Anda di halaman 1dari 19

PEMASARAN BENIH IKAN LELE LOKAL (Clarias

batrachus) OLEH PENJUAL BENIH DI PASAR


SURTIKANTI, KECAMATAN BULU LOR, KOTA
SEMARANG

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN


HASIL AKUAKULTUR

Oleh :
Zainal Wahyu Firzatullah
26020118120030

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
INFORMED CONSENT

Lembar Persetujuan Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Maso
Usia : 41 tahun
Alamat : Jl. Puspanjolo Timur XI, Semarang Barat, Kota Semarang

Menyatakan bersedia menjadi responden pada praktikum Manajemen Hasil


Akuakultur yang dilakukan oleh :

Nama Praktikan : Zainal Wahyu Firzatulah


NIM : 26020118120030
Alamat : Jl. Anggur II, Rt.004, Rw010, Makamhaji, Kartasura
Judul Laporan : Pemasaran Benih Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)
Oleh Penjual Benih di Pasar Surtikanti, Kecamatan Bulu
Lor, Kota Semarang

Saya akan bersedia dilakukan untuk wawancara dan observasi demi


kepentingan laporan praktikum dari praktikan. Sebagai responden dalam praktikum
ini, saya menyetujui untuk bertemu dan melakukan wawancara pada waktu dan
tempat yang kami sepakati antara saya dan praktikan. Dalam melakukan
wawancara, saya juga memperkenankan praktikan untuk memakai alat bantu
handphone untuk kebutuhan bukti foto dan kelengkapan data melalui rekaman. Hal
ini untuk menghindari adanya kesalahan informasi dalam penulisan laporan
praktikum. Dengan demikian, hasil wawancara dan observasi yang telah terlaksana
akan menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kepentingan praktikan.

Semarang, 6 November 2021

Praktikan Pemilik Usaha

Zainal Wahyu Firzatullah Maso


NIM.26020118120030
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan usaha budidaya perairan berkembang pesat seiring dengan peningkatan

kebutuhan masyarakat akan protein hewani serta kemajuan industri kosmetik dan obat-obatan

yang membutuhkan bahan baku rumput laut. Akuakultur atau perikanan budidaya adalah

sistem produksi perikanan yang memiliki peranan penting dalam penyediaan pangan protein

saat ini dan terutama di masa depan, bersama-sama dengan pertanian dan peternakan dalam

konsteks agromaritim (Effendi, 2019). Terdapat dua jenis kegiatan budidaya, yaitu budidaya

ikan konsumsi dan budidaya ikan hias. Untuk pengangkutan ikan ukuran konsumsi sangat

diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan dari daerah asal (pemanenan) sampai daerah

pemasaran. Pada transportasi ikan konsumsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

pengangkutan dalam air dan tanpa air atau dalam kondisi lembab.

Ikan lele (Clarias batrachus) adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi. Permintaan produksi ikan lele setiap tahunnya baik di

Indonesia sendiri maupun di luar negeri meningkat setiap tahunnya. Tingginya permintaan

ikan lele di pasaran akan mendorong adanya peningkatan kegiatan produksi ikan lele yang

dilakukan oleh para pembudidaya milik pribadi maupun milik balai perikanan di berbagai

daerah. Perkembangan kegiatan budidaya lele dilatar belakangi oleh penerimaan masyarakat

secara luas terhadap jenis ikan ini karena ikan lele memiliki kandungan nutrisi yang tinggi

untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh. Salah satu jenis ikan lele yang banyak

dibudidayakan yaitu lkan lele lokal. Keunggulan performa budidaya untuk ikan lele relatif

lengkap yaitu dengan pertumbuhan yang cepat, pakan yang efisien, variasi ukuran yang

rendah, tahan penyakit, dan produktivitas yang tinggi.


1.2. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktikum Manajemen Hasil Akuakultur adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui proses dan pengelolaan manajemen hasil akuakultur khususnya benih ikan lele

di Pasar Surtikanti.

2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh penjual dari proses penanganan pasca

trasnsportasi sampai pemasaran benih ikan lele (Clarias batrachus).

1.3. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Praktikum ini adalah meningkatkan

pengetahuan dan menambah wawasan serta mengetahui permasalahan yang sering muncul

dalam proses penanganan pasca transportasi hingga pemasaran benih ikan lele lokak (Clarias

batrachus) yang dilakukan oleh penjual benih di Pasar Surtikanti, Kecamatan Bulu Lor, Kota

Semarang.

1.4. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum ini dilakukan pada hari Minggu, 6 November 2021 bertempaat di

Kios Bapak Maso Pasar Surtikanti, Kecamatan Bulu Lor, Kota Semarang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batrachus)

Klasifikasi ikan lele menurut Weber de Beaufort (1965) dalam Suyanto (2004) adalah

sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subclass : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Siluroidaea

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus (Lele lokal)

Ada beberapa spesies (jenis) ikan lele, yaitu Clarias batrachus, Clarias leiacanthus,

Clarias nieuwhofi dan Clarias teesmanii. Ikan lele local di Indonesia memiliki beberapa

variasi warna yang berbeda diantaranya, yaitu merah, putih, hitam agak kelabu (gelap),

belang belang hitam putih dan hitam merah. Hitam agak kelabu (gelap) merupakan warna

yang paling banyak penyebarannya di Indonesia dan digunakan sebagai ikan konsumsi.

Sementara tiga warna lain banyak dipelihara untuk dijadikan sebagai ikan hias.
Gambar 1. Morfologi Ikan Lele (Suyanto, 2004).

Lele memiliki bentuk tubuh memanjang dengan kepala pipih dibawah (depresed),

tidak bersisik, licin dan penuh lendir. Sirip ekor membundar, tidak bergabung dengan sirip

anal dan sirip perut juga membundar jika mengembang. Mulut ikan lele berada di ujung

(terminal) dengan 4 pasang sungut, ikan lele mempunyai senjata untuk melindungi dirinya

berupa sepasang patil berada di sebelah depan sirip dada. Selain sebagai senjata, patil ikan

lele bisa digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas tanah. Oleh karena itu,

lele dijuluki sebagai walking catfish (Suyanto, 2004).

2.2. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Lele (Clarias batrachus)

Habitat atau lingkungan hidup untuk ikan lele adalah air tawar, dimana ikan lele lebih

suka pada air sungai yang airnya tidak terlalu deras, air tanah, air irigasi. Ikan lele

mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan pengambilan oksigen dari udara

luar air oleh karena itu ikan lele tahan terhadap pencemaran bahan bahan organic dan kondisi

air yang buruk sekalipun. Ikan lele juga dapat bertahan pada keadaan padat tebar yang tinggi.

Menurut Iswanto et al., (2016), bahwa kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele

adalah suhu yang berkisar antara 15°-35°C, dengan kandungan oksigen terlarut harus

melebihi 0 mg/L, pH 5-1 0, nitrit kurang dari 0,3 mg/L dan NH3 < 3 mg/L. Ikan lele

melakukan kegiatannya dominan pada malam hari (nokturnal). Saat siang hari ikan lele
banyak menghabiskan waktunya untuk berdiam/sembunyi di dalam lubang-lubang di rawa,

tepi sungai dan kolam teduh yang tenang.

2.3. Kebiasaan Makan Ikan Lele (Clarias batrachus)

Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan (bottom feeder). Ikan lele

digolongkan sebagai jenis ikan karnivora menurut jenis pakannya. Di habitat aslinya, ikan

lele memakan cacing, kutu air, siput air dan larva serangga air. Selain bersifat karnivora, ikan

lele juga memakan sisa-sisa benda yang membusuk di dalam air dan kotoran manusia.

Sementara itu, tumbuhan kurang disukai oleh ikan lele. Karena bersifat karnivora, pakan

tambahan yang baik untuk lele adalah pakan yang mengandung banyak protein hewani, jika

pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati maka pertumbuhan ikan lele bisa

melambat. Lele mempunyai sifat kanibalisme atau suka memangsa sejenisnya. Jika

kekurangan pakan, lele tidak segan-segan memakan kawannya sendiri yang berukuran lebih

kecil. Sifat kanibalisme dapat muncul karena adanya perbedaan ukuran. Oleh karena itu

jangan sampai terlambat dan kurang memberi makan ikan lele.

2.4. Reproduksi Ikan Lele (Clarias batrachus)

Ikan lele melakukan reproduksi secara eksternal. Ikan lele mencapai dewasa setelah

mencapai ukuran 100 gram atau lebih. Untuk melakukan reproduksi harus ada penyatuan

antara gamet jantan dan betina yang kemudian akan membentuk zigot yang kemudian

berlanjut dan berkembang menjadi individu baru. Ikan lele memerlukan lubang yang teduh

dan aman untuk memijah, ikan lele tidak membuat sarang dari suatu bahan tetapi hanya

meletakkan telurnya diatas dasar lubang sarangnya. Proses reproduksi eksternal dimulai

dengan saling mendekatnya ikan jantan dan ikan betina kemudian ikan betina akan

mengeluarkan telurnya yang mana kemudian diikuti oleh ikan jantan untuk mengeluarkan

sperma nya dengan segera agar telur dapat terbuahi. Seekor induk betina dapat menghasilkan
1000-4000 butir telur dalam sekali memijah. Waktu yang diperlukan untuk menetas sekitar 1-

2 hari, larva yang berumur 1-4 hari masih memperoleh pakan dari kuning telur yang masih

melekat di bagian perutnya.

2.5. Teknik Pengemasan Ikan Lele (Clarias batrachus)

Teknik pengemasan ikan hidup terbagi menjadi dua metode pengemasan yang biasa

dilakukan untuk transportasi ikan hidup yaitu metode terbuka dan metode tertutup. Ikan

hidup yang akan dikirim dipersyaratkan dalam keadaan sehat dan tidak cacat untuk

mengurangi peluang mati selama pengangkutan. Pengemasan ikan hidup terbagi dua yaitu

sistem basah dan sistem kering. Pengemasan ikan lele di pasar Surtikanti menggunakan

system tertutup dan menggunakan plastik sebagai medianya. Sistem ini merupakan sistem

pengemasan yang dianggap paling aman untuk digunakan, baik untuk pengangkutan jarak

pendek maupun jarak jauh. Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah oksigen murni,

kantong plastik, karet, stirofom, es batu dan lakban.

Gambar 2. Teknik Pengemasan Ikan Lele.

2.6. Transportasi Benih Ikan Lele (Clarias batrachus)

Sistem transportasi yang digunakan oleh pedagang lele di pasar Surtikanti adalah teknik
transportasi sistem tertutup. Sistem transportasi tertutup menggunakan kantong plastik,

dengan pemberian oksigen terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan ikan

selama pengangkutan dengan memperhatikan perbandingan bobot ikan, volume media air

dan oksigen. Ikan yang digunakan dipilih terlebih dahulu dan dipisahkan untuk keseragaman

ikan . Menurut Anggraini et al., (2016) bahwa untuk sistem tertutup cenderung menggunakan

jenis alat yang pengangkutannya dengan sistem tertutup yaitu antara lain pengangkutan

menggunakan kantong plastik dan juga pengangkutan dengan derigen plastik dengan sirkulasi

air yang baik.


III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Terdapat salah satu pemilik usaha ikan lele di Kota Semarang yakni bapak Maso,

yang diberikan beberapa pertanyaan mengenai usaha bisnis benih ikan lele yang ia jalankan.

Sebelum melakukan wawancara, penulis berkunjung untuk melakukan survey usaha dan

meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliki usaha benih ikan lele. Setelah mendapatkan

persetujuan, maka dilakukan sesi wawancara yang terdapat 13 pertanyaan. Berikutnya akan

dilakukan observasi menggunakan bahan bacaan berupa literatur-literatur yang ada untuk

mengkaji usaha benih ikan lele tersebut.

3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode deskriptif, dengan

menyajikan keadaan usaha benih ikan lele berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh, menyusun,

dan menganalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai usaha bisnis benih

ikan lele milik bapak Maso

3.3. Teknik Pengambilan Data

2. Observasi

Yaitu dengan mengamati dan meninjau langsung di lokasi usaha benih ikan lele untuk

mengetahui kondisi yang sesungguhnya.

