Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK SEBARAN TOKSIKAN AKIBAT

PENCEMARAN LOGAM BERAT PB

Disusun Guna Memenuhi Penugasan Mata Kuliah


Ekotoksikologi

Dosen Pengampu:
Dr. Dwi Ermawati Rahayu, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Ikhwanti Khoirunisa (2009046037)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
PEMBAHASAN

Gambar 1 Infografik Proses Toksin Logam Berat Pb

Logam berat adalah bahan pencemar yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan
sehingga akan terakumulasi di alam dan di dalam tubuh organisme. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi toksisitas setiap jenis logam berat, antara lain: bentuk
senyawa, daya kelarutan logam berat di dalam cairan, ukuran partikel dan beberapa sifat
kimia dan fisika lainnya. Berbagai logam berat dapat terakumulasi di perairan, contohnya
logam berat Pb. Berikut penjelasan proses infografik proses toksin logam berat Pb di
perairan mapun tanah.

Dispersi

Dispersi merupakan proses dimana logam berat Pb mulai tersebar ke perairan akibat
aktivitas industri seperti industri tekstil. Persebaran ini dapat terjadi ketika pembuangan
limbah logam berat Pb dari industri tekstil dilakukan ke perairan. Hal ini yang
menyebabkan tingginya kandungan logam berat Pb dalam air di berbagai badan air yang
terdampak (Usman, 2013).
Absorbsi

Absorpsi adalah suatu kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain. Dalam ilmu kimia,
absorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisika atau kimia atau suatu proses di mana
atom, molekul atau ion memasuki fase ruah – bahan cair atau padat. Logam berat Pb
yang masuk ke perairan nantinya akan terabsorbsi dengan zat-zat di perairan sehingga
logam berat Pb akan mencemari perairan yang telah terkena limbah tersebut. Padatan
tersuspensi dalam kolom air akan mengabsorbsi Pb terlarut dalam air mementuk ikatan
partikulat Pb. Timbal (Pb) adalah jenis logam berat yang bersifat toksik dan merupakan
bahan polutan, karena logam berat ini merupakan senyawa yang tidak bisa dirombak
seperti senyawa organik dan dapat bertahan lama di lingkungan air, sebelum akhirnya
terabsorbsi oleh adanya suatu proses fisik dan kimia di perairan (Fahruddin, 2020).

Sedimentasi

Logam dalam bentuk partikel akan berasosiasi dengan partikel tersuspensi di kolom air
atau akan terakumulasi di sedimen dasar dalam perairan. Logam yang mengendap di
sedimen, juga akan berpartisi pada fraksi-fraksi di sedimen, yang akan menentukan
bioavalabilitas bagi biota. Selain daripada itu, penting mengidentifikasi sumber logam
yang masuk ke perairan, apakah bersumber dari kegiatan manusia (antropogenik) atau
alamiah. Dari hasil identifikasi tersebut, sangat menunjang kegiatan monitoring dan
evaluasi pencemaran logam di suatu lokasi (Rustiah, 2019).

Tingginya konsentrasi logam berat dalam sedimen dimungkinkan oleh adanya proses
pengendapan yang berlangsung dalam skala waktu yang lama menyebabkan logam berat
terakumulasi di dalam sedimen. Logam berat yang semula terlarut dalam air diadsorbsi
oleh partikel halus, oleh arus pasang surut partikel halus tersebut diendapkan di dasar
perairan. Logam – logam berat yang ada dalam badan perairan akan mengalami proses
pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen, kemudian terakumulasi dalam tubuh biota
yang ada, kemampuan biota untuk menimbun logam (bioaccumulation) melalui rantai
makanan sehingga terjadi metabolisme bahan berbahaya secara biologis dan akan
mempengaruhi organisme yang ada di perairan tersebut (Nasution, 2011).
Logam-logam dalam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion,
diantaranya pasangan ion kompleks, ion-ion bebas, ion organik, dan bentuk ion lainnya.
Proses masuknya logam berat ke dalam perairan, pertama akan mengendap, dispersi dan
pengenceran, selanjutnya diserap oleh organisme-organisme di perairan. Kenaikan pH
perairan akan menyebabkan kelarutan logam berat semakin kecil. Selanjutnya
menyatakan bahwa kenaikan suhu, rendahnya nilai salinitas dan pH di perairan tersebut,
menyebabkan semakin besar tingkat bioakumulasi logam berat (Rustiah, 2019).

Bioakumulasi dan biomagnifikasi

biokumulasi merupakan proses terkumpul dan meningkatnya kadar logam berat dalam
tubuh organisme di dalam suatu perairan akibat ketidakmampuan organisme tersebut
mendegradasi suatu logam berat yang kemudian akan mengalami transformasi dan
peningkatan logam berat secara tidak langsung melalui suatu proses rantai makanan.
Logam berat yang ada di perairan nantinya akan terakumulasi dalam tubuh biota laut yang
ada dalam perairan baik melalui insang maupun melalui rantai makanan dan akhirnya
akan sampai pada manusia. Fenomena ini dikenal sebagai bioakumulasi atau
biomagnifikasi. Biomagnifikasi itu sendiri adalah proses dimana bahan pencemar
konsentrasinya meningkat dengan meningkatnya posisi makhluk hidup pada suatu rantai
makanan (Amriani, 2011).

Logam berat timbal sangat beracun, mempunyai sifat bioakumulatif dalam tubuh
organisme air, dan akan terus diakumulasi hingga organisme tersebut tidak mampu lagi
mentolerir kandungan logam berat timbal dalam tubuhnya. Karena sifat bioakumulatif
logam berat timbal, maka bisa terjadi konsentrasi logam tersebut dalam bentuk terlarut
dalam air adalah rendah, dalam sedimen semakin meningkat akibat prosesproses fisika,
kimia dan biologi perairan, dan dalam tubuh hewan air meningkat sampai beberapa kali
lipat (Ika, 2012).

Evaporasi dan kondensasi

Evaporasi (penguapan) adalah proses perubahan wujud zat dari cair menjadi gas yang
terjadi di permukaan air dan tanah. Air yang mengalami proses evaporasi biasanya adalah
air danau, sungai, waduk dan laut. Kondensasi adalah perubahan wujud dari gas ke cair.
Proses kondensasi terjadi apabila uap air di udara melalui permukaan yang lebih dingin
dari titik embun uap air. Suhu udara berperan penting dalam proses kondensasi

Runoff

Runoff adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan
kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya
berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan. Pada permulaan aliran air/sungai
terjadi karena air mengalir mengikuti retakan-retakan/patahan-patahan (joint) yang ada di
permukaan bumi. Sehingga pada awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran
sungai, tetapi merupakan akumulasi air, kemudian terjadi proses lanjutannya seperti prose
pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya.

Pencemaran Air Tanah

Pencemaran air tanah merupakan sebuah kondisi yang mana tanah sebagai tempat
berkumpulnya air tercemar oleh polutan (zat pencemar) sehingga air yang berada di
dalamnya juga ikut tercemar. Pencemaran air tanah dapat terjadi diakibatkan proses
penyerapan tanah yang menyerap logam berat aktivitas pabrik industri seperti tekstil. Jika
air tanah sudah tercemar oleh logam berat Pb akan membuat tanaman yang tumbuh di
tanah tersebut ikut tecemar timbal (Pb). Tanaman ini akan menyerap timbal lewat akar
dan terakumulasi pada tanaman. Apabila nantinya tanaman ini dikonsumsi oleh makhluk
hidup, maka akan sangat berdampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup, seperti
manusia.

Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi
terhadap manusia. Logam berat secara langsung maupun tidak langsung dapat
membahayakan manusia seperti Timbal (Pb) dapat mengakibatkan penghambataan
sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia, terganggunya
sistem syaraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem reproduksi, idiot pada anak - anak,
sawan (epilepsi), cacat rangka dan merusak sel - sel somatik. Walaupun jumlah Timbal
(Pb) yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya.
Hal ini disebabkan senyawa – senyawa Timbal (Pb) dapat memberikan efek racun
terhadap banyak organ yang terdapat dalam tubuh (Ika, 2012)
Dengan demikian, adanya semua proses di atas dapat dilihat bahwa proses toksin logam
berat Pb ke lingkungan sangat berdampak bagi lingkungan maupun makhluk hidup.
Toksin yang tersebar ke perairan akan merusak ekosistem biota yang ada di perairan
begitupun dengan tanah. Jika toksin juga tersebar ke tanah maka akan merusak susunan
tanah dan menyebabkan pencemaran air tanah. Tidak hanya perairan dan tanah, tetapi
toksin logam berat Pb juga dapat mencemari lewat udara sehingga akan berdampak buruk
bagi manusia dan lingkungannya.

Pencemaran Logam Berat Timbal di udara

Dalam bentuk organik timbal dipakai dalam industri perminyakan. Alkil timbal
(TEL/timbal tetraetil dan TML/timbal tetrametil) digunakan sebagai campuran bahan
bakar bensin. Fungsinya selain meningkatkan daya pelumasan, meningkatkan efisiensi
pembakaran juga sebagai bahan aditif anti ketuk (anti-knock) pada bahan bakar yaitu
untuk mengurangi hentakan akibat kerja mesin sehingga dapat menurunkan kebisingan
suara ketika terjadi pembakaran pada mesin-mesin kendaraan bermotor. Sumber inilah
yang saat ini paling banyak memberi kontribusi kadar timbal dalam udara (Palar, 2004).

Sumber-sumber lain yang menyebabkan timbal terdapat dalam udara ada bermacam-
macam. Di antara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu
bara, asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil, timbal oksida,
peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena senyawa
timbal yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat mudah menguap. Kadar
timbal dari sumber alamiah sangat rendah dibandingkan dengan timbal yang berasal dari
pembuangan gas kendaraan bermotor (Palar, 2004).

Penurunan kualitas udara ambient khususnya Pb juga berdampak


kesehatan, batasan toleransi Pb yang masuk kedalam tubuh per mingguan
(provisional tolerable weekly intakea atau PTWI) Pb adalah 50 μg/kg berat badan
untuk dewasa dan 25 μg/kg berat badan untuk anak-anak. Kadar normal dalam
darah orang dewasa rata-rata adalah 10-25 μg/100 ml. Bila kandungan Pb lebih
dari 80 μg/100 ml membahayakan bagi kesehatan berdasarkan standar WHO.
Pada anak-anak, kadar yang diperkenankan oleh Centre for Disease Control
(CDC) adalah 10 μg/100 ml (Palar, 2004).

Efek toksik yang banyak menarik perhatian adalah efek toksik Pb pada bayi dan anak-
anak. Kadar Pb yang rendah menyebabkan kerusakan otak yang bersifat tidak balik yang
berpengaruh pada gangguan belajar/daya ingat dan penurunan kapasitas intelektual. Efek
toksik Pb atau yang disebut dengan istilah plumbisme ditandai dengan anemia, kerusakan
ginjal, kerusakan syaraf, paralysis parsial otot tertentu, dan kerusakan otak dengan gejala
akut kolik pain pada abdomen, mual, penurunan berat badan, hipotensi, insommia, dan
gangguan saluran cerna. Menurut hasil penelitian menyatakan pada pemajanan tingkat
tinggi (Pb ± darah lebih dari 80 μg/100 ml) meningkatkan resiko kematian akibat penyakit
cererovascular dan nephritis kronik (Palar, 2004).
Daftar Pustaka

1. Amriani., 2011, Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) Dan Seng (Zn)
Pada Kerang Darah (Anadara Granosa L.) Dan Kerang Bakau
(Polymesoda Bengalensis L.) Di Perairan Teluk Kendari, Jurnal Ilmu Lingkungan,
Volume 9 Nomor 2, Universitas Diponegoro, Semarang.

2. Fahruddin, dkk., 2020, Toleransi logam berat timbal (Pb) pada bakteri indigenous
dari air laut Pelabuhan Paotere, Makassar, Jurnal SINTA 4, Volume 18 Nomor 1,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

3. Ika, dan Tahril., 2012, Analisis Logam Timbal (Pb) Dan Besi (Fe) Dalam Air Laut Di
Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara, Jurnal Akad. Kim.,
Volume 1 Nomor 4, Universitas Tadulako, Palu.

4. Nasution, S, dan Siska, M., 2011, Kandungan Logam Berat Timbal (Pb ) Pada
Sedimen Dan Siput Strombus Canarium Di Perairan Pantai Pulau Bintan, Jurnal Ilmu
Lingkungan, Volume 5 Nomor 2, Universitas Riau, Pekanbaru.

5. Palar., 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta: Rineka Cipta.

6. Rustiah, W, dkk., Analisis Distribusi Logam Berat Timbal Dan Cadmium Dalam
Sedimen Sepanjang Muara Sungai Dan Laut Perairan Spermonde, Sulawesi Selatan,
Indonesia, Jurnal Indo. J. Chem. Res., Volume 7 Nomor 1., Universitas Hasanuddin,
Makassar.

7. Usman, S., 2013, Distribusi Kuantitatif Logam Berat Pb dalam Air, Sedimen dan Ikan
Merah (Lutjanus erythropterus) di Sekitar Perairan Pelabuhan Parepare, Jurnal
Marina Chimica Acta, Volume 14 Nomor 2, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai