2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
2.1.1 Klasifikasi
Ikan kakap putih (Lates calcarifer) menurut Razi, (2013) adalah sebagai
berikut :
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostomi
Ordo : Percomorphi
Famili : centropomidae
Genus : Lates
Species : Lates calcarifer
2.1.2 Morfologi
Ikan kakap putih mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, bagian ke
arah belakang meninggi, sedangkan ke arah depan atau arah kepala menajam dan
sirip ekor melebar. Pada stadia juvenil warnanya gelap atau kecoklatan dan menjadi
terang setelah memasuki tahap gelondongan. Bagian punggung berwarna coklat
dan bagian perut putih keperakan. Selanjutnya pada stadia dewasa, warna bagian
punggungnya berubah menjadi biru kehijauan atau abu-abu, mata merah cemerlang
(bening), dan mulut lebar sedikit serong dengan grigi halus layaknya ikan predator.
Bagian tubuh tertutupi sisik-sisik kasar berwarna perak.
Pada bagian atas penutup insangnya terdapat cuping bergerigi dan pada
bagian bawah memiliki duri-duri kuat. Sirip punggung memiliki jari-jari keras
sebanyak 7-9 buah dan jari-jari lunak sebanyak 10-11 buah, sedangkan sirip
duburnya terdiri dari 3 jari-jari keras dan 7-8 jari-jari lunak. Ukuran kakap putih bisa
mencapai panjang 170-200 cm dan berat lebih dari 50 kg (Kordi, 2012).
4
jumlah, waktu, syarat fisik (ukuran dan bentuk) serta kandungan nutrisi, agar
pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kualitas nutrisi yang baik
untuk hidup benih ikan Kakap Putih (Lates calcarifer).
Menurut (Adrianie dan khalil, 2013) pakan yang baik dan sesuai dengan selera
ikan kakap putih meliputi zooplankton dan phytoplankton, organisme air dan ikan
rucah. Pada umumnya para pembudidaya menggunakan cacahan daging ikan rucah
yang segar dan dicampurkan dengan pelet yang telah dihancurkan sebagai pakan
ikan kakap tersebut. Kebiasaan makan Seabass atau barramundi adalah predator
oportunistik. Ikan kakap putih dewasa termasuk ikan karnivora yang rakus, tetapi
juvenil nya bersifat omnivora. Ikan ini terampil menguntit atau menyergap mangsa.
(Mathew, 2009).
2.1.5 Reproduksi
Pada masa perkembangan gonad, ikan kakap bergerak ke laut dekat muara
sungai untuk memijah (melepaskan telur dan sperma untuk penumbuhan). Kakap
putih memjiah di laut yang dalam setelah musim hujan (sekitar Bulan April) hingga
sebelum musim hujan (sekitar Bulan Oktober). Pemijahan ikan kakap putih di alam
biasanya terjadi pada bulan purnama hingga 6 hari berikutnya, ketika air laut masih
surut sekitar pukul 19.00 – 23.00 WIB. Benih ikan kakap putih yang berumur sekitar
3 bulan mulai bergerak ke pantai dan masuk ke sungai-sungai maupun daerah
payau sekitar mangrove (Mayunar dan Genisa, 2002). Ikan kakap putih jenis Lates
calcarifer bersifat hermaprodit potandri, yaitu golongan atau sifat seksual pada ikan
yang dapat membawa jaringan jantan dan betina dalam tubuhnya atau
menghasilkan spermatozoa dan ovum secara bersamaan (Kordi, 1997).
Menurut Kordi (2008), bak kultur plankton digunakan untuk kultur massal
plankton, seperti kultur chlorella, rotifer dan artemia. Bak – bak kultur plankton dapat
dibuat permanen atau tidak permanen seperti wadah – wadah bervolume minimal
0,5 m3. Dalam kultur massal zooplankton seperti pada kultur rotifer, umumnya
digunakan bak permanen dengan kapasitas 3m3 – 5m3, meskipun ukurannya yang
lebih besar sering juga digunakan. Peletakan bak – bak rotifer tidak boleh terlalu
dekat dengan bak – bak kultur alga dan harus ada pemisah untuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Berdasarkan perhitungan akan kebutuhan plankton yang
diperlukan dalam pemeliharaan larva dan kultur rotifer, total volume bak kultur
plankton paling sedikit 200% dari total volume bak pemeliharaan larva (Anindiastuti
et al., 1999 dan SNI 6145-4, 2014). Sedangkan menurut Sim et al., (2005) bak kultur
plankton mencakup 30% dari volume produksi total hatchery.
2.3 Produksi
9
Jenis Kelamin
No Kriteria Kuantitatif Satuan
Jantan Betina
1 Umur Tahun >2 >3
2 Panjang total Cm 40-50 >55
3 Bobot Kg >1,5 ≥3
2.3.3 Pemijahan
Kakap dapat dipijahkan dengan tiga cara, yaitu pemijahan alami, pemijatan
dan penyuntikan hormon. Pemijahan alami dan pemijatan merupakan cara
tradisional, sedangkan penyuntikan hormon merupakan cara mutakhir (Said, 2007).
Ridho dan Enggar (2016) Tingkat kematangan gonad ikan Kakap putih (L.calcarifer)
jantan ditentukan melalui pengamatan secara morfologi. Pengamatan morfologi TKG
ikan jantan berbeda dengan ikan betina. Menurut (Ridho dan Enggar, 2016), bahwa
untuk ikan betina yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna, kehalusan, pengisian
ovarium dalam rongga tubuh serta ukuran, kejelasan bentuk dan warna telur dalam
10
ovarium. Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna
dan pengisian testis dalam rongga tubuh serta keluar tidaknya cairan dari testis
(keadaan segar). Tingkat kematangan gonad ikan Kakap Putih (L. calcarifer)
berdasarkan sampel dapat dikelompokkan dalam tingkat kematangan gonad I, II dan
III.
b) Pemijatan (Stripping)
Metode pemijatan dengan cara pemijatan atau pengurutan (stripping)
dilakukan apabila induk ikan benar-benar matang gonad. Pemijahan dilakukan
dengan teknik rangsangan hormon atau manipulasi lingkungan. Namun terkadang
ikan tidak dapat memijah karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung sehingga
induk dapat dipijahkan dengan cara pemijatan (Kordi, 2012). Stripping atau
pemijahan dengan cara pemijatan merupakan cara yang baik untuk memperoleh
produksi benih secara besar-besaran. Induk jantan yang digunakan berukuran 2-5
kg dan betina 3-7 kg. Satu orang akan memegang induk kakap diatas sebuah wadah
dan seorang lagi mengeluarkan telur dengan pemijatan perut ikan perlahan-perlahan
dari depan kebelakang dengan ibu jari dan telunjuk (Mayunar, 1991).
multi sel dalam 3 jam. Adapun fase perkembangannya yaitu : blastula, gastrula,
neurola dan embrio.
a) Salinitas
Kakap putih mempunyai kebutuhan salinitas yang berbeda pada tingkat
kehidupannya yang dipengaruhi oleh sifat biologis dan tingkat osmoregulasiya. Bila
dipaksakan pada salinitas yang tidak sesuai maka akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhannya Ikan kakap putih dapat tumbuh optimal pada salinitas 28 – 31 g/l.
Pada saat pemeliharaan larva hingga benih muda, salinitas yang sesuai adalah
kisaran 28-31 g/l dan 18-22 g/l pada saat pendederan dan penggelondongan
(Sudarsono dan Sudjiharno, 1999).
b) pH
Ikan kakap putih, sejak berukuran larva hingga menjadi induk dapat tumbuh
baik pada kisaran pH 6,8-8,0. SNI 01-6147-1999 yang menyatakan bahwa standar
pH pemeliharaan benih kakap putih di bak berkisar 7-8,5. Pada umumnya keadaan
air laut bersifat alkalis,yaitu pH 7–9. Hal ini banyak dipengaruhi oleh sifat penyangga
(buffer sistem) yang dimiliki buffer tersebut (Sudarsono dan Sudjiharno, 1999).
c) Suhu
Suhu secara langsung berpengaruh terhadap metabolisme ikan. Pada suhu
tinggi metabolisme ikan dipacu, sedangkan pada suhu rendah metabolisme
melambat (Sudarsono dan Sudjiharno, 1999). Menurut Rayes et al.,(2013) kisaran
suhu optimal untuk kakap putih adalah 25 – 30oC. Sedangkan SNI 6145-4 (2014)
14
kisaran suhu yang sesuai untuk penetasan telur dan benih ikan kakap adalah 28-
32oC.
Tabel 2. Jenis dan dosis pakan setiap tingkatan benih (SNI 6145-4, 2014)
c) Artemia
Artemia dapat ditetaskan dalam wadah yang berbentuk kerucut atau bak segi
empat. Sebelum dipergunakan wadah terlebih dahulu disterilkan lalu diisi dengan
air asin yang steril atau air yang sudah disaring sehingga tidak mengandung
17
Gambar 4. Pemberian Pakan pada Larva ikan kakap putih (Indarjo dkk., 2000)
4. Pakan Buatan
Penggunaan pakan buatan sangat dipengaruhi oleh kualitasnya pakan. Oleh
karena itu, untuk menjaga kualitas pakan diperlukan penyimpanan dan kualitas
pakan yang baik. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan benih ikan kakap
putih harus sesuai dengan kebutuhan benih yang dipelihara, baik dari segi jumlah,
waktu, syarat fisik (ukuran dan bentuk) serta kandungan nutrisi, agar pemberian
pakan buatan ini sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kualitas nutrisi yang baik
untk hidup benih ikan kakap (Jaya, dkk, 2013). Sedangkan menurut Sunyoto dan
Mustahal (2004) bahwa pakan buatan yang diberikan harus memiliki nutrisi yang
cukup untuk kebutuhan nutrisi benih ikan.
Menurut Mulyono (2011), bahwa pakan buatan diberikan sedini mungkin yaitu
setelah larva berumur 15-17 hari.
keliatan dan mulutya masih tertutup. Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk
menghitung pertambahan panjang ikan selama pemeliharaan, sedangkan
kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) yaitu persentase jumlah benih ikan
kakap putih yang masih hidup setelah diberi pakan (Jaya & Agustriani., 2013).
Ikan kakap tergolong jenis ikan kanibal, maka perlu dilakukan grading (seleksi
atau penyortiran) terhadap ukuran benih. Grading pertama harus dimulai pada
minggu kedua, sebab sejak saat itu benih-benih ikan kakap yang berukuran lebih
besar akan memangsa benih-benih lainnya yang berukuran lebih kecil. Ukuran
benih yang sama akan mengurangi tingkat kanibalisme, yang berarti akan
menambah tingkat kehidupan dan pertumbuhannya akan lebih cepat (Asikin,
1985). Menurut Mayunar (1991), bahwa pertumbuhan dan kelulushidupan kakap
putih dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam yang meliputi genetis, umur, dan jenis,
sedangkan faktor luar sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan/kualitas air atau
kepadatan. Kualitas air berpengaruh pada kelulushidupan, reproduksi, pertumbuhan
dan produksi.
daun sambiloto 0,2 ml/2L air selama 15 menit (Razi, 2013). Dosis formalin untuk
perendaman benih kakap adalah 10-25 mg/l selama 15-60 menit (SNI 6145-4 2014)
c) Peduncle
Peduncle disebut juga penyakit air dingin (cold water descareases), terjadi
pada suhu 16oC. Disebabkan oleh bakteri Flexbacterpsychropahila (6 mikron). Ikan
yang terkena peduncle akan timbul gejala bergerak lemah, nafsu makan berkurang
serta muncul borok pada kulit secara perlahan. Penanggulangan peduncle dapat
dilakukan dengan perendaman menggunakan Oxytetracycline (OTC) 100 mg/l (30
menit) atau ekstrak kunyit 1 ml/l (15 menit) (Razi, 2013).
2.8.1 Panen
Ikan kakap putih pada ukuran benih adalah ikan yang mempunyai daya tahan
tubuh yang lebih baik terhadap perubahan lingkungan dibandingkan ikan jenis
lainnya, seperti kerapu tikus dan kerapu macan, terutama pada saat pemanenan.
Pemanenan dilakukan ketika benih kakap putih telah mencapai ukuran jual, ketia
benih kakap putih telah mencapai ukuran jual, ketika telah mencapai umur 40 hari
dengan ukuran 4 cm (Akmal, 2011).
Menurut Nurmasyitah, dkk (2018) bahwa larva ikan kakap putih merupakan
larva ikan laut yang sangat rendah nilai tingkat kelangsungan hidupnya. Umumnya
larva mampu mencapai ± 30% - 39,4% tingkat kelangsungan hidup dengan lama
pemeliharaan 30 hari. Sedangkan menurut SNI 6145.4:2014 wadah pemeliharaan,
penebaran,lama pemeliharaan dan panen pada setiap tingkatan benih ikan kakap
putih. Dapat dilihat pada Tabel 3.
20