Anda di halaman 1dari 37

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Konstruksi Bangunan Gedung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (2016) bangunan adalah sesuatu yang
didirikan, sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, menara).

Pengertian bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.


26/PRT/M/2008 tentang “Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan” adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus (Pekerjaan Umum, 2008).

Konstruksi suatu bangunan adalah suatu kesatuan dan rangkaian dari beberapa elemen yang
direncanakan agar mampu menerima beban dari luar maupun berat sendiri tanpa mengalami
perubahan bentuk yang melampaui batas persyaratan. Pada perencanaan suatu konstruksi
bangunan gedung diperlukan beberapa landasan teori berupa analisa struktur, ilmu tentang
kekuatan bahan serta hal lain yang berpedoman pada peraturan - peraturan yang berlaku di
Indonesia. Ilmu teoritis di atas tidaklah cukup karena analisa secara teoritis tersebut hanya
berlaku pada kondisi struktur ideal sedangkan gaya - gaya yang dihitung hanya merupakan
pendekatan dari keadaan yang sebenarnya atau yang diharapkan terjadi (Daniel dkk, 1999).

3.2 Tahap – Tahap dan Proses Kegiatan Proyek Konstruksi

1
3.2.1 Tahap Perencanaan dan Penyusunan Jadwal

Pada tahap perencanaan dan penjadwalan meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
a. Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran, dalam perkiraan biaya yang diperlukan untuk
suatu kegiatan tertentu proyek maupun proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran
merupakan perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan
proyek yang dikaitkan dengan waktu.
b. Jadwal Pelaksanaan
Proses penjadwalan melalui proses yang dinamakan Estimasi (estimasi durasi maupun
estiasi biaya). Estimasi adalah perkiraan. Sesuai karakteristik proyek konstruksi, adanya
tingkat resiko yang tinggi terhadap setiap perubahan yang terjadi, baik perubahan sistem
politik, cuaca, ketergantungan pihak lain, dan lain sebagainya.

(Dipohusodo, 1996).

3.2.2 Tahap Pengendalian Proyek Konstruksi

Pengendalian atau kontrol dilaksanakan untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan, pekerjaan yang dilaksanakan harus benar – benar dicek oleh pengawas
lapangan sesuai dengan spesifikasi yang ada. Proses pengendalian berjalan selama proyek
berlangsung untuk mewujudkan peforma yang baik pada setiap tahap. Pemantauan harus
dilakukan selama masa pelaksanaan proyek, dimana informasi hasil pemantauan ini
berguna sebagai bahan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan
kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang telah dibuat
berdasarkan perencanaan. Hasil evaluasi digunakan untuk pengambilan tindakan yang
akurat terhadap permasalahan – permasalahan yang timbul selama pelaksanaan (Suyatno,
2010).

Faktor pendukung proses pengendalian, yaitu :


1. Ketepatan waktu pemantauan, karena keterlambatan pemantauan akan menghasilkan
informasi yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi,
2. Kemudahan akses,
3. Perbandingan data terhadap informasi,
4. Data dan informasi dapat dipercaya,
5. Data harus bersifat objektif (asumsi, kira – kira, atau pendapat pribadi tidak boleh
dimasukkan).

(Ervianto, 2004).

Gambar 3.1 Siklus Pengendalian Dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2004).

3.2.3 Tahap Penyediaan Sumber Daya / Pengadaan

Sumber daya yang dibutuhkan selama proses konstruksi adalah material, mesin, pekerja,
metode, dan uang. Penggunaan material dalam proses konstruksi secara efektif sangat
tergantung dari desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Penghematan material dapat
dilakukan pada tahap penyediaan, handling, dan processing selama waktu konstruksi.
Pemilihan alat yang tepat dan efektif akan mempengaruhi kecepatan proses konstruksi,
pemindahan atau distribusi material dengan cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.
Pekerja adalah salah 1 sumber daya yang sangat sulit dilakukan pengontrolannya, upah
yang diberi sangat bervariasi tergantung, kecakapan masing - masing pekerja, karena tidak
ada 1 pekerja yang sama karakteristiknya (Ervianto, 2004).

Hal – hal yang perlu diperhatikan, yaitu :


a. Pra-kualifikasi
Pra-kualifikasi meliputi pemeriksaan sumber daya keuangan, manajerial, integritas
perusahaan, dan fisik kontraktor yang potensial serta pengalamannya pada proyek
serupa. Untuk proyek – proyek milik pemerintah, kontraktor yang memenuhi
persyaratan biasanya dimasukkan ke dalam Daftar Rekaman Mampu (DRM).
b. Dokumen Kontrak
Dokumen kontrak adalah dokumen legal yang menguraikan tugas dan tanggung jawab
pihak – pihak yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan ada setelah terjadi
ikatan kerja sama antara 2 pihak atau lebih. Sebelum itu, terdapat proses pengadaan atau
proses pelelangan, dimana diperlukan dokumen lelang atau dokumen tender.

(Ervianto, 2004).

3.2.4 Tahap Pelaksanaan (Konstruksi)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan dan
mengendalikan semua operasional di lapangan (Ervianto, 2004).

3.2.5 Tahap Pemeliharaan dan Perawatan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan


dan Perawatan Bangunan Gedung, berisi :
1. Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan egdung
beserta prasarana dan sarana agar bangunan gedung selalu layak fungsi.
2. Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki atau mengganti
bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan atau prasarana dan sarana
agar bangunan gedung tetap layak fungsi.

3.3 Konstruksi Gedung Struktur Beton Bertulang

Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air, agregat kasar dan agregat halus yang
umumnya menggunakan pasir dan kerikil dengan ukuran kecil sebagai agregat halus serta
batu kerikil sebagai agregat kasar. Selain itu, beton terkadang dibuat dengan menambahkan
material campuran (admixture). Dalam proses pencampurannya, semen dan air membentuk
pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras di antara butir - butir pasir dan
agregat, dimana agregat akan menentukan kekuatan dan kualitas beton (Kusuma, 1993).

Kekuatan beton bertulang tergantung dari beberapa faktor seperti proporsi capuran, kondisi
temperatur dan kelembaban tempat dimana beton akan mengeras. Untuk memperoleh beton
dengan kekuatan seperti yang diinginkan, maka beton yang masih muda perlu dilakukan
perawaran dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berkalan dengan sempurna. Pada
proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu
cepat mengering, maka akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak - retak tersebut
akan menyebabkan kekuatan beton menurun akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi
kimiawi penuh (Dipohusodo, 1996).

Menurut Antonius (2009) berikut ialah kelebihan dari struktur beton bertulang :
1 Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis material
lain,
2 Beton memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
3 Struktur bertulang sangat kokoh,
4 Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi,
5 Beton memiliki usia penggunaan yang panjang,
6 Beton memiliki kemampuan untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam,
6. Keahlian pekerja yang dibutuhkan dalam membangun konstruksi beton bertulang lebih
tinggi dibandingkan dengan bahan struktur baja.

Menurut Antonius (2009) selain kelebihan tersebut, ada kelemahannya sebagai struktur
bangunan, yaitu :
1. Beton memiliki kekuatan tarik yang rendah sehingga dibutuhkan penggunaan tulangan
tarik,
2. Beton memerlukan bekisting untuk menahan beton agar tetap pada tempatnya, dimana
dalam segi operasional, pembuatan bekisting membutuhkan biaya yang cukup besar,
3. Rendahnya kekuatan persatuan berat dari beton yang dapat mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat,
4. Sifat beton yang sangat bervariasi karena proporsi campuran dan proses pengadukannya,
5. Adanya sifat lain dari beton seperti susut dan rangkak yang menimbulkan masalah
dalam proses pemeliharaannya.

3.4 Peraturan Perencanaan Struktur Beton Bertulang

Peraturan atau pedoman sebagai standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan
bangunan beton betulang di Indonesia diatur di dalam SK SNI-0302947-2002 tentang
Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang. Di dalam SK SNI-0302947-2002
memberikan ketentuan - ketentuan baru yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
struktur beton bertulang yaitu:
1 Perhitungan perencanaan lebih diutamakan serta diarahkan untuk menggunakan
metode kekuatan sedangkan metoda elastik masih tercantum sebagai alternatif dan
diberikan di bagian belakang
2 Konsep perhitungan keamanan dan beban yang lebih realistik yang dihubungkan
dengan tingkat daktilitas struktur
3 Tata cara hitungan geser dan puntur pada keadaan ultimit
4 Ketentuan - ketentuan detail penulangan yamg lebih rinci untuk beberapa komponen
struktur
3.5 Komponen Struktur Beton Bertulang

Struktur bangunan terdiri dari struktur bawah (pondasi dan struktur bangunan yang berada
di bawah permukaan tanah) dan struktur atas (kolom, balok, plat, tangga, atap) yang
memiliki fungsi yang berbeda – beda pada struktur (Antonius, 2009).

3.6 Komponen Struktur Gedung Bagian Atas

Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas muka
tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, plat, balok, dinding geser dan tangga, yang
masing- masing mempunyai peran yang sangat penting. Struktur bagian atas merupakan
bagian dari struktur yang berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati,
beban hidup, berat sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan. Selain itu,
struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus dapat
menjamin dari segi keamanan dan kenyamanan (Antonius, 2009).

