Anda di halaman 1dari 10

Nama : Alfitra Hirzin Ummami

NPM : 1714221002
Prodi : Ilmu Kelautan
M.K : Ekotoksikologi Laut

Ujian Ekotoksikologi Laut


1. Jelaskan secara perbedaan antara Bioakumulasi dan Biomagnifikasi ?
2. Jelaskan secara rinci apakah yang dimaksud dengan LC50 ?
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya, bagaimana
dampak di biota jika konsentrasinya melebihi ambang batas ?
4. Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa toksik ?
5. Jelaskan bagaimana mekanis buangan air panas dari PLTU bisa mengakibatkan toksik
bagi biota dan kondisi perairan di laut ?

Jawab:
1. Bioakumulasi merupakan suatu proses dimana substansi kimia mempengaruhi makhluk
hidup dan ditandai dengan peningkatan konsentrasi bahan kimia di tubuh organisme
dibandingkan denga konsentrasi bahan kimia itu di lingkungan. Karena penyerapan
bahan kimia ini lebih cepat daripada proses metabolisme dan ekskresi tubuh organisme,
maka bahan-bahan kimia ini akan terakumulasi di dalam tubuh. Menurut MADER
(1996), bioakumulasi merupakan peningkatan konsentrasi polutan yang diikuti
perpindahan dari lingkungan ke organisme pertama pada rantai makanan. ANONYM
(1993) menyatakan bahwa proses bioakumulasi melibatkan tahap-tahap antara lain:
a) Pengambilan (Uptake), yaitu masuknya bahan-bahan kimia (melalui pernafasan, atau
adsorbsi melalui kulit, pada ikan biasanya dapat melalui insang);
b) Penyimpanan (Storage), yaitu penyimpanan sementara di jaringan tubuh atau organ.
Kadar bahan kimia ini akan terus bertambah di dalam tubuh organisme dan bila
kadarnya sampai melebihi kadar bahan tersebut di lingkungan (air atau udara) maka
proses bioakumulasi telah terjadi; dan
c) Eliminasi, dapat berupa pemecahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih
sederhana, dapat dilakukan dengan proses biologik disebut metabolisme
Berikut merupakan tahap pengambilan, penyimpanan dan eliminasi dari proses
bioakumulasi yang akan dijelaskan melalui gambar. Pada gambar dijelaskan bahwa salah
satu contoh proses uptake, distribusi, metabolisme dan penyimpanan polutan serta
ekskresi polutan dari dalam tubuh mamalia.

Biomagnifikasi
Bioakumulasi mengacu pada bagaimana suatu polutan memasuki rantai makanan
sedangkan biomagnifikasi mengacu pada kecenderungan polutan untuk ter-konsentrasi
dan berpindah dari satu tingkat trofik ke tingkat berikutnya. Senyawa polutan penyebab
biomagnifikasi umumnya bersifat mobile (mudah berpindah), long-lived (berumur
panjang), larut lemak dan bersifat aktif secara biologis. Jika polutan berumur pendek
maka polutan akan dipecah sebelum menjadi berbahaya; jika polutan tidak mobile, maka
polutan akan menetap di satu tempat dan organisme yang terpengaruh hanya dalam
kisaran geografi sempit; jika polutan larut dalam air, maka polutan akan diekskresikan
oleh organisme sedangkan polutan yang larut dalam lemak akan dapat bertahan di
tempat-tempat penyimpanan lemak dalam waktu yang cukup lama (MADER, 1996).
Keberadaan atau lama waktu suatu polutan dalam suatu rantai makanan juga sangat
tergantung dari waktu paruh dan bio-availibilitas senyawa polutan tersebut dalam
organisme. Polutan lipofilik, misalnya PAHs, tidak menunjukkan keberadaan dalam
jangka waktu yang lama dan menyebabkan terjadinya biomagnifikasi, dalam suatu rantai
makanan (WALKER et at., 1996). Hal ini disebabkan waktu paruh senyawa tersebut
yang relatif singkat. Beberapa invertebrata pada tingkat trofik yang rendah (misal Mytilus
edulis), mempunyai kemampuan yang rendah dalam melakukan metabolisme terhadap
PAHs, sehingga PAHs terakumulasi dalam kadar yang rendah. Jika bioakumulasi ini
terus berlanjut maka dapat terjadi biomagnifikasi. Biomagnifikasi melibatkan rantai
makanan sebagai penghubungnya. Pada biomagnifikasi, terlihat adanya peningkatan
konsentrasi bahan kimia pada tiap tingkatan trofik, jadi semakin tinggi tingkatan
trofiknya akan diikuti peningkatan kadar bahan kimia tersebut. Biomagnifikasi adalah
kecenderungan peningkatan kadar bahan kimia seiring peningkatan level trofik pada
jaring atau rantai makanan. Proses ini dimulai ketika produsen mengambil nutrien dari
lingkungan sekitar untuk disintesis menjadi molekul kompleks yang berguna untuk
proses biologis. Karena ketersediaan nutrien terbatas di lingkungan, tanaman umumnya
menggunakan energinya untuk memompa secara aktif nutrien masuk ke dalam sel.
Mereka kadang mengambil lebih dari yang dibutuhkan dan menyimpannya dalam
jaringan. Akhirnya konsentrasi nutrien di dalam jaringan tanaman akan lebih tinggi
daripada konsentrasi di lingkungan sekitar. Bahan-bahan kimia secara kimia bersifat
sama dengan beberapa nutrien anorganik, mereka akan ikut diserap dan tersimpan di
jaringan tubuh.

Langkah pertama dari proses biomagnifikasi adalah ketika konsentrasi kontaminan yang
tersimpan pada tubuh tanaman (produsen) lebih tinggi daripada lingkungan sekitar.
Tahap kedua terjadi ketika produsen dimakan oleh konsumen. Artinya, konsumen di
atasnya akan mengkonsumsi sejumlah biomassa dari tingkat trofik di bawahnya. Jika
biomassa mengandung kontaminan maka kontaminan akan diambil oleh konsumen.
Padahal kontaminan dapat masuk tidak hanya yang diperoleh dari produsen tetapi juga
dapat berasal dari penyerapan oleh tubuh organisme itu sendiri (ANONYM, 2003).
Organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi, misalnya ikan, mempunyai kemampuan
untuk mendetoksifikasi senyawa tersebut melalui mekanisme induksi enzim mono-
oksigenase, sehingga kecenderungan terjadinya bio-magnifikasi pada tingkat trofik yang
lebih tinggi, menjadi lebih kecil.Contoh klasik fenomena bio-magnifikasi yang terkenal
adalah biomagnifikasi senyawa PCB (Poly Chrolo Biphenyl) di Danau Ontario, Kanada.
Di danau itu, konsentrasi PCB dalam fitoplankton mencapai 250 kali lipat konsentrasi
PCB air. Pada tingkat tropik berikutnya, zooplankton mampu menimbun PCB 500 kali
lipat konsentrasi PC dalam air. Nilai biokonsentrasi ini semakin bertambah seiring
dengan peningkatan taraf tropik, melalui kelompok udang (Crustacea), ikan kecil (smelt)
ikan besar dan pada puncaknya burung Herring Gull yang menimbun PCB dua puluh
lima juta kali lipat konsentrai PCB dalam air (COLBORN et al., dalam WIDIANARKO,
1998). Fenomena biomagnifikasi ini berimplikasi pada manusia karena manusia
menduduki posisi puncak tingkat trofik pada hampir semua rantai makanan dalam
ekosistem. Jadi dengan demikian, manusia adalah makhluk yang menanggung resiko
biomagnifikasi paling tinggi.

