Anda di halaman 1dari 20

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budidaya laut merupakan salah satu teknik pemanfaatan kawasan pantai

dan laut untuk memproduksi berbagai komoditas perikanan secara berkelanjutan,

bahkan menjadi harapan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Sebagaimana

diketahui, budidaya merupakan cara yang paling rasional dalam pemanfaatan

sumberdaya alam hayati.

Dari sekian banyak ikan ekonomis penting yang dibudidayakan, ikan

kakap putih (Lates calcarifer) adalah salah satu ikan ekonomis penting yang

berpotensi untuk dibudidayakan dikarenakan pertumbuhannya relatif cepat,

mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya, dan mempunyai nilai

pasar yang cukup besar baik untuk kebutuhan domestik ataupun ekspor. Dalam

usaha budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer), ketersediaan benih yang tepat

baik dalam jumlah maupun waktu serta kualitas menjadi faktor utama untuk

menjamin kelangsungan usaha.

Ikan kakap putih (Lates calcarifer) memilki bentuk tubuh menunjang

dengan mulut yang besar namun sedikit moncong dan rahang atas memanjang

sampai belakang mata. Tepi tulang pipinya (Preoperculum) memiliki gerigi

dengan duri yang tajam di bagian sudut. Tutup insang (operculum) memiliki duri

kedic dan penutup bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Ikan ini meimiliki sisi tipe

sisir yang berukuran besar dan berwarna perak gelap atau terang tergantung pada

lingkungan tempat hidupnya.


2

Dalam usaha budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) salah satu faktor

yang mendukung keberhasilan adalah ketersediaan benih dalam jumlah yang

cukup, kualitas dan berkesinambungan, untuk melakukan hal tersbut perlu

dilakukan usaha peningkatan produksi benih ikan kakap putih untuk menunjang

kebutuhan benih nya. Kegiatan dalam budidaya kakap putih yang telah berhasil

saat ini adalah pembesaran dan pembenihan. Pembesaran kakap putih benih ikan

kakap putih yang dibesarkan dalam wadah atau KJA, sedangkan untuk

pembenihan induk yang di pijahkan sehingga menghasilkan anak atau benih ikan

kakap putih (Lates calcarifer).

Menurut Jaya et al. (2013), budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer)

telah menjadi suatu usaha yang bersifat komersial (dalam budidaya) untuk

dikembangkan, karena pertumbuhan yang relatif cepat, mudah dipelihara dan

mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga

menjadikan ikan kakap putih cocok untuk usaha budidaya skala kecil maupun

besar.

Berdasarkan uraian diatas bahwa potensi pengembangan budidaya ikan

kakap putih (Lates calcarifer) sangat bagus karena permintaan pasar sangat tinggi

dan nilai jualnya yang cukup tinggi. Oleh sebab itu penulis ingin mendalami

pengetahuan tentang pembenihan ikan kakap putih (Lates calcarifer). praktek

kerja lapangan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) lampung ingin

mengetahui secara lansung tehnik pembenihan ikan kakap putih (Lates

calcarifer), sehingga kegiatan pembenihan ini bisa dijadikan usaha yang sangat

menguntungkan.
3

1.2. Tujuan dan Manfaat Magang

Tujuan dilakukannya praktek magang ini adalah untuk meningkatkan

keterampilan dan kemampuan mahasiswa baik soft skill, yaitu dalam berhubungan

dengan orang lain (berkomunikasi, bekeria sama, berbicara di depan umum) dan

mengatur diri sendiri (manajemen waktu dengan baik serta kecerdasan emosi)

maupun kemampuan hard skill, yaitu penguasaan ilmu tentang kultur

Nannochloropsis sp. seperti sterilisasi, menghitung kelimpahan sel, serta

keterampilan teknis lainnya yang berhubungan dalam bidang perikanan.teknik

budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang mencakup pembenihan dan

pembesaran.

Adapun manfaat dari praktek magang ini adalah, diharapkan dapat

memberikan informasi serta menambah keterampilan serta wawasan pengetahuan

dalam bidang teknik budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) di Balai Besar

Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung serta dapat memberikan informasi

dan inspirasi untuk melanjutkan penelitian dalam penyelesaian skripsi mendatang.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bio-ekologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

2.1.1. Klasifikasi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Gambar 1. Ikan Kakap Putih

Oleh Mc Grouther (2012) ikan kakap putih diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Latidae

Genus : Lates

Spesies : Lates Calcarifer

2.1.2. Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)

Ikan kakap putih (Lates Calcarifer) memiliki ciri-ciri morfologis sebagai

berikut: tubuh yang memanjang, gepeng, batang sirip ekor lebar dengan bentuk

bulat, mata berwarna merah cemerlang, bukaan mulut lebar sedikit serong dengan

gigi-gigi halus dan tidak memiliki taring. Operculum memiliki duri kecil, cuping
5

bergerigi diatas pangkal gurat sisi (linea lateralis). Sirip dorsal kakap putih terdiri

dari 7-9 jari-jari keras dan 10-11 jari-jari lemah, sirip anal bulat, dengan 3 jari-jari

keras dan 7-8 jari-jari lunak, sirip ekor membulat (FAO, 2011). Sirip dada pendek

dan membulat, serta pada sirip punggung dan sirip dubur terdapat lapisan bersisik.

Tubuh kakap putih berwarna coklat zaitun atau hijau/biru di atas, dengan sisi

tubuh dan perut berwarna perak, tidak ada corak bintik-bintik atau bar pada sirip

dan badan (FAO, 2011). Spesies ini dapat tumbuh hingga sepanjang 1,2 m dengan

berat tubuh mencapai 60 kg (FAO, 2011; Mc Grouther, 2012).

2.1.3. Habitat dan Penyebaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Ikan kakap putih merupakan ikan yang bersifat katadrom yang terdistribusi

secara luas di wilayah Pasifik Indo Barat dari Teluk Persia, seluruh negara-negara

Asia Tenggara ke Australia. Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai

toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (euryhaline) (Tarwiyah, 2001),

sehingga dapat dibudidayakan di KJA, tambak dan kolam air tawar di banyak

negara Asia Tenggara Kakap putih tinggal di habitat laut, tawar, payau termasuk

sungai, danau, muara dan perairan pesisir. Kakap putih sebenarnya adalah ikan

liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan penelitian kakap putih memiliki

habitat yang sangat luas. Kakap putih dapat hidup di daerah laut yang berlumpur,

berpasir, serta di ekosistem mangrove. Kakap putih adalah predator oportunistik,

krustasea dan ikan rucah menjadi makanan favorit ikan kakap dewasa (FAO,

2011). Kakap putih juga dapat hidup di air payau. Kakap putih akan menuju

daerah habitat aslinya jika akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur

yang menetas akan beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah
6

yang bersalinitas 29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap

putih tersebut akan beruaya ke air payau (Mayunar,2002).

Provinsi lampung memiliki potensi dalam mengembangkan budidaya ikan

air laut, khususnya ikan kakap putih. Berdasarkan data statistik produksi budidaya

laut di Lampung pada tahun 2011 dan 2012, kakap putih mengalami peningkatan

sebesar 256,5%. Selain itu tata lingkungan pesisir yang baik dapat menunjang

optimalisasi produksi kakap putih di Lampung (Perikanan Budidaya Lampung,

2012).

2.1.4. Kebiasaan Hidup dan Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Ataupah (2010) menyatakan, ikan ini termasuk golongan ikan karnivora

yang mencari makan pada malam hari (nocturnal) dengan menyukai makan utama

seperti ikan kecil, golongan crustacean, berbagai plankton berbagai jenis

urochordata dan lain sebagainya. Gerakan ikan kakap yang berukuran dewasa

yang hidup di karang lebih lambat atau cenderung diam dan lebih menggunakan

indera perasa dan penciuman untuk merasakan adanya makanan di sekitar mereka.

Ikan kakap putih dewasa termasuk ikan karnivora yang rakus, tetapi

juvenilnya bersifat omnivore. Ikan kakap putih dewasa yang berukuran besar

kadang hanya berdiam diri sepanjang hari dan menunggu calon mendekat, begitu

calon mangsa yang terdiri dari ikan kecil dan udang-udangan ini mendekat maka

dengan tiba-tiba disergapnya, sedangkan ikan kakap putih yang kecil aktif

mencari makan (Kordi, 2007).

Ridho (2016) menyatakan, ikan kakap putih termasuk dalam golongan

ikan katadromus dengan sifat reproduksi hermaprodit dimana gonad

menghasilkan spermatozoa dan ovum. Sehingga cukup sulit untuk membedakan


7

antara jantan dan betina ikan Kakap Putih kecuali saat musim pemijahan. Sistem

reproduksi ikan kakap putih adalah hermaprodit protandri yakni dari jantan

berubah menjadi kelamin betina.

2.2. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

2.2.1. Seleksi Induk

Calon-calon induk harus diseleksi terlebih dahulu. Induk yang di pilih

sebaiknya adalah induk yang tidak cacat, sisiknya utuh, tanpa luka pada badan dan

sirip. Induk terlebih dahulu di tangkap menggunakan serokan kemudian induk di

masukkan satu persatu ke dalam wadah yang berkapasitas 100l yang di isi air laut

dan di beri obat bius seperti polietilen glikol monofenil eter atau minyak cengkeh

sebanyak 1 sendok (10-15 ppm) atau ekstrak biji karet 1-10 ppm atau pembius

lainya (Kordi K, 2007). Kemudian jenis kelamin induk tersebut diperiksa.

2.2.2. Pemijahan

Metoda pemijahan pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di bagi atas 3

yaitu: pemijahan alami (Natural Spawning), pemijahan buatan (Stripping atau

artificalfertilization) dan penyuntikan (induced spawning). Ikan kakap putih

memijah pada pukul 19.00-22.00 selama pasang tinggi pada hari ke 1-8 setelah

bulan baru atau penuh ( Bond et al ., 2005).

Pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara

menurunkan permukaan air pada pagi hari dan menjelang sore air diisi

kembalidengan air baru. Penurunan air bertujuan untuk menaikan suhu air sekitar

2-3oC dan akan terjadi penurunan suhu kembali pada saat air di isi lagu pada sore

hari dengan kondisi ini di harapkan dapat merangsang pemijahan. Suhu yang di

terima kulit (Cutancous) oleh organ thermosensor di lanjutkan ke otak yaitu ke


8

kalenjar hypothalamus dan condospinalis yang menghasilkan hormon GnRH dan

LHRN untuk merangsang kelenjer pituitary penghasil hormon HCG yang

merangsang kelamin untuk bereproduksi. Proses manipulasi lingkungan untuk

memijahkan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di bak pemeliharaan dan

pemijahan induk dengan kapasitas baktersebut sekitar 10 m3. Pemijahan dengan

manipulasi lingkungan di lakukan dengancara membuat ransangan pemijahan

seperti keadaan di alam. Proses pemijahan dengan manipulasi lingtkungan adalah

dengan menurunkan dan menaikan air dengan cara terus menerus mulai awal

bulan.

2.2.3. Pemeliharan Larva

Pemeliharaan larva merupakan kegiatan utama pada usaha perbenihan

kakap putih dalam menghasilkan benih. Pengelolaan dalam pemeliharaan larva

meliputi persiapan bak, pemberian pakan hidup maupun pakan buatan, dan

pengelolaan kualitas air media pemeliharaan.

Bak yang digunakan untuk pemeliharaan larva adalah bak beton atau bak

fiberglass yang sebelumnya dicuci dan direndam dengan kaporit 25-100 ppm.

Lama perendaman minimal 12 jam (Mayunar dan Abdul, 2002). Larva di tebar ke

dalam bak pemeliharaan dengan kepadatan tertentu tergantung dari umur larva.

Pengelolaan air untuk pemeliharaan larva dilakukan dengan cara

pergantian air. Surmantadinata (2003) menyatakan pada awal pemeliharaan,

pergantian air tidak dilakukan atau dilakukan dengan sistem air tenang. Pergantian

air mulai dilakukan pada saat larva berumur 7 hari (D7) sebanyak 5-10 % dari

volume tergantung kondisi air dan larva. Pergantian air dilakukan pada pagi hari

dengan cara membuang air menggunakan selang, pada ujungnya diberi saringan.
9

Ketika mulai diberikan pakan buatan, pergantian air dilakukan dengan sistem

pengairan di ubah menjadi sistem air mengalir. Hal ini dilakukan untuk

mempertahankan kualitas air akibat pakan buatan yang tidak termakan.

2.2.4. Pendederan

Pendederan benih diawali dengan kegiatan penebaran. Penebaran benih

dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress karena kondisi

lingkungan terutama suhu. Penebaran diawali dengan mengaklimatisasikan benih

dengan lingkungan bak pendederan. Pengaklimatisasian dilakukan dengan

memasukkan benih yang berada dalam media sementara (tudung saji) ke dalam

media pendederan dan di biarkan selama 15-30 menit. Hal ini terutama

dimaksudkan untuk menjaga perubahan suhu dan tekanan udara terhadap benih

tidak berubah secara mendadak.

2.3. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Kegiatan pembesaran merupakan salah satu tahapan kegiatan budidaya

untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Pada kegiatan ini, ikan didorong

untuk secara maksimal dapat mencapai ukuran panen dengan mengutamakan

kualitas dan kuantitas melalui penyedian lingkungan media hidup ikan yang

optimal, pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian hama dan penyakit.

Produksi bomassa dapat diatur dan ditentukan dengan menggunakan pola tanam

dalam suatu wadah produksi. Pengaturan pola tanam yang baik juga dapat

memungkinkan pengelolaan kawasan budidaya secara efisien, mengingat

keterbatasan sumber daya air yang seringkali menjadi faktor pembatas produksi.

Tahapan-tahapan kegiatan pada pembesaran ikan kakap putih meliputi persiapan


10

wadah, penebaran benih, pemberian pakan, pencegahan hama dan penyakit,

pengelolaan kualitas air, sampling, pemanenan, pengepakan dan transportasi.

2.4. Pakan

Menurut Effendi (1997) dalam Priyadi, et al (2009) pakan merupakan

faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan sejumlah ikan di suatu

perairan. Adapun pengaruh pakan di antaranya sebagai faktor yang menentukan

bagi populasi untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu perairan tersebut. Di

alam, banyak terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi ikan, tentunya

setiap ikan telah memiliki selera dan kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai

dengan morfologi dan adaptasi yang telah di lakukan oleh ikan tersebut.

Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk hidup ( pertumbuhan,

pemeliharaan dan reproduksi) yang diperoleh dari makanan. Pada tahap awal,

pakan biasanya diperoleh induk, tetapi cepat atau lambat mereka akan mencari

makan sendiri. Pakan tersebut harus tersedia secara teratur dan

berkesinambungan, jika tidak akan mengalami gangguan bahkan kematian (Bond,

2005).

Nilai nutrisi dalam pakan merupakan unsur yang sangat penting dalam

pertumbuhan, perkembang biakan dan pemeliharaan kesehatan tubuh (Suharman,

2016). Kebutuhan nutrisi ikan kakap putih hampir sama dengan kebutuhan nutrisi

ikan laut karnivora lainnya, yang meliputi : protein (asam amino), lemak (asam

lemak), karbohidrat, vitamin dan mineral Ikan karnivora memerlukan protein yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ikan herbivora atau omnivora (Suharman,

2016).
11

Pada tahap pembesaran, pakan alami yang diberikan kepada kakap putih

berupa ikan-ikan rucah (minced fish) atau ikan yang bernilai ekonomis rendah.

Artinya, ikan-ikan yang digunakan sebagai pakan berupa ikan-ikan berukuran

kecil yang harganya tidak terlalu tinggi, seperti tembang (Sardinella fimbriata),

lamuru (Sardinella sirm), selar (Selaroides sp.) dan lain-lain. (Ghufran et al,

2011)

2.5. Kualitas Air

Menurut Hardianti et al., (2016), pH atau derajat keasaman yang baik

untuk produksi adalah pH air laut rentang 7 – 9. Suhu perairan berada pada

kisaran 28.6 – 29.2°C. Salinitas 31 –31.3‰ tergolong cukup sesuai untuk kakap

putih dewasa. Nilai pengukuran DO yang diperoleh berkisar antara 4,89 – 5,89,

nilai DO untuk budidaya air laut sebaiknya berada diatas 5 mg/L. Hal ini

diperkuat oleh Shubhi et al., (2017), yang menyatakan bahwa konsumsi oksigen

tiap jenis berbeda-beda, ikan pelagis seperti kakap merah dan kakap putih

memerlukan DO yang lebih tinggi dibandingkan ikan demersal. Pada umumnya

DO harus berada pada kisaran 5 ppm atau lebih dan tidak boleh kurang dari 4 ppm

untuk pelagis atau 3 ppmuntuk demersal yang dibudidayakan di KJA.

Ikan kakap putih membutuhkan kualitas air yang baik untuk berkembang

biak secara cepat. Faktor kualitas air dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat

pemeliharaan tersebut seperti ketinggian air, ada tidaknya pathogen. Kualitas air

yang optimum untuk budidaya ikan kakap putih yaitu suhu antara 27 – 30oC,

salinitas 10-35 ppt, pH kisaran 7-8,5, DO > 4 mg/L, kandungan nitrit < 1 mg/L,

dan amoniak < 0,1 mg/L (WWF, 2015).


12

III. METODOLOGI MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang dilaksanakan pada 20 Januari 2020 sampai 14 Februari

2020 bertempat di Laboratorium Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)

Lampung.

3.2. Metode Praktek Magang

3.2.1. Tutorial (Praktek Lapangan)

Mahasiswa turun langsung ke lapangan dengan didampingi atau dibimbing

oleh mentor. Mahasiswa mengetahui secara langsung kegiatan yang berhubungan

dengan Teknik Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dan dapat berperan

aktif dalam kegiatan yang di lakukan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung.

3.2.2. Studi Literatur

Mencari informasi atau keterangan ilmiah yang bersumber dari buku, jurnal,

skripsi dan hasil penelitian lainnya. Menelusuri sumber dari perpustakaan maupun

online yang berhubungan dengan Teknik Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates

calcarifer).

3.3. Jadwal Kegiatan Magang

Pelaksanaan jadwal kegiatan praktek magang akan berlangsung selama 1

bulan, rangkaian kegiatan yang akan dilakukan di Balai Besar Perikanan Budidaya

Laut (BBPBL) Lampung adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang


No Nama Kegiatan Jadwal Kegiatan/minggu
1 2 3 4
13

1. Bimbingan dan pengenalan

2. Pelaksanaan Kegiatan Magang

3. Penyusunan Laporan Kegiatan


Magang
14

DAFTAR PUSTAKA

Ataupah, E. A. 2010. Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten


Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Skripsi Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelutan. Institut
Pertanian Bogor.
BPBL Lampung. 2012. Juknis. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan Perikanan.
Bond, M.M, Hartanto dan Hanafi M. 2005. Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer). Lokasi Budidaya Laut Batam. Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam
Effendi. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Hal. 93-105.
FAO, 2011. Pengolahan Ikan kakap putih. Pusat Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan. Jakarta
Ghufran M. H dan K. Kordi, 2011. Bisnis dan Budi Daya Kakap Putih. Lily
Publisher. Yogyakarta
Hardianti, Q. 2016. Pengaruh Pemberian pakan Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Kelululushidupan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.
Jaya, B, Agustriani,F dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat
Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Dengan
Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspai Journal: 5(1): 56-63.
Kordi K. 2007. Budidaya Perairan (buku ke satu). PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung
Mayunar dan Abdul, S.2002. Budidaya Ikan Kakap Putih.Grasindo. Jakarta
Mc Grouther, Mark. 2012. Barramundi, Lates calcarifer (Bloch, 1790).
http://australianmuseum.net.au/search?keyword=Lates+calcarifer
Diakses pada tanggal 04 januari 2018, pukul 17.34 WIB.
Ridho, M. R., dan E. Patriono. 2016. Aspek Reproduksi Ikan Kakap Putih
(Latescal carifer Bloch) di Perairan Terusan Dalam Kawasan Taman
Nasional Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains.
18 (1):hal 1810-1, 4, dan 5
Shubhi, M. Z. A., Y. S. Kusumadewi dan D. Suswati. 2017. Study of Suitability
and Environmental Carrying Capacity for Barramundi (Lates calcarifer,
Bloch) Culture in Waters of Lemukutan Island and Penata Besar Island,
Bengkayang Region, West Kalimantan. Aquasains, 5(2): 475-487.
15

Suharman. I. 2016. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Hewan Air. Universitas


Riau.
Surmantadinata K. 2003. Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Tarwiyah. 2001. Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) di
Keramba Jaring Apung. Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Jakarta.
16

ORGANISASI PRAKTEK MAGANG

1. Pelaksanaan Praktek Magang

Nama : Alfarizi Zunela

NIM : 1704110573

Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan

Alamat : Jl. Bangau Sakti, Gg. Mawar, Pekanbaru, Riau

2. Dosen Pembimbing

Nama : Budijono, S.Pi., M.Sc

NIP : 197006121997021003

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan Dan Kelautan


17

JADWAL PRAKTEK MAGANG

Praktek magang ini akan dilaksanakan pada Januari – Februari 2020.


Berikut adalah jadwal kegiatan magang yang dilakukan, yaitu:

November Desember Januari Februari Maret


2019 2019 2020 2020 2020
No Kegiatan
Minggu Ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
1 * * * *
Proposal

2 Pelaksanaan * * * * *

Penyusunan
3 * * * * *
Laporan

Seminar
4 Hasil *
Magang
18

ANGGARAN BIAYA

1. Persiapan Praktek Magang

a. Pembuatan usulan praktek magang : Rp. 50.000,-

b. Perbanyak usulan praktek magang : Rp. 80.000,-

c. Alat tulis : Rp. 20.000+

Sub total Rp. 150.000,-

2. Pelaksanaan Praktek magang

a. Transportasi Pekanbaru - Lampung : Rp. 700.000,-

b. Makan : Rp. 1.500.000,-

c. Penginapan : Rp. 500.000,-

Sub total Rp. 2.600.000,-

3. Penyelesaian Proposal

a. Pencetakan laporan praktek magang : Rp. 50.000,-

b. Perbanyak laporan praktek magang : Rp. 100.000,-

c. Seminar Proposal : Rp. 250.000+

Sub total Rp. 400.000,-

4. Biaya tak terduga : Rp. 1.00.000,-

Total Rp. 3.350.000,-

Terbilang : Tiga Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah


19

OUTLINE SEMENTARA

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Manfaat Magang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bio-ekologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.1. Klasifikasi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.2. Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)
2.1.3. Habitat dan Penyebaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.4. Kebiasaan Hidup dan Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer)
2.2. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.2.1. Seleksi Induk
2.2.2. Pemijahan
2.2.3. Pemeliharan Larva
2.2.4. Pendederan
2.3. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.4. Pakan
2.5. Kualitas Air

III. METODE PRAKTEK MAGANG


3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Metode Praktek Magang
3.2.1. Tutorial (Praktek Lapangan)
3.2.2. Studi Literatur
3.3. Jadwal Kegiatan Magang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung
4.1.1. Letak Geografis Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung
4.1.2. Sejarah Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung
4.1.3. Visi dan Misi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung
20

4.1.4. Tugas Pokok dan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung
4.1.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
4.1.6. Sumberdaya Manusia Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung
4.1.7 Sarana dan Prasarana Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung
4.2. Pelaksanaan Magang
4.2.1. Jadwal Kegiatan Magang
4.3. Alat dan Bahan
4.4. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
4.5. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai