Disusun Oleh:
NRP.57214114046
2021
1. PENDAHULUAN
lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang – orang asia
tenggara yang telah berumur berabad – abad lamanya. Tidak dimanapun juga hal ini
benar – benar dapat dilihat di Indonesia di mana Negara ini terdiri dari lebih kurang
13.000 pulau yang tersebar. Sejak dulu lautan telah memberi manfaat kepada
manusia untuk diprgunakan sebagai suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan
perhubungan dari suatu tempat ke tempat lain. Akhir – akhir ini diketahui bahwa
lautan banyak mengandung sumber – sumber alam yang berlimpah – limpah
jumlahnya dan bernilai berjuta – juta dolar (hutabarat, 2008).
2.2.1 Suhu
suhu di laut adalah salah satu factor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme di
lautan, karena suhu mempengaruhi baik akivitas metabolisme maupun
perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia. Sebagai contoh, binatang karang di mana
penyebarannyan sangat di batasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah
tropic dan subtropik (Hutabarat, 2008).
Secara keseluruhan, sebagian besar air samudra itu dingin. Kurang dari 10%
volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 100C dan lebih dari 75% suhunya di
bawah 40C. Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai
kira – kira 100 m. akibatnya di samudra terdapat lapisan atas yang relative
hangat dihubungkan dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin yang
merupakan kolom air samudra sisanya. Daerah (lapisan) dengan penurunan suhu
cepat ke bawah ini disebut termoklin (Romimohtarto,2009).
2.2.3 Kecerahan
Faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan dalam air laut antara lain
lumpur dan mikroorganisme (fitoplankton), sehingga tingkat kecerahan suatu
perairan sangat mempengaruhi intensitas cahaya yang terserap dalam kolom air di
perairan tersebut (Sediandi, 2003).
Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan
makin tingginya kedalaman lautan. Pada perairan yang dalam dan jernih proses
fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan
– bahan yang melayang – layang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat
pantai penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran
tanaman hijau di sini hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40
meter (Hutabarat, 2008).
2.2.4 Sifat Optis Air
Fenomana umum optik sering disebabkan oleh interaksi dari
cahaya matahari atau bulan dengan atmosfer, awan, air, atau debu dan material
lainnya. Satu contoh umum yaitu pelangi, ketika cahaya matahari dipantulkan dan
dibiaskan oleh tetesan-tetesan air. Beberapa, seperti sinar hijau, sangat
jarang terjadi sehingga kadang terpikir seperti cerita dongeng. Lain-lain, seperti
fatamorgana, umum terjadi di lokasi tertentu (Afrianti, 2008).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari Semakin lama
matahari berada. Sifat optic air dimiliki semakin besar sudut dating semakin besar.
Intensitas matahari semakin besarmaka sifat optis air akan bervariasi (Nybaken,
1985).
Penyerapan matahari di permukaan air laut mempunyai karakteristik
tersendiri di setiap perairan. Secara teoritis perjalanan sinar matahari mengalami
dua peristiwa alam sekaligus. Dimana lebih kurang 15% di pantulkan kembali ke
udara dan sisanya terserap dalam tubuh air laut yang diikuti oleh proses pembiasan
sesuai sifat optic air laut itu sendiri (Sediandi, 1993).
2.3.2
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di dalam perairan.
Pengertian salinitas yang paling mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini di karenakan salinitas ini merupakan
gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua karbonat di konversi
menjadi oksida, semua bromida dan iodida di gantikan oleh chlorida dan semua
bahan organik telah dioksidasi (Gusrina, 2008).
Salinitas sangat berpengaruh pada tekanan osmotik air. Semakin tinggi
salinitasnya maka akan semakin tinggi pula tekanan osmotiknya (Karif, 2011). Naik
turunnya salinitas disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah up welling dan
pengaruh hujan yang turun secara terus menerus dalam jangka waktu beberapa
hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hutabarat dan Evans dalam Bachrin (2011),
bahwa salinitas akan turun secara tajam yang disebabkan oleh besarnya curah
hujan. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan terbuka, walaupun dibeberapatempat
kadang-kadang salinitas menunjukan adanya fluktuasi perubahan.
2.3.3 DO
Dilapisan permukaan laut konsentrasi gas oksigen sangat bervariasi
dan sangat dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu makin berkurang tingkat
kelarutan oksigen. Tapi anehnya semakin dalam pada beberapa ratus meter di
bawah permukaan air laut, walaupun suhu makin menurun ternyata kadar
oksigennya jua semakin berkurang sehingga bisa di temukan lapisan air laut
dengan kadar oksigen minimum. Di laut oksigen terlarut (dissolved oxygen)
berasal dari dua sumber yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman lain. Keberadaan oksigen dalam air laut
sangat diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pemanfaatan bagi kebanyakan organism untuk kehidupan, antara lain pada proses
respirasi di mana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan
organic sehingga terbentuk energy yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan
H2O (Wibisono, 2005).
b. Kecepatan Arus
• Tali raffia : penghubung antar botol bekas air mineral
• Botol air mineral (2) : sebagai pemberat dan pelampung
• Stopwatch : menghitung waktu tempuh
c. Kecerahan
• tutup ember cat : mengukur kecerahan air laut
• Karet gelang : menandai D1 dan D2 pada tali secchi disk
• Tali rapia : mengukur panjang tali
d. Pasang Surut
• Bambu 2 m : mengukur pasang surut air laut
e. Gelombang
• bambu 2 m : mengukur tinggi gelombang air laut
• Stopwatch : digunakan untuk menghitung waktu
Kecepatan arus
Panjang tali yang dipakai =5m
Lama waktu = 7 detik
Kecepatan arus = 1,4 m/detik
Kecerahan
Hasil Pengukuran:
Suhu
Pengukuran pada pukul 11.50
WIB Suhu air laut 29o C
Derajat keasaman
Nilai pH = kertas lakmus biru menunjukan warna tetap biru
Gelombang
Tinggi
I II III
gelombang
Selisih = 4+ 5+7
3 3
= 5,33 cm/jam
Periode gelombang
Pengukuran Rata-
I II III
ke- rata
Periode
2,5 3 3,15 2,88
gelombang
Pasang surut
Skala awal pada tide staf = 34,5 cm
Skala akhir pada tide staf = 70 cm
Selang waktu pengukuran = 4 jam
Kecepatan pasang surut = 8,8 cm/jam
4.2 Analisa Prosedur
4.2.1.2 Kecerahan
Alat yang digunakan pada praktikum kecerahan adalah tutup ember cat, tali
rapia dan karet gelang. Pengukuran kecerahan dilakukan pukul 11.45. Cara
pengukuran praktikum kecerahan yaitu tutup ember diturunkan pelan-pelan hingga
batas pertama kali tidak tampak, ditandai dengan karet gelang, dan diukur
panjang tali, dihitung sebagai D1 dan dicatat kedalamnya, lalu tutup ember
diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak kemudian ditarik
pelan-pelan hingga pertama kali terlihat, ditandai dengan karet gelang, dan diukur
panjang tali dan dihitung sebagai D2.
4.2.1.3 Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang digunakan yaitu bambu
berukuran 2 meter. bambu disiapkan. bambu dipasang pada daerah pasang surut
yang masih terendam air pada pukul 12.30 WIB – 16.30 WIB. Kemudian catat
tinggi permukaan air pada tide staff sebagai T0 (cm) kemudian tunggu 4 jam.
Setelah 4 jam catat lagi tinggi permukaan air sebagai T1 (cm) dan kemudian
dihitung kecepatan pasang surut sebagai selisih kedua hasil pengukuran tersebut.
4.2.1.4 Gelombang
a. Tinggi Gelombang
Pada pengukuran tinggi gelombang alat yang digunakan yaitu bambu
berskala 2 meter. Setelah bambu disiapkan, bawa bambu skala di tepi pantai
kemudian ditancapkan, diamati gelombang yang datang dicatat berapa tinggi
gelombang saat menyentuh bambu skala. Cara pengukuran harus dengan hati-
hati dan cermat karena gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini diulangi
sebanyak 3x kemudian catat hasilnya.
b. Periode gelombang
Tongkat skala yang sudah ditancapkan diperairan pantai diamati, apabila
gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama gelombang
menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak gelombang selanjutnya yang
menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya dalam tabel pengamatan ke-1 dan
diulangi langkah-langkah diatas untuk pengamatan 2 dan 3, sehingga diperoleh
hasil rata-rata dari periode gelombang tersebut.
c. Pasang Surut
Dari data perhitungan didapat nilai pasang surut adalah cm/jam. Pengukuran
ini didapatkan pada tidal staf skala awal yaitu 34,5 cm dan skala akhir 70 cm dengan
selang waktu 4 jam dan kecepatan pasang surut adalah 8,875 cm/jam. Hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pasang surut pada praktikum ini
adalah pasang surut rendah. Kisaran pasang surut (tidal range), yakni perbedaan
tinggi air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut
minimum.
d. Gelombang
Pada praktikum hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali
yaitu puncak I = 117 cm, puncak II = 123 cm, puncak III = 132 cm sedangkan
lembah I =113 cm, lembah II = 118 cm, lembah III = 125 cm. Didapatkan
selisih I = 4 cm, selisih II = 5 cm, selisih III = 7 cm. tinggi gelombang rata-rata
adalah 5,33 cm. Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas
permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin
yang bertiup di permukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples)
(Romimohtarto 2009).
e. Kecepatan Arus
Dari data hasil perhitungan kecepatan arus didapatkan nilai yaitu 1,4
m/detik, dengan arah arus dari timur menuju barat. Menurut Hutabarat (2008)
gerakan air di permukaan air laut terutama disebabkan oleh adanya angin
yang bertiup di atasnya. Juga paling tidak ada tiga faktor lain selain angin yaitu
bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, gaya
coriolis, dan perbedaan tekanan air.