Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) SECARA


BUATAN DI HATCHERY IPLKP SERANG

Disusun oleh :

YEGI YUSPARDINANSYAH
57214114049

PROGRAM DIPLOMA IV

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN (AUP) JAKARTA

LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan limpahan karunia-Nya laporan dengan judul “Teknik Pemijahan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) Secara Buatan di Hatchery IPLKP Serang” telah selesai
disusun.

Membuat laporan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran dan
belajar lebih giat untuk mendapatkan ilmu, dan saya harap ini akan memberi banyak manfaat
bagi saya, para taruna/i maupun bagi pembaca.

Di kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dan berperan penting dalam pembuatan laporan ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bapak Margono, S.St.Pi., M.Tr.Pi. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknologi
Pembenihan Ikan Bersirip
2. Seluruh taruna/i Program Studi Teknologi Akuakultur Semester III yang ikut berperan aktif
dalam praktik.

Namun kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan ini tentu masih mutlak
ditemukan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan masukan dari segala pihak
yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Lampung, Oktober 2022

Yegi Yuspardinansyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan produk perikanan terus mengalami peningkatan, hal ini dilihat
dari tingginya permintaan pasar pada produk perikanan, tidak hanya pada pasar
dalam negeri, pasar ekspor pun demikian, sehingga untuk memenuhi permintaan
tersebut secara kontinyu dibutuhkan produksi melalui usaha budidaya, baik ikan
tambak, ikan laut, ikan hias, maupun ikan tawar. Pengembangan usaha perikanan
saat ini memegang peranan penting dalam pembangunan perikanan, dimana tidak
hanya berkembang disektor budidaya, tetapi juga diharapkan berkembang
disektor hilir, sehingga akan menambah nilai komersilnya.
Untuk meningkatkan nilai komersil, hendaknya usaha ini dikelola secara
profesional, bukan hanya sebagai usaha sampingan sebatas pemenuhan kebutuhan
hidup atau tidak mengacu pada pencapaian target keuntungan (profit oriented)
maka untuk mencapai target keuntungan, usaha ini perlu dikelola secara baik
dengan kemampuan manajemen yang baik pula.
Dalam sektor budidaya, salah satu faktor yang sangat penting adalah
ketersediaan benih secara kontinyu, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Ketersediaan benih yang berkualitas tinggi akan memacu perkembangan budidaya
ikan dengan cepat di daerah-daerah pedesaan yang pada akhirnya dapat
memenuhi sumber pangan khususnya dari ikan. Peningkatan perkembangan
sektor perikanan saat ini cukup pesat, hal ini tentunya banyak menyerap tenaga
kerja yang cukup banyak, sehingga akan mengurangi angka pengangguran serta
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung dan memungkinkan berkembangnya bidang lain yang saling berkaitan
satu dengan lainnya.
Teknologi Pemijahan ikan dapat dilakukan dengan memanipulasi yaitu
dengan cara induced breeding, yaitu dengan pembuahan buatan setelah
sebelumnya diberikan suntikan hormon perangsang pada induk jantan dan betina.
Perlakuaannya adalah dengan dosis penyuntikan induk jantan diberikan setengah
dari dosis betina, yang dilakukan satu kali bersamaan penyuntikan kedua induk
betina. Setelah disuntik, kedua induk dimasukan ke dalam bak pemijahan.
Mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu menghasilkan
benih ikan unggul, seperti cara yang di atas. Salah satu cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan merangsang kultivan dengan menggunakan hormone
sehingga lebih cepat melakukan pemijahan dengan hasil yang baik dan
berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan ulasan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) secara
buatan?
2. Bagaimana cara menghitung fekunditas telur ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus)?
3. Bagaimana cara menghitung fertilitation rate (FR) telur ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus)?
4. Bagaimana cara menghitung hatching rate (HR) telur ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus)?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Gambar 1. Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)

Lele Sangkuriang merupakan keturunan dari lele dumbo. Lele dumbo masuk ke
Indonesia pada tahun 1985, sebelumya masyarakat Indonesia hanya mengenal lele lokal
dengan segala keterbatasan kualitas yang dimilikinya. Penurunan kualitas lele dumbo
telah mengundang keprihatinan beberapa kalangan, seperti para pakar perikanan di
Indonesia dan terutama pihak Departemen Perikanan dan Kelautan. Sebagai upaya
mengembalikan kualitas lele dumbo agar mendekati kualitas ketika pertama kali
didatangkan ke Indonesia, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi telah berhasil merekayasa genetik lele dumbo dengan melakukan silang balik
(back cross).
Proses silang balik dilakukan dengan mengawinkan induk lele dumbo betina
generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2
merupakan induk yang dimiliki BBPBAT Sukabumi yang merupakan keturunan kedua
lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6
merupakan keturunan dari induk betina F2. Upaya silang balik mulai dirintis tahun 2000-
an. Ternyata, upaya tersebut menunjukan hasil positif. Benih yag dihasilkan dari induk
hasil silang balik tersebut lebih unggul dan mendekati kualitas benih lele dumbo ketika
awal diintroduksi ke Indonesia. Selain itu, kemampuan bertelur induk dan daya tetas telur
terbilang tinggi.
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi dan Ghufron
(2010) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus var
Bentuk kepala lele sangkuriang menggepeng (depress), dengan mulut yang relatif
lebar, mempunyai empat pasang sungut. Lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal,
yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Sementara itu, sirip yang yang
berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada (pina thoracalis)
dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri
dan kadang-kadang dapat dipakai untuk berjalan di permukaan tanah atau pematang.
Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ
arborescent), bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapilerkapiler darah
(Lukito, 2002).
Di alam bebas ikan lele berkembang biak pada musim penghujan, dengan terlebih
dahulu membuat lubang mendatar. Pada saat terjadinya perkawainan, telur diletakkan
pada pasir atau tanah. Telur yang sudah menetas menjadi larva/benih dijaga oleh yang
jantan sambil menggerak-gerakkan siripnya untuk memberikan zat asam atau oksigen
tambahan. Akan tetapi, dari ribuan benih yang dihasilkan dalam sekali perkawinan itu,
hanya beberapa puluh saja yang selamat menjadi induk, karena perkembangannya dari
larva sampai dewasa banyak mengalami gangguan dari predator/pemangsa. Akibatnya,
perkembangan lele itu mengalami pasang surut tidak sesuai dengan jumlah bibit yang
dihasilkan (Soetomo, 2010).

2.2 Pemilihan Induk


Metode yang dilakukan pada saat menyeleksi indukan yaitu dengan cara
mengamati dan mengurut bagian perut bawah hingga kelubang urogenital. Indukan jantan
memiliki ciri yaitu warna pada kelaminnya terlihat kemerahan, bentuk urogenitalnya
meruncing, bentuk tulang kepala lebih mendatar (pipih), warna dasar tubuh ikan sebelum
matang gonad berwarna hitam dan jika sudah matang gonad maka ikan tersebut akan
berubah warna menjadi lebih hitam dari sebelumnya, perut tetap meruncing dan bila
diurut kearah bagian urogenitalnya akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu.
Sedangkan indukan betina memiliki ciri warna alat kelamin terlihat kemerahan, bentuk
urogenitalnya membulat, bentuk tulang kepala agak cekung, warna tubuh lebih cerah dari
pada warna biasa, perut membesar dan bila diurut akan mengeluarkan telur berwarna
kuning kehijauan.

2.3 Reproduksi
Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) melakukan reproduksi secara eksternal
(diluar tubuh) induk betina, proses reproduksi eksternal dimulai dengan saling
mendekatnya indukan jantan dan indukan betina kemudian indukan betina akan
mengeluarkan sel telurnya kemudian diikuti oleh indukan jantan mengeluarkan sel
sperma dengan segera agar sel telur dapat terbuahi (Fujaya, 2004).

2.4 Teknik Pemijahan Buatan


Pada ikan lele yang akan dilakukan pemijahan secara buatan maka pengambilan
sperma dilakukan dengan pembedahan perut induk jantan. Selanjutnya sperma diambil
dan dibersihkan dari darah dengan menggunakan tisu. Kelenjar sperma dipotong-potong
dengan menggunakan gunting kemudian ditekan secara halus untuk mengeluarkan sel
sperma dari kelenjar sperma tersebut, lalu diencerkan di dalam larutan sodium clorida 0.9
% dalam mangkuk plastik yang bersih

Pengurutan induk betina dilakukan dengan hati-hati agar induk tersebut tidak
terluka. Telur induk betina tersebut ditampung dalam baki dan pada waktu yang
bersamaan sperma yang telah disiapkan sebelumnya dicampur dengan telur. Telur dan
sperma diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah telur dan sperma tercampur merata, lalu
ditambah air sampai semua telur terendam dan biarkan beberapa menit agar semua telur
terbuahi oleh sperma. Air rendaman yang berwarna putih selanjutnya di buang.
Telur yang telah dibuahi disebarkan kepermukaan substrat ”kakaban” dan
direndam dalam bak sampai menetas. Untuk mencegah infeksi pada induk, maka setelah
dilakukan pengurutan induk ikan ditreatment dengan cara direndam dalam larutan
formalin 50 – 150 ppm selama 3 jam, kemudian induk ikan dilepas ke dalam bak fiber
penampungan induk yang sudah disediakan.

2.5 Penetesan Telur


Selama hidupnya, ikan mengalami 5 fase yaitu embrionik, larva (benih), juknil
(benih yang mendekati dewasa), benih dewasa dan tua. Pada fase embrionik dan larva
(benih), ikan ini dalam keadaan krisis (gawat) terhadap lingkungannya, sehingga untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, benih harus berada dalam lingkungan yang
cocok/baik. Fase embrionik dan larva ialah saat telur ikan lele berbentuk bulat dengan
diameter 1,2 mm. kuning telur bewarna terang dan telur yang sudah menetas membentuk
embrio transparan. Waktu yang diperlukan untuk menetas adalah 20-35 jam. Telur
dengan diameter 1,8 mm akan menetas 18 jam, sedangkan untuk diameter 1,3 mm akan
menetas kurang lebih 30 jam pada suhu rata-rata 26 0C. Selama pembuahan sampai telur
menetas membutuhkan kisaran suhu 25 0C - 30 0C, serta cahaya yang sangat kuat akan
menyebabkan penetasan lebih cepat (Soetomo, 2010).
Daya tetas telur adalah persentase telur yang menetas setelah waktu tertentu.
Penetasan telur ini dapat terjadi karena kerja mekanik yaitu akibat aktifitas embrio,
semakin aktif embrio bergerak maka semakin cepat penetasan terjadi. Menurut Effendi
dalam Laila (2018), telur-telur hasil pemijahan yang dibuahi selanjutnya berkembang
menjadi embrio dan akhirnya menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi
akan mati dan membusuk. Lama waktu perkembangan hingga telur menetas menjadi
larva tergantung pada spesies ikan dan suhu. Semakin tinggi suhu air media penetasan
telur maka waktu penetasan menjadi semakin singkat. Namun demikian, telur
menghendaki suhu tertentu atau suhu optimal yang memberikan efisiensi pemanfaatan
kuning telur yang maksimal. Untuk keperluan perkembangan digunakan energi yang
berasal dari kuning telur dan butiran minyak. Oleh karena itu, kuning telur terus
menyusut sejalan dengan perkembangan embrio, energi yang terdapat dalam kuning telur
berpindah ke organ tubuh embrio. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga
rongga telur menjadi penuh dan tidak sanggup untuk mewadahinya, maka dengan
kekuatan pukulan dari dalam oleh sirip pangkal ekor, cangkang telur pecah dan embrio
lepas dari kungkungan menjadi larva, pada saat itulah telur menetas menjadi larva.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 06 September 2022 pukul
09.00 WIB hingga Jumat, 30 September 2022 pukul 11.00 WIB, berlokasi di
Hatchery Kampus IPL-KP Politeknik Ahli Usaha Perikanan / Sekolah Tinggi
Perikanan Serang, Jalan Stp Raya. Kasemen (Desa Karangantu), Kota Serang,
Banten, 42191.

3.2 Alat dan Bahan


1. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

No Alat Kegunaan
1 Seser Untuk menagkap induk lele
2 Timbangan Untuk mengukur berat induk lele
3 Penggaris Untuk mengukur panjang induk lele
4 Kakaban Untuk tempat menempelnya telur
5 Baskom Untuk wadah menghitung telur
6 Kain Untuk menutup kepala induk lele
7 Bak Fiber Untuk tempat pemijahan
8 Alat suntik Untuk menyuntik hormon
9 Sterofoam Untuk wadah induk yang telah terpilih
10 Kamera handphone Untuk dokumentasi

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum

(Sumber : Data Pribadi 2022)

2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum

No Bahan Kegunaan
1 Induk Lele Untuk sampel pemijahan
2 Hormon Ovaprim Untuk merangsang pematangan gonad
3 Tissue Untuk pembersih
(Sumber : Data Pribadi 2022)

3.3 Metode Penelitian


Data yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dengan menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Metode studi literatur yaitu metode pengumpulan data dengan cara penelusuran
pustaka melalui literatur seperti jurnal, buku, internet, dsb. terkait dengan teknik
pemijahan ikan lele sangkuriang secara buatan.

3.4 Prosedur Kerja


Adapun urutan kerja dalam proses pemijahan ikan lele sangkuriang
sebagai berikut :
a. Persiapan bak fiber untuk pemijahan dan pemeliharaan larva dari lumut
dan kotoran karena dapat berpengaruh dalam proses pemijahan dan
pemeliharaan. Setelah dibersihkan, diisi dengan air setingggi 25 – 50 cm.
b. Persiapkan kakaban yang telah dibersihkan dan dijemur, kemudian
diletakan pada bak pemijahan
c. Seleksi induk ikan lele bertujuan untuk mengetahui induk yang matang
gonad (siap memijah) yang selanjutnya untuk dipijahkan. Setelah calon
indukan cukup umur dan ukuran, pilih indukan yang terlihat bugar, bebas
penyakit dan bentuk tubuh yang bagus untuk proses pemijahan.
d. Setelah seleksi induk yang matang gonad atau siap pijah, maka dilakukan
penimbangan induk yang bertujuan untuk menghitung dosis hormon yang
akan digunakan dan pengukuran panjang induk untuk menghitung
fekunditas telur. Pemijahan ikan lele dilakukan dengan perbandingan 1 : 1.
Jumlah indukan betina sebanyak 1 ekor dan 1 jantan. Indukan betina yang
diberikan dua dosis sedangkan jantan diberikan 1 dosis.
e. Setelah penimbangan dilakukan, tentukan dosis hormon ovaprim. Induk
yang beratnya ± 1 kg, dosis hormon Ovaprim 0,3-0,5 ml. Lalu, sedot
dengan alat suntik spuit sebanyak hormon yang diperlukan. Usahakan
posisi botol dan alat suntik spuit tegak lurus, botol berada di atas. Setelah
itu, sedot lagi aquades sesuai dosis hormon untuk pengenceran dengan alat
suntik spuit yang sama.
f. Pada saat hendak menyuntik, tutup kepala induk dengan kain dan pegang
kepala serta pangkal ekor ikan. Suntikan hormon yang sudah disiapkan ke
dalam daging lele di bagian punggung, setengah dosis di sebelah kiri dan
setengah dosis di sebelah kanan dengan kemiringan jarum suntik 40 – 45o.
Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan dengan besar kecilnya
tubuh ikan. Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah obat didorong
masuk, jarum dicabut lalu bekas suntikkan ditekan/ditutup dangan jari
telunjuk beberapa saat agar obat tidak keluar. Penyuntikan dilakukan jam
17.30 WIB
g. Setelah disuntik, Ikan jantan dan betina dimasukan ke dalam bak
pemijahan yang sudah disediakan tadi dan dibiarkan sampai pagi. Proses
pemijahan biasanya pada malam hari sampai pada pagi hari. Pemijahan
dapat dikatakan berhasil apabila banyak telur yang menempel pada
kakaban. Telur yang dibuahi terlihat berwarna bening sedangkan yang
tidak terbuahi berwarna putih.
3.5 Analisis Data
Data yang digunakan dalam praktikum ini dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rumus yang digunakan dalam perhitungan fekunditas telur ikan dengan
menggunakan rumus :
Berat Gonad = berat awal – berat akhir = …. gram
Fekunditas = (berat gonad)/(berat sampel) x jumlah sampel
Rumus yang digunakan dalam perhitungan fertilitation rate (FR) telur ikan dengan
menggunakan rumus :
FR = (total sampel telur yang terbuahi)/(total telur sampel) x (100%)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan hatching rate (HR) telur ikan dengan
menggunakan rumus :
HR = (total sampel larva yang menetas)/(total telur sampel yang terbuahi)
x (100%)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Fekunditas Telur


Perhitungan fekunditas pada kegiatan pemijahan secara semi buatan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus) di Hatchery IPL-KP Serang bertujuan untuk
mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh indukan betina agar tingkat keberhasilan
pemijahan dapat diketahui. Fekunditas juga merupakan perbandingan antara jumlah telur
yang dihasilkan dengan bobot tubuh induk (kg).
Dalam perhitungan fekunditas telur digunakan rumus :
 Berat gonad = berat awal induk betina – berat akhir induk betina
= 1.050 gram – 950 gram = 105 gram
 Berat sampel = 0,46 gram
 Jumlah telur = 248 butir

 Fekunditas =

= 56.608,6975 butir

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa hasil fekunditas ikan lele
pada praktikum ini berjumlah 56.608,6975 butir. Peningkatan nilai fekunditas juga dapat
disebabkan oleh kandungan nutrien pada pakan, seperti lemak, protein serta karbohidrat
(Murtejo, 2008), sehingga perbedaan nilai fekunditas bisa terjadi karena masing-masing
pakan mengandung protein dan lemak yang berbeda (Effendie, 2002).

4.2 Fertillation Rate (FR)


Fertilisasi merupakan proses penyatuan antara sel telur dengan sel spermatozoa
untuk membentuk zigot. Fertilisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fertilisasi internal dan
eksternal. Fertilisasi yang umumnya terjadi pada ikan merupakan jenis fertilisasi
eksternal, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk (Fujaya 2002).

Dalam perhitungan fertilitation rate (FR) telur digunakan rumus :


 Total telur sampel = 277 butir + 238 butir + 248 butir
= 736 butir
 Total telur sampel terfertil= 88 butir + 107 butir + 142 butir
= 337 butir

 FR = ( )

= ( )

= 44,167 %

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat persentase nilai fertilitation rate (FR) telur
ikan yaitu 44,167%. Nilai tersebut cukup rendah karena di atas nilai persentase 44,167%.
Menurut Ayer (2012), proses pembuahan sel telur sangat dipengaruhi oleh kualitas telur,
kualitas sperma dan kecepatan sperma untuk bergerak spontan sehingga mampu masuk
ke dalam lubang mikrofil pada sel telur.

4.3 Hatching Rate


Hatching rate dapat diartikan persentase telur yang menetas setelah waktu
tertentu, atau dapat juga diartikan dengan perbandingan antara jumlah telur yang menetas
dengan jumlah telur awal yang telah ditetapkan.
Dalam perhitungan hatching rate (HR) telur digunakan rumus :
 Total telur sampel terfertil= 88 butir + 107 butir + 142 butir
= 337 butir
 Total larva sampel yang menetas = 52 ekor + 62 ekor + 73 ekor
= 187 ekor

 HR = ( )

= ( )

= 55,489 %
Berdasarkan hasil perhitungan, hatching rate telur didapat dengan nilai persentase
sebesar 55,489%. Menurut SNI 6484.4.2014, nilai hatching rate untuk benih ikan lele
yaitu berkisar 60 – 80 %. Jadi, dapat disimpulkan hatching rate telur pada praktikum ini
tidak berhasil karena berada di bawah standar nilai minimum yaitu 60%. Tingginya dan
rendahnya nilai hatching rate disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal yang mempengaruhi tingginya hatching rate telur ikan yaitu pakan, nilai
hatching rate dipengaruhi oleh kualitas pakan, jika ikan diberi pakan berkualitas baik
maka fekunditasnya akan semakin tinggi, sebaliknya pakan yang buruk dapat
menurunkan jumlah telur, dengan kata lain faktor yang paling memengaruhi besar
kecilnya fekunditas adalah kualitas pakan yang selanjutnya akan memengaruhi hatching
rate telur (Nainggolan, 2015). Hal ini dikarenakan nutrisi pada pakan memiliki peran
penting dalam usaha pematangan gonad ikan, salah satu faktor yang mempengaruhinya
yaitu lemak yang terkandung dalam pakan (Atmadi, 2016).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik pemijahan buatan ini
dimulai dengan cara merangsang indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan
kelenjar hipofisa atau suntikkan hormon jenis ovaprim kemudian pengambilan sperma dilakukan
dengan pembedahan perut induk jantan. Pada praktikum ini, fekunditas telur ikan lele yang
dihasilkan berjumlah 56.608,6975 butir dan mampu meraih persentase nilai fertilitation rate
(FR) telur ikan lele sebesar 44,167 %. Selain itu, menghasilkan derajat tetas atau hatching rate
dengan nilai persentase sebesar 55,489 % dalam waktu penetasan selama 33 jam.
LAMPIRAN

Bak Pemijahan Bak pemeliharaan larva

Kakaban Peletakan kakaban

Seleksi induk Penimbangan induk


Pengambilan ovaprim Pengenceran dengan aqudes

Perhitungan jumlah sampel


Penyuntikan hormon ovaprim

Perhitungan berat sampel Perhitungan sampel telur

Anda mungkin juga menyukai