I. PENDAHULUAN
kakap putih (Lates calcarifer) adalah salah satu ikan ekonomis penting yang
pasar yang cukup besar baik untuk kebutuhan domestik ataupun ekspor. Dalam
usaha budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer), ketersediaan benih yang tepat
baik dalam jumlah maupun waktu serta kualitas menjadi faktor utama untuk
dengan mulut yang besar namun sedikit moncong dan rahang atas memanjang
dengan duri yang tajam di bagian sudut. Tutup insang (operculum) memiliki duri
kedic dan penutup bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Ikan ini meimiliki sisi tipe
sisir yang berukuran besar dan berwarna perak gelap atau terang tergantung pada
Dalam usaha budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) salah satu faktor
dilakukan usaha peningkatan produksi benih ikan kakap putih untuk menunjang
kebutuhan benih nya. Kegiatan dalam budidaya kakap putih yang telah berhasil
saat ini adalah pembesaran dan pembenihan. Pembesaran kakap putih benih ikan
kakap putih yang dibesarkan dalam wadah atau KJA, sedangkan untuk
pembenihan induk yang di pijahkan sehingga menghasilkan anak atau benih ikan
Menurut Jaya et al. (2013), budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer)
telah menjadi suatu usaha yang bersifat komersial (dalam budidaya) untuk
menjadikan ikan kakap putih cocok untuk usaha budidaya skala kecil maupun
besar.
kakap putih (Lates calcarifer) sangat bagus karena permintaan pasar sangat tinggi
dan nilai jualnya yang cukup tinggi. Oleh sebab itu penulis ingin mendalami
kerja lapangan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) lampung ingin
calcarifer), sehingga kegiatan pembenihan ini bisa dijadikan usaha yang sangat
menguntungkan.
3
keterampilan dan kemampuan mahasiswa baik soft skill, yaitu dalam berhubungan
dengan orang lain (berkomunikasi, bekeria sama, berbicara di depan umum) dan
mengatur diri sendiri (manajemen waktu dengan baik serta kecerdasan emosi)
budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang mencakup pembenihan dan
pembesaran.
dalam bidang teknik budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) di Balai Besar
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Latidae
Genus : Lates
berikut: tubuh yang memanjang, gepeng, batang sirip ekor lebar dengan bentuk
bulat, mata berwarna merah cemerlang, bukaan mulut lebar sedikit serong dengan
gigi-gigi halus dan tidak memiliki taring. Operculum memiliki duri kecil, cuping
5
bergerigi diatas pangkal gurat sisi (linea lateralis). Sirip dorsal kakap putih terdiri
dari 7-9 jari-jari keras dan 10-11 jari-jari lemah, sirip anal bulat, dengan 3 jari-jari
keras dan 7-8 jari-jari lunak, sirip ekor membulat (FAO, 2011). Sirip dada pendek
dan membulat, serta pada sirip punggung dan sirip dubur terdapat lapisan bersisik.
Tubuh kakap putih berwarna coklat zaitun atau hijau/biru di atas, dengan sisi
tubuh dan perut berwarna perak, tidak ada corak bintik-bintik atau bar pada sirip
dan badan (FAO, 2011). Spesies ini dapat tumbuh hingga sepanjang 1,2 m dengan
Ikan kakap putih merupakan ikan yang bersifat katadrom yang terdistribusi
secara luas di wilayah Pasifik Indo Barat dari Teluk Persia, seluruh negara-negara
Asia Tenggara ke Australia. Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai
toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (euryhaline) (Tarwiyah, 2001),
sehingga dapat dibudidayakan di KJA, tambak dan kolam air tawar di banyak
negara Asia Tenggara Kakap putih tinggal di habitat laut, tawar, payau termasuk
sungai, danau, muara dan perairan pesisir. Kakap putih sebenarnya adalah ikan
liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan penelitian kakap putih memiliki
habitat yang sangat luas. Kakap putih dapat hidup di daerah laut yang berlumpur,
krustasea dan ikan rucah menjadi makanan favorit ikan kakap dewasa (FAO,
2011). Kakap putih juga dapat hidup di air payau. Kakap putih akan menuju
daerah habitat aslinya jika akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur
yang menetas akan beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah
6
yang bersalinitas 29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap
air laut, khususnya ikan kakap putih. Berdasarkan data statistik produksi budidaya
laut di Lampung pada tahun 2011 dan 2012, kakap putih mengalami peningkatan
sebesar 256,5%. Selain itu tata lingkungan pesisir yang baik dapat menunjang
2012).
