
1. Fase-1 di Afrika (210˚ BB – 60˚ derajat BT)
2. Fase-2 di Samudera Hindia bagian barat (60˚ BT – 80˚ BT)
3. Fase-3 di Samudera Hindia bagian timur (80˚ BT – 100˚ BT)
4. Fase-4 & fase-5 di Benua Maritim Indonesia (100˚ BT – 140˚ BT)
5. Fase-6 di Kawasan Pasifik Barat (140˚ BT – 160˚ BT)
6. Fase-7 di Pasifik Tengah (160˚ BT – 180˚ BT)
7. Fase-8 di daerah konveksi belahan bumi bagian barat (180˚ BB – 160˚ BB)

Dalam pembacaan diagram MJO, karena Wilayah Maritim Indonesia berada di


fase 4 dan fase 5, sehingga pada umumnya, fenomena MJO akan berpengaruh
di Wilayah Indonesia ketika sudah berada di fase 4 dan fase 5. Meskipun
demikian, perlu diperhatikan juga bagaimana arah propagasinya, karena ketika
sudah memasuki lingkaran dalam diagram MJO, MJO tersebut dinyatakan

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 4


melemah yang kurang berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan
cuaca di Wilayah Indonesia.

Gambar : Diagram MJO


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan grafik MJO di atas, bahwa secara umum fase MJO pada awal
hingga pertengahan akhir bulan terpantau tidak berada pada kawasan Benua
Maritim Indonesia, namun pada akhir bulan fase MJO berada di Kuadran 4
yang menunjukkan kondisi aktif. Hal ini berdampak pada pertumbuhan awan
di Wilayah Indonesia.

d. OLR (Outgoing Longwave Radiation)


OLR merupakan gelombang panjang elektromagnetik yang dimana radiasi ini
awalnya berasal dari pancaran energi sinar radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi, yang kemudian dipantulkan kembali dari bumi menuju luar
angkasa. Perlu diingat, tidak semua radiasi gelombang panjang yang
dipantulkan bumi sampai ke luar angkasa. Salah satu faktor yang menghalangi
jalannya radiasi yang dipantulkan adalah karena keberedaan awan-awan

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 5


konvektif penghasil hujan. Oleh karena itu, aktivitas konvektif pada suatu
wilayah bisa diketahui jika nilai OLR semakin negatif, maka konvektifitasnya
semakin giat karena ada banyak awan konvektif dan sebaliknya.

Gambar : OLR Anomalies


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan grafik OLR di atas, terlihat bahwa mayoritas di kawasan bujur


120˚BT sampai 141˚BT yang notabennya berada di Wilayah Indonesia timur
cenderung menunjukkan anomali OLR bernilai positif (10 sampai 30) dari
awal bulan, namun nilainya cenderung menunjukkan negatif (-10 sampai -30)
pada akhir bulan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Wilayah
Indonesia timur cenderung tidak mengalami aktivitas konvektif yang kuat
selama awal bulan dan di akhir bulan aktivitas konvektif kembali menguat.
Kemudian, sewaktu Wilayah Indonesia timur cenderung mengalami aktivitas
konvektif yang kuat.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 6


e. IOD (Indian Ocean Dipole)
IOD merupakan selisih anomali suhu muka laut Samudera Hindia bagian barat
(10˚ LS - 10˚ LU, 50˚ BT - 70˚ BT) dengan Samudera Hindia bagian timur
(10˚ LS - 0˚ LS, 90˚ BT - 110˚ BT). IOD positif menunjukkan anomali suhu
muka laut Samudera Hindia bagian barat relatif lebih tinggi dibanding suhu
muka laut Samudera Hindia bagian timur, sehingga terjadi peningkatan curah
hujan dari normalnya di Pantai Timur Afrika dan Samudera Hindia bagian
barat, sedangkan di Benua Maritim Indonesia (BMI) mengalami penurunan
curah hujan dari normalnya. Sebaliknya, indeks IOD bernilai negatif
menunjukkan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian timur relatif
lebih tinggi dibandingkan suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat,
sehingga peluang terbentuknya pertumbuhan awan-awan konvektif penghasil
hujan semakin meningkat di Samudera Hindia bagian timur.

Gambar : Indeks IOD


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan grafik IOD di atas, IOD pada bulan 2023 bernilai sekitar +0.04.
Hal ini menunjukkan adanya suplai uap air dari wilayah Samudera Hindia
Barat ke Wilayah Indonesia bagian barat, sehingga IOD berpengaruh
meskipun tidak signifikan terhadap aktivitas konvektif di Wilayah Indonesia
bagian barat. Umumnya, IOD tidak berpengaruh signifikan terhadap Wilayah
Indonesia bagian timur, termasuk wilayah Maluku.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 7


1.1.2 FENOMENA REGIONAL
a. MSLP (Mean Sea Level Pressure)
Tekanan diartikan sebagai besarnya gaya yang terdapat dalam suatu luasan
tertentu. Tekanan antara satu wilayah dengan wilayah lain memiliki nilai yang
berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang paling umum tersebut
disebabkan karena perbedaan tinggi suatu tempat dan suhu udara. Semakin
tinggi suatu tempat, tekanan udara semakin rendah. Kemudian, suhu udara
biasanya mempengaruhi tekanan udaranya. Sewaktu suhu tinggi, molekul
udara akan mengembang dan volume udara menjadi besar. Jika volume udara
di suatu tempat bersifat konstan dan terjadi kenaikan suhu, massa udara total
akan berkurang dan berat udara ikut berkurang (tekanan juga berkurang).
Sebaliknya, sewaktu suhu rendah, tekanan udara akan meningkat. Dalam ilmu
meteorologi, tekanan yang sering dijadikan sebagai acuan penentuan labil
tidaknya atmosfer yakni tekanan udara permukaan laut / Mean Sea Level
Pressure (MSLP).

Gambar : Mean Sea Level Pressure Bulan April 2023


Sumber : www.bom.gov.au

Pola MSLP pada Bulan April 2023 menunjukkan bahwa tekanan udara rata-
rata di Belahan Bumi Selatan (BBS) lebih tinggi daripada Belahan Bumi Utara
(BBU) dimana hal tersebut mengakibatkan pergerakan massa angin yang
bergerak dari Selatan menuju ke Utara. Serta dapat diamati pada gambar, pada
wilayah Indonesia, ditemukan adanya 1 titik area yang termasuk high pressure

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 8


area di wilayah Kalimantan. Hal ini menyebabkan aliran massa udara kering
bergerak menuju ke khatulistiwa dan mengakibatkan berkurangnya
pembentukkan awan konvektif di Wilayah Indonesia.

b. Streamline
Streamline merupakan gerak aliran udara yang bersifat dinamis bagaikan
fluida di atmosfer. Dengan melihat pola streamline, aktivitas konvergensi atau
divergensi dan bagaimana pola perkembangan cuaca pada umumnya dapat
diketahui. Jika pola streamline membentuk konvergensi atau shearline
(belokan aliran udara), kondisi cuaca umumnya berpotensi terjadi
pembentukan cuaca di wilayah tersebut dan sekitarnya, sedangkan jika pola
streamline membentuk divergensi, kondisi cuaca umumnya cerah atau stabil,
tidak membentuk kondisi cuaca yang bermakna.

Gambar : Streamline Lap 850hPa Dasarian I

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 9


Gambar : Streamline Lap 850hPa Dasarian II

Gambar : Streamline Lap 850hPa Dasarian III

Sumber : www.bom.gov.au

Analisis Streamline Dasarian I April, aliran massa udara dari Australia


bergerak menuju Samudera Hindia kemudian berbelok ke arah Timur,
sehingga pada wilayah Indonesia angin bergerak dari barat menuju ke timur.
Terdapat daerah netral di wilayah Sumatera Bagian utara. Terdapat pola
siklonik di wilayah Laut Filipina, Laut Cina Selatan dan Laut Flores serta
adanya daerah belokkan angin di beberapa wilayah Indonesia seperti Medan,
Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Utara dan Selatan, Pulau Jawa bagian Timur
dan Bali. Pola konvergensi juga terlihat di wilayah Selat Sunda, Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Utara. Hal tersebut mendukung potensi terjadinya

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 10


pembentukkan awan konvektif. Analisis Streamline Dasarian II April, aliran
massa udara umumnya didominasi oleh angin baratan. Pola siklonik terlihat di
Utara Pulau Kalimantan dan Selatan Papua. Serta adanya pola konvergensi di
wilayah Sumatera Bagian Utara, Papua bagian Barat Serta Maluku. Terdapat
daerah belokkan angin di wilayah Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Bagian Selatan, sehingga pada daerah tersebut dapat berpotensi
terjadinya peluang hujan. Kemudian untuk Analisis Streamline Dasarian III,
angin didominasi oleh angin timuran yang memnbawa massa udara kering
dari Australia. Terdapat pola siklonik pada wilayah Utara Papua dan pola
konvergensi di barat Pulau Sumatera. Serta adanya daerah belokkan angin di
wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua.
Pola aliran massa udara pada bulan April menunjukkan adanya perubahan dari
angin baratan (Dasarian I dan II) ke timuran (Dasarian III). Kecepatan angin
pada Dasarian I dan Dasarian II berkisar antara 2 - 8 m/s, sedangkan pada
Dasarian III kecepatan angin berkisar 2 - 12 m/s.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 11


OBSERVASI CUACA SAUMLAKI

2.1 PENGAMATAN PARAMETER CUACA WILAYAH SAUMLAKI


Data parameter cuaca Stasiun Meteorologi Saumlaki yang mereprenstasikan kondisi
cuaca di Wilayah Saumlaki dan sekitarnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.1.1 CURAH HUJAN


Curah hujan diukur menggunakan penakar hujan dengan satuan milimeter (mm).
Penakar hujan di Saumlaki mengguanakan penakar hujan Observatorium. Adapun
curah hujan yang terukur di Stasiun Meteorologi Saumlaki selama bulan April
2023 sebagai berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Curah hujan sebulan 419.8 mm
2 Curah hujan maksimum 117.4 mm
3 Curah hujan minimum TTU
4 Curah hujan rata-rata normal (2001 - 2020) 164.8 mm
5 Hari hujan sebulan 21 hari
6 Standar deviasi 31.9
7 Nilai ekstrem (≥150 mm/hari) 0
8 Jumlah data 30

Dari grafik di bawah terlihat bahwa curah hujan bulan April 2023 menunjukkan
curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 6 April 2023 dengan nilai 117.4 mm dan
curah hujan terendah terjadi pada tanggal 10, 11, 18, 21 dan 29 April 2023 dengan
nilai TTU, dengan jumlah hari hujan selama satu bulan sebanyak 21 hari.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 12


Gambar : Grafik Intensitas Curah Hujan di Saumlaki
Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

2.1.2 SUHU UDARA


Suhu udara permukaan diukur dengan menggunakan termometer dengan satuan
Derajat Celcius (˚C). Termometer di Saumlaki terdiri dari termometer bola kering,
bola basah, termometer maksimum dan termometer minimum. Kemudian,
berdasarkan pembacaan suhu udara yang teramati di Stasiun Meteorologi
Saumlaki selama bulan April 2023 dapat dijabarkan ke dalam tabel berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Suhu udara rata-rata 27.5 °C
2 Suhu udara maksimum rata-rata 31.2 °C
3 Suhu udara minimum rata-rata 24.3 °C
4 Suhu udara maksimum absolut 32.8 °C
5 Suhu udara minimum absolut 23.6 °C
Suhu udara rata-rata normal bulanan (2001-
6 27.4 °C
2020)
7 Standar deviasi > 37 ˚C 0.9
8 Nilai ekstrem 0
9 Jumlah data 30

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 13


Gambar : Grafik Suhu Udara di Saumlaki
Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan data suhu rata-rata, suhu maksimum dan minimum
harian bulan April 2023. Dari grafik di atas, didapat suhu terendah terjadi pada
tanggal 5 April 2023 dengan nilai 23.6 ˚C dan suhu tertinggi terjadi pada tanggal
11 April 2023 dengan nilai 32.8 ˚C.

Suhu udara rata-rata bulan April 2023 di Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri
– Saumlaki periode 2001 sampai 2020 (rata-rata normal) sebesar 27.4 ˚C.
Sementara suhu udara rata-rata bulan April 2023 sebesar 27.5˚C, sehingga terjadi
anomali suhu udara rata-rata bulanan bersifat positif sebesar 0.9 ˚C

2.1.3 KELEMBABAN UDARA


Kelembaban udara diperoleh dari hasil perhitungan suhu udara yang diamati dari
thermometer bola basah dan bola kering dengan satuan persentase (%). Adapun
data kelembaban udara secara umum di Saumlaki selama bulan April 2023
dijabarkan sebagai berikut :

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 14


No Uraian Nilai Statistik
1 Kelembaban udara rata-rata 85 %
Kelembaban udara maksimum
2 100 %
absolut
Kelembaban udara minimum
3 52 %
absolut
4 Standar deviasi 4.9
5 Nilai ekstrem <20% 0
6 Jumlah data 30

Gambar : Grafik Kelembaban Udara di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan data kembaban udara rata-rata harian bulan April 2023.
Dari grafik, diketahui kelembaban udara rata-rata bernilai 85% dan kelembaban
udara terendah rata-rata terjadi pada tanggal 20 April 2023 dengan nilai 57% dan
kelembaban udara tertinggi rata-rata terjadi pada 27 April 2023 dengan nilai
100%.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 15


2.1.4 TEKANAN UDARA
Tekanan udara diperoleh dari hasil pembacaan barometer dengan satuan milibar
(mb). Adapun data tekanan udara secara umum untuk bulan April 2023 di
Saumlaki adalah sebagai berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Tekanan udara rata-rata 1008.6 mb
2 Tekanan udara maksimum 1011.2 mb
3 Tekanan udara minimum 1005.9 mb
4 Standar deviasi 1.6
5 Jumlah data 30

Gambar : Grafik Tekanan Udara Permukaan Laut di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan data tekanan udara harian bulan April 2023. Dari grafik
terlihat tekanan udara rata-rata bernilai 1008.6 mb dan tekanan udara terendah
terjadi pada tanggal 6 April 2023 bernilai 1005.9 mb dan tekanan udara tertinggi
terjadi pada tanggal 17 April 2023 bernilai 1011.2 mb.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 16


2.1.5 PENGUAPAN
Penguapan diukur menggunakan Evaporimeter dengan satuan milimeter (mm).
Evaporimeter yang digunakan Stasiun Meteorologi Saumlaki berjenis panci
penguapan terbuka. Secara umum, penguapan yang teramati di Stasiun
Meteorologi Saumlaki selama bulan April 2023 adalah sebagai berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Penguapan rata-rata 4.2 mm
2 Penguapan tertinggi 7.6 mm
3 Penguapan terendah 1.9 mm
4 Standar deviasi 1.5
5 Jumlah data 30

Gambar : Grafik Jumlah Penguapan di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan penguapan harian bulan April 2023. Dari grafik tersebut
diperoleh penguapan rata-rata bernilai 4.2 mm dan penguapan terendah terjadi
pada tanggal 24 April 2023 bernilai 1.9 mm dan penguapan tertinggi terjadi pada
tanggal 19 April 2023 bernilai 7.6 mm.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 17


2.1.6 PENYINARAN MATAHARI
Lama penyinaran matahari diukur menggunakan Campbell Stokes dengan satuan
jam. Ukuran tersebut diperoleh dari perhitungan pias matahari yang terbakar oleh
sinar matahari selama 12 jam. Data lama penyinaran matahari yang teramati di
Stasiun Meteorologi Saumlaki selama bulan April 2023 adalah sebagai berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Lama penyinaran matahari rata-rata 4.1 jam
2 Lama penyinaran matahari tertinggi 10.5 jam
3 Lama penyinaran matahari terendah 0 jam
4 Pias tidak terbakar sama sekali 2
5 Standar deviasi 3.4
6 Jumlah data 30

Gambar : Grafik Tekanan Udara Permukaan Laut di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Berdasarkan grafik di atas, teramati bahwa lama penyinaran matahari rata-rata


bernilai 4.1 jam dan lama penyinaran matahari terendah terjadi pada tanggal 6 dan
9 April 2023 bernilai 0 jam dan lama penyinaran matahari tertinggi terjadi pada
tanggal 20 April 2023 bernilai 10.5 jam serta pias tidak terbakar sama sekali pada
6 dan 9 April 2023.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 18


2.1.7 ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
Angin memiliki dua parameter pengukuran, yaitu arah dan kecepatan angin. Arah
angin merupakan arah darimana datangnya angin. Standar penentuan arah angin
adalah dengan menggunakan satuan derajat melingkar dari 0 hingga 360,
sedangkan kecepatan angin menggunakan satuan knot yang mana 1 knot = 1,852
km/jam.

Di Stasiun Meteorologi Saumlaki, alat yang digunakan untuk mengukur kedua


parameter tersebut adalah anemometer. Arah dan kecepatan angin di Saumlaki
selama bulan April 2023 adalah sebagai berikut :

Gambar : Windrose dan Grafik Frekuensi Kecepatan Angin di Saumlaki


Sumber : Buletin Staklim Kairatu

Kejadian angin permukaan pada bulan April 2023 di Saumlaki (Kepulauan


Tanimbar) didominasi angin dengan kecepatan sebesar 21 – 25 knot, diikuti angin
dari arah Timur.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 19


KESIMPULAN

1. Indeks NINO3.4 (ENSO) pada bulan April 2023 dalam kondisi netral.

2. Indeks SOI pada bulan April 2023 dalam kondisi netral.

3. MJO pada akhir bulan April 2023 menunjukkan MJO aktif.

4. OLR pada bulan April 2023 bernilai positif.

5. Streamline di Wilayah Kepulauan Tanimbar pada bulan April 2023 menunjukkan


perubahan pola aliran massa udara yang semula baratan pada Dasarian I dan II menjadi
timuran pada Dasarian III. Kecepatan angin pada Dasarian I dan II lebih rendah (2 – 8
m/s) dengan arah barat – barat laut, dibandingkan dengan Dasarian III (2 – 12 m/s)
dengan arah Timur – Tenggara.

6. Kelembaban di Wilayah Kepulauan Tanimbar pada bulan April 2023 bernilai tinggi yang
mempercepat aktivitas konvektif cuaca penghasil hujan.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 20


PREDIKSI CURAH HUJAN MEI 2023

1. Prakiraan Curah Hujan Mei 2023


Prakiraan curah hujan Mei 2023 di Wilayah Saumlaki dan sekitarnya adalah sebagai
berikut :

No Kabupaten Kecamatan Analisis Maret 2023 Prakiraan Mei 2023


1 Kep. Tanimbar Tanimbar Selatan Menengah Menengah
2 Kep. Tanimbar Wer Tamrian Menengah Menengah
3 Kep. Tanimbar Wer Maktian Menengah Menengah
4 Kep. Tanimbar Selaru Menengah Menengah
5 Kep. Tanimbar Tanimbar Utara Menengah Menengah
6 Kep. Tanimbar Yaru Menengah Menengah
7 Kep. Tanimbar Wuar Labobar Menengah Menengah
8 Kep. Tanimbar Nirunmas Menengah Menengah
9 Kep. Tanimbar Kormomolin Menengah Menengah
10 Kep. Tanimbar Molu Maru Menengah Menengah

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 21


2. Prakiraan Sifat Hujan Mei 2023
Prakiraan sifat hujan pada bulan Mei 2023 di Wilayah Saumlaki dan sekitarnya adalah
sebagai berikut :

No Kabupaten Kecamatan Analisis Maret 2023 Prakiraan Mei 2023


1 Kep. Tanimbar Tanimbar Selatan Bawah Normal Bawah Normal
2 Kep. Tanimbar Wer Tamrian Bawah Normal Bawah Normal

3 Kep. Tanimbar Wer Maktian Bawah Normal Bawah Normal

4 Kep. Tanimbar Selaru Bawah Normal Bawah Normal

5 Kep. Tanimbar Tanimbar Utara Bawah Normal Bawah Normal

6 Kep. Tanimbar Yaru Bawah Normal Bawah Normal

7 Kep. Tanimbar Wuar Labobar Bawah Normal Bawah Normal

8 Kep. Tanimbar Nirunmas Bawah Normal Bawah Normal

9 Kep. Tanimbar Kormomolin Bawah Normal Bawah Normal

10 Kep. Tanimbar Molu Maru Bawah Normal Bawah Normal

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 22

Anda mungkin juga menyukai