NPM : 1714221002
Prodi : Ilmu Kelautan
M.K : Ekotoksikologi Laut
Jawab:
1. Bioakumulasi merupakan suatu proses dimana substansi kimia mempengaruhi makhluk
hidup dan ditandai dengan peningkatan konsentrasi bahan kimia di tubuh organisme
dibandingkan denga konsentrasi bahan kimia itu di lingkungan. Karena penyerapan
bahan kimia ini lebih cepat daripada proses metabolisme dan ekskresi tubuh organisme,
maka bahan-bahan kimia ini akan terakumulasi di dalam tubuh. Menurut MADER
(1996), bioakumulasi merupakan peningkatan konsentrasi polutan yang diikuti
perpindahan dari lingkungan ke organisme pertama pada rantai makanan. ANONYM
(1993) menyatakan bahwa proses bioakumulasi melibatkan tahap-tahap antara lain:
a) Pengambilan (Uptake), yaitu masuknya bahan-bahan kimia (melalui pernafasan, atau
adsorbsi melalui kulit, pada ikan biasanya dapat melalui insang);
b) Penyimpanan (Storage), yaitu penyimpanan sementara di jaringan tubuh atau organ.
Kadar bahan kimia ini akan terus bertambah di dalam tubuh organisme dan bila
kadarnya sampai melebihi kadar bahan tersebut di lingkungan (air atau udara) maka
proses bioakumulasi telah terjadi; dan
c) Eliminasi, dapat berupa pemecahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih
sederhana, dapat dilakukan dengan proses biologik disebut metabolisme
Berikut merupakan tahap pengambilan, penyimpanan dan eliminasi dari proses
bioakumulasi yang akan dijelaskan melalui gambar. Pada gambar dijelaskan bahwa salah
satu contoh proses uptake, distribusi, metabolisme dan penyimpanan polutan serta
ekskresi polutan dari dalam tubuh mamalia.
Biomagnifikasi
Bioakumulasi mengacu pada bagaimana suatu polutan memasuki rantai makanan
sedangkan biomagnifikasi mengacu pada kecenderungan polutan untuk ter-konsentrasi
dan berpindah dari satu tingkat trofik ke tingkat berikutnya. Senyawa polutan penyebab
biomagnifikasi umumnya bersifat mobile (mudah berpindah), long-lived (berumur
panjang), larut lemak dan bersifat aktif secara biologis. Jika polutan berumur pendek
maka polutan akan dipecah sebelum menjadi berbahaya; jika polutan tidak mobile, maka
polutan akan menetap di satu tempat dan organisme yang terpengaruh hanya dalam
kisaran geografi sempit; jika polutan larut dalam air, maka polutan akan diekskresikan
oleh organisme sedangkan polutan yang larut dalam lemak akan dapat bertahan di
tempat-tempat penyimpanan lemak dalam waktu yang cukup lama (MADER, 1996).
Keberadaan atau lama waktu suatu polutan dalam suatu rantai makanan juga sangat
tergantung dari waktu paruh dan bio-availibilitas senyawa polutan tersebut dalam
organisme. Polutan lipofilik, misalnya PAHs, tidak menunjukkan keberadaan dalam
jangka waktu yang lama dan menyebabkan terjadinya biomagnifikasi, dalam suatu rantai
makanan (WALKER et at., 1996). Hal ini disebabkan waktu paruh senyawa tersebut
yang relatif singkat. Beberapa invertebrata pada tingkat trofik yang rendah (misal Mytilus
edulis), mempunyai kemampuan yang rendah dalam melakukan metabolisme terhadap
PAHs, sehingga PAHs terakumulasi dalam kadar yang rendah. Jika bioakumulasi ini
terus berlanjut maka dapat terjadi biomagnifikasi. Biomagnifikasi melibatkan rantai
makanan sebagai penghubungnya. Pada biomagnifikasi, terlihat adanya peningkatan
konsentrasi bahan kimia pada tiap tingkatan trofik, jadi semakin tinggi tingkatan
trofiknya akan diikuti peningkatan kadar bahan kimia tersebut. Biomagnifikasi adalah
kecenderungan peningkatan kadar bahan kimia seiring peningkatan level trofik pada
jaring atau rantai makanan. Proses ini dimulai ketika produsen mengambil nutrien dari
lingkungan sekitar untuk disintesis menjadi molekul kompleks yang berguna untuk
proses biologis. Karena ketersediaan nutrien terbatas di lingkungan, tanaman umumnya
menggunakan energinya untuk memompa secara aktif nutrien masuk ke dalam sel.
Mereka kadang mengambil lebih dari yang dibutuhkan dan menyimpannya dalam
jaringan. Akhirnya konsentrasi nutrien di dalam jaringan tanaman akan lebih tinggi
daripada konsentrasi di lingkungan sekitar. Bahan-bahan kimia secara kimia bersifat
sama dengan beberapa nutrien anorganik, mereka akan ikut diserap dan tersimpan di
jaringan tubuh.
Langkah pertama dari proses biomagnifikasi adalah ketika konsentrasi kontaminan yang
tersimpan pada tubuh tanaman (produsen) lebih tinggi daripada lingkungan sekitar.
Tahap kedua terjadi ketika produsen dimakan oleh konsumen. Artinya, konsumen di
atasnya akan mengkonsumsi sejumlah biomassa dari tingkat trofik di bawahnya. Jika
biomassa mengandung kontaminan maka kontaminan akan diambil oleh konsumen.
Padahal kontaminan dapat masuk tidak hanya yang diperoleh dari produsen tetapi juga
dapat berasal dari penyerapan oleh tubuh organisme itu sendiri (ANONYM, 2003).
Organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi, misalnya ikan, mempunyai kemampuan
untuk mendetoksifikasi senyawa tersebut melalui mekanisme induksi enzim mono-
oksigenase, sehingga kecenderungan terjadinya bio-magnifikasi pada tingkat trofik yang
lebih tinggi, menjadi lebih kecil.Contoh klasik fenomena bio-magnifikasi yang terkenal
adalah biomagnifikasi senyawa PCB (Poly Chrolo Biphenyl) di Danau Ontario, Kanada.
Di danau itu, konsentrasi PCB dalam fitoplankton mencapai 250 kali lipat konsentrasi
PCB air. Pada tingkat tropik berikutnya, zooplankton mampu menimbun PCB 500 kali
lipat konsentrasi PC dalam air. Nilai biokonsentrasi ini semakin bertambah seiring
dengan peningkatan taraf tropik, melalui kelompok udang (Crustacea), ikan kecil (smelt)
ikan besar dan pada puncaknya burung Herring Gull yang menimbun PCB dua puluh
lima juta kali lipat konsentrai PCB dalam air (COLBORN et al., dalam WIDIANARKO,
1998). Fenomena biomagnifikasi ini berimplikasi pada manusia karena manusia
menduduki posisi puncak tingkat trofik pada hampir semua rantai makanan dalam
ekosistem. Jadi dengan demikian, manusia adalah makhluk yang menanggung resiko
biomagnifikasi paling tinggi.