3. Wawancara

Setelah melakukan observasi, selanjutnya melakukan sesi wawancara dengan pemilik usaha

ikan lele yaitu bapak Maso untuk mendapatkan informasi yang berguna untuk laporan ini.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang didapatkan pada praktikum pada kali ini yaitu penjual benih ikan yang

dipilih sebagai responden hanya melakukan kegiatan pemasaran. Benih ikan lele lokal

(Clarias batrachus) yang dijual didapat dari produsen benih lain, jadi bisa dibilang bapak

maso hanya sebagai distributor/reseller dan tidak melakukan pembenihan. Benih yang dijual

didatangkan langsung dari temannya yang bertempat di Mijen. Benih yang didatangkan

dikirim menggunakan mobil pick up dengan waktu tempuh perjalanan kurang dari satu

jam. Responden melakukan penjualan benih ikan lele sejak tahun 2017 pada bulan April.

Benih ikan lele yang dijual beragam mulai dari ukuran 3-8 cm dengan harga mulai dari 200-

700/ekor. Bapak maso (responden) hanya menjual ikan lele saja.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Penanganan Pasca Transportasi

Benih ikan lele (Clarias batrachus) dibeli dari produsen yang berlokasi di Mijen

menggunakan mobil pick up. Setelah tiba di lokasi, benih ikan lele yang baru datang di

pindahkan ke kolam penampungan sementara benih yang terletak di tempat yang teduh.

Sebelum di pindah ke kolam pendederan, benih yang masih dalam plastic dilakukan

aklimatisasi selama kurang lebih 15 menit untuk menyesuaikan suhu air dalam kolam.

Setelah proses aklimatisasi selesai lepaskan tali pengikat pada plastic dan biarkan ikan

keluar dengan sendirimya. Menurut Jayadi et al., (2021), Benih yang akan ditebar

dilakukan aklimatisasi suhu selama 10-15 menit dan selanjutnya kantong plastic dibuka

dan benih dibiarkan keluar sendiri ke kolam pendederan. Kolam pendederan ikan lele

dapat dilihat pada gambar 3.


Gambar 3. Kolam Pendederan Ikan Lele (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Benih ikan lele local (Clarias batrachus) ditampung pada kolam hingga ada pembeli,

jika ada yang membeli benih tersebut maka akan diambilkan dari kolam tersebut untuk

dilanjutkan ke proses pengemasan. Masalah yang biasa dialami pada saat penjualan yaitu

terjadi kematian benih. Benih ikan yang mati dikarenakan ikan lompat keluar dari

kolamnya dan pemangsa dari luar (kucing).

4.2.2. Pemasaran Ikan Lele

Pemasaran benih ikan lele dilakukan dengan cara offline, para pembeli ke pasar/kios

bapak Maso. Selain itu, Bapak Maso juga memasarkan benih lele melalui sosial media berupa

whatsapp dengan membuat status/story kemudian mengantarkan sesuai pesanan yang diminta

oleh pembeli. Benih ikan lele yang dijual beragam mulai dari ukuran 3-8 cm dengan harga

mulai dari 200-700/ekor. Ciri benih lele yang sehat adalah gerakan aktif, lincah, tidak

menggantung serta tidak bergerombol di pojok kolam, induk.berasal dari keturunan yang

unggul. Kegiatan pemasaran ikan lele ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan

permintaan konsumen secara langsung yang akan memberikan keuntungan bagi pihak
penjual. Menurut Tritanyi dan Yulisti (2012), menyatakan bahwa pemasaran merupakan salah

satu subsistem penting dalam sistem minabisnis. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan

perpindahan tempat dan kepemilikan barang dan jasa dari sentra pra produksi ke konsumen.

Kegiatan pemasaran bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen serta memberikan

keuntungan bagi pembudidaya. Distribusi secara langsung, produsen ikan memasarkan ikan

langsung ke konsumen, tanpa melalui perantara.

4.2.3. Teknik Pengemasan Ikan Lele

Teknik pengemasan ikan lele menggunakan pengemasan tertutup. Pengemasan

ikan lele dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen. Wadah yang

digunakan berupa plastic bening/transparan, bahan-bahan yang harus disiapkan adalah

oksigen murni, kantong plastik, karet, stirofom, dan es batu. Cara pengemasan dengan

kantong plastik ini adalah dengan mengisi sepertiga dari air dan ikan. Kemudian, oksigen

ditambahkan dan tabung untuk mengisi duapertiga bagian kantong dan diikat dengan karet

untuk menghindari keluarnya oksigen. Menurut Wafi dan Setyoharini (2013), Pengemasan

benih ikan di Balai Benih Ikan (BBI) Pakistaji yaitu mengunakan wadah kantong plastic

adapun cara pengemasan benih menggunakan kantong plastik sebagai berikut :

1. Di siapkanya kantong sekaligus di isi air bersih.Setelah itu benihdi masukkan ke dalam

kantongplastik

2. Mengeluarkan udara yang masih ada di dalam kantong plastik dengan cara

menekan kantongplastik kearah permukaan

3. Memasukkan selang oksigen ke dalam kantong plastik, kemudian melakukan pemberian

oksigenke dalam plastik, kemudian plastik tersebut diikat dengan tali rafia sampi rapat

(dipastikan udaratidak keluar dari kantong plastik)

Proses pengemasan dapat dilihat pada Gambar 4.


Gambar 4. Proses Pengemasan Ikan Lele (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4.2.4. Transportasi Ikan Lele

Transportasi ikan lele dilakukan untuk mengangkut ikan dari satu tempat ke tempat

lain yang dituju. Kegiatan transportasi diperlukan untuk mempertahankan kualitas ikan

hingga sampai ke tangan konsumen. Transportasi tertutup sangat baik dilakukan untuk jarak

jauh seperti antar kota bahkan antar negara. Transportasi yang digunakan dalam

pengangkutan benih ikan lele dari produsen menuju lokasi responden yaitu menggunakan

sepeda motor yang diberi keranjang bagian belakang. Keranjang tersebut diisi kantong plastic

yang telah berisi ikan secara rapi dan kemudian diberi penutup kardus untuk menghindari

panas terik matahari. Pemilihan penggunaan sepeda motor dalam pengangkutan yaitu karena

jarak tempuh yang relatif dekat dan untuk menghemat biaya pengangkutan. Pemilihan jenis

transportasi yang digunakan dalam pemilihan harus disesuaikan dengan jarak tempuh dan

tingkat urgensi (tujuan). Pengiriman jarak dekat umumnya menggunakan transportasi darat

seperti mobil pick up, sepeda motor, mobil container dan bus. Menurut Anggraini et al.,

(2016), bahwa untuk sistem tertutup cenderung menggunakan jenis alat yang

pengangkutannya dengan sistem tertutup yaitu antara lain pengangkutan menggunakan


kantong plastik dan juga pengangkutan dengan derigen plastik dengan sirkulasi air yang baik.

Transportasi yang digunakan dalam jarak dekat yang paling umum digunakan yaitu dengan

transportasi darat. Transportasi yang digunakan dalam jarak dekat yang paling umum

digunakan yaitu dengan transportasi darat.

4.2.5. Penanganan Penyakit

Lele merupakan hewan yang sangat tahan terhadap penyakit baik penyakit parasite

maupun penyakit nonparasiter akan tetapi sekarang benih ikan lele bukan lagi tahan terhadap

penyakit karena pada saat ini benih sering terkena penyakit yang diakibatkan penyesaran

yang kurang berhati-hati. Perlakuan saat mengambil ikan lele yang kurang baik dapat

mengakibatkan lecet/luka dan menimbulkan terjadinya infeksi pada benih. Perlakuan yang

perlu dilakukan jika ikan lele terkena infeksi adalah melakukan karantina pada ikan yang

terinfeksi dan memberi obat seperti antibiotic. Menurut Wafi dan Setyoharini (2013), Untuk

menanggulangi penyakit infeksi tersebut ialah dengan melakukan pemberian antibiotik

seperti kapsul super tetra dengan volume air 5 liter.


V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan praktikum Manajemen Hasil

Akuakultur adalah sebagai berikut :

1. Ikan lele yang dijual Bapak Maso berasal dari temannya yang membudidayakan ikan lele

di daerah Mijen. Proses penanganan benih meliputi penanganan pasca transportasi,

pemasaran, pengemasan, transportasi dan penanganan penyakit. Penanganan pasca

transportasi dilakukan dalam kolam pendederan yang dilakukan di tempat yang teduh.

Pemasaran dilakukan secara offline dengan dating langsung ke kios dan online

menggunakan media sosial seperti Whatsapp. Pengemasan menggunakan plastic yang

diisi air kemudian diberi oksigen dan diikat agar oksigen didalam kantong plastic tidak

keluar. Trasnportasi dilakukan dengan system tertutup menggunakan sepeda motor untuk

jarak dekat dan menggunakan pick up untuk jarak jauh. Penanganan penyakit dilakukan

ketika ikan terkena infeksi akibat luka dan diobati menggunakan antibiotic yang

dicampur kedalam air.

2. Permasalahan yang dihadapi oleh responden adalah ikan sering meloncat keluar kolam

dan terdapat banyak hama

5.2. Saran

Saran dari saya untuk Bapak Maso penjual benih ikan lele di Pasar Surtikanti adalah :

1. Sebaiknya perlu dilakukan pembersihan pada kolam budidaya ikan lele

2. Sebaiknya diatas kolam ikan lele diberi biosecurity berupa jarring atau plastic agar ikan

tidak melompat keluar dan mengurangi hama yang masuk


Daftar Pustaka

Anggraini, D., Kasmaruddin dan maskur H. Z., 2016 Pengaruh pemberian daun ubi jalar
dengan dosis yang berbeda terhadap kelulus hidupan benih ikan mas (Cyprinus carpio
L.) dalam pengangkutan. Jurnal BAPPEDA, 2(3),193-199.

Anggraini, D., Kasmaruddin dan maskur H. Z., 2016 Pengaruh pemberian daun ubi jalar
dengan dosis yang berbeda terhadap kelulus hidupan benih ikan mas (Cyprinus carpio
L.) dalam pengangkutan. Jurnal BAPPEDA, 2(3),193-199.

Effendi, I. (2019, November). Pengembangan akuakultur pada lahan suboptimal menuju


agromaritim 4.0. In Seminar Nasional Lahan Suboptimal (No. 1, pp. 9-19).

Iswanto, B., Suprapto, R., Marnis, H., & Imron, I. (2016). Performa Reproduksi Ikan Lele
Mutiara (Clarias Gariepinus). Media Akuakultur, 11(1), 1-9.

Jayadi, J., Asni, A., Ilmiah, I., & Rosada, I. (2021). Pengembangan Usaha Kampus Melalui
Inovasi Teknologi Budidaya Ikan Nila Dengan Sistem Modular pada Kolam Terpal Di
Kabupaten Pangkajene Kepulauan. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2),
196-207.

Mahyudin, K., & S PI, M. M. (2013). Panduan lengkap agribisnis Lele. Niaga Swadaya.

Suyanto, N. S. R. (2004). Budidaya Ikan Lele (ed. Revisis). Niaga Swadaya.

Triyanti, R dan M. Yulisti. 2012. Rantai Pemasaran Ikan Koi (Cyprinus Carpio) Di


Kabupaten Blitar, Jawa Timur. J. Bulefin Riset Sosek Kelautan Dan Perikanan. 7(1):
14-20.
Wafi, A., & Setyoharini, S. (2013). SEEDLING CATFISH (Clarias gariepinus) in THE FISH
BREEDING CENTERS KABAT, BANYUWANGI. Samakia: Jurnal Ilmu
Perikanan, 4(1), 13-18.
LAMPIRAN

Daftar Pertanyaan

1. Sejak kapan usaha ini berdiri?

2. Kenapa memilih ikan lele sebagai kultivannya?

3. Benih ikan lele disini hasil dari pembenihan sendiri atau pasok dari tempat lain?

4. Jika dari pembenih lain, berasal darimana?

5. Apa ciri ciri benih yang memiliki kualitas?

6. Berapa benih yang dijual perharinya?

7. Bagaimana cara bapak memasarkan ikan?

8. Transportasi apa yang digunakan untuk mengangkut benih ini dari daerah asal?

9. Bagaimana cara penanganan awal ketika benih ini sampai di tempat bapak?

10. Bagaimana cara bapak untuk menjaga kualitas benih dalam wadah agar tetap baik?

11. Penanganan apa yang diberikan ketika benih tersebut sakit?

12. Apakah bapak pernah mengalami kematian massal pada saat berbudidaya?

13. Permasalahan apa yang sering terjadi dalam budidaya ikan lele?
DOKUMENTASI

Proses penangkapan ikan Bukti bahwa responden bersedia di


wawancarai

Proses pengemasan oleh Bapak Uli

Anda mungkin juga menyukai