TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (2016) bangunan adalah sesuatu yang
didirikan, sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, menara).
Konstruksi suatu bangunan adalah suatu kesatuan dan rangkaian dari beberapa elemen yang
direncanakan agar mampu menerima beban dari luar maupun berat sendiri tanpa mengalami
perubahan bentuk yang melampaui batas persyaratan. Pada perencanaan suatu konstruksi
bangunan gedung diperlukan beberapa landasan teori berupa analisa struktur, ilmu tentang
kekuatan bahan serta hal lain yang berpedoman pada peraturan - peraturan yang berlaku di
Indonesia. Ilmu teoritis di atas tidaklah cukup karena analisa secara teoritis tersebut hanya
berlaku pada kondisi struktur ideal sedangkan gaya - gaya yang dihitung hanya merupakan
pendekatan dari keadaan yang sebenarnya atau yang diharapkan terjadi (Daniel dkk, 1999).
1
3.2.1 Tahap Perencanaan dan Penyusunan Jadwal
Pada tahap perencanaan dan penjadwalan meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
a. Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran, dalam perkiraan biaya yang diperlukan untuk
suatu kegiatan tertentu proyek maupun proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran
merupakan perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan
proyek yang dikaitkan dengan waktu.
b. Jadwal Pelaksanaan
Proses penjadwalan melalui proses yang dinamakan Estimasi (estimasi durasi maupun
estiasi biaya). Estimasi adalah perkiraan. Sesuai karakteristik proyek konstruksi, adanya
tingkat resiko yang tinggi terhadap setiap perubahan yang terjadi, baik perubahan sistem
politik, cuaca, ketergantungan pihak lain, dan lain sebagainya.
(Dipohusodo, 1996).
Pengendalian atau kontrol dilaksanakan untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan, pekerjaan yang dilaksanakan harus benar – benar dicek oleh pengawas
lapangan sesuai dengan spesifikasi yang ada. Proses pengendalian berjalan selama proyek
berlangsung untuk mewujudkan peforma yang baik pada setiap tahap. Pemantauan harus
dilakukan selama masa pelaksanaan proyek, dimana informasi hasil pemantauan ini
berguna sebagai bahan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan
kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang telah dibuat
berdasarkan perencanaan. Hasil evaluasi digunakan untuk pengambilan tindakan yang
akurat terhadap permasalahan – permasalahan yang timbul selama pelaksanaan (Suyatno,
2010).
(Ervianto, 2004).
Sumber daya yang dibutuhkan selama proses konstruksi adalah material, mesin, pekerja,
metode, dan uang. Penggunaan material dalam proses konstruksi secara efektif sangat
tergantung dari desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Penghematan material dapat
dilakukan pada tahap penyediaan, handling, dan processing selama waktu konstruksi.
Pemilihan alat yang tepat dan efektif akan mempengaruhi kecepatan proses konstruksi,
pemindahan atau distribusi material dengan cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.
Pekerja adalah salah 1 sumber daya yang sangat sulit dilakukan pengontrolannya, upah
yang diberi sangat bervariasi tergantung, kecakapan masing - masing pekerja, karena tidak
ada 1 pekerja yang sama karakteristiknya (Ervianto, 2004).
(Ervianto, 2004).
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan dan
mengendalikan semua operasional di lapangan (Ervianto, 2004).
Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air, agregat kasar dan agregat halus yang
umumnya menggunakan pasir dan kerikil dengan ukuran kecil sebagai agregat halus serta
batu kerikil sebagai agregat kasar. Selain itu, beton terkadang dibuat dengan menambahkan
material campuran (admixture). Dalam proses pencampurannya, semen dan air membentuk
pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras di antara butir - butir pasir dan
agregat, dimana agregat akan menentukan kekuatan dan kualitas beton (Kusuma, 1993).
