Anda di halaman 1dari 29

BULETIN

METEOR
OLOGI
EDISI
JUNI
2021

Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki


Jl. Harapan, Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Kode Pos : 97664
Telp. : (0918) 21009, Fax: (0918) 22038
Email : stamet.saumlaki@bmkg.go.id
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu


pelayanan data dan informasi di bidang
meteorologi yang cepat, tepat, dan akurat, Stasiun
Meteorologi Saumlaki setiap awal bulan tahun Pembina dan Penanggung Jawab :
berjalan mulai akan menerbitkan BULETIN - Andi Ilham Tahir, ST
METEOROLOGI guna dijadikan bahan dasar
Tim Redaksi :
kelengkapan data dan informasi dalam kebutuhan
- Fredy Johosefat M., S.Tr
analisis dan prakiraan cuaca. Gambaran umum
yang tersaji dalam buletin ini merupakan hasil - Soehardi Septianto, M. Tosse,
analisa dan observasi selama bulan Mei 2021. S.Tr
- Sidik Hadi Kurniadi, S.Kom
Saya sendiri menyadari bahwa buletin ini masih - Khafid Rizki Pratama, S.Tr
terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang - Adnal Fiaddin Baesando, S.Tr
membangun dari para pembaca sangat kami - Indra, S.Tr.Met
harapkan guna peningkatan kualitas media Editor : Indra, S.Tr.Met
informasi ini. Besar harapan agar buletin ini dapat
terus berkembang dan berkesinambungan.

Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada semua pihak atas kerja sama yang telah
diberikan dalam hal pengumpulan data untuk penerbitan BULETIN METEOROLOGI bulan Juni
2021.

Saumlaki, 04 Juni 2021


Kepala Stasiun Meteorologi Saumlaki

Andi Ilham Tahir, ST


NIP. 19700802 199102 1 001

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

INFORMASI METEOROLOGI.....................................................................................................1

1.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER............................................................................1

1.1.1 FENOMENA GLOBAL............................................................................................1

1.1.2 FENOMENA REGIONAL........................................................................................8

OBSERVASI CUACA SAUMLAKI............................................................................................14

2.1 PENGAMATAN PARAMETER CUACA WILAYAH SAUMLAKI..........................14

2.1.1 CURAH HUJAN.....................................................................................................14

2.1.2 SUHU UDARA.......................................................................................................15

2.1.3 KELEMBABAN UDARA......................................................................................16

2.1.4 TEKANAN UDARA...............................................................................................18

2.1.5 PENGUAPAN.........................................................................................................19

2.1.6 LAMA PENYINARAN MATAHARI....................................................................20

2.1.7 ARAH DAN KECEPATAN ANGIN......................................................................21

KESIMPULAN..............................................................................................................................23

PREDIKSI CURAH HUJAN JUNI 2021......................................................................................24

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | ii


INFORMASI METEOROLOGI

1.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER

1.1.1 FENOMENA GLOBAL


a. ENSO (El Nino Southern Oscillation)
ENSO merupakan fenomena global sebagai akibat dari sistem interaksi lautan
dengan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu muka laut di
kawasan maritim bagian barat dengan bagian tengah dan timur ekuator
Samudera Pasifik. Anomali suhu muka laut membentuk periode El-Nino, La-
Nina, dan fase netral yang terjadi silih berganti, sehingga menghasilkan pola
naik turunnya (osilasi) suhu muka laut.

Pada saat terjadinya fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke
barat sepanjang ekuator menguat dari biasanya yang cenderung mendorong
massa air laut ke barat, sehingga suhu muka laut di timur ekuator Samudera
Pasifik menjadi lebih dingin. Hal ini terjadi karena kekosongan massa air laut
yang berpindah ke barat, diisi oleh massa air laut yang lebih dingin dari bagian
bawah laut Pasifik timur. Dengan demikian, La Nina memberikan dampak
berupa peningkatan curah hujan di kawasan ekuator barat Pasifik yang
lokasinya berdekatan dengan Wilayah Indonesia, khususnya pada Wilayah
Indonesia bagian timur, sehingga secara tidak langsung La Nina dapat
meningkatkan curah hujan di Wilayah Indonesia pada umumnya. Karena
Wilayah Indonesia luas, tidak seluruh wilayah dipengaruhi La Nina.

Fenomena La Nina berbanding terbalik dengan fenomena El Nino, dimana


sewaktu terjadi El Nino, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke barat
sepanjang ekuator melemah, sehingga massa air laut di timur ekuator
Samudera Pasifik tidak berpindah ke barat, melainkan meluas ke tengah dan
timur Samudera Pasifik yang membuat suhu muka laut di laut tengah dan
timur Samudera Pasifik menjadi hangat. Hal ini menunjukkan bahwa suhu
muka laut Wilayah Indonesia menjadi cukup dingin yang diikuti dengan

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 1


penurunan curah hujan di Wilayah Indonesia sewaktu terjadinya fenomena El
Nino. Sama halnya dengan La Nina, dampak El Nino tidak berpengaruh di
seluruh Wilayah Indonesia.

Fenomena El Nino maupun La Nina memiliki masing-masing kategori


intensitas kekuatan. Hal ini bisa diketahui berdasarkan rentang nilai indeks
anomali suhu muka laut ekuator barat dengan tengah dan timur Samudera
Pasifik pada wilayah perairan Nino 3.4 region (5˚ LU – 5˚ LS; 120˚ BB – 170˚
BB) menurut Oceanic Nino Index. Nilai ambang batas berdasarkan nilai
indeks anomali suhu muka laut tersebut menurut intesitas kekuatan El Nino
maupun La Nina dijabarkan sebagai berikut:
1. Lemah, SST anomaly bernilai ± 0.5˚ sampai ± 0.9˚ C;
2. Sedang, SST anomaly bernilai ± 1.0˚ sampai ± 1.4˚ C;
3. Kuat, SST anomaly bernilai ± 1.5˚ sampai ± 1.9˚ C; dan
4. Sangat kuat, SST anomaly bernilai > ± 2.0˚ C.

Anomali SST bernilai negatif cenderung terjadinya fase ENSO normal yang
diperkuat (La Nina), sedangkan anomali SST bernilai positif cenderung
terjadinya fase ENSO hangat (El Nino). Selanjutnya, fenomena ENSO
dikatakan netral jika nilai SST anomaly bernilai 0 sampai ± 0.4˚C.

Gambar : Anomali suhu muka laut wilayah Nino 3.4


Sumber : www.bom.gov.au

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 2


Berdasarkan hasil analisis grafik NINO 3.4 SST Index di atas, grafik SST
anomaly berada di nilai 0 sampai - 0.2˚C untuk bulan Mei 2021. Hal ini
menunjukkan bahwa sedang terjadi fase ENSO normal (netral) yang membuat
pembentukan cuaca di Wilayah Indonesia tidak dipengaruhi fenomena ENSO.

b. SOI (Southern Oscillation Index)


Adanya perbedaan suhu muka laut seperti pada pembahasan fenomena ENSO
menimbulkan adanya perbedaan tekanan udara permukaan laut di Ekuator
Barat dengan Timur Samudera Pasifik. Perbedaan tersebut yang dikenal
dengan istilah Indeks SOI. Indeks SOI dihitung berdasarkan perbedaan
tekanan udara antara Pulau Tahiti dan Darwin. Jika tekanan udara di Tahiti
relatif lebih rendah daripada Darwin hingga mencapai < -7 hPa, terindikasi
adanya fenomena El Nino, sedangkan jika tekanan udara di Darwin relatif
lebih rendah daripada Tahiti, sehingga harga indeks SOI > +7 hPa, terindikasi
adanya fenomena La Nina. Harga Indeks SOI yang berada di antara -7 sampai
+7 hPa umumnya mengindikasikan kondisi netral.

Gambar : Indeks SOI Bulanan


Sumber : www.bom.gov.au

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 3


Berdasarkan hasil analisis grafik SOI di atas, harga indeks SOI pada bulan
Mei 2021 berada di rentang nilai +3 sampai +7 hPa. Hal ini menunjukkan
fenomena SOI kurang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan cuaca di Wilayah Indonesia.

c. MJO (Madden Jullian Oscillation)


MJO merupakan fluktuasi gangguan tropis yang berpropagasi dari timur yang
melintasi sepanjang kawasan tropis. Fluktuasi ini ditandai dengan adanya
periode basah yang digambarkan sebagai cluster/gugusan banyaknya
perawanan konvektif penghasil hujan. Setelah terjadinya periode basah,
kemudian disusul dengan periode kering, yaitu periode awan konvektif sukar
terbentuk (convectively suppressed), yang terjadi silih berganti antara periode
basah dengan periode kering. Fluktuasi yang mencakup periode basah dan
kering ini terjadi dalam waktu 30 – 60 hari. MJO juga disebut sebagai
intraseasonal variability, dikarenakan periode MJO ini lebih singkat daripada
periode musim.

MJO dipengaruhi gerak semu matahari, MJO bergerak ke timur dalam 8 fase
sesuai dengan lokasi geografi fase MJO. Adapun 8 fase MJO menurut letak
geografis dan astronomisnya dijabarkan sebagai berikut :
1. Fase-1 di Afrika (210˚ BB – 60˚ derajat BT)
2. Fase-2 di Samudera Hindia bagian barat (60˚ BT – 80˚ BT)
3. Fase-3 di Samudera Hindia bagian timur (80˚ BT – 100˚ BT)
4. Fase-4 & fase-5 di Benua Maritim Indonesia (100˚ BT – 140˚ BT)
5. Fase-6 di Kawasan Pasifik Barat (140˚ BT – 160˚ BT)
6. Fase-7 di Pasifik Tengah (160˚ BT – 180˚ BT)
7. Fase-8 di daerah konveksi belahan bumi bagian barat (180˚ BB – 160˚ BB)

Dalam pembacaan diagram MJO, karena Wilayah Maritim Indonesia berada di


fase 4 dan fase 5, sehingga pada umumnya, fenomena MJO akan berpengaruh
di Wilayah Indonesia ketika sudah berada di fase 4 dan fase 5. Meskipun

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 4


demikian, perlu diperhatikan juga bagaimana arah propagasinya, karena ketika
sudah memasuki lingkaran dalam diagram MJO, MJO tersebut dinyatakan
melemah yang kurang berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan
cuaca di Wilayah Indonesia.

Gambar : Diagram MJO


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan grafik MJO di atas, terlihat bahwa fase aktif MJO pada bulan Mei
yang berada di kawasan Benua Maritim Indonesia terdapat pada awal bulan,
yakni pada tanggal 10 sampai 25 Mei di fase 4 dan 5. Hal ini menunjukkan
fase aktif MJO pada waktu tersebut mempengaruhi pembentukan kondisi
cuaca secara signifikan di Wilayah Indonesia.

d. OLR (Outgoing Longwave Radiation)


OLR merupakan gelombang panjang elektromagnetik yang dimana radiasi ini
awalnya berasal dari pancaran energi sinar radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi, yang kemudian dipantulkan kembali dari bumi menuju luar
angkasa. Perlu diingat, tidak semua radiasi gelombang panjang yang

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 5


dipantulkan bumi sampai ke luar angkasa. Salah satu faktor yang menghalangi
jalannya radiasi yang dipantulkan adalah karena keberedaan awan-awan
konvektif penghasil hujan. Oleh karena itu, aktivitas konvektif pada suatu
wilayah bisa diketahui jika nilai OLR semakin negatif, maka konvektifitasnya
semakin giat karena ada banyak awan konvektif dan sebaliknya.

Gambar : OLR Anomalies


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan grafik OLR di atas, terlihat bahwa dari dasarian I sampai


pertengahan dasarian II Mei 2021 di kawasan bujur 120˚BT sampai 141˚BT
yang notabennya berada di Wilayah Indonesia timur cenderung menunjukkan
nilai OLR bernilai negatif, -10 sampai -50. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar Wilayah Indonesia timur cenderung mengalami aktivitas
konvektif yang cukup signifikan, sehingga terjadi hujan dengan intensitas
sedang hingga lebat.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 6


e. IOD (Indian Ocean Dipole)
IOD merupakan selisih anomali suhu muka laut Samudera Hindia bagian barat
(10˚ LS - 10˚ LU, 50˚ BT - 70˚ BT) dengan Samudera Hindia bagian timur
(10˚ LS - 0˚ LS, 90˚ BT - 110˚ BT). IOD positif menunjukkan anomali suhu
muka laut Samudera Hindia bagian barat relatif lebih tinggi dibanding suhu
muka laut Samudera Hindia bagian timur, sehingga terjadi peningkatan curah
hujan dari normalnya di Pantai Timur Afrika dan Samudera Hindia bagian
barat, sedangkan di Benua Maritim Indonesia (BMI) mengalami penurunan
curah hujan dari normalnya. Sebaliknya, indeks IOD bernilai negatif
menunjukkan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian timur relatif
lebih tinggi dibandingkan suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat,
sehingga peluang terbentuknya pertumbuhan awan-awan konvektif penghasil
hujan semakin meningkat di Samudera Hindia bagian timur.

Gambar : Indeks IOD


Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan grafik IOD di atas, IOD pada bulan Mei 2021 bernilai -0.6-an.
Hal ini menunjukkan adanya suplai uap air dari wilayah Samudera Hindia
Barat ke Wilayah Indonesia bagian barat, sehingga IOD berpengaruh
meskipun tidak signifikan terhadap aktivitas konvektif di Wilayah Indonesia
bagian barat. Sedangkan pada umumnya, IOD tidak berpengaruh signifikan
terhadap Wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Wilayah Maluku.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 7


1.1.2 FENOMENA REGIONAL
a. SST (Sea Surface Temperature)
SST merupakan suhu muka laut dimana SST pada suatu kawasan maritim
merepresentasikan anomali dari SST itu sendiri dalam jangka waktu tertentu
dan bersifat kontemporer. Anomali SST merupakan salah satu unsur yang
dapat mempengaruhi kondisi curah hujan di suatu wilayah, termasuk Wilayah
Indonesia. Anomali SST positif menunjukkan kondisi suhu muka laut relatif
hangat dan dapat meningkatkan konsentrasi massa uap air di atmosfer,
sehingga terbentuklah awan-awan konvektif penghasil hujan dan intensitas
curah hujan meningkat. Sedangkan, anomali SST yang bernilai negatif
menunjukkan kondisi suhu muka laut Indonesia cenderung dingin dan
mengakibatkan berkurangnya konsentrasi massa uap air di atmosfer, sehingga
pertumbuhan awan konvektif terhambat dan intensitas curah hujan menurun.

Gambar : Anomali SST Bulan Mei 2021


Sumber : extreme.kishou.go.jp

Rata-rata anomali suhu muka laut di Indonesia umumnya menunjukkan


kondisi netral, dengan kisaran anomali SST antara -0.5 sampai 0.6 ˚C
sebagaimana untuk penentuan nilai ambang batas anomali suhu muka laut
sudah dijelaskan pada pembahasan fenomena El Nino/La Nina menurut
Oceanic Nino Index.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 8


Gambar : SST Bulan Mei 2021
Sumber : extreme.kishou.go.jp

Anomali suhu muka laut positif (lebih hangat) cenderung terjadi di Perairan
Laut Arafura yang berdampak pada peningkatan anomali suhu muka laut di
Wilayah Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya sampai + 0.6 ˚C. Hal ini
menyebabkan proses pembentukan cuaca konvektif Wilayah Kepulauan
Tanimbar dipengaruhi suplai massa uap air hangat yang terangkat di atmosfer.
Kemudian, untuk model SST yang lain, suhu muka laut rata-rata di Wilayah
Indonesia pada bulan Mei 2021 bervariasi, yaitu berkisar antara 28 – 31 ˚C.
Suhu muka laut di perairan di Wilayah Maluku dan sekitarnya, termasuk
Kepulauan Tanimbar umumnya hangat yang berkisar antara 29 – 30 ˚C,
sehingga sulplai uap air pada bulan Mei 2021 di Wilayah Kepulauan Tanimbar
meningkat dan mendukung proses pertumbuhan awan-awan konvektif
penghasil hujan dengan curah hujannya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan klimatologisnya.

b. MSLP (Mean Sea Level Pressure)


Tekanan diartikan sebagai besarnya gaya yang terdapat dalam suatu luasan
tertentu. Tekanan antara satu wilayah dengan wilayah lain memiliki nilai yang

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 9


berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang paling umum tersebut
disebabkan karena perbedaan tinggi suatu tempat dan suhu udara. Semakin
tinggi suatu tempat, tekanan udara semakin rendah. Kemudian, suhu udara
biasanya mempengaruhi tekanan udaranya. Sewaktu suhu tinggi, molekul
udara akan mengembang dan volume udara menjadi besar. Jika volume udara
di suatu tempat bersifat konstan dan terjadi kenaikan suhu, massa udara total
akan berkurang dan berat udara ikut berkurang (tekanan juga berkurang).
Sebaliknya, sewaktu suhu rendah, tekanan udara akan meningkat. Dalam ilmu
meteorologi, tekanan yang sering dijadikan sebagai acuan penentuan labil
tidaknya atmosfer yakni tekanan udara permukaan laut / Mean Sea Level
Pressure (MSLP).

Gambar : Mean Sea Level Pressure Bulan Mei 2021


Sumber : www.bom.gov.au

Pola MSLP pada Bulan Mei 2021 menunjukkan bahwa tekanan udara rata-rata
di Belahan Bumi Utara (BBU) lebih rendah dibandingkan Belahan Bumi
Selatan (BBS). Hal ini menyebabkan pola aliran massa udara bergerak dari
BBS ke BBU melewati Wilayah Indonesia, membawa massa udara kering dari
Benua Australia masuk ke Wilayah Indonesia, sehingga Wilayah Indonesia
merupakan wilayah terdampak dari penjalaran massa udara basah tersebut dan
mempengaruhi kondisi cuaca yang menyebabkan menurunnya intensitas curah
hujan dari kondisi normalnya.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 10


c. Streamline
Streamline merupakan gerak aliran udara yang bersifat dinamis bagaikan
fluida di atmosfer. Dengan melihat pola streamline, aktivitas konvergensi atau
divergensi dan bagaimana pola perkembangan cuaca pada umumnya dapat
diketahui. Jika pola streamline membentuk konvergensi atau shearline
(belokan aliran udara), kondisi cuaca umumnya berpotensi terjadi
pembentukan cuaca di wilayah tersebut dan sekitarnya, sedangkan jika pola
streamline membentuk divergensi, kondisi cuaca umumnya cerah atau stabil,
tidak membentuk kondisi cuaca yang bermakna.

Gambar : Streamline Lap 850hPa Dasarian I

Gambar : Streamline Lap 850hPa Dasarian II

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 11


Gambar : Streamline Lap 850hPa Dasarian III

Sumber : www.bom.gov.au

Analisis Dasarian I Mei 2021 menunjukkan aliran massa udara di Wilayah


Indonesia umumnya angin timuran. Pola konvergensi terbentuk di Sumatera
Utara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Barat yang memicu
pembentukan awan-awan konvektif signifikan penghasil hujan di wilayah
tersebut dan sekitarnya. Kemudian, analisis Dasarian II Mei 2021
menunjukkan adanya pola siklonal di Wilayah Kalimantan bagian barat dan
pola konvergensi di Wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan bagian
utara. Kecepatan angin yang dihasilkan relatif lebih kuat bertiup dari arah
tenggara Wilayah Indonesia, khususnya di Laut Arafura dengan kecepatan
angin maksimum sampai 12 m/s. Selanjutnya, analisis Dasarian III Mei 2021
menunjukkan aliran massa udara di Wilayah Indonesia bagian selatan ekuator
umumnya didominasi angin timuran. Terlihat adanya pola siklonal di wilayah
barat Perairan Sumatera dan Kalimantan bagian barat dan di Wilayah
Samudera Pasifik bagian timur yang berdekatan dengan Laut Filiphina,
dimana pola siklonal di Samudera Pasifik bagian timur ini memicu adanya
shearline yang membentang luas di sebagian besar wilayah Sulawesi Utara,
Ambon, Maluku, dan Papua Barat.

d. RH (Relative Humidity)

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 12


RH merupakan salah satu unsur penting dalam dinamika cuaca dan iklim
karena memberikan informasi potensi pembentukan awan dan hujan. RH
sendiri dinyatakan sebagai banyaknya massa uap air di atmosfer (satuan gram)
yang terkandung dalam massa udara lembap (satuan kilogram). Massa udara
lembab sendiri merupakan campuran dari massa udara kering dengan massa
uap air. Semakin tinggi nilai RH, maka semakin besar juga potensi
pembentukan cuaca di suatu wilayah.

Gambar : RH Bulan Mei 2021


Sumber : extreme.kishou.go.jp

Berdasarkan analisis kelembapan udara spesifik pada lapisan 700 mb


umumnya di atas 70% di Wilayah Indonesia bagian utara ekuator. Sedangkan,
Wilayah Indonesia bagian selatan ekuator memiliki nilai di bawah 70% yang
bervariasi antara 30 - 60%. Adapun kelembapan udara spesifik dengan nilai di
atas 80 hingga 90% lebih terdapat pada Wilayah Papua diikuti dengan
Wilayah Kalimantan bagian utara dan timur. Selain itu, Kepulauan Tanimbar
dimana Wilayah Saumlaki berada memiliki nilai kelembapan udara spesifik
pada lapisan 700 mb sebesar 50 sampai 60%. Hal ini menunjukkan bahwa
wilayah kondisi udara di Saumlaki masih kering dan kurang dapat mengalami
pembentukan awan cukup signifikan penghasil hujan.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 13


OBSERVASI CUACA SAUMLAKI

2.1 PENGAMATAN PARAMETER CUACA WILAYAH SAUMLAKI


Data parameter cuaca Stasiun Meteorologi Saumlaki yang mereprenstasikan kondisi
cuaca di Wilayah Saumlaki dan sekitarnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.1.1 CURAH HUJAN


Curah hujan diukur menggunakan penakar hujan dengan satuan milimeter (mm).
Penakar hujan di Saumlaki mengguanakan penakar hujan Observatorium. Adapun
curah hujan yang terukur di Stasiun Meteorologi Saumlaki selama bulan Mei 2021
sebagai berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Curah hujan sebulan 284.4 mm
2 Curah hujan maksimum 140 mm
3 Curah hujan minimum TTU
4 Curah hujan rata-rata normal (2001 - 2020) 164.8 mm
5 Hari hujan sebulan 22 hari
6 Standar deviasi 31.4
7 Nilai ekstrem (≥150 mm/hari) 0
8 Jumlah data 31 hari

Dari grafik di bawah terlihat bahwa curah hujan bulan Mei 2021 menunjukkan
curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 19 Mei 2021 dengan nilai 140 mm dan
curah hujan terendah terjadi pada tanggal 8, 23, dan 31 Mei 2021 dengan nilai
TTU, dengan jumlah hari hujan selama satu bulan sebanyak 22 hari.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 14


Gambar : Grafik Intensitas Curah Hujan di Saumlaki
Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

2.1.2 SUHU UDARA


Suhu udara permukaan diukur dengan menggunakan termometer dengan satuan
Derajat Celcius (˚C). Termometer di Saumlaki terdiri dari termometer bola kering,
bola basah, termometer maksimum dan termometer minimum. Kemudian,
berdasarkan pembacaan suhu udara yang teramati di Stasiun Meteorologi
Saumlaki selama bulan Mei 2021 dapat dijabarkan ke dalam tabel berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Suhu udara rata-rata 27.9 °C
2 Suhu udara maksimum rata-rata 31.4 °C
3 Suhu udara minimum rata-rata 23.6 °C
4 Suhu udara maksimum absolut 33.2 °C
5 Suhu udara minimum absolut 23.6 °C
Suhu udara rata-rata normal bulanan (2001-
6 27.4 °C
2020)
7 Standar deviasi > 37 ˚C 0.6
8 Nilai ekstrem 0
9 Jumlah data 31 hari

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 15


Gambar : Grafik Suhu Udara di Saumlaki
Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan data suhu rata-rata, suhu maksimum dan minimum
harian bulan Mei 2021. Dari grafik di atas, didapat suhu terendah terjadi pada
tanggal 19 Mei 2021 dengan nilai 23.6 ˚C dan suhu tertinggi terjadi pada tanggal
03 Mei 2021 dengan nilai 33.2 ˚C.

Suhu udara rata-rata bulan Mei 2021 di Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri –
Saumlaki periode 2001 sampai 2020 (rata-rata normal) sebesar 27.4 ˚C.
Sementara suhu udara rata-rata bulan Mei 2021 sebesar 27.9 ˚C, sehingga terjadi
anomali suhu udara rata-rata bulanan bersifat positif sebesar + 0.5 ˚C

2.1.3 KELEMBABAN UDARA


Kelembaban udara diperoleh dari hasil perhitungan suhu udara yang diamati dari
thermometer bola basah dan bola kering dengan satuan persentase (%). Adapun
data kelembaban udara secara umum di Saumlaki selama bulan Mei 2021
dijabarkan sebagai berikut :

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 16


No Uraian Nilai Statistik
1 Kelembaban udara rata-rata 80 %
2 Kelembaban udara maksimum 95 %
3 Kelembaban udara minimum 66 %
4 Standar deviasi 4.3
5 Nilai ekstrem <20% 0
6 Jumlah data 31 hari

Gambar : Grafik Kelembaban Udara di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan data kembaban udara rata-rata harian bulan Mei 2021.
Dari grafik, diketahui kelembaban udara rata-rata bernilai 80 % dan kelembaban
udara terendah rata-rata terjadi pada tanggal 04 Mei 2021 dengan nilai 66 % dan
kelembaban udara tertinggi rata-rata terjadi pada tanggal 20 Mei 2021 dengan
nilai 95 %.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 17


2.1.4 TEKANAN UDARA
Tekanan udara diperoleh dari hasil pembacaan barometer dengan satuan milibar
(mb). Adapun data tekanan udara secara umum untuk bulan Mei 2021 di Saumlaki
adalah sebagai berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Tekanan udara rata-rata 1009.9 mb
2 Tekanan udara maksimum 1012.4 mb
3 Tekanan udara minimum 1008.1 mb
4 Standar deviasi 1.5
5 Jumlah data 31 hari

Gambar : Grafik Tekanan Udara Permukaan Laut di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan data tekanan udara harian bulan Mei 2021. Dari grafik
terlihat tekanan udara rata-rata bernilai 1009.9 mb dan tekanan udara terendah
terjadi pada tanggal 13 Mei 2021 bernilai 1008.1 mb dan tekanan udara tertinggi
terjadi pada tanggal 26 Mei bernilai 1012.4 mb.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 18


2.1.5 PENGUAPAN
Penguapan diukur menggunakan Evaporimeter dengan satuan milimeter (mm).
Evaporimeter yang digunakan Stasiun Meteorologi Saumlaki berjenis panci
penguapan terbuka. Secara umum, penguapan yang teramati di Stasiun
Meteorologi Saumlaki selama bulan Mei 2021 adalah sebagai berikut :

Uraian Nilai Statistik


1 Penguapan rata-rata 5.2 mm
2 Penguapan tertinggi 15.9 mm
3 Penguapan terendah 0.7 mm
4 Standar deviasi 2.9
5 Jumlah data 31 hari

Ga
mbar : Grafik Jumlah Penguapan di Saumlaki
Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Grafik di atas merupakan penguapan harian bulan Mei 2021. Dari grafik tersebut
diperoleh penguapan rata-rata bernilai 5.2 mm dan penguapan terendah terjadi
pada tanggal 21 Mei 2021 bernilai 0.7 mm dan penguapan tertinggi terjadi pada
tanggal 14 Mei 2021 bernilai 15.9 mm.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 19


2.1.6 LAMA PENYINARAN MATAHARI
Lama penyinaran matahari diukur menggunakan Campbell Stokes dengan satuan
jam. Ukuran tersebut diperoleh dari perhitungan pias matahari yang terbakar oleh
sinar matahari selama 12 jam. Adapun data lama penyinaran matahari yang
teramati di Stasiun Meteorologi Saumlaki selama bulan Mei 2021 adalah sebagai
berikut :

No Uraian Nilai Statistik


1 Lama penyinaran matahari rata-rata 6.7 jam
2 Lama penyinaran matahari tertinggi 9.9 jam
3 Lama penyinaran matahari terendah 1.5 jam
4 Pias tidak terbakar sama sekali 1
5 Standar deviasi 2.7
6 Jumlah data 31 hari

Gambar : Grafik Tekanan Udara Permukaan Laut di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Berdasarkan grafik di atas, teramati bahwa lama penyinaran matahari rata-rata


bernilai 6.7 jam dan lama penyinaran matahari terendah terjadi pada tanggal 21
Mei 2021 bernilai 1.5 jam dan lama penyinaran matahari tertinggi terjadi pada
tanggal 8 dan 16 Mei 2021 bernilai 9.9 jam serta pias tidak terbakar sama sekali
pada tanggal 20 Mei 2021.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 20


2.1.7 ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
Angin memiliki dua parameter pengukuran, yaitu arah dan kecepatan angin. Arah
angin merupakan arah darimana datangnya angin. Standar penentuan arah angin
adalah dengan menggunakan satuan derajat melingkar dari 0 hingga 360,
sedangkan kecepatan angin menggunakan satuan knot yang mana 1 knot = 1,852
km/jam.

Di Stasiun Meteorologi Saumlaki, alat yang digunakan untuk mengukur kedua


parameter tersebut adalah anemometer. Arah dan kecepatan angin di Saumlaki
selama bulan Mei 2021 adalah sebagai berikut :

Uraian Nilai Statistik


Kecepatan angin dominan 9 knots
Arah angin dominan Timur
Kecepatan angin maksimum 21 knots
Arah angin saat kecepatan maksimum100
Nilai ekstrem > 22 knots 0
Jumlah data 31 hari

Gambar : Windrose dan Grafik Frekuensi Kecepatan Angin di Saumlaki


Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 21


Selama periode bulan Mei 2021, angin permukaan (10 meter dari permukaan)
secara umum didominasi dari arah timur dengan kecepatan angin tertinggi sampai
21 knots. Sedangkan, untuk kategori kecepatan angin, distribusi frekuensi
kejadian didominasi oleh angin kecepatan rata-rata antara 9 knots (± 17 km/jam).
Arah dan kecepatan angin maksimum tercatat sebesar 21 knots (± 39 km/jam) dari
arah timur (100˚).

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 22


KESIMPULAN

1. Indeks NINO3.4 (ENSO) pada bulan Mei 2021 bernilai - 0.2 yaitu dalam kondisi netral.

2. Indeks SOI pada bulan Mei 2021 bernilai +3 sampai + 7 hPa yaitu dalam kondisi netral.

3. MJO pada bulan Mei2021 menunjukkan MJO aktif dari tangal 10 sampai 25 Mei 2021 di
fase 4 dan fase 5.

4. OLR pada bulan Mei 2021 bernilai -10 sampai -50 yang menunjukkan banyaknya
keberadaan awan-awan konvektif yang mengakibatkan pada pembentukan aktivitas
konvektif cuaca pembentuk hujan.

5. Anomali SST di wilayah perairan Kepulauan Tanimbar pada bulan Mei 2021
menunjukkan kondisi yang hangat, yaitu 29 – 30 ˚C.

6. Streamline di Wilayah Kepulauan Tanimbar pada bulan Mei 2021 menunjukkan


kecepatan angin yang relatif lebih kuat dari kondisi normal dimana kecepatan angin
maksimum sampai 12 m/s dan bertiup dari arah tenggara.

7. Kelembaban di Wilayah Kepulauan Tanimbar pada bulan Mei 2021 bernilai 70% ke
bawah yang menghambat aktivitas konvektif cuaca penghasil hujan.

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 23


PREDIKSI CURAH HUJAN JUNI 2021

1. Prakiraan Curah Hujan Juni 2021


Prakiraan curah hujan Juni 2021 di Wilayah Saumlaki dan sekitarnya adalah sebagai
berikut :

No Kabupaten Kecamatan Analisis April 2021 Prakiraan Juni 2021


1 Kep. Tanimbar Tanimbar Selatan Menengah Menengah
2 Kep. Tanimbar Wer Tamrian Menengah Menengah
3 Kep. Tanimbar Wer Maktian Menengah Menengah
4 Kep. Tanimbar Selaru Menengah Menengah
5 Kep. Tanimbar Tanimbar Utara Menengah Menengah
6 Kep. Tanimbar Yaru Menengah Menengah
7 Kep. Tanimbar Wuar Labobar Menengah Menengah
8 Kep. Tanimbar Nirunmas Menengah Menengah
9 Kep. Tanimbar Kormomolin Menengah Menengah
10 Kep. Tanimbar Molu Maru Menengah Menengah

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 24


2. Prakiraan Sifat Hujan Juni 2021
Prakiraan sifat hujan pada bulan Juni 2021 di Wilayah Saumlaki dan sekitarnya adalah
sebagai berikut :

No Kabupaten Kecamatan Analisis April 2021 Prakiraan Juni 2021


1 Kep. Tanimbar Tanimbar Selatan Bawah Normal Normal
2 Kep. Tanimbar Wer Tamrian Bawah Normal Normal
3 Kep. Tanimbar Wer Maktian Bawah Normal Normal
4 Kep. Tanimbar Selaru Bawah Normal Normal
5 Kep. Tanimbar Tanimbar Utara Bawah Normal Normal
Normal – Atas
6 Kep. Tanimbar Yaru Bawah Normal
Normal
7 Kep. Tanimbar Wuar Labobar Bawah Normal Normal
8 Kep. Tanimbar Nirunmas Bawah Normal Normal
9 Kep. Tanimbar Kormomolin Bawah Normal Normal
10 Kep. Tanimbar Molu Maru Bawah Normal Normal

Buletin Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri – Saumlaki | 25

Anda mungkin juga menyukai