Anda di halaman 1dari 9

1.

JELASKAN MORFOLOGI IKAN KERAPU DAN IKAN BARONANG


(BOLEH DENGAN GAMBAR)!
a. Morfologi Ikan Kerapu tikus (Cromileptes altivelis)

Kordi dan Gufran (2001) menyatakan bahwa ikan kerapu tikus

(Cromileptesaltivelis) mempunyai kepala yang datar hampir mirip kepala bebek,

sehingga dikenal juga sebagai ikan kerapu bebek. Adapun mulut atau moncongnya

meruncing menyerupai moncong tikus, sehingga ikan ini disebut juga ikan kerapu tikus.

Sirip-sirip ikan kerapu tikus membulat. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari

keras dan 17-19 jari-jari lemah. Ikan kerapu tikus bisa mencapai panjang 70 cm bahkan

lebih. Namun, ikan kerapu tikus untuk konsumsi biasanya berukuran 30-50 cm (Kordi

dan Gufran, 2001).

b. Morfologi Ikan Baronang (Siganus guttatus)

Tubuh ikan beronang lebar dan pipih, ditutupi oleh sisik-sisik halus dengan warna

tubuh yang bervariasi. Warna umumnya kecoklatan sampai hitam kehijau-hijauan. Pada

bagian punggung terdapat bintik putih, cokelat, kelabu atau emas, sedangkan di bagian

perut kadang - kadang titik tersebut kabur dan kelihatan seperti garis - garis. Di bagian

belakang tutup insang sebelah atas titik ini berwarna hitam atau hilang sama sekali. Ikan

beronang mempunyai duri - duri yang berbisa yang terdapat pada 13 duri keras sirip

punggung, 4 duri keras sirip perut, dan 7 duri keras sirip dubur. Warna ikan beronang

dapat berubah - ubah dengan cepat sesuai dengan kondisi lingkungan dan untuk

menghindarkan diri dari bahaya. Ikan beronang yang hidup di alam bebas mempunyai

warna tubuh yang terang/cerah, sedangkan beronang yang hidup ditambak mempunyai

warna tubuh yang suram (Danun, 2013).
2. JELASKAN SIKLUS HIDUP, HABITAT, DAN KEBIASAAN MAKAN
IKAN KERAPU DAN IKAN BARONANG!
A. Ikan Kerapu tikus (Cromileptes altivelis)
a. Siklus Hidup

Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan

kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40–60m. Parameter

ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran suhu 24 –

31°C, salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm

dan pH antara 7,8 – 8,0. musim-musim pemijahan ikan kerapu tikus terjadi pada bulan

Juni, September dan November (Antoro dkk, 1999).

b. Habitat

Paimin (2000) mengemukakan bahwa ikan kerapu tikus hidup di kawasan terumbu

karang di perairan dangkal hingga 100 meter di bawah permukaan laut. Selain perairan

karang, lokasi kapal tenggelam juga merupakan rumpun yang nyaman dan mereka

berdiam di lubang-lubang karang, menempel pada dinding-dinding karang atau rumpun-

rumpun yang relative rendah.

Menurut Murtidjo (2002), dasar laut yang disukai oleh kerapu bebek (Cromileptes

altivelis) adalah perairan yang terdiri atas pasir karang yang terdapat di perairan dangkal

dengan kedalaman berkisar antara 10 m- 40 m.

Kerapu tikus muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 meter.

Habitat favoritnya adalah perairan dengan dasar pasir berkarang yang tumbuh padang

lamun (seagras). Selanjutnya menginjak dewasa akan bergerak ke perairan yang lebih

dalam antara 7-40 meter. Perpindahan berlangsung pada siang dan sore hari (Paimin,

2000).
c. Kebiasaan Makan

Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas

dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat

kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan

kerapu lumpur ( Tampubulon dan Mulyadi, 1989).

B. Ikan Baronang (Siganus guttatus)


a. Siklus Hidup

Ikan beronang memijah berbeda-beda sesuai dengan jenis dan keadaan lingkungan,

tetapi pada umumnya beronang bergerombol di daerah pantai pada saat air pasang dan

mulai memijah setelah tengah malam disaat air surut. Pembuahan terjadi di luar tubuh

dan telur yang dibuahi berdiameter antara 0,42 – 0,70 mm dan menetas sekitar 25 – 62

jam setelah pembuahan. Larva yang baru menetas berukuran antara 0,76 – 2,00 mm.

Larva beronang masih menyerap kuning telur pada tubuhnya hingga hari ke-3 (58 jam

setelah menetas), sedangkan butiran minyak pada tubuhnya habis pada hari ke-4 (86

jam setelah menetas) dengan lebar mulut 94,5 mm. Benih beronang menjadikan daerah

padang lamun (sea grass) sebagai daerah asuhan (nursery ground). Benih beronang

bergerombol di daerah-daerah yang banyak tumbuhan lautnya dan airnya dangkal antara

10 cm hingga 1 meter (Ghufran, 2005). Menurut Mayunar (1992) dalam Latuconsina

(2011), musim pemijahan ikan baronang yang pertama berlangsung sekitar Januari-

April dan musim pemijahan ke dua berlangsung sekitar Juli-Oktober. Grandcourt et al

(2006) dalam Latuconsina (2011), menemukan pemijahan ikan beronang terjadi antara

April dan Juli dimana ukuran pertama kali matang gonand bagi ikan jantan adalah 21,5

cm dan bagi ikan betina 25,7 cm. Haque et al (1999) dalam Latuconsina (2011),

menemukan ikan baronang memijah sekitar fase bulan baru dari April-Juni,
dimana fase bulan memicu aktivitas reproduksinya untuk memijah.

b. Habitat

Habitat ikan baronang yang luas ini disebabkan dalam mencari makan dan

berkembang biak, beronang berpindah dari satu habitat kehabitat lain. Ikan ini dapat

beradaptasi dari habitat satu ke habitat lain yang kondisi lingkungannya berbeda, seperti

dari laut yang bersalinitas tinggi (lebih dari 30 ppt) keperairan payau (10 – 20 ppt)

hingga ke air tawar (0 ppt). Walaupun beronang dapat mentolelir perubahan salinitas

yang cukup luas, tetapi sangan sensitif terhadap perubahan yang drastis. Beronang dapat

mentolelir dan beradaptasi dengan baik bila perubahan terjadi secara perlahan-lahan.

Selain salinitas beronang juga sangan sensitif terhadap perubahan suhu dan oksigen

yang drastis. Oksigen dibawah 2,0 ppm membuat baronang stress (Ghufran, 2005).

Kisaran suhu 28 – 32oC adalah suhu ideal untuk hidup beronang (Siganus guttatus)

(Kusumah, 1985).

c. Kebiasaan Makan

Ikan beronang ( Siganus guttatus ) adalah jenis ikan pemakan berbagai macam

makanan, sehingga sebahagian ahli menggolongkan sebagai hewan omnivora ( pemakan

segala ), namun sebagian besar makanan yang di makan adalah rumput laut dan

ganggan lumut, dan tumbuhan lainnya, sehingga di golongkan ikan herbivora atau

vegetaris. Karena itulah ikan beronang di kenal sebagai ikan kelinci ( Rabbit fish ).

Dalam mencari makan atau berenang, beronang selalu bergerombol dalam populasi

yang cukup banyak hingga ratusan ekor tetapi apila kondisi lingkungan memburuk,

maka masing-masing ikan berenang secara sendiri-sendiri mempertahankan diri pada

suatu daerah tertentu (Danun, 2013).


3. JELASKAN KRITERIA BIBIT DAN PADAT TEBARAN DALAM
BUDIDAYA IKAN BARONANG DAN IKAN KERAPU!
A. Ikan Kerapu tikus (Cromileptes altivelis)

a. Kriteria Bibit

Kondisi benih penting sekali dalam budidaya agar hasil produksi memuaskan.

Benih harus bermutu baik, sehat, dan seragam ukurannya. Benih yang sehat biasanya

berwarna cerah, geraknya lincah, aktif, nafsu makan tinggi, dan tidak ada cacat pada

sirip, sisik, maupun bagian tubuh lain.

Ukuran benih budidaya bervariasi tergantung pada tahapan budidaya yang

dilakukan. Bila ingin memulai dari tahap pendederan, benih sebaiknya berukuran

berkisar 3cm—5cm. Untuk kegiatan penggelondongan, ukuran benih 10cm—15cm.

Benih untuk pembesaran dimulai pada ukuran 20cm—25cm.

Benih yang digunakan bisa diperoleh dengan beberapa cara. Yakni menangkap

langsung dari alam, membeli di nelayan penangkap/hatcheri, atau membenihkan sendiri.

Benih terbaik adalah benih hasil pembenihan (hatcheri). Baik dibeli maupun melakukan

pembenihan sendiri. Benih hasil pembenihan berjumlah banyak, ukuran lebih seragam,

dan kualitasnya terjamin.

b. Padat Tebaran

Padat penebaran yang dianjurkan BBL Lampung 40—50 ekor/m3. Namun paling

umum menggunakan padat penebaran 25—30 ekor/m3. Untuk penggelondongan Padat

penebaran dalam tahap ini sebaiknya 70—80 ekor per m3 yang menggunakan jaring PE

0,5—1 inci.
B. Ikan Baronang (Siganus guttatus)
a. Kriteria Bibit

Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih

yangyang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan

lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan di Benih yang digunakan untuk

budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih dalam wadah budidaya.

Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain adalah :

 Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;

 Gerakan ikan lincah;

 Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.

b. Padat Tebaran

Benih berukuran 30-50 g/ekor dapat ditebarkan dalam karamba dengan

kepadatan 250 ekor/m2 (Abdillah, 2012).

4. JELASKAN JENIS PAKAN DAN DOSIS PAKAN, PADA IKAN KERAPU

DAN IKAN BARONANG!

A. Ikan Kerapu tikus (Cromileptes altivelis)

a. Jenis Pakan

Pakan yang diberikan berupa ikan rucah jenis ikan kuniran, cumi-cumi dan kerang-

kerangan Pakan disimpan dalam lemari pendingin guna mempertahankan kualitas agar

tetap baik. Sebelum diberikan, terlebih dahulu pakan ini di rendam kedalam air guna

mencairkan es-es yang terdapat pada pakan.

Selain pakan ikan rucah dan cumi, induk juga diberikan vitamin C dan E berbentuk

kapsul dan spirulina berbentuk tablet. Menurut Wardoyo dan Muchsin (1990), vitamin
E dapat memperlancar kerja fungsi sel-sel kelamin dengan bertambahnya fungsi hormon

gonadotropin serta menguatkan jaringan indung telur dan vitamin C berperan dalam

menjaga kondisi kesehatan induk, mempercepat kematangan gonad dan dapat

meningkatkan kualitas telur. Vitamin diberikan 2 kali dalam seminggu sementara

spirulina diberikan setiap hari. Vitamin dan spirulina diberikan dengan cara

menyelipkan ke dalam tubuh ikan rucah atau cumi.

b. Dosis Pakan

B. Ikan Baronang (Siganus guttatus)

a. Jenis Pakan

Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikan yang

dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas

sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan

jumlah nutrient/zat makanan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang

diberikan sebaiknya yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).
b. Dosis Pakan

Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering

dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian

pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari.

Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti

untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg.

5. JELASKAN LAMA PEMELIHARAAN, LAJU PERTUMBUHAN DAN

UKURAN PANEN PADA PROSES BUDIDAYA IKAN KERAPU DAN IKAN

BARONANG!

A. Ikan Kerapu tikus (Cromileptes altivelis)

Masa panen ikan Kerapu Bebek disesuaikan dengan ukuran ikan yang diminati

pasar, yakni dengan berat antara 500 –- 800 gram. Waktu pemeliharaan yang

dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut adalah sekitar 4-7 bulan tergantung pada

ukuran bibit. Proses panen harus dilakukan secara teliti karena luka pada ikan dapat

menurunkan harga. Agar ikan tidak mengalami stres, sebaiknya lakukan pemanenan

pada saat pagi atau sore hari.

Berdasarkan penelitian yang dilalukan Manan et al (2016), pembudidaya ikan

melakukan pemeliharaan ikan dari ukuran 5 cm menjadi 2025 cm/ekor selama 12

bulan (Desa Umera), dan dari ukuran 5 cm menjadi 1015 cm/ekor selama 10 bulan

(Desa Umiyal). Ikan tersebut tumbuh mencapai ukuran 300 g/ekor (pada Desember

2013), 500 g/ekor (Juli 2014), dan 600 g/ekor (Oktober 2014).
B. Ikan Baronang (Siganus guttatus)

Benin berukuran 1-3 g/ekor dapat didederkan dalam karamba bermata jaring 22

min dengan kepadatan 300-5oo ekor/m3. Untuk mencapai ukuran 30-50 g,

diperlukan waktu pendederan 2 bulan (Abdillah, 2012).

Baronang dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi, yaitu 300-400 g/ekor

dengan waktu pemeliharaannya selama 3-4 bulan. Adapun cara

panennya seperti panen ikan umumnya di KJA. Baronang siap panen Lamanya

pemeliharaan sekitar 3-4 bulan untuk menghasilkan baronang siap dikonsumsi

(Abdillah, 2012).

Anda mungkin juga menyukai