Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BESAR

KL2222 OSEANOGRAFI FISIKA

Diajukan untuk pemenuhan tugas Oseanografi Fisika

Disusun Oleh:
Musfira Dewi Maharani 119300046
Bunga Betharia Saragi 119160080

Dosen
Trika Agnestasia Br Tarigan, S.Kel., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan berkahnya sehingga saya mampu menyelesaikan Laporan Tugas
Besar Oseanografi Fisika tepat waktu.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bu Trika Agnestasia Br Tarigan, S.Kel.,


M.T. selaku dosen mata kuliah ini yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat untuk kami dan teman-teman lainnya.

Laporan yang kami susun masih jauh dari kata sempurna, namun dalam
pengerjaannya sudah saya berikan yang terbaik dan maksimal. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran bila ditemukannya
kekurangan baik itu dari segi bahasa, penyusunan format, dan bobot dari
penulisan.

Semoga laporan ini bisa membuka wawasan para pembaca dan bermanfaat
dalam pengaplikasian di bidang teknik kelautan, dan matematika.

Jakarta, 20 Mei 2021

Musfira Dewi Maharani, Bunga Betharia Saragi

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................4
1.1. Pengertian dari Interaksi Atmosfer dan Laut.......................................4
1.2. Pengertian dan Perbedaan dari ENSO dan IOD..................................4
1.3. Proses dan Dampak terjadinya ENSO dan IOD di Dunia...................4
1.4. Contoh Fenomena ENSO dan IOD di Indonesia..................................6
PENUTUP..........................................................................................................7
2.1. Kesimpulan..............................................................................................7
2.2. Saran........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

3
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian dari Interaksi Atmosfer dan Laut


Interaksi laut dan atmosfer berperan terhadap cuaca serta iklim
global di Indonesia. Fenomena dari interaksi ini berupa penyaluran uap air
bersama pola perputaran angina di suatu area. Terdapat angin munson yang
berhembus dari dataran Asia bagian utara menuju Australia bagian selatan
ke wilayah Indonesia. Tekanan udara, dan naik – turunnya suhu perukaan
laut juga menjadi faktor terjadinya suatu fenomena, diantaranya Fenomena
El Nino – Southearn Oscillation (ENSO) atau El Nino – La Nina, sedangkan
di Samudera Hindia disebut genomena Indian Ocean Dipole (IOD)
(Surinati, 2013).

1.2. Pengertian dan Perbedaan dari ENSO dan IOD


Fenomena ENSO dengan IOD mempengaruhi tingkat keragaman
hujan di suatu area. Hujan di Indonesia disebabkan oleh kuantitas pulau baik
itu pulau besar maupun kecil dengan variasi topografi memicu variasi hujan
di Indonesia. Samudera Pasifik memberikan sinyal apabila anomali cuaca El
Nino datang, namun penyebab dari El Nino hingga saat ini belum pasti.
Peristiwa El Nino mengakibatkan kekeringan di suatu area, sedangkan La
Nina menyebabkan banjir. IOD fase positif mengakibatkan kekeringan di
suatu area, sedangkan IOD fase negatif mengakibatkan banjir (N.H. Saji,
1999). ENSO dan IOD sama – sama memicu suatu peristiwa, yakni banjir
dan kekeringan, namun dilihat lagi dari jenis ENSO dan IOD – nya.

1.3. Proses dan Dampak terjadinya ENSO dan IOD di Dunia


Proses terjadinya ENSO (El Niño-Southern Oscillation) diawali
ketika Perairan Pasifik mengalami peningkatan suhu dan kelembaban pada
atmosfer yang berada di atas perairannya, memicu terjadinya pembentukan
awan dan meningkatkan curah hujan pada kawasan tersebut. Hal ini

4
membuat Bagian Barat Samudera Pasifik mengalami peningkatan tekanan
udara dan terhambatnya pertumbuhan awan. Fenomena tersebut
mengakibatkan beberapa wilayah di Indonesia mengalami penurunan curah
hujan jauh dari normalnya atau musim kering berkepanjangan yang dikenal
dengan El Nino. Sedangkan mekanisme terjadinya fenomena IOD (Indian
Ocean Dipole) disebabkan karena adanya perbedaan tekanan sehingga
massa air mengalir ke barat samudra hindia seperti yang terjadi pada
perbedaan tekanan antara wilayah bagian timur Samudera Hindia dekat
Sumatera Bagian Barat dengan bagian barat Samudera Hindia dekat Afrika
sehingga aliran udara berlangsung secara horizontal dari tekanan udara yang
tinggi (wilayah dengan kumpulan massa udara dingin) menuju wilayah
dengan tekanan udara rendah (wilayah dengan kumpulan massa udara
hangat).
Terdapat beberapa dampak dari terjadinya fenomena ENSO dan IOD di
dunia dan di Indonesia, yaitu:
- mengakibatkan beberapa wilayah di Indonesia mengalami
penurunan curah hujan jauh dari normalnya atau musim kering
berkepanjangan
- bergesernya musim, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan
pola iklim tahunan seperti terlambatnya awal musim hujan maupun
musim kemarau.
- pada IOD (+) mengakibatkan pembentukkan awan – awan konvektif
di wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal.
Sebaliknya, di wilayah Barat Sumatera terjadi kekeringgan setelah
massa uap airnya gagal diturunkan sebagai hujan.
- pada IOD (-),menyebabkan terjadinya pergerakan awan konvektif
yang dibentuk di daerah Samudera Hindia dari wilayah Afrika ke
wilayah Indonesia sehingga mengakibatkan tingginya curah hujan di
wilayah Indonesia khususnya Indonesia Bagian Barat.

5
1.4. Contoh Fenomena ENSO dan IOD di Indonesia
Adapun daerah atau lokasi di Indonesia yang pernah mengalami
dampak dari fenomena ENSO dan IOD yaitu menurut Mulyana (2000) yang
menemukan korelasi yang tinggi antara curah hujan di Jawa dengan anomali
suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang lebih
dipengaruhi oleh ENSO dan IOD. Menurut Fadholi (2013) meneliti lebih
spesifik mengenai dampak ENSO dan IOD terhadap curah hujan di
Pangkalpinang. Serta adapun wilayah di Indonesia terutama kawasan bagian
barat seperti sumatera barat yang terjadi kekeringgan setelah massa uap
airnya gagal diturunkan sebagai hujan karena disebabkan terjadianya
fenomena IOD.

6
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
1. Gelombang yang didapatkan merupakan gelombang tsunami atau
dapat diklasifikasikan sebagai long waves (gelombang panjang)
karena h/L yang diperoleh dari analisis tabel berkisar 0,004 ~ 0,013.
2. Travel time bergantung pada nilai jarak Gunung Anak Krakatau ke
suatu pulau (S) dan kecepatan grup gelombang (cg). Semakin besar
nilai S, semakin besar nilai travel time suatu gelombang. Sebaliknya,
semakin besar nilai kecepatan grup gelombang, semakin kecil nilai
travel time.
3. Nilai ketinggian gelombang mempengaruhi nilai energi gelombang.
4. Antisipasi agar Indonesia selamat dari tsunami adalah perbaikan
sensor gelombang, edukasi tentang evakuasi, dan pembangunan
break water di kawasan dengan elevasi rendah.
2.2. Saran
1. Menggunakan rata-rata lebih dari 14 titik sampel dari Gunung Anak
Krakatau sampai pulau yang dituju akan mendapatkan data yang
lebih akurat. Tapi, 14 titik sampel pun sudah cukup untuk
memperoleh data.
2. Lebih teliti dan hati-hati dalam memakai software Google Earth
karena jika mengalami crash, data akan langsung hilang dan
mengharuskan menginput data ulang.

7
DAFTAR PUSTAKA
N.H. Saji, B. G. (1999). A dipole mode : in the tropical Indian Ocean.
Nature, 401 : 360 - 363.

Surinati, D. (2013). Lautan dan Iklim. Oseana, Volume XXXVIII, Nomor 3,


33 - 40.

Anda mungkin juga menyukai