PROPOSAL
NIM: 2013-64-006
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
BAB I
PENDAHULUAN
laut lebih luas dari pada daratan, yaitu sekitar 5,8 juta km 2 atau mendekati 70% dari
luas keseluruhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan luas wilayah
salah satunya penelitian mengenai Suhu Permukaan Laut (SPL). Karena Suhu
Permukaan Laut merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan organisme
di laut, hal ini disebabkan suhu dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme dan
Barat merupakan Kabupaten yang memiliki sumberdaya hasil laut yang melimpah
terutama sumberdaya ikan pelagis, Seram Bagian Barat terletak pada posisi 1˚19’ -
1˚16’ LS dan 29˚1’ - 127˚20’ BT. Dan berbatasan dengan Laut Seram Di Sebelah
Utara, Laut Banda Di Sebelah Selatan, Laut Buru di Sebelah Barat dan Sebelah
mencirikan massa air di lautan ialah suhu. Massa air yang terdapat di laut berbeda-
beda karakteristiknya dari satu tempat ke tempat lain. Untuk menandai berbagai
macam karakteristik massa air tersebut dipakai parameter suhu sebagai indikator,
karena itu karakter sebaran suhu dipakai untuk mengetahui adannya sebaran massa
air.
Mengingat besarnya pengaruh suhu terhadap sumberdaya perairan, hal ini
mengalami hambatan, yaitu waktu yang diperlukan dalam pengambilan data relatif
human error dalam pemasangan alat, faktor cuaca yang dapat menghambat
pengambilan data, dan keterbatasan kapal dalam mencapai posisi yang sulit di laut
serta biaya yang relatif besar.Penginderaan jauh melalui satelit dapat mengamati
fenomena laut secara sinoptik yaitu pengamatan suatu wilayah yang luas secara
1.2. Tujuan
Seram Barat pada Musim Barat dan Timur menggunakan Citra Aqua
Modis.
1.3. Manfaat
sebaran suhu permukaan laut (SPL) di perairan Seram Barat pada musim Barat dan
Timur . agar dapat dimanfaatkan sebagai data dasar untuk memanfaatkan sumber
TINJAUAN PUSTAKA
terkandung dalam suatu benda. Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu
parameter oseanografi yang mencirikan massa air di lautan dan berhubungan dengan
keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam
upwelling, front ( pertemuan dua massa air yang berbeda), dan aktifitas biologi di
laut ( Robinson, 1985). ( Menurut Hutabarat dan Evans 1986) pembagian SPL secara
horizontal akan sangat tergantung pada letak lintangnya. Semakin tinggi letak
lintangnya, maka nilai SPL nya akan semakin rendah, karena daerah ekuator
menerima lebih banyak radiasi matahari dari daerah lintang tinggi. Ada 3 faktor yang
menyebabkan daerah tropis lebih banyak menerima bahang dibanding kutub, yaitu:
1) Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer sebelum sampai di daerah kutub
2) Besarnya perbedaan sudut sinar datang matahari ketika mencapai permukaan bumi.
Pada daerah kutub, sinar matahari yang sampai di permukaan bumi akan tersebar
laut dapat memberikan informasi mengenai fron,upwelling, arus, daerah tangkapan ikan,
untuk mengenali dan memilih kisaran suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk
melakukan aktivitas secara maksimum dan pada akhirnya mepengaruhi kelimpahan dan
distribusinya. (Menurut Laevastu dan Hela,1970 ). Pengaruh suhu terhadap ikan adalah
tubuh seperti kecepatan renang serta dalam rangsangan syaraf. Suhu ekstrim pada daerah
pemijahan ( spawning ground ) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk
memijah di daerah lain dari pada daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat
penangkapan ( fishing ground ) secara periodik ( Reddy, 1993 dalam Siwabessy 2011),
evaporasi, kecepatan angin,itensitas cahaya matahari dan faktor - faktor fisika yang
terjadi di kolom perairan. Pretivikasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat
permukaan laut akibat adanya aliran bahang dari udara kelapisan permukaan perairan.
Sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Pancaran energi
matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2
kalori/cm2/menit. Kemudian pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan
diserap oleh massa air (Meadous and Campbell,1993). Pada permukaan laut, ada
Suhu akan menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Hal ini
air yang menyebabkan semakin dalam suatu perairan suhunya pun semakin
rendah. Dan pada suhu melebihi 1000 meter suhu air relative konstan yaitu
lapisannya menjadi tiga bagian yaitu Mix Layer, Thermocline dan Deep
Layer.
dimana pada lapisan ini gradient suhu berubah secara perlahan. Lapisan ini
perubahan suhu yang sangat mencolok. Pada lapisan termoklin ini memiliki
ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC
layer yang merupakan lapisan terbawah yaitu lapisan dimana suhu air rendah
bahkan relative konstan yaitu sebesar 4°C. Lapisan ini juga biasa disebut
lapisan hipilimnion.
kolom perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari
lapisan dengan gradien suhu tidak lebih dari 0,03 °C/m (Wyrtki, 1961),
sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu lebih dari 0,1 °C/m
(Ross, 1970).
Hal ini disebabkan karena wilayah permukaan lebih banyak terkena sinar
hingga kedalaman 200 sampai 1000 meter. Hal ini ditandai oleh masih
hangatnya suhu air pada kedalaman 200 meter dan pada kedalaman antara
200 sampai 1000 meter, suhu air pun berubah secara drastis.(McPhaden dan
Hayes 1991)
Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu
adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden
and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 oC pada
kedalaman 10 – 75 m.
Menurut McPhaden and Hayes (1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat
permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja
umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus
dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan
Remote sensing atau penginderaan jauh dapat juga dikatakan sebagai suatu
suatu obyek/target tanpa menyentuh objek itu sendiri dengan menggunakan sensor
yang ditempatkan pada pesawat terbang/helikopter atau satelit. Sistem ini dapat
mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan, selain itu sistem ini jauh
lebih murah dibandingkan dengan penelitian secara lansung. Dan dapat digunakan
untuk mendeteksi sebaran suhu permukaan laut secara cepat untuk wilayah yang luas.
data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik
melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya
penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, Pada masa
modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan instrumen
di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan penginderaan lainnya
umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca.
Gambar 1: sistem pengindraan jauh
Citra Aqua Modis adalah salah satu produk pengindraan jauh yang di
keadaan laut melalui media tertentu. Pengukuran parameter – parameter seperti suhu,
klorofil , angin parameter laut lainnya pun dapat dilakukan dengan menggunakan
satelit. Salah satu adalah satelit Aqua Modis yang merupakan suatu intrumen
berupa sensor multispectral yang memiliki 36 kanal dengan kanal 1-19 berada pada
kisaran cahaya tampak dank anal 20- 36 berada dalam kisaran infra merah. Kanal
kanal ini membuat sensor Modis mampu mengukur parameter dari permukaan hingga
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data satelit AQUA MODIS Level 3,
Penelitian ini dilakukan di Laut Seram Barat pada musim Baratdan Timur dengan
Alat dan bahan yang digunakan dalam Penelitian ini antara lain :
Software SeaDAS 7.3,1 Untuk pengolahan data dan memotong data Suhu
permukaan Laut .
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data satelit AQUA
MODIS. Metode yang digunakan dalam pengambilan data tersebut adalah dengan
cara mengunduh di salah satu alamat website yang menyediakan data satelit, yakni
secara gratis. Namun untuk keperluan praktek keterampilan lapangan ini, data yang
digunakan adalah suhu permukaan laut (SPL) level-3 pada waktu siang , resolusi
menggunakan software SeaDAS 7.3, kemudian di Export nilai Pixel Mask laut
Pola sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) dapat dianalisa dengan visualisasi
pola sebaran secara spasial dan temporal pada setiap data rata-rata bulanan dan