2.1.4. Kebiasaan Hidup dan Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
yang mencari makan pada malam hari (nocturnal) dengan menyukai makan utama
urochordata dan lain sebagainya. Gerakan ikan kakap yang berukuran dewasa
yang hidup di karang lebih lambat atau cenderung diam dan lebih menggunakan
indera perasa dan penciuman untuk merasakan adanya makanan di sekitar mereka.
Ikan kakap putih dewasa termasuk ikan karnivora yang rakus, tetapi
juvenilnya bersifat omnivore. Ikan kakap putih dewasa yang berukuran besar
kadang hanya berdiam diri sepanjang hari dan menunggu calon mendekat, begitu
calon mangsa yang terdiri dari ikan kecil dan udang-udangan ini mendekat maka
dengan tiba-tiba disergapnya, sedangkan ikan kakap putih yang kecil aktif
antara jantan dan betina ikan Kakap Putih kecuali saat musim pemijahan. Sistem
reproduksi ikan kakap putih adalah hermaprodit protandri yakni dari jantan
sebaiknya adalah induk yang tidak cacat, sisiknya utuh, tanpa luka pada badan dan
masukkan satu persatu ke dalam wadah yang berkapasitas 100l yang di isi air laut
dan di beri obat bius seperti polietilen glikol monofenil eter atau minyak cengkeh
sebanyak 1 sendok (10-15 ppm) atau ekstrak biji karet 1-10 ppm atau pembius
2.2.2. Pemijahan
Metoda pemijahan pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di bagi atas 3
memijah pada pukul 19.00-22.00 selama pasang tinggi pada hari ke 1-8 setelah
menurunkan permukaan air pada pagi hari dan menjelang sore air diisi
kembalidengan air baru. Penurunan air bertujuan untuk menaikan suhu air sekitar
2-3oC dan akan terjadi penurunan suhu kembali pada saat air di isi lagu pada sore
hari dengan kondisi ini di harapkan dapat merangsang pemijahan. Suhu yang di
dengan menurunkan dan menaikan air dengan cara terus menerus mulai awal
bulan.
meliputi persiapan bak, pemberian pakan hidup maupun pakan buatan, dan
Bak yang digunakan untuk pemeliharaan larva adalah bak beton atau bak
fiberglass yang sebelumnya dicuci dan direndam dengan kaporit 25-100 ppm.
Lama perendaman minimal 12 jam (Mayunar dan Abdul, 2002). Larva di tebar ke
dalam bak pemeliharaan dengan kepadatan tertentu tergantung dari umur larva.
pergantian air tidak dilakukan atau dilakukan dengan sistem air tenang. Pergantian
air mulai dilakukan pada saat larva berumur 7 hari (D7) sebanyak 5-10 % dari
volume tergantung kondisi air dan larva. Pergantian air dilakukan pada pagi hari
dengan cara membuang air menggunakan selang, pada ujungnya diberi saringan.
9
Ketika mulai diberikan pakan buatan, pergantian air dilakukan dengan sistem
pengairan di ubah menjadi sistem air mengalir. Hal ini dilakukan untuk
2.2.4. Pendederan
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress karena kondisi
memasukkan benih yang berada dalam media sementara (tudung saji) ke dalam
media pendederan dan di biarkan selama 15-30 menit. Hal ini terutama
dimaksudkan untuk menjaga perubahan suhu dan tekanan udara terhadap benih
untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Pada kegiatan ini, ikan didorong
kualitas dan kuantitas melalui penyedian lingkungan media hidup ikan yang
optimal, pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian hama dan penyakit.
Produksi bomassa dapat diatur dan ditentukan dengan menggunakan pola tanam
dalam suatu wadah produksi. Pengaturan pola tanam yang baik juga dapat
keterbatasan sumber daya air yang seringkali menjadi faktor pembatas produksi.
2.4. Pakan
bagi populasi untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu perairan tersebut. Di
alam, banyak terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi ikan, tentunya
setiap ikan telah memiliki selera dan kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai
dengan morfologi dan adaptasi yang telah di lakukan oleh ikan tersebut.
pemeliharaan dan reproduksi) yang diperoleh dari makanan. Pada tahap awal,
pakan biasanya diperoleh induk, tetapi cepat atau lambat mereka akan mencari
2005).
Nilai nutrisi dalam pakan merupakan unsur yang sangat penting dalam
2016). Kebutuhan nutrisi ikan kakap putih hampir sama dengan kebutuhan nutrisi
ikan laut karnivora lainnya, yang meliputi : protein (asam amino), lemak (asam
lemak), karbohidrat, vitamin dan mineral Ikan karnivora memerlukan protein yang
2016).
11
Pada tahap pembesaran, pakan alami yang diberikan kepada kakap putih
berupa ikan-ikan rucah (minced fish) atau ikan yang bernilai ekonomis rendah.
kecil yang harganya tidak terlalu tinggi, seperti tembang (Sardinella fimbriata),
lamuru (Sardinella sirm), selar (Selaroides sp.) dan lain-lain. (Ghufran et al,
2011)
untuk produksi adalah pH air laut rentang 7 – 9. Suhu perairan berada pada
kisaran 28.6 – 29.2°C. Salinitas 31 –31.3‰ tergolong cukup sesuai untuk kakap
putih dewasa. Nilai pengukuran DO yang diperoleh berkisar antara 4,89 – 5,89,
nilai DO untuk budidaya air laut sebaiknya berada diatas 5 mg/L. Hal ini
diperkuat oleh Shubhi et al., (2017), yang menyatakan bahwa konsumsi oksigen
tiap jenis berbeda-beda, ikan pelagis seperti kakap merah dan kakap putih
DO harus berada pada kisaran 5 ppm atau lebih dan tidak boleh kurang dari 4 ppm
Ikan kakap putih membutuhkan kualitas air yang baik untuk berkembang
biak secara cepat. Faktor kualitas air dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat
pemeliharaan tersebut seperti ketinggian air, ada tidaknya pathogen. Kualitas air
yang optimum untuk budidaya ikan kakap putih yaitu suhu antara 27 – 30oC,
salinitas 10-35 ppt, pH kisaran 7-8,5, DO > 4 mg/L, kandungan nitrit < 1 mg/L,
Lampung.
dengan Teknik Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dan dapat berperan
aktif dalam kegiatan yang di lakukan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung.
Mencari informasi atau keterangan ilmiah yang bersumber dari buku, jurnal,
skripsi dan hasil penelitian lainnya. Menelusuri sumber dari perpustakaan maupun
online yang berhubungan dengan Teknik Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer).
bulan, rangkaian kegiatan yang akan dilakukan di Balai Besar Perikanan Budidaya
DAFTAR PUSTAKA
NIM : 1704110573
2. Dosen Pembimbing
NIP : 197006121997021003
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1 * * * *
Proposal
2 Pelaksanaan * * * * *
Penyusunan
3 * * * * *
Laporan
Seminar
4 Hasil *
Magang
18
ANGGARAN BIAYA
3. Penyelesaian Proposal
OUTLINE SEMENTARA
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Manfaat Magang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bio-ekologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.1. Klasifikasi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.2. Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)
2.1.3. Habitat dan Penyebaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.4. Kebiasaan Hidup dan Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer)
2.2. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.2.1. Seleksi Induk
2.2.2. Pemijahan
2.2.3. Pemeliharan Larva
2.2.4. Pendederan
2.3. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.4. Pakan
2.5. Kualitas Air
4.1.4. Tugas Pokok dan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung
4.1.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
4.1.6. Sumberdaya Manusia Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung
4.1.7 Sarana dan Prasarana Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung
4.2. Pelaksanaan Magang
4.2.1. Jadwal Kegiatan Magang
4.3. Alat dan Bahan
4.4. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
4.5. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN