Disusun oleh :
YEGI YUSPARDINANSYAH
57214114049
PROGRAM DIPLOMA IV
LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan limpahan karunia-Nya laporan dengan judul “Teknik Pemijahan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) Secara Buatan di Hatchery IPLKP Serang” telah selesai
disusun.
Membuat laporan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran dan
belajar lebih giat untuk mendapatkan ilmu, dan saya harap ini akan memberi banyak manfaat
bagi saya, para taruna/i maupun bagi pembaca.
Di kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dan berperan penting dalam pembuatan laporan ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bapak Margono, S.St.Pi., M.Tr.Pi. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknologi
Pembenihan Ikan Bersirip
2. Seluruh taruna/i Program Studi Teknologi Akuakultur Semester III yang ikut berperan aktif
dalam praktik.
Namun kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan ini tentu masih mutlak
ditemukan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan masukan dari segala pihak
yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Yegi Yuspardinansyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan produk perikanan terus mengalami peningkatan, hal ini dilihat
dari tingginya permintaan pasar pada produk perikanan, tidak hanya pada pasar
dalam negeri, pasar ekspor pun demikian, sehingga untuk memenuhi permintaan
tersebut secara kontinyu dibutuhkan produksi melalui usaha budidaya, baik ikan
tambak, ikan laut, ikan hias, maupun ikan tawar. Pengembangan usaha perikanan
saat ini memegang peranan penting dalam pembangunan perikanan, dimana tidak
hanya berkembang disektor budidaya, tetapi juga diharapkan berkembang
disektor hilir, sehingga akan menambah nilai komersilnya.
Untuk meningkatkan nilai komersil, hendaknya usaha ini dikelola secara
profesional, bukan hanya sebagai usaha sampingan sebatas pemenuhan kebutuhan
hidup atau tidak mengacu pada pencapaian target keuntungan (profit oriented)
maka untuk mencapai target keuntungan, usaha ini perlu dikelola secara baik
dengan kemampuan manajemen yang baik pula.
Dalam sektor budidaya, salah satu faktor yang sangat penting adalah
ketersediaan benih secara kontinyu, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Ketersediaan benih yang berkualitas tinggi akan memacu perkembangan budidaya
ikan dengan cepat di daerah-daerah pedesaan yang pada akhirnya dapat
memenuhi sumber pangan khususnya dari ikan. Peningkatan perkembangan
sektor perikanan saat ini cukup pesat, hal ini tentunya banyak menyerap tenaga
kerja yang cukup banyak, sehingga akan mengurangi angka pengangguran serta
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung dan memungkinkan berkembangnya bidang lain yang saling berkaitan
satu dengan lainnya.
Teknologi Pemijahan ikan dapat dilakukan dengan memanipulasi yaitu
dengan cara induced breeding, yaitu dengan pembuahan buatan setelah
sebelumnya diberikan suntikan hormon perangsang pada induk jantan dan betina.
Perlakuaannya adalah dengan dosis penyuntikan induk jantan diberikan setengah
dari dosis betina, yang dilakukan satu kali bersamaan penyuntikan kedua induk
betina. Setelah disuntik, kedua induk dimasukan ke dalam bak pemijahan.
Mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu menghasilkan
benih ikan unggul, seperti cara yang di atas. Salah satu cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan merangsang kultivan dengan menggunakan hormone
sehingga lebih cepat melakukan pemijahan dengan hasil yang baik dan
berkualitas.
TINJAUAN PUSTAKA
Lele Sangkuriang merupakan keturunan dari lele dumbo. Lele dumbo masuk ke
Indonesia pada tahun 1985, sebelumya masyarakat Indonesia hanya mengenal lele lokal
dengan segala keterbatasan kualitas yang dimilikinya. Penurunan kualitas lele dumbo
telah mengundang keprihatinan beberapa kalangan, seperti para pakar perikanan di
Indonesia dan terutama pihak Departemen Perikanan dan Kelautan. Sebagai upaya
mengembalikan kualitas lele dumbo agar mendekati kualitas ketika pertama kali
didatangkan ke Indonesia, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi telah berhasil merekayasa genetik lele dumbo dengan melakukan silang balik
(back cross).
Proses silang balik dilakukan dengan mengawinkan induk lele dumbo betina
generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2
merupakan induk yang dimiliki BBPBAT Sukabumi yang merupakan keturunan kedua
lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6
merupakan keturunan dari induk betina F2. Upaya silang balik mulai dirintis tahun 2000-
an. Ternyata, upaya tersebut menunjukan hasil positif. Benih yag dihasilkan dari induk
hasil silang balik tersebut lebih unggul dan mendekati kualitas benih lele dumbo ketika
awal diintroduksi ke Indonesia. Selain itu, kemampuan bertelur induk dan daya tetas telur
terbilang tinggi.
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi dan Ghufron
(2010) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus var
Bentuk kepala lele sangkuriang menggepeng (depress), dengan mulut yang relatif
lebar, mempunyai empat pasang sungut. Lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal,
yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Sementara itu, sirip yang yang
berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada (pina thoracalis)
dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri
dan kadang-kadang dapat dipakai untuk berjalan di permukaan tanah atau pematang.
Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ
arborescent), bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapilerkapiler darah
(Lukito, 2002).