Kekuatan beton bertulang tergantung dari beberapa faktor seperti proporsi capuran, kondisi
temperatur dan kelembaban tempat dimana beton akan mengeras. Untuk memperoleh beton
dengan kekuatan seperti yang diinginkan, maka beton yang masih muda perlu dilakukan
perawaran dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berkalan dengan sempurna. Pada
proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu
cepat mengering, maka akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak - retak tersebut
akan menyebabkan kekuatan beton menurun akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi
kimiawi penuh (Dipohusodo, 1996).
Menurut Antonius (2009) berikut ialah kelebihan dari struktur beton bertulang :
1 Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis material
lain,
2 Beton memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
3 Struktur bertulang sangat kokoh,
4 Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi,
5 Beton memiliki usia penggunaan yang panjang,
6 Beton memiliki kemampuan untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam,
6. Keahlian pekerja yang dibutuhkan dalam membangun konstruksi beton bertulang lebih
tinggi dibandingkan dengan bahan struktur baja.
Menurut Antonius (2009) selain kelebihan tersebut, ada kelemahannya sebagai struktur
bangunan, yaitu :
1. Beton memiliki kekuatan tarik yang rendah sehingga dibutuhkan penggunaan tulangan
tarik,
2. Beton memerlukan bekisting untuk menahan beton agar tetap pada tempatnya, dimana
dalam segi operasional, pembuatan bekisting membutuhkan biaya yang cukup besar,
3. Rendahnya kekuatan persatuan berat dari beton yang dapat mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat,
4. Sifat beton yang sangat bervariasi karena proporsi campuran dan proses pengadukannya,
5. Adanya sifat lain dari beton seperti susut dan rangkak yang menimbulkan masalah
dalam proses pemeliharaannya.
Peraturan atau pedoman sebagai standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan
bangunan beton betulang di Indonesia diatur di dalam SK SNI-0302947-2002 tentang
Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang. Di dalam SK SNI-0302947-2002
memberikan ketentuan - ketentuan baru yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
struktur beton bertulang yaitu:
1 Perhitungan perencanaan lebih diutamakan serta diarahkan untuk menggunakan
metode kekuatan sedangkan metoda elastik masih tercantum sebagai alternatif dan
diberikan di bagian belakang
2 Konsep perhitungan keamanan dan beban yang lebih realistik yang dihubungkan
dengan tingkat daktilitas struktur
3 Tata cara hitungan geser dan puntur pada keadaan ultimit
4 Ketentuan - ketentuan detail penulangan yamg lebih rinci untuk beberapa komponen
struktur
3.5 Komponen Struktur Beton Bertulang
Struktur bangunan terdiri dari struktur bawah (pondasi dan struktur bangunan yang berada
di bawah permukaan tanah) dan struktur atas (kolom, balok, plat, tangga, atap) yang
memiliki fungsi yang berbeda – beda pada struktur (Antonius, 2009).
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas muka
tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, plat, balok, dinding geser dan tangga, yang
masing- masing mempunyai peran yang sangat penting. Struktur bagian atas merupakan
bagian dari struktur yang berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati,
beban hidup, berat sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan. Selain itu,
struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus dapat
menjamin dari segi keamanan dan kenyamanan (Antonius, 2009).
3.6.1 Kolom
Kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
Fungsi kolom menurut Indrawan dkk. (2003) adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan
berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang - barang), serta beban angin.
Kolom berfungsi sangat penting yaitu agar bangunan tidak mudah roboh.
Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, umumnya dikenal dengan 2 jenis kolom, yaitu :
1. Kolom Utama
Kolom utama berfungi menyangga beban utama yang berada di atasnya, memiliki
ukuran dimensi yang disesuaikan dengan kemampuan untuk menopang beban di
atasnya.
2. Kolom Praktis
Kolom praktis berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
agar dinding stabil, jarak kolom praktis maksimum 3,5 m atau pada pertemuan
pasangan bata (sudut – sudut). Dimensi kolom praktis umumnya tidak melebihi dimensi
kolom utama, mengikuti dimensi dinding namun juga dapat melebihi
(Dipohusodo, 1994).
(Antonius, 2009).
Kolom portal pada bangunan gedung bertingkat harus dibuat menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom - kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai,
karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Oleh
sebab itu, harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap - tiap lapis
lantai. Untuk dimensi kolom, dapat dirancang secara bervariasi menurut beban yang
diterima. Semakin besar bebannya, maka bisa semakin besar dimensi kolom yang
digunakan. Beban tersebut antara lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat
balok dan plat lantai serta beban hidup (Asroni, 2010).
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur
beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan (Kusuma, 1993).
Kekuatan kolom menurut Indrawan dkk. (2003) dievaluasi dengan memperhatikan prinsip -
prinsip berikut:
1. Distribusi regangan di sepanjang tebal kolom bersifat linear,
2. Tidak terjadi slip antara beton dan tulangan,
3. Regangan tekan maksimum beton pada kondisi ultimate = 0,003,
4. Kekuatan tarik beton diabaikan.
Prinsip kerja elemen kolom ialah apabila kolom menerima beban dengan mencapai nilai
tertentu dan elemen tersebut tiba - tiba tidak stabil dan berubah bentuk, maka kolom
tersebut tidak mampu dalam menahan beban yang didistribusikan tersebut. Hal inilah yang
dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini adalah
kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan elemen
struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul - beban untuk elemen struktur
kolom itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal.
Struktur yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layak lagi
(Dipohusodo, 1994).
(Antonius, 2009).
Faktor – faktor yang mempengaruhi beban tekuk pada suatu elemen struktur tekan panjang,
yaitu :
1. Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul - beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat
panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk adalah
yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material,
bentuk, dan ukuran penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu
menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun,
bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi
material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen Inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Jika ujung - ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul
- beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung - ujungnya dijepit.
Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan
yang mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu
arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan
terjadinya pengurangan kapasitas pikul - beban elemen tekan. Beban maksimum yang
dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya material, bukan tekuk.
(Hartono, 2005).
3.6.2 Balok
Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya – gaya yang bekerja dalam arah
transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya
geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994).
Menurut Asroni (2010) balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban –
beban dari plat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya, balok dicor
secara monolit dengan plat dan secara struktural dipasang tulangan di bagian bawah atau di
bagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok adalah tekan dan tarik, yang
disebabkan karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (1971)
maka persyaratan balok yaitu :
1. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi
balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih,
2. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk
balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan
pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan - keadaan
khusus,
3. Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari penampang,
4. Pada balok S- balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang - bidang sampingnya
harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik
pokok.
Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis
baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras,
5. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai
tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari
tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada
jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
Menurut Asroni (2010) yang dimaksud dengan plat beton bertulang yaitu struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya tegak lurus pada bidang struktur
tersebut. Ketebalan bidang plat ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang
/ lebar bidangnya plat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga
pada bangunan gedung, plat ini berfungsi sebagai diagfragma / unsur pengaku dalam suatu
struktur.
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat
pembatas antara tingkat yang 1 dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-
balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan, plat lantai juga dapat ditemui di
jembatan, pelabuhan, dan lain – lain (Dipohusodo, 1994).
(Asroni, 2010).
