Anda di halaman 1dari 7

Nama : Raid Azhar Mawaffaq Nama : Anisa Nurnaningsih

NPM : 230210160051 NPM : 230210160048

Kelas : Kelautan Kelas : Kelautan

HUBUNGAN ANTARA SALINITAS DAN KEDALAMAN PADA PLOT


3106 SAMUDERA HINDIA TAHUN 2006 - 2016

Gambar 1.1

Data diatas ( Gambar 1.1 ) adalah hubungan salinitas terhadap kedalaman


pada lapisan mix layer, termoklin, dan homogen. Data tersebut berapda pada plot
3106 Samudera Hindia dengan kordinat 10o LU 20oLU dan 60oBT 70oBT.
Rentang tahun pada data tersebut adalah 10 tahun, dimana data tersebut teh di filter
dengan data awal tahun 2006 dan data akhir tahun 2016. Data diambil dari web
https://www.nodc.noaa.gov/OC5/WOD/datageo.html, dan dolah mengunaakan
aplikasi Ocean Data View ( ODV ), sehingga diperoleh visualisasi seperti pada
gambar diatas.
Pada tingkat yang paling sederhana, salinitas adalah jumlah total bahan
terlarut dalam gram dalam satu kilogram air laut. Salinitas adalah kuantitas yang
tidak berdimensi, dan tidak memiliki satuan unit. Variabilitas garam yang terlarut
sangatlah kecil, dan kita harus berhati hati dalam menentukan salinitas dengan
cara yang akurat dan praktis ( Robert,2008 ).

Awalnya salinitas difenisikan sebagai Jumlah total dari bahan terlarut


dalam gram dalam satu kilogram air laut. penjelasan ini tidak berguna karena
bahan terlarut hampir tidak mungkin diukur dalam praktek. Sebagai contoh,
bagaimana kita dapat mengukur zat yang tidak setabil seperti gas? Kita juga tidak
dapat menguapkan air laut salpai kering karena klorida menguap pada tahap
terakhir penguapan (Sverdrup, Johnson, dan Fleming, 1942:50, dalam Robert, 2008
).

Data salinitas diatas diambil berdasarkan kedalaman lapisan lapisan laut


yang masih masing lapisannya diambil satu sampel kedalaman. Pada lapisan mix
layer diambil data kedalaman 5m, pada lapisan termoklin diambil data kedalaman
300m , dan pada lapisan homogen diambil data kedalaman 1000 m.

Gambar 1.2
Lapisan mix layer adalah lapisan paling atas yang kedalamannya berkisar
antara 0 200 m, pada lapisan ini cahaya matahari masih dapat menyinari dan
menembus pada lapisan, lapisan ini adalah lapisan yang menunjang kehidupan
planktonik. Suhu pada lapisan mix layer cenderung hangat, kecuali pada kutub utara
atau selatan.

Lapisan termoklin adalah lapisan yang terletak diantara lapisan mix layer
dan homogen. Lapisan termoklin memiliki kedalaman 200 500 m. Pada lapisan
ini terjadi perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1oC untuk setiap satu
meter, perubahan suhu pada lapisan ini cenderung variatif, dan lapisan ini berperan
penting dalam peramalan meteorologi.

Termoklin merupakan bagian dari lapisan perairan laut yang pada lapisan
tersebut terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman (Nontji,
1993). Nilai absolut gradien penurunan temperatur vertikal pada lapisan termoklin
standar adalah sebesar 0,05C/m. (Bureau of technical supervision of the P.R of
China, 1992).

Lapisan homogen adalah lapisan dalam yang berada dibawah lapisan


termoklin ( >500 m), pada lapisan ini suhu yang paling dingin konstan berkisar
antara 2o 4o C, lapisan ini mendukung kehidupan hewan hewan bentik dan
hewan laut dalam.

dari data diatas dapat dilihat, pada bagian mix layer salinitas yang tertera
berkisar 34 -35 psu, pada bagian termoklin didapat salinitas berkisar antara 35 37
psu, dan pada lapisan homogen salinitasnya berkisar antara 34,4 34,8 psu.

Banyak faktor yang mempengaruhi salinitas pada plot 3106 kordinat 10o
LU 20oLU dan 60oBT 70oBT Samudera Hindia. Beberapa faktor yang
mempengaruhinya adalah seperti fenomena Indian Ocean Dipole, Temperatur,
Kedalaman, dll.

Indian Ocean Dipole (IOD) Saji et al (1999) melaporkan bahwa terdapat


osilasi klimatologi di Samudera Hindia. Fenomenanya ditunjukan dengan adanya
variabilitas internal 7 dengan SPL negatif atau lebih dingin dari normalnya di pantai
barat Sumatera atau Samudera Hindia bagian timur (90Obt 110Obt, 10o LS 0 o
) dan anomali positif di Samudera Hindia bagian barat (50Obt 70Obt, 10o LS
10o LU). Fenomena ini bersifat unik dan melekat di Samudera Hindia dan terlihat
tidak bergantung pada ENSO. Fenomena ini dinamakan Indian Ocean Dipole
(IOD). Indian Ocean Dipole adalah suatu fenomena yang terjadi karena adanya
interaksi antara atmosfer dan laut. Fenomena ini dapat diidentifikasi dengan
menganalisis anomali suhu muka air laut (SPL) di Samudera Hindia pada bagian
barat dan timur. Untuk indeksnya digunakan Dipole Mode Index (DMI) yang dapat
mengidentifikasi fenomena IOD. Nilai DMI menggambarkan perbedaan anomali
suhu permukaan laut dari dua daerah yaitu bagian barat ekuator dari Samudera
Hindia (50Obt 70Obt dan 10o LS 10o LU) dan timur ekuator dari Samudera
Hindia (90Obt 110Obt dan 10o LS 0 o ). Anomali suhu permukaan laut dari
bagian barat yang dikurangi dengan anomali suhu permukaan laut bagian timur
akan menghasilkan nilai DMI tersebut.

Gambar 1.3
Gambar 1.4

Pada waktu normalnya, angin barat yang lemah bergerak dari sisi bagian
timur Afrika (Samudera Hindia bagian barat) ke pantai barat Sumatera (Samudera
Hindia bagian timur). Saat terjadinya fenomena IOD, anomali SPL negatif (lebih
rendah dari pada suhu normalnya) di pantai barat Sumatera yang mengakibatkan
terjadinya tekanan tinggi di daerah ini, dan di pantai timur Afrika terdapat anomali
SPL positif (lebih tinggi dari kondisi normal) yang menimbulkan tekanan rendah di
wilayah tersebut. Kondisi ini menimbulkan angin timur yang kuat yang bertiup ke
pantai timur Afrika, sehingga curah hujan di atas Afrika berada di atas normal,
sementara di Indonesia terjadi kekeringan (Saji et al., 1999).

Siklus IOD diawali dengan munculnya anomali suhu permukaan laut negatif
di sekitar Selat Lombok hingga Selatan Jawa pada sekitar bulan Mei Juni.
Selanjutnya pada bulan Juli- Agustus, anomali negatif tersebut menguat dan
semakin meluas sampai pantai barat Sumatera, sementara itu di Samudera Hindia
bagian barat muncul pola anomali suhu permukaan laut positif. Adanya perbedaan
tekanan di antara keduanya, semakin memperkuat angin tenggara di sepanjang
ekuator dan pantai barat Sumatera. Siklus ini mencapai puncaknya pada bulan
September Oktober dan selanjutnya menghilang dengan cepat pada bulan
November Desember (Saji et al.,1999). Dipole Mode dibagi menjadi dua fase
yakni Dipole Mode Positif dan Dipole Mode Negatif. Dipole Mode Positif, terjadi
pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera relatif
bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang bertekanan relatif
rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika
yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di wilayah Afrika dan
menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi
kekeringan, begitu sebaliknya dengan Dipole Mode Negatif.

Indian Ocean Dipole, merupakan fenomena tahunan yang terjadi di


samudera hindia. Berpusat diantara Indonesia dan Afrika, Indian Ocean Dipole ini
memiliki hubungan terhadap perubahan SPL ( suhu permukaan laut ) dan
pergerakan lapisan termoklin.

Gambar 1.5

Data diatas ( Gambar 1.5 ), adalah hubungan antara Suhu terhadap


Kedalaman, . Data tersebut berapda pada plot 3106 Samudera Hindia dengan
kordinat 10o LU 20oLU dan 60oBT 70oBT. Rentang tahun pada data tersebut
adalah 10 tahun, dimana data tersebut teh di filter dengan data awal tahun 2006 dan
data akhir tahun 2016. Data diambil dari web
https://www.nodc.noaa.gov/OC5/WOD/datageo.html, dan dolah mengunaakan
aplikasi Ocean Data View ( ODV ), sehingga diperoleh visualisasi seperti pada
gambar diatas.
Temperatur atau suhu merupakan derajat panas suatu objek yang
diakibatkan oleh tumbukan antar molekul yang tidak beraturan. Temperatur
berbeda dengan kalor. Panas per unit volume dihitung dari temperatur dengan
rumusan: Q = densitas x panas x temperatur. ( Noir P.Purba dan Widodo
S.Pranowo:2015 ).

Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam


suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya
intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi
1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2oC 4oC ( Hutagalung,
1988 ).

Suhu memiliki hubungan erat dengan perubahan salinitas suatu daerah

Anda mungkin juga menyukai