Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK II

MATAKULIAH
PENCEMARAN PERAIRAN
DAMPAK SENYAWA PCBs, SENYAWA PBBs, SENYAWA PFCs,
SENYAWA DIOXIN DAN SENYAWA ORGANOTIN

OLEH:

NAMA NO HP
MUHAMMAD KHADAFI 081355624825
ST. TAFRIYYAH HM 085343842431
LUKMANUL HAKIM 082290566978
IRMAH 082348110353
NURHIDAYAT 082232410818

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2019
1. Dampak Senyawa PCBs

PCBs merupakan senyawa chlorinated aromatic hidrokarbon yang sangat stabil


dan berwarna bening atau kuning pucat. PCBs memiliki sifat tidak larut dalam air,
konstanta dielektrik tinggi, memiliki konduksi listrik rendah. Senyawa tersebut
digunakan dari tahun 1930an hingga 1970an dalam berbagai produk industri. PCBs
paling banyak digunakan dalam peralatan listrik seperti transformator, generator,
kapasitor, coolant, dll. Pembatasan penggunaan PCBs dikarenakan dampak terhadap
lingkungan, termasuk bioakumulasi pada ikan dan mamalia. Efek pada kesehatan
manusia, tergantung pada konsentrasi PCBs, jenis PCBs, dan tingkat paparannya
terhadap manusia.

PCB telah digunakan dalam banyak aplikasi, dan sampai saat ini PCBs masih
banyak digunakan. Misalnya pada cairan elektrik pada peralatan listrik, cairan heat-
transfer pada operasional mekanikal, plasticizers, pelumas, tinta, dan surface coating.
Selain itu PCBs juga digunakan untuk pendingin dan cairan isolasi (minyak
transformator) untuk transformator dan kapasitor.

 Dampak pada Kesehatan


Banyak penelitian yang membuktikan bahwa paparan PCB dapat menimbulkan
dampak yang serius bagi kesehatan. Dampak kesehatan tersebut antara lain:

Kanker : PCBs diklasifikasikan sebagai senyawa yang


kemungkinan bersifat karsinogen. Selain itu, sebuah
studi menemukan bahwa resiko anak –
anak mengidap leukimia limfositik akut meningkat
dua kali lipat dikarenakan paparan PCB yang
terdeteksi pada debu ruangan dimana anak – anak
tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya.
Sistem Imunitas : PCBs menekan system kekebalan tubuh dan fungsi
kelenjar tiroid.
Penyakit Jantung : PCBs menyebabkan peningkatan resiko penyakit
kardiovaskular, hipertensi dan diabetes.
Hormonal : PCBs dapat mengubah sistem hormon seks.
Berdasarkan penelitian, telah ditemukan bahwa
PCBs dapat menurunkan usia gadis mencapai
pubertas dan dapat mengurangi kadar hormone laki
– laki ( testosterone )
Asma : PCBs secara keseluruhan dapat meningkatkan
resiko penyakit asma dan penyakit pernafasan
lainnya.
2. Dampak Senyawa PBBs (Timbal)

Timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh
masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri
nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah
sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari
pertambangan.

Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering
disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia.
Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan
keracunan.

Menurut Darmono (1995), Pb mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah


dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi
logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain, membentuk
logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya, mempunyai kepadatan
melebihi logam lain.

3. Dampak Senyawa PFCs

Perfluorochemicals (PFCs) merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk


membuat polimer fluor dan produk yang mampu menahan panas, minyak, lemak, dan
air. Polimer fluor dapat digunakan dalam industri tekstil dan furnitur.

 Dampak terhadap kesehatan manusia


Hingga saat ini paparan PFCs pada manusia masih belum diketahui secara pasti
mekanismenya. Beberapa PFCs dikatakan persisten pada lingkungan. Manusia secara
tidak sengaja mengonsumsi PFCs yang berasal dari air dan makanan yang
terkontaminasi. Dampak yang ditimbulkan dari paparan PFCs terhadap manusia belum
ditemukan.

 Dampak terhadap hewan


Pada penelitian dimana hewan uji digunakan untuk mengetahui dampak paparan
PFCs, ditemukan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan
cacat pada hati hewan uji. Hal ini terjadi pada paparan PFCs dalam konsentrasi yang
tinggi.

4. Dampak Senyawa Dioksin

Senyawa dioksin adalah golongan senyawa organoklorin yang persisten yang


tersebar luas pada hampir semua ekosistem di bumi dan dapat terakumulasi pada
jaringan berlemak. Istilah dioksin telah umum dikenal untuk menamai kelompok
senyawa kimia yang terdiri atas 75 senyawa polychlorinated dibenzo-p-dioxins
(PCDDs) dan 135 senyawa polychlorinated dibenzofurans (PCDFs) (CCME, 1985).
Kedua kelompok senywa dioksin memiliki strukur kimia planar, trisiklik ether,
memiliki atom klorin hingga delapan buah yang melekat pada atom karbon ke-1 sampai
ke-4 dan ke-6 sampai ke-9 (Fiedler, 2003).

Senyawa dioksin bersifat toksik baik terhadap hewan maupun manusia. Jika
terpapar dioksin dapat menyebabkan efek keracunan pada skala atau tingkat yang
beragam, mulai dari kulit (chloracne), sistem imun (immunotoxicity) toksisitas yang
menyebabkan kanker, toksisitas yang menyebabkan kelainan pada sistem reproduksi,
dan juga diduga menyebabkan efek kelainan pada syaraf (cognitive).

Selanjutnya, Arisawa et al. (2011) melaporkan bahwa ikan dan kerang-kerangan


adalah sumber utama paparan dioksin terhadap penduduk di Jepang, Taiwan, Italia, dan
negara-negara di Utara. Di Indonesia, pencemaran senyawa dioksin pada produk hasil
perikanan sampai kini masih belum banyak mendapat perhatian. Hal itu terlihat dari
minimnya nformasi dan data mengenai pencemaran dan dampak negatif dari senyawa
tersebut. Bahkan tidak hanya pada produk perikanan, penelitian mengenai senyawa
dioksin dalam lingkungan dan produk pangan lainnya juga masih sangat sedikit.
5. Dampak Senyawa Organotin

Senyawa organometalik terdiri dari elemen logam (mettaloid) yang secara kovalen
diikat secara langsung pada satu atau lebih atom karbon. Sebanyak 1830 buah senyawa,
baik kelompok utama maupun transisi logam diketahui diikat pada atom karbon. Selama
150 tahun berturut-turut ribuan senyawa telah disiapkan dan dipelajari, beberapa
senyawa ini mempunyai aplikasi yang luas dalam industri dan pertanian.

Senyawa organotin adalah senyawa organometalik yang disusun oleh 1 atau lebih
ikatan Sn-karbon (Sn-C). Senyawa ini umumnya original senyawa anthropogenik
(1)
kecuali methyltin yang mungkin dihasilkan melalui biometylasi di lingkungan .
Senyawa organotin secara mayoritas mempunyai tin dalam kedudukan oksidasi +4.

Formulasi umum OTs adalah RnSnX4-n, dimana R adalah sebuah alkyl atau aryl
group (seperti butyl (TBT), phenyl, octyl, metyl dsb.), X adalah spesies anionik (seperti
Cl, O, OH, dsb.) dan n adalah 1 sampai 4. Secara umum, ikatan tin-karbon adalah lemah
dan lebih polar daripada senyawa organik yang terbentuk dari karbon silikon atau
germanium; kelompok organik yang melekat ke atom tin akan lebih mudah melepaskan
diri. Akan tetapi, reaktivitas yang tinggi ini tidak mengakibatkan perubahan kestabilan
senyawa organotin dibawah kondisi biasa.

 Resiko Terhadap Kesehatan Manusia

Kontak langsung TBT menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, dan secara
potensial dapat menuju ke dermatitis. Akan tetapi belum ada kasus keracunan makanan
oleh TBT yang pernah dilaporkan. Berbagai studi yang dilakukan pada ikan di
Amerika dan Jepang memungkinkan manusia mengakumulasi TBT. Karena itu sebagai
upaya pencegahan terhadap kesehatan manusia, WHO berdasarkan uji imun pada tikus
telah menentukan batas toleransi intake harian TBT atau TDI (Toleransi Daily Intake)
sebesar 0.25 g TBT/kg berat badan.

Anda mungkin juga menyukai