Di alam bebas ikan lele berkembang biak pada musim penghujan, dengan terlebih
dahulu membuat lubang mendatar. Pada saat terjadinya perkawainan, telur diletakkan
pada pasir atau tanah. Telur yang sudah menetas menjadi larva/benih dijaga oleh yang
jantan sambil menggerak-gerakkan siripnya untuk memberikan zat asam atau oksigen
tambahan. Akan tetapi, dari ribuan benih yang dihasilkan dalam sekali perkawinan itu,
hanya beberapa puluh saja yang selamat menjadi induk, karena perkembangannya dari
larva sampai dewasa banyak mengalami gangguan dari predator/pemangsa. Akibatnya,
perkembangan lele itu mengalami pasang surut tidak sesuai dengan jumlah bibit yang
dihasilkan (Soetomo, 2010).
2.3 Reproduksi
Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) melakukan reproduksi secara eksternal
(diluar tubuh) induk betina, proses reproduksi eksternal dimulai dengan saling
mendekatnya indukan jantan dan indukan betina kemudian indukan betina akan
mengeluarkan sel telurnya kemudian diikuti oleh indukan jantan mengeluarkan sel
sperma dengan segera agar sel telur dapat terbuahi (Fujaya, 2004).
Pengurutan induk betina dilakukan dengan hati-hati agar induk tersebut tidak
terluka. Telur induk betina tersebut ditampung dalam baki dan pada waktu yang
bersamaan sperma yang telah disiapkan sebelumnya dicampur dengan telur. Telur dan
sperma diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah telur dan sperma tercampur merata, lalu
ditambah air sampai semua telur terendam dan biarkan beberapa menit agar semua telur
terbuahi oleh sperma. Air rendaman yang berwarna putih selanjutnya di buang.
Telur yang telah dibuahi disebarkan kepermukaan substrat ”kakaban” dan
direndam dalam bak sampai menetas. Untuk mencegah infeksi pada induk, maka setelah
dilakukan pengurutan induk ikan ditreatment dengan cara direndam dalam larutan
formalin 50 – 150 ppm selama 3 jam, kemudian induk ikan dilepas ke dalam bak fiber
penampungan induk yang sudah disediakan.
No Alat Kegunaan
1 Seser Untuk menagkap induk lele
2 Timbangan Untuk mengukur berat induk lele
3 Penggaris Untuk mengukur panjang induk lele
4 Kakaban Untuk tempat menempelnya telur
5 Baskom Untuk wadah menghitung telur
6 Kain Untuk menutup kepala induk lele
7 Bak Fiber Untuk tempat pemijahan
8 Alat suntik Untuk menyuntik hormon
9 Sterofoam Untuk wadah induk yang telah terpilih
10 Kamera handphone Untuk dokumentasi
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No Bahan Kegunaan
1 Induk Lele Untuk sampel pemijahan
2 Hormon Ovaprim Untuk merangsang pematangan gonad
3 Tissue Untuk pembersih
(Sumber : Data Pribadi 2022)
Fekunditas =
= 56.608,6975 butir
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa hasil fekunditas ikan lele
pada praktikum ini berjumlah 56.608,6975 butir. Peningkatan nilai fekunditas juga dapat
disebabkan oleh kandungan nutrien pada pakan, seperti lemak, protein serta karbohidrat
(Murtejo, 2008), sehingga perbedaan nilai fekunditas bisa terjadi karena masing-masing
pakan mengandung protein dan lemak yang berbeda (Effendie, 2002).
FR = ( )
= ( )
= 44,167 %
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat persentase nilai fertilitation rate (FR) telur
ikan yaitu 44,167%. Nilai tersebut cukup rendah karena di atas nilai persentase 44,167%.
Menurut Ayer (2012), proses pembuahan sel telur sangat dipengaruhi oleh kualitas telur,
kualitas sperma dan kecepatan sperma untuk bergerak spontan sehingga mampu masuk
ke dalam lubang mikrofil pada sel telur.
HR = ( )
= ( )
= 55,489 %
Berdasarkan hasil perhitungan, hatching rate telur didapat dengan nilai persentase
sebesar 55,489%. Menurut SNI 6484.4.2014, nilai hatching rate untuk benih ikan lele
yaitu berkisar 60 – 80 %. Jadi, dapat disimpulkan hatching rate telur pada praktikum ini
tidak berhasil karena berada di bawah standar nilai minimum yaitu 60%. Tingginya dan
rendahnya nilai hatching rate disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal yang mempengaruhi tingginya hatching rate telur ikan yaitu pakan, nilai
hatching rate dipengaruhi oleh kualitas pakan, jika ikan diberi pakan berkualitas baik
maka fekunditasnya akan semakin tinggi, sebaliknya pakan yang buruk dapat
menurunkan jumlah telur, dengan kata lain faktor yang paling memengaruhi besar
kecilnya fekunditas adalah kualitas pakan yang selanjutnya akan memengaruhi hatching
rate telur (Nainggolan, 2015). Hal ini dikarenakan nutrisi pada pakan memiliki peran
penting dalam usaha pematangan gonad ikan, salah satu faktor yang mempengaruhinya
yaitu lemak yang terkandung dalam pakan (Atmadi, 2016).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik pemijahan buatan ini
dimulai dengan cara merangsang indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan
kelenjar hipofisa atau suntikkan hormon jenis ovaprim kemudian pengambilan sperma dilakukan
dengan pembedahan perut induk jantan. Pada praktikum ini, fekunditas telur ikan lele yang
dihasilkan berjumlah 56.608,6975 butir dan mampu meraih persentase nilai fertilitation rate
(FR) telur ikan lele sebesar 44,167 %. Selain itu, menghasilkan derajat tetas atau hatching rate
dengan nilai persentase sebesar 55,489 % dalam waktu penetasan selama 33 jam.
LAMPIRAN