METEOR
OLOGI
EDISI
JUNI
2021
Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada semua pihak atas kerja sama yang telah
diberikan dalam hal pengumpulan data untuk penerbitan BULETIN METEOROLOGI bulan Juni
2021.
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
INFORMASI METEOROLOGI.....................................................................................................1
2.1.5 PENGUAPAN.........................................................................................................19
KESIMPULAN..............................................................................................................................23
Pada saat terjadinya fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke
barat sepanjang ekuator menguat dari biasanya yang cenderung mendorong
massa air laut ke barat, sehingga suhu muka laut di timur ekuator Samudera
Pasifik menjadi lebih dingin. Hal ini terjadi karena kekosongan massa air laut
yang berpindah ke barat, diisi oleh massa air laut yang lebih dingin dari bagian
bawah laut Pasifik timur. Dengan demikian, La Nina memberikan dampak
berupa peningkatan curah hujan di kawasan ekuator barat Pasifik yang
lokasinya berdekatan dengan Wilayah Indonesia, khususnya pada Wilayah
Indonesia bagian timur, sehingga secara tidak langsung La Nina dapat
meningkatkan curah hujan di Wilayah Indonesia pada umumnya. Karena
Wilayah Indonesia luas, tidak seluruh wilayah dipengaruhi La Nina.
Anomali SST bernilai negatif cenderung terjadinya fase ENSO normal yang
diperkuat (La Nina), sedangkan anomali SST bernilai positif cenderung
terjadinya fase ENSO hangat (El Nino). Selanjutnya, fenomena ENSO
dikatakan netral jika nilai SST anomaly bernilai 0 sampai ± 0.4˚C.
MJO dipengaruhi gerak semu matahari, MJO bergerak ke timur dalam 8 fase
sesuai dengan lokasi geografi fase MJO. Adapun 8 fase MJO menurut letak
geografis dan astronomisnya dijabarkan sebagai berikut :
1. Fase-1 di Afrika (210˚ BB – 60˚ derajat BT)
2. Fase-2 di Samudera Hindia bagian barat (60˚ BT – 80˚ BT)
3. Fase-3 di Samudera Hindia bagian timur (80˚ BT – 100˚ BT)
4. Fase-4 & fase-5 di Benua Maritim Indonesia (100˚ BT – 140˚ BT)
5. Fase-6 di Kawasan Pasifik Barat (140˚ BT – 160˚ BT)
6. Fase-7 di Pasifik Tengah (160˚ BT – 180˚ BT)
7. Fase-8 di daerah konveksi belahan bumi bagian barat (180˚ BB – 160˚ BB)
Berdasarkan grafik MJO di atas, terlihat bahwa fase aktif MJO pada bulan Mei
yang berada di kawasan Benua Maritim Indonesia terdapat pada awal bulan,
yakni pada tanggal 10 sampai 25 Mei di fase 4 dan 5. Hal ini menunjukkan
fase aktif MJO pada waktu tersebut mempengaruhi pembentukan kondisi
cuaca secara signifikan di Wilayah Indonesia.
Berdasarkan grafik IOD di atas, IOD pada bulan Mei 2021 bernilai -0.6-an.
Hal ini menunjukkan adanya suplai uap air dari wilayah Samudera Hindia
Barat ke Wilayah Indonesia bagian barat, sehingga IOD berpengaruh
meskipun tidak signifikan terhadap aktivitas konvektif di Wilayah Indonesia
bagian barat. Sedangkan pada umumnya, IOD tidak berpengaruh signifikan
terhadap Wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Wilayah Maluku.
Anomali suhu muka laut positif (lebih hangat) cenderung terjadi di Perairan
Laut Arafura yang berdampak pada peningkatan anomali suhu muka laut di
Wilayah Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya sampai + 0.6 ˚C. Hal ini
menyebabkan proses pembentukan cuaca konvektif Wilayah Kepulauan
Tanimbar dipengaruhi suplai massa uap air hangat yang terangkat di atmosfer.
Kemudian, untuk model SST yang lain, suhu muka laut rata-rata di Wilayah
Indonesia pada bulan Mei 2021 bervariasi, yaitu berkisar antara 28 – 31 ˚C.
Suhu muka laut di perairan di Wilayah Maluku dan sekitarnya, termasuk
Kepulauan Tanimbar umumnya hangat yang berkisar antara 29 – 30 ˚C,
sehingga sulplai uap air pada bulan Mei 2021 di Wilayah Kepulauan Tanimbar
meningkat dan mendukung proses pertumbuhan awan-awan konvektif
penghasil hujan dengan curah hujannya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan klimatologisnya.
Pola MSLP pada Bulan Mei 2021 menunjukkan bahwa tekanan udara rata-rata
di Belahan Bumi Utara (BBU) lebih rendah dibandingkan Belahan Bumi
Selatan (BBS). Hal ini menyebabkan pola aliran massa udara bergerak dari
BBS ke BBU melewati Wilayah Indonesia, membawa massa udara kering dari
Benua Australia masuk ke Wilayah Indonesia, sehingga Wilayah Indonesia
merupakan wilayah terdampak dari penjalaran massa udara basah tersebut dan
mempengaruhi kondisi cuaca yang menyebabkan menurunnya intensitas curah
hujan dari kondisi normalnya.
Sumber : www.bom.gov.au
d. RH (Relative Humidity)
Dari grafik di bawah terlihat bahwa curah hujan bulan Mei 2021 menunjukkan
curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 19 Mei 2021 dengan nilai 140 mm dan
curah hujan terendah terjadi pada tanggal 8, 23, dan 31 Mei 2021 dengan nilai
TTU, dengan jumlah hari hujan selama satu bulan sebanyak 22 hari.
Grafik di atas merupakan data suhu rata-rata, suhu maksimum dan minimum
harian bulan Mei 2021. Dari grafik di atas, didapat suhu terendah terjadi pada
tanggal 19 Mei 2021 dengan nilai 23.6 ˚C dan suhu tertinggi terjadi pada tanggal
03 Mei 2021 dengan nilai 33.2 ˚C.
Suhu udara rata-rata bulan Mei 2021 di Stasiun Meteorologi Mathilda Batlayeri –
Saumlaki periode 2001 sampai 2020 (rata-rata normal) sebesar 27.4 ˚C.
Sementara suhu udara rata-rata bulan Mei 2021 sebesar 27.9 ˚C, sehingga terjadi
anomali suhu udara rata-rata bulanan bersifat positif sebesar + 0.5 ˚C
Grafik di atas merupakan data kembaban udara rata-rata harian bulan Mei 2021.
Dari grafik, diketahui kelembaban udara rata-rata bernilai 80 % dan kelembaban
udara terendah rata-rata terjadi pada tanggal 04 Mei 2021 dengan nilai 66 % dan
kelembaban udara tertinggi rata-rata terjadi pada tanggal 20 Mei 2021 dengan
nilai 95 %.
Grafik di atas merupakan data tekanan udara harian bulan Mei 2021. Dari grafik
terlihat tekanan udara rata-rata bernilai 1009.9 mb dan tekanan udara terendah
terjadi pada tanggal 13 Mei 2021 bernilai 1008.1 mb dan tekanan udara tertinggi
terjadi pada tanggal 26 Mei bernilai 1012.4 mb.
Ga
mbar : Grafik Jumlah Penguapan di Saumlaki
Sumber : Data Sinoptik Stamet Saumlaki
Grafik di atas merupakan penguapan harian bulan Mei 2021. Dari grafik tersebut
diperoleh penguapan rata-rata bernilai 5.2 mm dan penguapan terendah terjadi
pada tanggal 21 Mei 2021 bernilai 0.7 mm dan penguapan tertinggi terjadi pada
tanggal 14 Mei 2021 bernilai 15.9 mm.
1. Indeks NINO3.4 (ENSO) pada bulan Mei 2021 bernilai - 0.2 yaitu dalam kondisi netral.
2. Indeks SOI pada bulan Mei 2021 bernilai +3 sampai + 7 hPa yaitu dalam kondisi netral.
3. MJO pada bulan Mei2021 menunjukkan MJO aktif dari tangal 10 sampai 25 Mei 2021 di
fase 4 dan fase 5.
4. OLR pada bulan Mei 2021 bernilai -10 sampai -50 yang menunjukkan banyaknya
keberadaan awan-awan konvektif yang mengakibatkan pada pembentukan aktivitas
konvektif cuaca pembentuk hujan.
5. Anomali SST di wilayah perairan Kepulauan Tanimbar pada bulan Mei 2021
menunjukkan kondisi yang hangat, yaitu 29 – 30 ˚C.
7. Kelembaban di Wilayah Kepulauan Tanimbar pada bulan Mei 2021 bernilai 70% ke
bawah yang menghambat aktivitas konvektif cuaca penghasil hujan.