2. Lethal Concentration 50 atau biasa disingkat menjadi LC 50 merupakan suatu


perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Arti dari LC
50 adalah pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50% dari jumlah organisme
uji, contohnya seperti pada larva artemia salina (Brine shrimp). Untuk penentuan LC 50
biasanya banyak digunakan dalam uji toksisitas pada bidang farmakologi dan biologi.
Pengukuran kematian (letalitas) seringkali digunakan untuk mencari tingkatan aman dari
kontak dengan racun. Uji-uji toksisitas seperti uji letalitas akut adalah berguna untuk
mengkaji berbahayanya zat kimia terhadap kehidupan di air (Cairns et al., 1978). Lethal
Concentration 50 ( ) adalah konsentrasi yang diturunkan secara statistik yang dapat
diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi
percobaan yang telah ditentukan. sering ditunjukkan dalam ukuran mg per volume
dari organisme uji. Suatu bahan kimia dikatakan sangat beracun apabila memiliki nilai
kecil dan sebaliknya.
3. Logam berat adalah kelompok unsur logam dengan massa jenis lebih besar dari 5
gr/cm3, yang pada tingkat tertentu menjadi bahan beracun dan sangat berbahaya bagi
makhluk hidup. Logam berat diantaranya adalah timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As)
dan cadmium (Cd). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik,
mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat
dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 2007). Pencemaran logam
terjadi karena adanya penggunaan logam tersebut dalam kegiatan manusia, sehingga
menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Daya toksisitas logam berat terhadap
makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya
tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh
polusi. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa terdapat beberapa macam penyakit
pada manusia yang terjadi akibat memakan makanan dan meminum minuman yang
mengandung logam berat, yaitu penyakit; kanker, gangguan saluran cerna, ginjal, dan
lain-lain.
Berikut ini adalah beberapa logam berat beracun yang berbahaya bagi lingkungan dan
mahluk hidup:
a. Timbal (Pb)
Timbal atau timah hitam memiliki nama ilmiah yaitu plumbum. Timbal mempunyai
nomor atom 82 dengan berat atom 207,2 g/mol, merupakan logam lunak yang memiliki
massa jenis 11,34 g/cm3. Timbal banyak digunakan sebagai konstituen di dalam cat,
baterai dan bensin. Timbal merupakan racun sistemik yang dapat masuk ke dalam tubuh
setiap hari melalui makanan, air, udara dan penghirupan asap tembakau. Efek dari
keracunan timbal dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan otak, antara lain epilepsi, kerusakan pada otak besar.
b. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap tidak larut dalam
basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Kadmium
umumnya tedapat dalam kombinasi dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfit).
Kadmium memiliki nomor atom 40 dengan berat atom 112,4 g/mol, bersifat lentur, tahan
terhadap tekanan, serta dapat dimanfaatkan sebagai pencampur logam lain,seperti nikel
(Ni), emas (Au), kuprum (Cu), dan besi (Fe). Kadmium adalah logam berat yang dapat
menyebabkan pencemaran dan berbahaya bagi manusia. Salah satu kasus terkenal di
Jepang yang disebabkan pencemaran logam Cd adalah Itai-itai desease.
c. Tembaga (Cu)
Tembaga atau copper adalah logam yang mempunyai bentuk kristal kubik, secara fisik
berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop, bijih tembaga
akan berwarna merah muda kecoklatan sampai keabuan. Dalam tabel periodik unsur-
unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai bobot
atom 63,546 g/mol. Senyawa-senyawa tembaga (I) yang berasal dari senyawa tembaga
(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah, mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga
(II) (CuO) yang berwarna hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru,
baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air.
d. Khromium (Cr)
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri gelas,
metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium diperlukan dalam
dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut
ferokromium sedangkan logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam.
Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya
racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan
bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic
yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan
kronis.
e. Merkuri (Hg)
Merkuri adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah menguap
pada suhu ruangan. Merkuri memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/molHg dan
memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam
nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Merkuri merupakan elemen alami sehingga mudah
mencemari lingkungan. Merkuri banyak ditemukan di alam terdapat dalam bentuk
gabungan dengan elemen lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah.
Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air, dan organisme
hidup melalui proses-proses fisik, kimia dan biologi yang kompleks.
f. Seng (Zn)
Seng adalah metal berkilauan (bluish-white), merupakan logam seperti perak yang
banyak digunakan dalam industri baja. Seng banyak digunakan pada industri alloy,
keramik, pigmen, karet, dan lain-lain. Toksisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh
memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat
racun. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan timbul
endapan seperti pasir.
4. Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif, namun pada
tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya adalah
adanya peningkatan produksi fitoplankton dan total produksi ikan (Jones-Lee & Lee,
2005; Gypens et al., 2009) sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan
kandungan oksigen di perairan, penurunan biodiversitas dan terkadang memperbesar
potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya yang lebih umum
dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau HABs. Nitrogen dan fosfor di dalam
sistem perairan ada dalam berbagai bentuk, namun hanya beberapa saja yang dapat
dimanfaatkan oleh alga dan tumbuhan air. Untuk nitrogen, beberapa yang dapat
dimanfaatkan adalah nitrit dan nitrat, sementara untuk fosfor berupa senyawa ortofosfat.
Silikon terlarut merupakan unsur hara yang penting bagi produktivitas primer. Silikon
juga merupakan unsur hara yang berperan sebagai regulator bagi kompetisi fitoplankton,
di mana diatom selalu mendominasi populasi fitoplankton pada konsentrasi silikat yang
tinggi.
Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah
satu nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan.
Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersedian nutrien.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004,
disebutkanbahwa baku mutu konsentrasi nitrat air laut yang layak untuk kehidupan biota
laut adalah 0,008mg/L. Konsentrasi nitrat yang lebih dari 0,2 mg/L dapat mengakibatkan
terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan dan selanjutnya menstimulir pertumbuhan
algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Tentunya hal ini sangat merugikan
karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan biodiversitas ekosistem perairan
setempat. Secara alami konsentrasi nitrat dalam air laut hanya beberapa mg/L dan
merupakan salah satu senyawa yang berfungsi dalam merangsang pertumbuhan biomassa
laut sehingga secara langsung mengontrol perkembangan produksi primer sehingga
berhubungan erat dengan kesuburan suatu perairan (Susana, 2004 dalamMurtiono et al.,
2016).
Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan pembentukan
protein. Fosfat yang merupakan salah satu senyawa nutrien yang sangat penting di laut.
Menurut Thomas (1955) dalamKadim et al.(2017), fosfat menjadi faktor pembatas yang
sangatpenting di perairan produktif dan tidak produktif, fosfor memainkan peranan
penting dalam determinasi jumlah fitoplankton. Di perairan, unsur fosfor tidak
ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa
anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa
partikulat. Menurut Anhwange et al. (2012) bahwa tingkat maksimum fosfat yang
disarankan untuk sungai dan perairan yang telah dilaporkan adalah 0,1 mg/L. Perairan
yang nilai konsentrasi fosfatnya lebih dari 0,1 mg/L sebagai perairan eutrof, dimana
perairan ini sering terjadi blooming fitoplankton (Subarijanti, 2005 dalamKadim et
al.,2017). Kondisi tersebut selanjutnya dapat berpengaruh terhadap turunnya konsentrasi
oksigen dalam badan air sehingga menyebabkan kematian ikan dan fosfat akan kembali
terdeposisi ke dalam pori sedimen melalui berbagai proses antara lain sedimentasi dan
adsorpsi. Organofosfat merupakan pestisida berbahan insektisida yang bekerja dengan
menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga terjadi penumpukan asetilkolin yang
berakibat pada terjadinya gangguan terhadap sistem pengantar impuls saraf menuju sel-
sel otot. Keadaan ini menyebabkan impuls tidak dapat dikteruskan secara baik sehingga
menyebabkan otot menjadi kejang dan akhirnya terjadi kelumpuhan (paralisis) yang
akhirnya membuat organisme tersebut mati. Di perairan laut,fosfat berada dalam bentuk
anorganik dan organik terlarut serta partikulat fosfat yang dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton dan organisme laut lainnya dalam
menentukan kesuburan perairan, kondisinya tidak stabil karena mudah mengalami proses
pengikisan, pelapukan dan pengenceran. Senyawa fosfat di perairan berasal dari sumber
alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan serta hancuran
bahan organik dan mineral-mineral fosfat.
5. Sulfit merupakan senyawa dari sulfur yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran
pernafasan. Akan tetapi, ketika sulfit terdapat di dalam air maka yang menanggung
dampak dari keberadaan senyawa tersebut adalah biota laut. Adanya sulfit di dalam
limbah juga menandakan bahwa terdapat sulfur yaitu sebesar 1,25 mg/L atau setara 1,25
× 10-6 ppm di dalam limbah yang disalurkan ke badan air laut. Kadar tersebut masih
tergolong normal dan belum melampaui NAB yaitu 0,05 ppm (Menteri Kesehatan RI,
2002). Adanya senyawa sulfit (SO3) dalam limbah disebabkan karena kandungan sulfur
dalam batubara bereaksi dengan oksigen yang terdapat di dalam air laut yang digunakan
dalam PLTU. Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar dalam PLTU adalah
material yang mengandung banyak unsur salah satunya adalah sulfur. Senyawa sulfite
yang terkandung dalam limbah buangan PLTU tersebut berasal dari sulfur yang
terkandung dalam batubara dan bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa sulfite.
Sulfur beikatan dengan ion hidrogen dan oksigen dalam perairan. Bentuk sulfur di
perairan adalah sulfida (S2-), hydrogen sulfide (H2S), ferro sulfide (FeS), sulfur dioksida
(SO2), sulfit (SO3), dan sulfat (SO4). Sulfat yang berikatan dengan hydrogen membentuk
asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang
paling banyak ditemukan di danau dan sungai (Efendi, 2003). Korosi sendiri akan
mengakibatkan terlarutnya Fe dalam air pada saat pengoperasian mesin dan akan terbawa
bersama limbah yang dapat menyebabkan pencemaran dan berdampak buruk bagi
organisme yang berada di dalamnya. Besi yang terkandung di dalam limbah PLTU
biasanya disebabkan karena terjadinya korosi pada alat-alat yang digunakan. Sehingga
karat yang terdapat dalam pipa-pipa saluran akan terbawa bersama dengan limbah.
Korosi sendiri dapat terjadi karena dipengaruhi oleh penggnaan air laut atau air sungai
yang mengandung garam-garam mineral. Akan tetapi, pada limbah tersebut tidak
dijumpai adanya besi (Fe). Hal tersebut menunjukan bahwa limbah bebas dari besi yang
mungkin terbawa dari peralatan yang mengalami korosi. Berdasarkan hasil tersebut,
maka dapat diketahui bahwa endapan coklat kehitaman yang terdapat di dasar perairan
laut di sekitar pembuangan limbah tersebut bukan disebabkan karena adanya senyawa
FeS. Selain itu, air laut yang panas yang oleh masyarakat seringkali digunakan sebagai
tempat berendam bukan disebabkan karena adanya unsur sulfur yang percaya dapat
membantu menyembuhkan penyakit kulit, akan tetapi disebabkan karena limbah yang
dibuang ke badan air laut tersebut adalah limbah yang dihasilkan oleh PLTU dengan
suhu yang panas karena telah melalui beberapa tahap dalam siklus tertutup yang terjadi
berulang-ulang di dalam pengoperasian PLTU. Dimana air laut dengan suhu yang normal
disedot melalui sebuah pipa dan kemudian melalui proses penyaringan untuk
membebaskan air laut dari garam-garam mineral yang dapat menyebabkan korosi pada
alat yang digunakan. Setelah itu, air kemudian digunakan untuk menarik uap panas dari
boiler yang kemudian dapat memutar turbin yang dihubungkan dengan generator dan
menghasilkan energi listrik. Air tersebut melalui kondensor yang dinamakan dengan air
kondensat. Begitu seterusnya hinggap pada akhirnya air laut tersebut dibuang kembali ke
badan air dalam bentuk liambah cair dengan suhu yang tinggi.
Kandungan logam berat yang menumpuk pada air laut dan sedimen akan masuk ke
dalam sistem rantai makanan dan berpengaruh pada kehidupan organisme. Logam berat
ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam
berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi,
logam berat ini akan bertindak sebagai alergen, mutagen, atau karsinogen bagi manusia.
Jadi PLTU memiliki buangan berupa air panas yang suhunya lebih tinggi dari pada suhu
air sebelum dipakai untuk pendingin atau dengan kata lain PLTU menghasilkan buangan
air panas. Pada suhu tersebut, jarang ada hewan yang bertahan karena pada umumnya
hewan laut bertahan pada rentan suhu tertentu. Hal tersebut menunjukan bahwa limbah
buangan yang panas telah merusak biota laut di sekitar pembuangan limbah tersebut.
Laut juga mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan,
tumbuh-tumbuhan, dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan
mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di
masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu, laut yang merupakan suatu sumber daya
alam, sangat perlu untuk dilindungi. Hal ini berarti pemanfaatannya harus dilakukan
dengan bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang
akan datang. Suatu hal yang menjadi masalah, luas dan besar dijadikannya lautan sebagai
tempat penampungan bagi kegiatan kehidupan di darat dan di laut, karena dianggap
mampu mengelola limbah. Namun ternyata proses fisika dan kimiawi berlangsung tidak
secepat yang diperkirakan. Masuknya unsur lain ke dalam lingkungan laut memberi
dampak pada keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Pencemaran laut diartikan
sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke
daerah laut. Logam berat di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain
dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan buangan industri.
Penurunan kualitas air diakibatkan oleh adanya zat pencemar, baik berupakomponen-
komponen organik maupun anorganik. Komponen-komponen anorganik, diantaranya
adalah logam berat yang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai