net/publication/309242925
CITATIONS READS
0 1,243
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
mechanism of air-sea interaction to change of diurnal rainfall over java View project
All content following this page was uploaded by Erma Yulihastin on 19 October 2016.
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan data curah hujan TRMM
(Tropical Rainfall Measuring Mission) dan angin NNRP
(NCEP/NCAR Reanalysis Project) untuk melakukan satu
diheterogenitas spasial dari variabilitas iklim di Pulau Jawa.
Kajian mengenai anomali curah hujan pada saat El Nino telah
banyak dilakukan, El Nino membawa pengaruh kering di Pulau
Jawa. Namun, dalam penelitian ini kajian El Nino dihubungkan
dengan monsun Australia dan topografi lokal di Pulau Jawa. Hasil
dari penelitian ini adalah adanya anomali positi fcurah hujan di
Pulau Jawa pada saat El Nino terjadi pada bulan DJF (Desember,
Januari, Februari). Hal ini disebabkan adanya anomali angin
monsun selama El Nino. Pengaruh El Nino pada saat musim
peralihan (SON – September, Oktober, November) adalah adanya
penguatan angin monsun tenggara di Pulau Jawa. Sebaliknya
pada saat DJF, terjadi pelemahan angin monsun barat laut yang
menyebabkan kuatnya siklus diurnal baik angin darat-laut
maupun angin lembah-gunung sehingga meningkatkan curah
hujan di daerah pegunungan yang lebih dekat ke pantai selatan
dibandingkan dengan pantai Utara Jawa. Oleh karena itu,
variabilitas siklus diurnal berhubungan dengan ketidak-
simetrisan topografi lokal yang menyebabkan adanya
kecenderungan pola: basah untuk daerah selatan dan kering
untuk daerah utara.
ABSTRACT
This research using rainfall data from TRMM (Tropical Rainfall
Measuring Mission) and wind from NNRP (NCEP / NCAR
59
Haries Satyawardhana, dkk
1 PENDAHULUAN
60
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
61
Haries Satyawardhana, dkk
62
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
2.2 METODOLOGI
Metode penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1) Penghitungan indeks untuk monsun Australia menggunakan
data angin zonal NNRP level 850 mb, lalu dilakukan perata-ratan
per musim untuk tiap tahun.
2) Analisis yang pertama dilakukan adalah mengkaji daerah yang
curah hujannya dipengaruhi oleh monsun musim panas
Australia, dengan melakukan korelasi secara spasial antara curah
hujan TRMM dan AUSMI.
3) Setelah itu dilakukan analisis pengaruh ENSO terhadap
monsun yang diwakili oleh SOI dan AUSMI (baik berupa deret
waktu, deviasi maupun koefisien korelasinya). Hal ini penting
untuk menentukan waktu dan tahun-tahun El Nino yang
melemahkan monsun musim panas Australia (ditemukan korelasi
yang tinggi pada bulan DJF).
4) Perata-rataan dilakukan secara klimatologis untuk tahun El
Nino, selanjutnya diamati anomalinya berupa pengurangan atau
penambahan curah hujan serta kecepatan angin monsun.
5) Analisis penampang melintang dilakukan untuk melihat
pengaruh topografi terhadap anomali curah hujan yang terjadi
selama DJF dan SON pada saat El Nino terjadi (garis putus-putus
pada Gambar 1).
63
Haries Satyawardhana, dkk
64
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
SOI
0.0
DJF 1998
SON 1998
DJF 1999
SON 1999
DJF 2000
SON 2000
DJF 2001
SON 2001
DJF 2002
SON 2002
DJF 2003
SON 2003
DJF 2004
SON 2004
DJF 2005
SON 2005
DJF 2006
SON 2006
DJF 2007
SON 2007
DJF 2008
SON 2008
DJF 2009
SON 2009
DJF 2010
SON 2010
-1.0
-5.0
-3.0 -10.0
-15.0
-5.0
-20.0
-7.0 -25.0
Tahun
8
5.0
6
4 4.0
R2 = 0.6753
AUSMI
2
3.0
AUSMI
-2 2.0
-4
1.0
-6
-8 0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -30.0 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0
Bulan SOI
65
Haries Satyawardhana, dkk
a b
66
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
67
Haries Satyawardhana, dkk
a b
) )
68
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
69
Haries Satyawardhana, dkk
a b
) )
c d
) )
e)
70
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
71
Haries Satyawardhana, dkk
CH (mm)
200
150
100
50
0
-50
-6
-6 25
-6 25
-6 25
-6 25
-7 25
-7 25
-7 25
-7 25
-7 25
-8 25
-8 25
-8 25
-8 25
-100
.1
.3
.5
.7
.9
.1
.3
.5
.7
.9
.1
.3
.5
.7
25
Lintang
250
CH (mm)
200 200
150 150
100 100
50 50
0 0
-50 -50
-6 -6 -6 -6 -6 -7 -7 -7 -7 -7 -8 -8 -8 -8
-6
-6 25
-6 25
-6 25
-6 25
-7 25
-7 25
-7 25
-7 25
-7 25
-8 25
-8 25
-8 25
-8 25
-100 -100 .1 .3 .5 .7 .9 .1 .3 .5 .7 .9 .1 .3 .5 .7
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
.1
.3
.5
.7
.9
.1
.3
.5
.7
.9
.1
.3
.5
.72
5
Lintang Lintang
72
Interaksi El–Nino, Monsun dan Topografi Lokal terhadap Anomali Curah Hujan di Pulau Jawa
4. KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Aldrian E., Gates, L.D. and Widodo, F.H., 2007: Seasonal
variability of Indonesian rainfall in ECHAM4 simulations
and in the reanalyses: The role of ENSO, Theoretical and
Applied Climatology, 87, 41–59.
Boer, R., and A. R. Subbiah., 2005: Agriculture drought in
Indonesia. Monitoring and Predicting Agricultural Drought:
A Global Study, V. S. Boken, A. P. Cracknell, and R. L.
Heathcote, Eds., Oxford University Press, 330–344.
Chang, C. P., Z. Wang, J. McBride, and C.-H. Liu., 2005: Annual
cycle of Southeast Asia–Maritime Continent Rainfall and
Asymmetric Monsoon Transition. Journal of Climate, 18,
287–301.
Hamada, J. I., M. D. Yamanaka, J. Matsumoto, S. Fukao, P. A.
Winarso, and T. Sribimawati., 2002: Spatial and temporal
variations of the rainy season over Indonesia and their link
to ENSO. J. Meteor. Soc. Japan, 80, 285–310.
73
Haries Satyawardhana, dkk
74