Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI

Disusun Oleh:

ROIS FAKHROZI ALSYAIDI

NRP.57214114046

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

AKADEMI USAHA PERIKANAN LAMPUNG

2021
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas perairan kurang lebih
dua pertiga dari seluruh wilayah negara. Memiliki 17.508 buah pulau besar dan kecil,
dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Bila ditinjau dari segi oseanografi,
Indonesia memiliki perairan laut dangkal dan perairan laut dalam. Perairan laut
dangkal berupa paparan (shell) dan diukur mulai dari garis surut terendah sampai
pada kedalaman 200 m. Di Indonesia dikenal ada dua paparan yang cukup luas,
yaitu disebelah barat adalah paparan Sunda (Sunda plat) yang cukup luas sekitar 1,8
juta km2 dan mencakup laut Cina Selatan, Teluk Thailand, Selat Malaka dengan
kedalaman 20 - 80 m.
Oseanografi terdiri dari dua kata, yaitu oceanos yang berarti laut dan graphos
yang berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani).Secara sederhana kita dapat
mengartikan Oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam
bahasa lain yang lebih lengkap, Oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan
penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Ilmu ini
semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan
perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain.Ilmu-ilmu lain yang
termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika
(physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology)
(Hutabarat, 2001).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan dapat
mengkaji perilaku cahaya dilautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut,
gelombang, pasang surut air laut, arus, salinitas, Ph, dan oksigen terlarut (DO).
Sedangkan tujuan dari praktikum Oceanografi ini adalah praktikan
mampu mengaplikasikan dan menjelaskan perilaku cahaya dilautan dengan
sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air laut, arus,
salinitas, Ph, dan oksigen terlarut (DO).

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum oceanografi ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26-30
Desember 2021. Tempat Praktikum Oceanografi ini adalah di pantai
Banding, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut

lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang – orang asia
tenggara yang telah berumur berabad – abad lamanya. Tidak dimanapun juga hal ini
benar – benar dapat dilihat di Indonesia di mana Negara ini terdiri dari lebih kurang
13.000 pulau yang tersebar. Sejak dulu lautan telah memberi manfaat kepada
manusia untuk diprgunakan sebagai suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan
perhubungan dari suatu tempat ke tempat lain. Akhir – akhir ini diketahui bahwa
lautan banyak mengandung sumber – sumber alam yang berlimpah – limpah
jumlahnya dan bernilai berjuta – juta dolar (hutabarat, 2008).

Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan menjadi 4 wilayah (zona), yaitu


zona Lithoral, zona Neritic, zona Bathyal dan zona Abysal. Zona Lithoral adalah
wilayah pantai atau pesisir atau shore. Zona Neritic (wilayah laut dangkal),yaitu dari
batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Zona Bathyal (wilayah laut
dalam) adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m.
Sedangkan Zona Abyssal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki
kedalaman di atas 1800 m (Waldopo, 2005).

2.2 Parameter Fisika

2.2.1 Suhu

suhu di laut adalah salah satu factor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme di
lautan, karena suhu mempengaruhi baik akivitas metabolisme maupun
perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia. Sebagai contoh, binatang karang di mana
penyebarannyan sangat di batasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah
tropic dan subtropik (Hutabarat, 2008).
Secara keseluruhan, sebagian besar air samudra itu dingin. Kurang dari 10%
volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 100C dan lebih dari 75% suhunya di
bawah 40C. Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai
kira – kira 100 m. akibatnya di samudra terdapat lapisan atas yang relative
hangat dihubungkan dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin yang
merupakan kolom air samudra sisanya. Daerah (lapisan) dengan penurunan suhu
cepat ke bawah ini disebut termoklin (Romimohtarto,2009).

2.2.2 Kecepatan arus


Arus merupakan gerakan yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di
dunia.Arus permukaan dibangkitkan terutama oleh angin yangberhembus di permukaan
laut.Selain itu, topografi muka air laut juga turut mempengaruhi gerakan arus
permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat diamati dengan menggunakan satelit
Altimetri Jason1. Dengan bantuan data darisatelit ini, maka dapat dipetakan pola dari
pergerakan arus laut permukaan secara global (Widyastutidkk., 2010).
Menurut Aziz (2006), Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya,
energi yangmenggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya
perbedaanpemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula
perbedaanenergi yang diterima permukaan bumi.Perbedaan ini menimbulkan fenomena
arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi diseluruh
muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin
merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya
yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut.

2.2.3 Kecerahan
Faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan dalam air laut antara lain
lumpur dan mikroorganisme (fitoplankton), sehingga tingkat kecerahan suatu
perairan sangat mempengaruhi intensitas cahaya yang terserap dalam kolom air di
perairan tersebut (Sediandi, 2003).
Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan
makin tingginya kedalaman lautan. Pada perairan yang dalam dan jernih proses
fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan
– bahan yang melayang – layang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat
pantai penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran
tanaman hijau di sini hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40
meter (Hutabarat, 2008).
2.2.4 Sifat Optis Air
Fenomana umum optik sering disebabkan oleh interaksi dari
cahaya matahari atau bulan dengan atmosfer, awan, air, atau debu dan material
lainnya. Satu contoh umum yaitu pelangi, ketika cahaya matahari dipantulkan dan
dibiaskan oleh tetesan-tetesan air. Beberapa, seperti sinar hijau, sangat
jarang terjadi sehingga kadang terpikir seperti cerita dongeng. Lain-lain, seperti
fatamorgana, umum terjadi di lokasi tertentu (Afrianti, 2008).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari Semakin lama
matahari berada. Sifat optic air dimiliki semakin besar sudut dating semakin besar.
Intensitas matahari semakin besarmaka sifat optis air akan bervariasi (Nybaken,
1985).
Penyerapan matahari di permukaan air laut mempunyai karakteristik
tersendiri di setiap perairan. Secara teoritis perjalanan sinar matahari mengalami
dua peristiwa alam sekaligus. Dimana lebih kurang 15% di pantulkan kembali ke
udara dan sisanya terserap dalam tubuh air laut yang diikuti oleh proses pembiasan
sesuai sifat optic air laut itu sendiri (Sediandi, 1993).

2.2.5 Pasang Surut


Menurut Adisaputra (2010), pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnyapermukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama
oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Ada dua macam pasang surut yaitu pasang purnama dan pasang perbani.
Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi
(besar). Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan) dan pada
tanggal 14 (saat bulan purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi Bumi - Bulan -
Matahari berada satu garis (konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari
berkumpul menjadi satu menarik permukaan bumi. Permukaan bumi yang menghadap
ke bulan mengalami pasang naik besar. Sedangkan permukaan bumi yang tidak
menghadap ke bulan mengalami pasang surut besar.SedangkanPasang Perbani ialah
peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil). Pasang kecil terjadi
pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut posisi Matahari –
Bulan-Bumi membentuk sudut 90°. Gaya tarik Bulan dan Matahari terhadap Bumi
berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi berkurang (saling melemahkan) dan
terjadilah pasang terendah (rendah) (Waldopo, 2005).
2.2.6 gelombang
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa
henti – hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sma sekali
diam. Hembusan angin sepoi – sepoi dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan
angin sepoi – sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat
menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang
besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu
kerusakan hebat pada kapal atau daerah – daerah pantai (Hutabarat, 2008).
Nining (2002) dalam Aziz (2006), menyatakan bahwa gelombang laut pada
umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun masih ada faktor-faktor lain yang
dapat menimbulkan gelombang di laut seperti aktifitas seismik di dasar laut (gempa),
letusan gunung api, gerakan kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari).
Gelombang laut dapat juga terjadi di lapisan dalam (pada bidang antara dari dua
lapisan air yang mempunyai densitas berbeda).Gelombang ini disebut gelombang
dalam (internal waves).
Pada hakekatnya fenomena gelombang laut menggambarkan transmisi dari energi
dan momentum. Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang
bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam
keadaan sama sekali diam (Aziz, 2006).
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
-
Biasanya pH air larutan 7,6 – 8,3 dan terutama mengandung ion HCO3
. Ph tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis
ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, sebab adanya pengaruh
temperature dan slinitas. Bila temperature naik atau tekanan naik maka proses
dissosiasi itu merubah konstante disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH turun dan
kadar oksigen juga turun (brotowidjoyo, 1999).
Konsentrasi ion zat air dalam air laut yang dinyatakan dengan PH
adalah konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama
merupakan hasil dari kesetimbangan karbondioksid, asam karbonat, dan
kesetimbangan bikarbonat- karbonat, effek penyanggan dari partikel-pertikel
tanah liat yang halus dan lebih kurang ukuranya, asam borat, pada nilai PH yang
lebih tinggi pengendapan kalsium atau kalsium karbonat dimudahkan(Zottoli, 1983).

2.3.2
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di dalam perairan.
Pengertian salinitas yang paling mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini di karenakan salinitas ini merupakan
gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua karbonat di konversi
menjadi oksida, semua bromida dan iodida di gantikan oleh chlorida dan semua
bahan organik telah dioksidasi (Gusrina, 2008).
Salinitas sangat berpengaruh pada tekanan osmotik air. Semakin tinggi
salinitasnya maka akan semakin tinggi pula tekanan osmotiknya (Karif, 2011). Naik
turunnya salinitas disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah up welling dan
pengaruh hujan yang turun secara terus menerus dalam jangka waktu beberapa
hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hutabarat dan Evans dalam Bachrin (2011),
bahwa salinitas akan turun secara tajam yang disebabkan oleh besarnya curah
hujan. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan terbuka, walaupun dibeberapatempat
kadang-kadang salinitas menunjukan adanya fluktuasi perubahan.
2.3.3 DO
Dilapisan permukaan laut konsentrasi gas oksigen sangat bervariasi
dan sangat dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu makin berkurang tingkat
kelarutan oksigen. Tapi anehnya semakin dalam pada beberapa ratus meter di
bawah permukaan air laut, walaupun suhu makin menurun ternyata kadar
oksigennya jua semakin berkurang sehingga bisa di temukan lapisan air laut
dengan kadar oksigen minimum. Di laut oksigen terlarut (dissolved oxygen)
berasal dari dua sumber yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman lain. Keberadaan oksigen dalam air laut
sangat diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pemanfaatan bagi kebanyakan organism untuk kehidupan, antara lain pada proses
respirasi di mana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan
organic sehingga terbentuk energy yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan
H2O (Wibisono, 2005).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua


jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal
sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung
sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air
dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
3.1.1 Parameter Fisika
a. Suhu
• Termometer Hg : untuk mengukur suhu di lautan

b. Kecepatan Arus
• Tali raffia : penghubung antar botol bekas air mineral
• Botol air mineral (2) : sebagai pemberat dan pelampung
• Stopwatch : menghitung waktu tempuh

c. Kecerahan
• tutup ember cat : mengukur kecerahan air laut
• Karet gelang : menandai D1 dan D2 pada tali secchi disk
• Tali rapia : mengukur panjang tali

d. Pasang Surut
• Bambu 2 m : mengukur pasang surut air laut

e. Gelombang
• bambu 2 m : mengukur tinggi gelombang air laut
• Stopwatch : digunakan untuk menghitung waktu

3.1.2 Parameter Kimia


a. pH
• kertas lakmus : mengukur pH air laut
4. PEMBAHASAN

4.1. DATA HASIL PENGAMATAN

Kecepatan Kecerahan Suhu pH Gelombang Pasang surut


o
arus (m/s) (cm) ( C) (cm/jam) (cm/jam)

1,4 75 29 basa 5,33 8,875

Kecepatan arus
Panjang tali yang dipakai =5m
Lama waktu = 7 detik
Kecepatan arus = 1,4 m/detik

Kecerahan
Hasil Pengukuran:

Pengukuran pada pukul 11.45 WIB


Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran): 75 cm

Suhu
Pengukuran pada pukul 11.50
WIB Suhu air laut 29o C
Derajat keasaman
Nilai pH = kertas lakmus biru menunjukan warna tetap biru

Gelombang
Tinggi
I II III
gelombang

Puncak 1 (cm) 117 123 132


Puncak 2 (cm) 113 118 125
Selisih (cm) 4 5 7

Selisih = 4+ 5+7
3 3
= 5,33 cm/jam

Periode gelombang
Pengukuran Rata-
I II III
ke- rata
Periode
2,5 3 3,15 2,88
gelombang

Pasang surut
Skala awal pada tide staf = 34,5 cm
Skala akhir pada tide staf = 70 cm
Selang waktu pengukuran = 4 jam
Kecepatan pasang surut = 8,8 cm/jam
4.2 Analisa Prosedur

4.2.1 Parameter Fisika


4.2.1.1 Suhu
Cara pengukuran suhu pertama yang mesti dilakukan adalah dipersiapkan
alatnya yaitu Thermometer Hg, setelah dipersiapkan thermometer Hg kemudian
dicelupkan langsung kedalam laut dengan membelakangi matahari. Biarkan
beberapa saat kemudian diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada skala
Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran suhu yaitu membelakangi sinar matahari, badan
thermometer tidak tersentuh oleh tangan pembaca skala dengan cepat dan waktu
perendaman dalam air selama 3 menit.

4.2.1.2 Kecerahan
Alat yang digunakan pada praktikum kecerahan adalah tutup ember cat, tali
rapia dan karet gelang. Pengukuran kecerahan dilakukan pukul 11.45. Cara
pengukuran praktikum kecerahan yaitu tutup ember diturunkan pelan-pelan hingga
batas pertama kali tidak tampak, ditandai dengan karet gelang, dan diukur
panjang tali, dihitung sebagai D1 dan dicatat kedalamnya, lalu tutup ember
diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak kemudian ditarik
pelan-pelan hingga pertama kali terlihat, ditandai dengan karet gelang, dan diukur
panjang tali dan dihitung sebagai D2.
4.2.1.3 Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang digunakan yaitu bambu
berukuran 2 meter. bambu disiapkan. bambu dipasang pada daerah pasang surut
yang masih terendam air pada pukul 12.30 WIB – 16.30 WIB. Kemudian catat
tinggi permukaan air pada tide staff sebagai T0 (cm) kemudian tunggu 4 jam.
Setelah 4 jam catat lagi tinggi permukaan air sebagai T1 (cm) dan kemudian
dihitung kecepatan pasang surut sebagai selisih kedua hasil pengukuran tersebut.

4.2.1.4 Gelombang
a. Tinggi Gelombang
Pada pengukuran tinggi gelombang alat yang digunakan yaitu bambu
berskala 2 meter. Setelah bambu disiapkan, bawa bambu skala di tepi pantai
kemudian ditancapkan, diamati gelombang yang datang dicatat berapa tinggi
gelombang saat menyentuh bambu skala. Cara pengukuran harus dengan hati-
hati dan cermat karena gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini diulangi
sebanyak 3x kemudian catat hasilnya.
b. Periode gelombang
Tongkat skala yang sudah ditancapkan diperairan pantai diamati, apabila
gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama gelombang
menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak gelombang selanjutnya yang
menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya dalam tabel pengamatan ke-1 dan
diulangi langkah-langkah diatas untuk pengamatan 2 dan 3, sehingga diperoleh
hasil rata-rata dari periode gelombang tersebut.

4.2.1.5 Kecepatan Arus


Pada pengukuran kecepatan arus hal pertama yang dilakukan adalah
disiapkan alat dan bahan seperti botol bekas air mineral 600 ml 2 buah,
stopwatch dan kompas sedangkan bahannya adalah tali plastik dan perairan laut.
Setelah Menyiapkan alat dan bahan, kemudian ambil 1 botol air mineral,
kemudian isi dengan air laut dan dihubungkan dengan botol kosong menggunakan
tali rafia. Kemudian diikatkan lagi pada tali rafia dan kemudian dihanyutkan
mengikuti arus tidak lupa dicatat waktu yang ditempuh pada panjang tali 5
meter.
4.3.1. Parameter fisika
a. Suhu
Dari hasil praktikum tentang pengukuran suhu air laut hasil pengukurannya
yaitu, suhu air laut pada pukul 11.50 WIB adalah 290C. Menurut Nontji (2007) suhu
air permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28-310C.

b. Kecerahan dan sifat optis air


Berdasarkan pengukuran sifat optis air dan kecerahan pada pukul 11.45
WIB didapatkan hasil 75 cm. Dengan kenaikan sudut datang cahaya matahari
semakin besar terjadi pula penurunan kecerahan yang berarti intensitas cahaya
matahari yang masuk di perairan juga berkurang karena beberapa faktor
yaitu : adanya fitoplankton hidup dengan konsentrasi yang bervariasi, zat
organic terlarut yang dihasilkan dari degradasi fitoplankton. Faktor cahaya matahari
yang masuk kedalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis. Sifat optis air
sangat berhubungan dengan intensitas matahari semakin lama berada. Sifat optis
air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin
besar maka sifat optis air bervariasi (Nyabaken,1985).

c. Pasang Surut
Dari data perhitungan didapat nilai pasang surut adalah cm/jam. Pengukuran
ini didapatkan pada tidal staf skala awal yaitu 34,5 cm dan skala akhir 70 cm dengan
selang waktu 4 jam dan kecepatan pasang surut adalah 8,875 cm/jam. Hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pasang surut pada praktikum ini
adalah pasang surut rendah. Kisaran pasang surut (tidal range), yakni perbedaan
tinggi air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut
minimum.

d. Gelombang
Pada praktikum hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali
yaitu puncak I = 117 cm, puncak II = 123 cm, puncak III = 132 cm sedangkan
lembah I =113 cm, lembah II = 118 cm, lembah III = 125 cm. Didapatkan
selisih I = 4 cm, selisih II = 5 cm, selisih III = 7 cm. tinggi gelombang rata-rata
adalah 5,33 cm. Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas
permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin
yang bertiup di permukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples)
(Romimohtarto 2009).
e. Kecepatan Arus
Dari data hasil perhitungan kecepatan arus didapatkan nilai yaitu 1,4
m/detik, dengan arah arus dari timur menuju barat. Menurut Hutabarat (2008)
gerakan air di permukaan air laut terutama disebabkan oleh adanya angin
yang bertiup di atasnya. Juga paling tidak ada tiga faktor lain selain angin yaitu
bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, gaya
coriolis, dan perbedaan tekanan air.

4.3.2. Parameter kimia


a. pH
Dari hasil data dan perhitungan pH didapatkan nilai pH perairan adalah
basa. ini berarti kondisi perairan di lokasi praktikum adalah basa. Dari hasil
pengamatan nilai pH yang di peroleh berkisar- 8.

Anda mungkin juga menyukai