Menurut Asroni (2010) dua sistem perencanaan plat dengan tulangan pokok, yaitu :
1. Sistem plat 1 arah
Sistem plat 1 arah adalah plat yang panjangnya 2 kali atau lebih besar daripada
lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok - balok dan sebagian kecil
saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar. Kondisi plat ini dapat
direncanakan sebagai plat 1 arah dengan tulangan utama sejajar dengan gelagar atau
sisi pendek dan tulangan susut atau suhu sejajar dengan balok - balok atau sisi
panjangnya. Permukaan yang melendut dari sistem plat 1 arah mempunyai
kelengkungan tunggal. Sistem plat 1 arah dapat terjadi pada plat tunggal maupun
menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi
2. Sistem plat 2 arah
Sistem ini dapat terjadi pada plat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang
bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis plat lantai 2 arah jika perbandingan
dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari 2 beban plat lantai pada
jenis ini disalurkan keempat sisi plat atau keempat balok pendukung, akibatnya
tulangan utama plat diperlukan pada kedua arah sisi plat. Permukaan lendutan plat
mempunyai kelengkungan ganda
Perencanaan dan perhitungan plat lantai pada dasarnya harus mengikuti persyaratan yang
tercantum pada SNI T-15-1990-03 (1991) dengan beberapa persyaratan seperti :
1. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang - kurangnya 12 cm, sedangkan untuk plat
atap sekurang - kurangnya ialah 7 cm
2. Plat harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak atau
baja sedang
3. Pada plat lantai yang tebalnya lebih besar dari 25 cm, maka perlu dipasang tulangan
rangkap atas dan bawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 20 cm
atau dua kali tebal plat lantai.
5. Seluruh tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm, untuk
melindungi baja dari karat, korosi atau kebakaran.
6. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran semen, pasir kerikil dengan
perbandingan 1:2:3 dengan ditambahkan air.
Untuk merencanakan plat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.
Kekakuan hubungan antara plat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang
terjadi pada plat. Untuk bangunan gedung, umumnya plat tersebut ditumpu oleh balok-
balok secara monolit, yaitu plat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu
kesatuan. Kemungkinan lainnya, yaitu plat didukung oleh balok - balok baja dengan sistem
komposit atau dapat pula didukung oleh kolom lansung tanpa balok (Dipohusodo, 1994).
(Kusuma, 1993).
3.6.4 Tangga
Tangga adalah suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan anak tangga yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga mempunyai bermacam -
macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke
arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok
tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free Standing Stairs) (Frick,
2002).
Menurut Antonius (2009) bagian – bagian struktur penyusun tangga, yaitu :
1. Ibu tangga
Ibu tangga merupakan struktur utama tangga yang berfungsi untuk mendukung anak
tangga. Ibu tangga dapat merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka
bangunannya. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga biasanya ialah
beton bertulang, kayu, baja, plat baja, baja profil serta besi.
2. Anak tangga
Anak tangga merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup penting.
Karena sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus
benar- benar aman, nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti
terpeleset karna licin atau terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian
antrede (pijakan datar) dan optrede (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak
tangga untuk hunian berkisar antara 20 - 33 cm. dan untuk bagian vertikal langkah
atasnya berkisar antara 15 - 18 cm. untuk ukuran tangga darurat biasanya bagian
vertiakal mencapai 20 cm. Ukuran lebar tangga tempat tinggal adalah minimal 90 cm.
sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.
(Kusuma, 1993).
3.6.5 Atap
Atap adalah suatu bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan
yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu dan untuk keperluan
perlindungan. Konstruksi rangka atap adalah bagian atas dari suatu bangunan yang
merupakan struktur rangka batang yang diletakkan pada suatu bidang dan saling
dihubungkan dengan sendi pada ujungnya, sehingga membentuk bagian bangunan yang
terdiri dari segitiga - segitiga (Antonius, 2009).
Menurut Frick (2002) secara umum bentuk atap dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Atap Datar
Model atap ini hanya berupa bidang datar, tetap terdapat kemiringan pada
permukaannya, namun relatif kecil bila dibandingkan dengan bentuk atap lainnya.
Biasanya atap datar terbuat dari beton bertulang yang secara kasat mata terlihat datar.
Atap datar biasanya digunakan untuk teras maupun tempat parkir
2. Atap Sandar
Model atap ini biasanya untuk bangunan tambahan seperti emperan, namun pada zaman
sekarang banyak digunakan pada rumah – rumah dengan desain moder karena
modelnya yang simple sering dimodifikasi sehingga menghasilkan tampilan yang
menarik
3. Atap Pelana
Model atap ini biasanya dipasang pada bangunan rumah maupun gudang – gudang yang
menggunakan rangka atap baja konvensiional. Sudut kemiringan atap ini berkisar 30° -
45°
4. Atap Limas
Model atap ini merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan 2 bidang
yang berbentuk segitiga yang memiliki kemiringan yang sama yang menjadikan tidak
diperlukan pembuatan dinding penutup yang tinggi seperti pada atap pelana
Rangka atap memiliki bagian yang bertugas untuk menahan beban di atasnya yang terdiri
dari penutup atap, beban angin dan curah hujan. Rangka atap terdiri dari 3 elemen, yaitu :
1. Kuda – kuda penopang, untuk penyalur gaya tekan,
2. Balok dasar, untuk penahan gaya tarik,
3. Tiang tengah, untuk mendukung balok hubungan dan enerima gaya
Baja ringan umumnya dilapisi dengan 2 jenis bahan lapisan untuk menjadikannya anti
karat, yaitu :
1. Galvanis, komposisi 98% Zinc dan 2% Aluminium
2. Zincalume, komposisi 55% Aluminium, 43,5% Zinc, dan 1,5% silikon
(Frick, 2002).
(Kusuma, 1993).
(Asroni, 2010).
Ground Tank adalah tempat penampungan air yang ada di bawah tanah atau di basement.
Tangki air bawah tanah ini biasa terdapat di hotel, apartment, dan mall perbelanjaan.
Ground Tank sangatlah dibutuhkan untuk keperluan bangunan yang mengandalkan kualitas
air yang baik. Sistem ini tersebut harus ada supaya mendapatkan kualitas air yang baik
(Rivai, 2020).
1. Intake
Intake merupakan ruang pertama yang digunakan untuk menampung masuknya air yang
berasal dari sumber air sumur dalam. Di bagian ini terdapat bar screen untuk menyaring
benda-benda dalam air. Air yang ada di dalam Intake ini lalu dipompa ke ruang
selanjutnya yaitu water treatment plant
Berfungsi untuk mengolah serta menyaring air bersih yang bersumber dari Intake
menjadi air yang lebih layak konsumsi. Ada beberapa tahapan dalam proses pengelolaan
air bersih yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.
3. Reservoir
Reservoir merupakan ruang dari ground tank yang ada pada tahapan paling akhir. Bagian
reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih sementara sebelum
didistribusikan.
3.7.2 Biofil
Biofil merupakan Biological Filter Septic Tank yang ramah lingkungan yang dikemas
melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan sanitasi. Biofil merupakan terobosan baru
dari sebuah inovasi dan pengembangan akan septic tank konvensional. Tidak seperti septic
tank konvensional, hasil dari Biofil jernih dan tidak mengeluarkan bau. Selain itu biofil
tidak memerlukan lahan luas, dapat ditanam di dataran tinggi, tidak membutuhkan
perawatan, dan yang membedakan adalah terdapat media kontak sehingga proses lebih
efektif dan sempurna.
Hasil proses biofil telah memenuhi Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik sesuai
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003.
Menurut Sahid (2010) menjelaskan bahwa dinding merupakan salah satu elemen bangunan
yang membatasi satu ruang dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai
pembatas ruang luar dengan ruang dalam, sebagai penahan cahaya, angin, hujan, debu dan
lain-lain yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam rumah, pemisah
ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum dan sebagai fungsi artistik
tertentu.
1. Dinding Struktural
Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini berperan untuk
menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor beton untuk kolom (besi beton).
Bahan dinding struktura yang biasa digunakan pada suatu bangunan adalah batu bata.
Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai pembatas,
apabila dinding ini dirobohkan makan bangunan tetap berdiri. Beberapa material dinding
non-struktural di antaranya seperti bata merah, batako, bata ringan, kayu dan kaca.
3. Dinding Partisi
Dinding partisi adalah batas vertikal yang ada di dalam ruangan (interior). Bahan -
bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antar lain gypsum, papan kalsium, triplek
dan kayu.
(Sahid, 2010).
Pada Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Samarinda, kolom yang
digunakan yaitu persegi. Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek ini secara
keseluruhan sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada masing - masing tipe kolom
berbeda - beda. Langkah teknis pada pekerjaan kolom adalah sebagai berikut :
Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan. Hal ini
disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan. Cara menentukan as kolom
membutuhkan alat - alat seperti theodolite, meteran, tinta, sipatan dll.
Proses pelaksanaan:
a. Persiapan pengecoran,
b. Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus benar - benar bersih
dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton,
c. Pelaksanaan pengecoran,
d. Pengecoran menggunakan Ready Mix Truck yang dibantu dengan Concrete Pump,
e. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal
tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga - rongga udara serta untuk mencapai
pemadatan yang maksimal.
Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar.
a. Pertama, plywood dipukul - pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada
plywood dapat terlepas,
b. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull,
c. Kendorkan baut - baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga rangkaian / panel
bekisting terlepas,
d. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat,
e. Perawatan beton kolom
Perawatan beton kolom setelah pengecoran dilakukan sehari setelah dilakukan pengecoran
dengan menyiram / membasahi dengan air dan dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram /
membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.
Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah selesai dikerjakan. Pada
Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Samarinda, balok yang dipakai
adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe yang berbeda - beda. Balok
terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok induk) dan balok anak. Semua perkerjaan
balok dan plat dilakukan langsung di lokasi yang direncanakan, mulai dari pembesian,
pemasangan bekisting, pengecoran dan perawatan.
1. Pembekistingan balok
2. Pembekistingan plat
a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena posisi
plat lebih tinggi daripada balok maka scaffolding untuk plat lebih tinggi daripada balok
dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint pin. Perhitungkan
ketinggian scaffolding plat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya
b. Memasang gelagar kayu pada U-head scaffolding. Kemudian memasang rangka kayu di
atasnya dengan jarak yang lebih rapat maksimal 50 cm.
c. Kemudian dipasang plywood sebagai alas plat. Pasang juga dinding untuk tepi pada plat
dan dijepit menggunakan siku.. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak
terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran,
d. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar
beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan
berikutnya.
3. Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan plat dianggap selesai selanjutnya pengecekan
tinggi level pada bekisting balok dan plat dengan waterpass, jika sudah selesai maka
bekisting untuk balok dan plat sudah siap.
1. Pembesian balok
2. Pembesian plat
a. Pembesian plat dilakukan langsung di atas bekisting plat yang sudah siap.
b. Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian pasang tulangan
ukuran tulangan D10-150.
c. Selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat.
d. Letakkan beton decking antara tulangan bawah plat dan bekisting alas plat. Pasang juga
tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan bawah plat.
3. Pengecekan
Setelah pembesian balok dan plat dianggap selesai, lalu diadakan checklist / pemeriksaan
untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok adalah diameter dan jumlah
tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking.
Untuk pembesian plat lantai yang diperiksa adalah, penyaluran pembesian plat terhadap
balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang - lubang di plat
lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya.
1. Administrasi pengecoran
a. Setelah bekisting dan pembesian siap, engineer mengecek ke lokasi atau zona yang
akan dicor,
b. Setelah semua siap, engineer membuat izin cor dan mengajukan surat izin ke konsultan
pengawas,
c. Kemudian tim pengawas melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor.
d. Setelah sudah sesuai, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut,
e. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan.
Untuk pembongkaran bekisting plat dilakukan setelah 4 hari pengecoran, sedangkan untuk
pembongkaran bekisting balok dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang
sampai plat benar – benar mengeras.
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram /
membasahi beton setelah 1 hari pengecoran.