BULETIN
ALAMAT
Stasiun Meteorologi Susilo Sintang
Prakiraan ENSO
Prakiraan IOD
Prakiraan Anomali SPL
17
Prakiraan Curah dan Sifat Hujan
27
RANGKUMAN
Kondisi Atmosfer November 2020
Prospek Kondisi Atmosfer Desember 2020-Januari
2021
KEGIATAN
STAMET SINTANG 31
LENSA METEOROLOGI
Mengenal Cuaca Ekstrem: Squall Line
Barometer Aneroid
38
DAFTAR ISTILAH METEOROLOGI
Gambar 2 di atas merupakan diagram penjalaran MJO bulan Maret (garis hijau),
Februari (garis merah), dan April (garis biru). Berdasarkan gambar di atas, garis
indikator MJO berada di fase 3 & 4 pada tanggal 26 sampai dengan 31 bulan Maret
dengan posisi di luar lingkaran. Hal tersebut mengindikasikan MJO berada dalam fase
yang kuat saat melalui wilayah Indonesia. Oleh karena itu, MJO terindikasi memiliki
kontribusi yang cukup kuat terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia
termasuk Kabupaten Sintang.
Fenomena cuaca global El-Nino terindikasi aktif jika ENSO menunjukkan nilai
diatas +0,5, sedangkan fenomena cuaca global La-Nina terindikasi aktif jika ENSO
menunjukkan nilai dibawah -0,5. Berdasarkan gambar di atas, pada bulan Maret
umumnya indeks ENSO berada dibawah -0,5 dan bergerak positif mendekati angka -
0,5. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena La-Nina masih aktif namun berada dalam
fase lemah dan berangsur netral. Fenomena La-Nina yang lemah menuju netral ini
terindikasi tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kejadian hujan di wilayah
Indonesia termasuk Kabupaten Sintang.
Berdasarkan gambar 4 di atas garis indeks IOD bulan Maret masih berada pada
kisaran nilai 0 s.d. -0,3, mengindikasikan bahwa IOD sedang dalam fase netral dan
terindikasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan konveksi
yang berpengaruh terhadap kejadian hujan khususnya di wilayah Kabupaten Sintang.
B. Analisis Streamline
ANALISIS LOKAL
A. Suhu Udara
Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa suhu udara rata-rata harian yang tercatat
di Stasiun Meteorologi Sintang berkisar antara 23,9°C – 28,5°C. Suhu udara
maksimum harian berkisar antara 26,6°C – 35,4°C dengan suhu maksimum tertinggi
terjadi pada tanggal 1 dan 6 Maret 2021. Suhu minimum harian bulan Maret 2021
berkisar antara 21,4°C – 25,0°C dengan suhu minimum terendah terjadi pada 18 Maret
2021.
C. Kelembapan Udara
Pada Gambar 9 terlihat bahwa kelembapan udara rata–rata harian yang tercatat
di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang pada bulan Maret 2021 berkisar antara 78% –
96% dengan kelembapan rata– rata minimum terjadi pada tanggal 1 dan 2 Maret 2021,
sedangkan kelembapan rata – rata maksimum terjadi pada 27 Maret 2021.
Kelembapan udara maksimum harian sebesar 97 – 100% dengan kelembapan
maksimum tertinggi terjadi sebanyak 11 kejadian pada bulan Maret 2021. Sedangkan,
kelembapan minimum harian bulan Maret 2021 berkisar antara 40% – 85% dengan
kelembapan minimum terendah terjadi pada tanggal 12 Maret 2021.
Stasiun Meteorologi Susilo Sintang | 10
Gambar 9 Grafik Kelembapan Udara Bulan Maret di Sintang
D. Tekanan Udara
G. Penyinaran Matahari
Pada Gambar 13 menunjukkan lamanya penyinaran matahari bulan Maret 2021.
Tercatat bahwa pada pukul 07.00 – 18.00 penyinaran matahari berkisar antara 0,0 –
10,0 jam. Penyinaran matahari minimum terjadi 4 kejadian di bulan Maret 2021,
sedangkan penyinaran maksimum terjadi pada tanggal 17 Maret 2021.
Keadaan cuaca pada bulan Februri 2021 (Gambar 14) didominasi keadaan hujan.
Hal ini terlihat pada hasil pengamatan terdapat 19 kejadian hujan dengan intensitas
ringan hingga lebat, 20 kejadian petir/guntur, 7 kejadian kilat, dan 10 kejadian kabut.
PRAKIRAAN IOD
Dipole Mode merupakan fenomena interaksi antara lautan dengan atmosfer
yang terjadi di Samudera Hindia yang ditandai dengan anomali suhu permukaan laut
antara Samudera Hindia Barat dengan Samudera Bagian Timur. Fenomena ini turut
mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat.
Adanya fenomena Dipole Mode dapat memberikan pengaruh berupa terjadinya
peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Proses identifikasi
kemungkinan terjadinya fenomena Dipole Mode dilakukan dengan menganalisis hasil
pemodelan indeks IOD dari BOM Australia selama dua bulan kedepan.
Gambar 21 Peta Prakiraan Curah Hujan Kalimantan Barat Bulan April 2021
Sumber: http://www.iklim.kalbar.bmkg.go.id
Tabel 1 Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan April di Kabupaten Sintang
Curah Hujan
No. Nama Kecamatan Kategori Sifat Hujan
(mm)
1 Ambalau 201 – 300 Menengah Bawah Normal
2 Binjai Hulu 201 – 300 Menengah Normal
3 Dedai 201 – 300 Menengah Bawah Normal
4 Kayan Hilir 201 – 300 Menengah Bawah Normal
5 Kayan Hulu 201 – 300 Menengah Bawah Normal
6 Kelam Permai 201 – 300 Menengah Bawah Normal
Gambar 23 Peta Prakiraan Curah Hujan Kalimantan Barat Bulan Mei 2021
Sumber: http://www.iklim.kalbar.bmkg.go.id
Prakiraan curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2021 pada setiap kecamatan di
wilayah Sintang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Mei di Kabupaten Sintang
Curah Hujan
No. Nama Kecamatan Kategori Sifat Hujan
(mm)
1 Ambalau 201 – 300 Menengah Bawah Normal
Ada banyak sekali gejala optik yang terjadi di atmosfer. Oleh karena itu, mari
kita kenali beberapa jenis gejala optik dan penyebab terjadinya. Kali ini akan dijelaskan
tiga fenomena gejala optik di atmosfer yang sering kita lihat. Berikut diantaranya:
1. Pelangi
Setelah hujan terkadang kita melihat lengkungan cahaya warna warni di langit
yang biasa kita sebut sebagai Pelangi. Pelangi adalah fenomena optik yang terjadi
ketika sinar matahari dan hujan/partikel air saling bereaksi dengan cara tertentu.
Pelangi terbentuk karena adanya pembiasan sinar matahari yang dibelokkan.
Gambar 35 Pelangi
(Sumber: erdekesvilag.hu)
Lalu warna-warna pelangi bagaimana bisa terbentuk seperti itu? Jadi, warna-
warna tersebut berasal dari cahaya matahari (atau biasa disebut polikomatrik) yang
memiliki beberapa warna dalam pembentukan pelangi. Beberapa cahaya secara kasat
mata dapat terlihat menjadi 7 warna yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan
ungu. Warna tersebut muncul dan disebut sebagai cahaya tampak. Cahaya tampak
adalah gelombang elektromagnetik yang muncul akibat adanya medan listrik serta
medan magnet. Warna pada cahaya memiliki panjang gelombang dan frekuensi yang
berbeda sehingga menentukan urutan warna pada pelangi.
2. Sandikala
Mengapa pada siang hari langit yang cerah berwarna biru terang? Ternyata itu
terjadi karena adanya pembiasan cahaya matahari di atmosfer yang tidak sederhana.
Cahaya matahari terdiri dari beberapa warna (polikomatrik). Ketika cahaya putih yang
berasal dari matahari menjalar melalui lapisan atmosfer, cahaya tersebut bertabrakan
dengan molekul di udara. Pada saat bertabrakan, warna-warna yang berbeda atau
panjang gelombang cahaya tersebar dengan jumlah yang berbeda. Cahaya biru (yang
memiliki panjang gelombang lebih pendek) tersebar lebih banyak dari pada cahaya
merah (yang memiliki panjang gelombang lebih panjang).
Nah ketika matahari berada di langit dan cahayanya melewati lapisan atomosfer,
cahaya biru tersebar ke segala arah. Cahaya biru tersebar di segala penjuru oleh
molekul kecil dari udara di atmosfer bumi. Warna biru lebih banyak tersebar dari warna
lain karena panjang gelombang yang lebih kecil. Selain itu, cahaya juga dipantulkan
dan tersebar oleh permukaan bumi. Semua hamburan ini tercampur dan oleh karena itu
kita melihat langit berwarna biru.
Sumber: https://www.studiobelajar.com/
Radiasi solar langsung yaitu radiasi solar yang datang dari sudut bulat cakram dari
matahari
Radiasi solar global yatu radiasi solar yang diterima oleh permukan horizontal
berupa radiasi solar langsung dan radiasi yang dihamburkan kearah bawah sewaktu
melewati lapisan radiasi yaitu radiasi solar yang dihamburkan ke arah bawah oleh
lapisan atmosfer (bagian kedua dari radiasi global)
Radiasi solar yang dipantulkan yaitu radiasi solar yang dipantulkan ke atas oleh
permukaan bumi dan dihamburkan oleh lapisan atmosfer antara permukaan bumi
dan titik pengamatan.
Actinograph adalah alat untuk mengukur total intensitas dari radiasi matahari
langsung. Maksud dari pengukuran intensitas radiasi matahari ini adalah untuk
mengetahui total intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan bumi baik yang
langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer.
Komponen-komponen utama dari actinograph :
Sensor, yang terdiri dari masing-masing 2 strip bimetal yang bercat hitam dan
putih
Mekanik pembesar
Kontainer silica gel, menyerap uap air agar tidak terjadi kondensasi pada
permukaan glassdome
Bagian dasar
Sistem pencatatan pena pada pias dilakukan secara mekanis. Pena bergerak naik
turun pada pias yang yang digulung pada silinder jam sehingga dapat membuat jejak
(grafik) pada kertas pias yang direkatkan pada silinder yang berputar, kertas pias
tersebut terdapat skala waktu dan satuan luas. Dari kertas pias tersebut dapat kita
Stasiun Meteorologi Susilo Sintang | 47
peroleh hasil rekaman intensitas radiasi matahari total di suatu tempat selama waktu
tertentu ( harian atau mingguan).
Gambar 38 Actinograph
Sumber: https://hayatalfalah.blogspot.com/2017/05/alat-alat-klimatologi.html