3.6.1 Kolom

Kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

Menurut SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan


yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak 3 kali dimensi lateral terkecil.

Fungsi kolom menurut Indrawan dkk. (2003) adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan
berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang - barang), serta beban angin.
Kolom berfungsi sangat penting yaitu agar bangunan tidak mudah roboh.

Menurut Dipohusodo (1994), ada 3 jenis kolom beton bertulang, yaitu :


1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral.
Tulangan berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral.
Bentuknya persis seperti kolom menggunakan pengikat sengkang lateral, hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang, tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh,
sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses
redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit.
Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan
gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.

Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, umumnya dikenal dengan 2 jenis kolom, yaitu :
1. Kolom Utama
Kolom utama berfungi menyangga beban utama yang berada di atasnya, memiliki
ukuran dimensi yang disesuaikan dengan kemampuan untuk menopang beban di
atasnya.
2. Kolom Praktis
Kolom praktis berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
agar dinding stabil, jarak kolom praktis maksimum 3,5 m atau pada pertemuan
pasangan bata (sudut – sudut). Dimensi kolom praktis umumnya tidak melebihi dimensi
kolom utama, mengikuti dimensi dinding namun juga dapat melebihi
(Dipohusodo, 1994).

Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :


1. Kolom Pendek
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan
dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul -
beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban
berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material.
Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang
digunakan.
2. Kolom Langsing
Semakin panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga
mencapai keadaan yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat
berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban
tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan bentuk
liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah.

(Antonius, 2009).

Kolom portal pada bangunan gedung bertingkat harus dibuat menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom - kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai,
karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Oleh
sebab itu, harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap - tiap lapis
lantai. Untuk dimensi kolom, dapat dirancang secara bervariasi menurut beban yang
diterima. Semakin besar bebannya, maka bisa semakin besar dimensi kolom yang
digunakan. Beban tersebut antara lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat
balok dan plat lantai serta beban hidup (Asroni, 2010).

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur
beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan (Kusuma, 1993).

Kekuatan kolom menurut Indrawan dkk. (2003) dievaluasi dengan memperhatikan prinsip -
prinsip berikut:
1. Distribusi regangan di sepanjang tebal kolom bersifat linear,
2. Tidak terjadi slip antara beton dan tulangan,
3. Regangan tekan maksimum beton pada kondisi ultimate = 0,003,
4. Kekuatan tarik beton diabaikan.

Prinsip kerja elemen kolom ialah apabila kolom menerima beban dengan mencapai nilai
tertentu dan elemen tersebut tiba - tiba tidak stabil dan berubah bentuk, maka kolom
tersebut tidak mampu dalam menahan beban yang didistribusikan tersebut. Hal inilah yang
dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini adalah
kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan elemen
struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul - beban untuk elemen struktur
kolom itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal.
Struktur yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layak lagi
(Dipohusodo, 1994).

Elemen struktur beton bertulang dikategorikan sebagai kolom jika,


𝐿
1. ≥ 3, L = panjang kolom , b = lebar penampang kolom
𝑏

2. Jika 𝐿 < 3, elemen tersebut dinamakan pedestal


𝑏

(Antonius, 2009).

Faktor – faktor yang mempengaruhi beban tekuk pada suatu elemen struktur tekan panjang,
yaitu :
1. Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul - beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat
panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk adalah
yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material,
bentuk, dan ukuran penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu
menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun,
bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi
material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen Inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Jika ujung - ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul
- beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung - ujungnya dijepit.
Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan
yang mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu
arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan
terjadinya pengurangan kapasitas pikul - beban elemen tekan. Beban maksimum yang
dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya material, bukan tekuk.

(Hartono, 2005).

3.6.2 Balok

Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya – gaya yang bekerja dalam arah
transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya
geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994).
Menurut Asroni (2010) balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban –
beban dari plat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya, balok dicor
secara monolit dengan plat dan secara struktural dipasang tulangan di bagian bawah atau di
bagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok adalah tekan dan tarik, yang
disebabkan karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral.

Menurut Antonius (2009) jenis – jenis balok berdasarkan fungsinya, yaitu :


1. Balok induk
Balok induk merupakan balok yang berfungsi membagi - bagi plat menjadi segmen
– segmen dan sebagai pengikat kolom yang 1 dengan yang lainnya sehingga
diperoleh struktur yang kaku dan kokoh.
2. Balok anak
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat dan meneruskan beban dari
plat ke balok induk. Balok anak digunakan untuk mereduksi luas penampang plat yang
terikat pada balok. Perbedaan antara balok anak dengan balok induk terletak pada
tumpuan. Sedangkan balok induk menumpu pada kolom, sedangkan balok anak
menumpu pada balok induk.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (1971)
maka persyaratan balok yaitu :
1. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi
balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih,
2. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk
balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan
pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan - keadaan
khusus,
3. Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari penampang,
4. Pada balok S- balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang - bidang sampingnya
harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik
pokok.
Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis
baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras,
5. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai
tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari
tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada
jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

3.6.3 Plat Lantai

Menurut Asroni (2010) yang dimaksud dengan plat beton bertulang yaitu struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya tegak lurus pada bidang struktur
tersebut. Ketebalan bidang plat ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang
/ lebar bidangnya plat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga
pada bangunan gedung, plat ini berfungsi sebagai diagfragma / unsur pengaku dalam suatu
struktur.

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat
pembatas antara tingkat yang 1 dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-
balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan, plat lantai juga dapat ditemui di
jembatan, pelabuhan, dan lain – lain (Dipohusodo, 1994).

Jenis – jenis plat, yaitu :


1. Plat kaku
Plat kaku merupakan plat tipis yang memiliki kekakuan lentur (flexural rigidity), dan
memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam (lentur dan
puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok. Plat yang
dimaksud dalam bidang teknik adalah plat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
2. Membran
Membran merupakan plat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan
gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan
jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan
momennya dapat diabaikan.
3. Plat fleksibel
Plat fleksibel merupakan gabungan plat kaku dan membran yang memikul beban luar
dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser terpusat,
serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa karena
perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
4. Plat tebal
Plat tebal merupakan plat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi kontinu
3 dimensi.

(Asroni, 2010).

Ketebalan plat lantai disesuaikan dengan beberapa hal, diantaranya :


1. Beban yang akan ditumpu,
2. Jarak antar balok penumpu,
3. Bahan yang digunakan,
4. Besar lendutan yang

diijinkan. (Kusuma, 1993).

Menurut Asroni (2010) dua sistem perencanaan plat dengan tulangan pokok, yaitu :
1. Sistem plat 1 arah
Sistem plat 1 arah adalah plat yang panjangnya 2 kali atau lebih besar daripada
lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok - balok dan sebagian kecil
saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar. Kondisi plat ini dapat
direncanakan sebagai plat 1 arah dengan tulangan utama sejajar dengan gelagar atau
sisi pendek dan tulangan susut atau suhu sejajar dengan balok - balok atau sisi
panjangnya. Permukaan yang melendut dari sistem plat 1 arah mempunyai
kelengkungan tunggal. Sistem plat 1 arah dapat terjadi pada plat tunggal maupun
menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi
2. Sistem plat 2 arah
Sistem ini dapat terjadi pada plat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang
bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis plat lantai 2 arah jika perbandingan
dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari 2 beban plat lantai pada
jenis ini disalurkan keempat sisi plat atau keempat balok pendukung, akibatnya
tulangan utama plat diperlukan pada kedua arah sisi plat. Permukaan lendutan plat
mempunyai kelengkungan ganda

Gambar 3.2 Sistem Plat 1 Arah (Asroni, 2010)


Gambar 3.3 Sistem Plat 2 Arah (Asroni, 2010)

Perencanaan dan perhitungan plat lantai pada dasarnya harus mengikuti persyaratan yang
tercantum pada SNI T-15-1990-03 (1991) dengan beberapa persyaratan seperti :
1. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang - kurangnya 12 cm, sedangkan untuk plat
atap sekurang - kurangnya ialah 7 cm
2. Plat harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak atau
baja sedang
3. Pada plat lantai yang tebalnya lebih besar dari 25 cm, maka perlu dipasang tulangan
rangkap atas dan bawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 20 cm
atau dua kali tebal plat lantai.
5. Seluruh tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm, untuk
melindungi baja dari karat, korosi atau kebakaran.
6. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran semen, pasir kerikil dengan
perbandingan 1:2:3 dengan ditambahkan air.
Untuk merencanakan plat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.
Kekakuan hubungan antara plat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang
terjadi pada plat. Untuk bangunan gedung, umumnya plat tersebut ditumpu oleh balok-
balok secara monolit, yaitu plat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu
kesatuan. Kemungkinan lainnya, yaitu plat didukung oleh balok - balok baja dengan sistem
komposit atau dapat pula didukung oleh kolom lansung tanpa balok (Dipohusodo, 1994).

Tiga jenis perletakan plat pada balok, yaitu :


1. Terletak Bebas
Keadaan ini terjadi jika plat diletakkan begitu saja di atas balok atau antara plat dan
balok tidak dicor bersama – sama sehingga plat dapat berotasi bebas pada tumpuan
tersebut, plat yang ditumpu dengan tembok juga dapat disebut terletak bebas.
2. Terjepit Elastis
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersama – sama secara monolit, tetapi
ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya
rotasi plat.
3. Terjepit Penuh
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersama – sama secara monolit dan ukuran
balok cukup besar, sehingga balok dapat mencegah terjadinya rotasi plat

(Kusuma, 1993).

3.6.4 Tangga

Tangga adalah suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan anak tangga yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga mempunyai bermacam -
macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke
arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok
tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free Standing Stairs) (Frick,
2002).
Menurut Antonius (2009) bagian – bagian struktur penyusun tangga, yaitu :
1. Ibu tangga
Ibu tangga merupakan struktur utama tangga yang berfungsi untuk mendukung anak
tangga. Ibu tangga dapat merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka
bangunannya. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga biasanya ialah
beton bertulang, kayu, baja, plat baja, baja profil serta besi.
2. Anak tangga
Anak tangga merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup penting.
Karena sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus
benar- benar aman, nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti
terpeleset karna licin atau terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian
antrede (pijakan datar) dan optrede (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak
tangga untuk hunian berkisar antara 20 - 33 cm. dan untuk bagian vertikal langkah
atasnya berkisar antara 15 - 18 cm. untuk ukuran tangga darurat biasanya bagian
vertiakal mencapai 20 cm. Ukuran lebar tangga tempat tinggal adalah minimal 90 cm.
sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.

Gambar 3.4 Antrede dan Optrede (Asroni, 2010)


3. Railing
Railing merupakan pegangan dari tangga. Material yang biasa digunakan untuk railing
yaitu kayu, besi hollow bulat, baja dan lain sebagainya. Ukuran pegangan railing
tangga pada umumnya berdiameter 3,8 cm.
4. Bordes
Bordes atau yang biasa disebut dengan landing merupakan bagian dari tangga sebagai
tempat beristirahat menuju tangga berikutnya. Bordes memiliki fungsi sebagai
pengubah arah tangga. Pada umumnya, keberadaan bordes terletak setelah anak tangga
ke 15.
5. Baluster
Baluster merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya berbentuk memanjang
kearah vertikal. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton dan juga baja.
Ukuran ketinggian baluster pada umumnya berkisar antara 90 sampai dengan 100 cm.

Syarat kenyamanan tangga :


1. Panjang antrede (pijakan datar) 20 cm – 30 cm supaya sesuai dengan langkah kaki,
2. Tinggi optrede (pijakan langkah naik) 15 cm – 20 cm supaya saat menaiki anak tangga
tidak terlalu capek terutama bagi anak – anak dan orang tua,
3. Sudut kemiringan tangga 25° - 40° agar tidak terlalu curam,
4. Syarat kenyamanan langkah tangga 58 cm – 63 cm

(Kusuma, 1993).

3.6.5 Atap

Atap adalah suatu bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan
yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu dan untuk keperluan
perlindungan. Konstruksi rangka atap adalah bagian atas dari suatu bangunan yang
merupakan struktur rangka batang yang diletakkan pada suatu bidang dan saling
dihubungkan dengan sendi pada ujungnya, sehingga membentuk bagian bangunan yang
terdiri dari segitiga - segitiga (Antonius, 2009).
Menurut Frick (2002) secara umum bentuk atap dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Atap Datar
Model atap ini hanya berupa bidang datar, tetap terdapat kemiringan pada
permukaannya, namun relatif kecil bila dibandingkan dengan bentuk atap lainnya.
Biasanya atap datar terbuat dari beton bertulang yang secara kasat mata terlihat datar.
Atap datar biasanya digunakan untuk teras maupun tempat parkir
2. Atap Sandar
Model atap ini biasanya untuk bangunan tambahan seperti emperan, namun pada zaman
sekarang banyak digunakan pada rumah – rumah dengan desain moder karena
modelnya yang simple sering dimodifikasi sehingga menghasilkan tampilan yang
menarik
3. Atap Pelana
Model atap ini biasanya dipasang pada bangunan rumah maupun gudang – gudang yang
menggunakan rangka atap baja konvensiional. Sudut kemiringan atap ini berkisar 30° -
45°
4. Atap Limas
Model atap ini merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan 2 bidang
yang berbentuk segitiga yang memiliki kemiringan yang sama yang menjadikan tidak
diperlukan pembuatan dinding penutup yang tinggi seperti pada atap pelana

Rangka atap memiliki bagian yang bertugas untuk menahan beban di atasnya yang terdiri
dari penutup atap, beban angin dan curah hujan. Rangka atap terdiri dari 3 elemen, yaitu :
1. Kuda – kuda penopang, untuk penyalur gaya tekan,
2. Balok dasar, untuk penahan gaya tarik,
3. Tiang tengah, untuk mendukung balok hubungan dan enerima gaya

tekan (Frick, 2002).


Rangka atap baja ringan lebih sering digunakan dibandingkan baja konvensional maupun
kayu. Baja ringan adalah jenis baja yang terbuat dari logam campuran yang terdiri atas
beberapa unsur metal, dibentuk setelah dingin engan memproses kembali komposisi atom
dan molekulnya, sehingga menjadi baja yang ringan dan fleksibel (Frick, 2002).

Baja ringan umumnya dilapisi dengan 2 jenis bahan lapisan untuk menjadikannya anti
karat, yaitu :
1. Galvanis, komposisi 98% Zinc dan 2% Aluminium
2. Zincalume, komposisi 55% Aluminium, 43,5% Zinc, dan 1,5% silikon

(Frick, 2002).

Kelebihan baja ringan, yaitu :


1. Struktur bawahnya tidak menopang beban yang begitu berat dari struktur rangka karena
material baja ringan memiliki bobot yang ringan,
2. Baja ringan hampir tidak ada nilai muai maupun susut,
3. Tahan terhadap karat jangka panjang,
4. Tidak dapat dimakan rayap,
5. Pemasangan relatif cepat,
6. Tidak memerlukan proses finishing lagi,
7. Bentang yang dapat dilayani hingga 12 m,
8. Memiliki umur yang lebih lama,
9. Mudah membuat berbagai model atap,
10. Mutu material tidak berubah,
11. Lebih hemat biaya

(Kusuma, 1993).

Kekurangan baja ringan, yaitu :


1. Jika diexpose akan kurang menarik untuk dilihat,
2. Tidak terjual bebas pada toko – toko bangunan, sehingga harus memesan langsung ke
supplier rangka atap baja ringan,
3. Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu untuk dibentuk,
4. Mudah terjadi korosi pada bagian yang tergores,
5. Akibat batang baja ringan yang tipis, maka mudah mengalami tekuk lokal dan batang
mudah rusak akibat pemasangan baut yang salah

(Asroni, 2010).

3.7 Komponen Non – Struktur


3.7.1 Ground Tank

Ground Tank adalah tempat penampungan air yang ada di bawah tanah atau di basement.
Tangki air bawah tanah ini biasa terdapat di hotel, apartment, dan mall perbelanjaan.
Ground Tank sangatlah dibutuhkan untuk keperluan bangunan yang mengandalkan kualitas
air yang baik. Sistem ini tersebut harus ada supaya mendapatkan kualitas air yang baik
(Rivai, 2020).

Menurut Rivai (2020) bagian – bagian ground tank, yaitu :

1. Intake

Intake merupakan ruang pertama yang digunakan untuk menampung masuknya air yang
berasal dari sumber air sumur dalam. Di bagian ini terdapat bar screen untuk menyaring
benda-benda dalam air. Air yang ada di dalam Intake ini lalu dipompa ke ruang
selanjutnya yaitu water treatment plant

2. Water Treatment Plant

Berfungsi untuk mengolah serta menyaring air bersih yang bersumber dari Intake
menjadi air yang lebih layak konsumsi. Ada beberapa tahapan dalam proses pengelolaan
air bersih yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.
3. Reservoir

Reservoir merupakan ruang dari ground tank yang ada pada tahapan paling akhir. Bagian
reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih sementara sebelum
didistribusikan.

3.7.2 Biofil

Biofil merupakan Biological Filter Septic Tank yang ramah lingkungan yang dikemas
melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan sanitasi. Biofil merupakan terobosan baru
dari sebuah inovasi dan pengembangan akan septic tank konvensional. Tidak seperti septic
tank konvensional, hasil dari Biofil jernih dan tidak mengeluarkan bau. Selain itu biofil
tidak memerlukan lahan luas, dapat ditanam di dataran tinggi, tidak membutuhkan
perawatan, dan yang membedakan adalah terdapat media kontak sehingga proses lebih
efektif dan sempurna.

Hasil proses biofil telah memenuhi Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik sesuai
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003.

Gambar 3.5 Biofil (Google, 2020).


3.7.3 Dinding

Menurut Sahid (2010) menjelaskan bahwa dinding merupakan salah satu elemen bangunan
yang membatasi satu ruang dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai
pembatas ruang luar dengan ruang dalam, sebagai penahan cahaya, angin, hujan, debu dan
lain-lain yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam rumah, pemisah
ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum dan sebagai fungsi artistik
tertentu.

Terdapat tiga jenis dinding, yaitu :

1. Dinding Struktural

Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini berperan untuk
menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor beton untuk kolom (besi beton).
Bahan dinding struktura yang biasa digunakan pada suatu bangunan adalah batu bata.

2. Dinding Non Struktural

Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai pembatas,
apabila dinding ini dirobohkan makan bangunan tetap berdiri. Beberapa material dinding
non-struktural di antaranya seperti bata merah, batako, bata ringan, kayu dan kaca.

3. Dinding Partisi

Dinding partisi adalah batas vertikal yang ada di dalam ruangan (interior). Bahan -
bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antar lain gypsum, papan kalsium, triplek
dan kayu.

(Sahid, 2010).

3.8 Tahapan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang

3.8.1 Pekerjaan Kolom

Pada Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Samarinda, kolom yang
digunakan yaitu persegi. Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek ini secara
keseluruhan sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada masing - masing tipe kolom
berbeda - beda. Langkah teknis pada pekerjaan kolom adalah sebagai berikut :

3.8.1.1 Penentuan As Kolom

Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan. Hal ini
disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan. Cara menentukan as kolom
membutuhkan alat - alat seperti theodolite, meteran, tinta, sipatan dll.

Proses pelaksanaan:

a. Penentuan as kolom dengan theodolite dan waterpass berdasarkan Shop drawing


dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan bersama dari titik BM (Bench Mark),
b. Buat as kolom dari garis pinjaman,
c. Pemasangan patok as bangunan / kolom (tanda berupa garis dari sipatan).

3.8.1.2 Pembesian Kolom

Tahapan pembesian kolom, yaitu :

a. Pembesian atau perakitan tulangan kolom dikerjakan di tempat langsung


b. Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja,
c. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum pemasangan sengkang,
terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur,
d. Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan
sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang,
e. Kemudian dipasang beton decking sesuai ketentuan. Beton ini berfungsi sebagai selimut
beton.

3.8.1.3 Pemasangan Bekisting Kolom


Tahapan pemasangan bekisting kolom, yaitu :

a. Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom,


b. Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom sebelumnya
sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100 cm dari masing - masing as
kolom,
c. Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai sesuai dengan
dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai acuan dalam penempatan
bekisting kolom,
d. Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting,
e. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang,
f. Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada,
g. Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull,
h. Setelah tahapan di atas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor.

3.8.1.4 Pengecoran Kolom

Tahapan pengecoran kolom, yaitu:

a. Persiapan pengecoran,
b. Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus benar - benar bersih
dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton,
c. Pelaksanaan pengecoran,
d. Pengecoran menggunakan Ready Mix Truck yang dibantu dengan Concrete Pump,
e. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal
tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga - rongga udara serta untuk mencapai
pemadatan yang maksimal.

3.8.1.5 Pembongkaran Bekisting Kolom

Tahapan pembongkaran bekisting, yaitu :

Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar.
a. Pertama, plywood dipukul - pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada
plywood dapat terlepas,
b. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull,
c. Kendorkan baut - baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga rangkaian / panel
bekisting terlepas,
d. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat,
e. Perawatan beton kolom

Perawatan beton kolom setelah pengecoran dilakukan sehari setelah dilakukan pengecoran
dengan menyiram / membasahi dengan air dan dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.

3.8.1.6 Pemeliharaan Beton Kolom

Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram /
membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

3.8.2 Pekerjaan konstruksi Plat Lantai dan Balok

Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah selesai dikerjakan. Pada
Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Samarinda, balok yang dipakai
adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe yang berbeda - beda. Balok
terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok induk) dan balok anak. Semua perkerjaan
balok dan plat dilakukan langsung di lokasi yang direncanakan, mulai dari pembesian,
pemasangan bekisting, pengecoran dan perawatan.

3.8.2.1 Pemasangan Bekisting Balok dan Plat

Pengerjaan balok dan plat dilakukan secara bersamaan, dengan cara :

1. Pembekistingan balok

Tahapan bekisting balok, yaitu


:
a. Scaffolding disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan,
b. Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base jack atau U-
head jack nya.
c. Pada U-head dipasang gelagar kayu,
d. Langkah selanjutnya memasang kayu suri – suri,
e. Memasang Bodeman atau bekisting balok bagian bawah,
f. Menyetel kembali elevasi bodeman dengan cara menaikkan atau menurunkan
scaffolding
agar sesuai dengan elevasi rencana,
g. Merangkai besi tulangan balok di atas bodeman,
h. Memasang tembereng atau bekisting sisi kanan dan kiri balok. Untuk memperkuat
bekisting dipasang support kayu pada sisi bekisting.

2. Pembekistingan plat

Tahap pembekistingan plat adalah sebagai berikut :

a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena posisi
plat lebih tinggi daripada balok maka scaffolding untuk plat lebih tinggi daripada balok
dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint pin. Perhitungkan
ketinggian scaffolding plat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya
b. Memasang gelagar kayu pada U-head scaffolding. Kemudian memasang rangka kayu di
atasnya dengan jarak yang lebih rapat maksimal 50 cm.
c. Kemudian dipasang plywood sebagai alas plat. Pasang juga dinding untuk tepi pada plat
dan dijepit menggunakan siku.. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak
terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran,
d. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar
beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan
berikutnya.

3. Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan plat dianggap selesai selanjutnya pengecekan
tinggi level pada bekisting balok dan plat dengan waterpass, jika sudah selesai maka
bekisting untuk balok dan plat sudah siap.

3.8.2.2 Tahap Pekerjaan Pembesian Balok dan Plat

1. Pembesian balok

Tahapan pembesian balok, yaitu :

a. Pembesian balok dilakukan langsung di lokasi yang akan dipasang,


b. Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan di atas bekisting balok dan
ujung besi balok dimasukkan ke kolom,
c. Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok lalu diikat.

2. Pembesian plat

Tahapan pembesian plat, yaitu :

a. Pembesian plat dilakukan langsung di atas bekisting plat yang sudah siap.
b. Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian pasang tulangan
ukuran tulangan D10-150.
c. Selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat.
d. Letakkan beton decking antara tulangan bawah plat dan bekisting alas plat. Pasang juga
tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan bawah plat.

3. Pengecekan

Setelah pembesian balok dan plat dianggap selesai, lalu diadakan checklist / pemeriksaan
untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok adalah diameter dan jumlah
tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking.
Untuk pembesian plat lantai yang diperiksa adalah, penyaluran pembesian plat terhadap
balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang - lubang di plat
lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya.

3.8.2.3 Tahap Pengecoran Plat dan Balok

1. Administrasi pengecoran

Tahapan administrasi pengecoran, yaitu :

a. Setelah bekisting dan pembesian siap, engineer mengecek ke lokasi atau zona yang
akan dicor,
b. Setelah semua siap, engineer membuat izin cor dan mengajukan surat izin ke konsultan
pengawas,
c. Kemudian tim pengawas melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor.
d. Setelah sudah sesuai, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut,
e. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan.

2. Proses Pengecoran Plat lantai dan Balok

Pengecoran plat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok.. Peralatan pendukung


untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu : Concrete Pump, Ready Mix Truck,
Vibrator, lampu kerja, papan perata. Tahapan pengecoran, yaitu :
a. Setelah mendapatkan ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak batching
plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan,
b. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor sampai
benar – benar bersih,
c. Ready Mix Truck tiba di proyek dan laporan ke satpam, kemudian petugas dari PT.
Kaltim Jaya Beton menyerahkan bon penyerahan barang yang berisi waktu
keberangkatan, kedatangan, waktu selesai, volume,
d. Selanjutnya mempersiapkan 1 keranjang dorong untuk mengambil sampel dan test slump
yang diawasi olah engineer dan pihak pengawas,
e. Setelah dinyatakan siap, pengecoran siap dilaksanakan,
f. Digunakan concrete pump yang menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi
pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang disambung - sambung.
g. Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke bagian balok terlebih dahulu
selanjutnya untuk plat diratakan secara manual. Satu pekerja vibrator memasukan alat
ke dalam adukan kurang lebih 5 - 10 menit di setiap bagian yang dicor. Pemadatan
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya rongga udara pada beton yang akan
mengurangi kualitas beton,
h. Setelah dipastikan balok dan plat telah terisi beton semua, permukaan beton segar
tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang panjang dengan
memperhatikan batas ketebalan plat yang telah ditentukan sebelumnya,
i. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor yang telah
ditentukan, idealnya waktu pengecoran dilakukan 6 - 8 jam,
j. Setelah proses pengecoran selesai ampai batas pengecoran, maka dilakukan finishing.

3.8.2.4 Pembongkaran Bekisting

Untuk pembongkaran bekisting plat dilakukan setelah 4 hari pengecoran, sedangkan untuk
pembongkaran bekisting balok dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang
sampai plat benar – benar mengeras.

3.8.2.5 Perawatan (curing)

Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram /
membasahi beton setelah 1 hari pengecoran.

Anda mungkin juga menyukai