Anda di halaman 1dari 9

PENCEMARAN LOGAM BERAT

Oleh:
Muhammad Farhan Zuhdi B1A018079
Halimatus Sa’diyah B1A018108
Talita Ade Novita Dewi B1A018112
Farhan Athallah Ajiputra Z1B020086

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang dewasa dan anak – anak khususnya masih terpapar logam berat
dalam jumlah yang sangat tinggi di negara berkembang, terutama di wilayah
dengan sejarah pertambangan yang panjang, seperti Andes dan Cerro de Pasco,
Peru (Naeher et al., 2003). Peru sendiri merupakan lima besar produsen perak,
seng, timbal dan tembaga di dunia. Paparan timbal di negara ini telah terjadi
dalam waktu yang sangat lama, meskipun beberapa kasus memiliki tingkat yang
parah dan dipublikasikan secara luas. (Plumlee and Morman, 2011)
Pertambangan emas merupakan salah satu penghasil limbah yang
mengandung merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional atau
penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas. Para penambang
umumnya kurang mempedulikan dampak limbah yang mengandung merkuri
karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Biasanya mereka membuang dan
mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam
atau sungai. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui
media air, akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para korban tragedi
Minamata. Kontaminasi logam beracun pada tanah, air maupun air tanah
menyebabkan masalah lingkungan dan masalah pada kesehatan manusia. (Memon
et al., 2001)

B. Tujuan
Mengetahui penyebab, dampak, dan solusi dari pencemaran logam berat

C. Rumusan Masalah
● Penyebab pencemaran logam berat.
● Dampak pencemaran logam pada manusia dan lingkungan.
● Solusi untuk mecegah pencemaran logam berat baik pada lingkungan
maupun pada manusia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Logam berat diartikan untuk logam transisi dengan nomor atom lebih besar
dari 20 dan berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Logam berat adalah unsur logam
yang dapat bersifat racun bagi tanaman dan hewan meskipun dalam konsentrasi
sangat rendah. Contoh logam berat adalah merkuri (Hg), kadmium (Cd), arsen
(As), kromium (Cr), talium (Tl), dan timbal (Pb). Konsep definisi tersebut dapat
diperluas mencakup unsur-unsur yang menyerupai logam seperti arsen dan
antimo. Logam berat dapat diklasifikasikan sebagai esensial dan non-esensial
berikatan dengan perannya dalam sistem biologis. Logam berat esensial adalah
logam berat yang dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk
mendukung fungsi fisiologi dan biokimia, misalnya Fe, Mn, Cu, Zn, dan Ni.
Logam berat non-esensial adalah logam berat yang tidak dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk mendukung fungsi fisiologis dan biokimia, misalnya Cd,
Pb, As, Hg, dan Cr. Unsur-unsur logam berat berat dapat terakumulasi dalam
jaringan tubuh organisme (bioakumulasi) dan konsentrasinya meningkat ketika
melewati tingkat trofik yang lebih rendah ke tingkat trofik yang lebih rendah ke
tingkat trofik yang lebih tinggi (suatu fenomena yang dikenal sebagai
biomagnifikasi) (Handayanto et al., 2017).

Arsen dikenal dengan simbol As, merupakan unsur yang terdapat di


berbagai tempat dan terbentuk secara alami di dalam lapisan bumi. Arsen
bergabung dengan elemen lain seperti oksigen, sulfur dan klorida akan
membentuk arsen anorganik, sedangkan arsen yang bergabung dengan elemen
hidrogen dan karbon akan berbentuk arsen organik. Senyawa arsen dapat masuk
ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu oral, inhalasi, dan absorbsi melalui kulit atau
mukosa membrane. Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun
pada protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran
cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan
disebar ke seluruh organ tubuh. distribusinya tergantung dari lama pemberian dan
jenis arsen. Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak
bumi dan tersebar ke dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal yang ada di
lingkungan lebih banyak dihasilkan oleh kegiatan manusia dibandingkan timbal
yang berasal dari proses alami. Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan
bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Timbal juga
dapat mengkontaminasi tanah pertanian dan mencari hasil pertanian yang
dikonsumsi manusia. Timbal merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai
dalam jangka waktu lama dan toksisitasnya tidak berubah. Masuknya Pb ke tubuh
manusia dapat melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia
seperti padi, teh dan sayur-sayuran. Akumulasi logam berat Pb pada tubuh
manusia yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan anemia,
kemandulan, penyakit ginjal, kerusakan saraf dan kematian. Timbal dalam bentuk
anorganik dan organik memiliki toksisitas yang sama pada manusia (Rahayu &
Solihat, 2018).

Merkuri atau air raksa merupakan satu-satunya unsur logam yang berbentuk
cair pada suhu kamar (25ºC), dan tetap cair pada suhu 0ºC, sangat mudah
menguap, dan membeku pada suhu -38,87 ºC. Senyawa yang banyak dijumpai
pada lingkungan adalah garam merkuri HgCl2, Hg(OH)2 dan HgS, senyawa metil
merkuri, metil merkuri klorida (CH3HgCl) dan metil merkuri hidroksida
(CH3HgOH) dan dalam fraksi kecil organomerkuri. Salah satu sumber merkuri di
alam yaitu pestisida, limbah biologi dan pupuk kandang. Pengaruh merkuri bagi
kesehatan manusia salah satunya menyebabkan kecemasan, penyakit autoimun,
depresi, kesulitan dengan keseimbangan, mengantuk, kelelahan, rambut rontok,
insomnia, mudah marah, kehilangan memori, dan lain sebagainya (Handayanto et
al., 2017).

Sumber penyebab terjadinya pencemaran logam berat biasanya dari


aktivitas industri, misal pada tembaga (Cu) dihasilkan dari limbah industri
galangan kapal, bahan pengawet, industri pengolahan kayu, dan rumah tangga
(Setiawan, 2014). Sumber penyebab pencemaran logam berat merkuri (Hg)
disebabkan oleh aktivitas alam seperti pelapukan batuan dan letusan gunung
berapi serta kegiatan industri seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, chlorine,
dan coustic soda (Putranto, 2011). Sumber penyebab pencemaran logam berat
timbal (Pb) disebabkan oleh aktivitas pertanian serta aktivitas industri seperti
kosmetik, keramik, bahan pengemas, saluran air, dan alat-alat rumah tangga
(Gusnita, 2012). Sumber penyebab terjadinya pencemaran logam berat kadmium
(Cd) dan arsen (As) terdiri dari kegiatan pertambangan, industri pertanian, proses
penghilangan cat (Paint Stripping), dan industri pengolahan bijih logam (Istarani
& Pandebesie, 2014).
III. PEMBAHASAN

Logam berat yang sangat berbahaya yaitu Hg, Cd, Pb, As, Cu, dan Zn
karena memiliki sifat toksik yang tinggi. berbagai kerusakan lingkungan, seperti
pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat
terpapar logam berat, dapat berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi
kesehatan. Urutan toksisitas logam berat adalah Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ >Ni2+ >Pb2+
>As2+ >Cr2+ > Sn2+ > Zn2+ (Khairudin et al., 2018). Pengaruh merkuri bagi
kesehatan manusia salah satunya menyebabkan kecemasan, penyakit autoimun,
depresi, kesulitan dengan keseimbangan, mengantuk, kelelahan, rambut rontok,
insomnia, mudah marah, kehilangan memori, dan lain sebagainya (Handayanto et
al., 2017).
Pencemaran logam berat memiliki dampak negatif baik bagi lingkungan
maupun manusia. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat
berbahaya apabila ditemukan dalam lingkungan (air, tanah, udara). Misalnya pada
pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida mengandung logam berat.
Logam berat akan terserap ke dalam jaringan tanaman dan selanjutnya tersebar
melalui siklus rantai makanan. Tanah yang sudah tercemar logam berat akan
menyebabkan tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut mengakumulasikan
logam-logam berat pada bagian tubuhnya. Adanya kontaminasi logam berat
menyebabkan terjadinya perubahan kondisi dan kualitas lingkungan serta
menyebabkan gangguan ekosistem (Khairuddin et al.,2018). Pencemaran logam
berat pada lingkungan akuatik menyebabkan lingkungan tersebut tidak layak
untuk dijadikan tempat hidup organisme di dalamnya. Logam berat di lingkungan
akuatik dapat membunuh organisme seperti ikan maupun tumbuhan air yang ada.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh organisme perairan melalui insang,
permukaan tubuh, saluran pencernaan, otot dan hati. Logam tersebut kemudian
terakumulasi dalam tubuh organisme perairan dan mengalami absorbsi.
Penyerapan logam berat dapat terjadi di seluruh saluran pencernaan. Tempat
utama penyerapan logam di saluran udara adalah di alveoli paru-paru untuk
hewan darat dan insang untuk hewan air. Logam yang diserap akan didistribusikan
secara cepat ke seluruh tubuh dan tingkat distribusinya tergantung aliran darah,
membran sel, serta afinitas komponen organ terhadap logam. Setelah
didistribusikan logam berat akan terakumulasi dalam tubuh organisme air. Apabila
manusia mengkonsumsi organisme air yang mengandung logam berat, maka akan
memberikan dampak kerugian bagi kesehatan manusia seperti radang
tenggorokan, nyeri kepala, dermatitis, alergi, anemia, gagal ginjal, pneumonia,
dan lain sebagainya. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat
menghalangi kerja enzim sehingga metabolisme tubuh terganggu, menyebabkan
kanker dan mutasi (Pratiwi, 2020).
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit,
pernapasan, maupun makanan. Berdasarkan penelitian, logam berat timbal (Pb)
dapat menyebabkan terganggunya sistem reproduksi pria dengan menurunkan
kualitas semen. Kadar timbal yang terlalu tinggi dalam darah (>20 µg/dl) dapat
menyebabkan menurunkan hemoglobin dan meningkatkan resiko terkena anemia.
Logam tembaga dapat menyebabkan muntah, diare dan sebagainya pada manusia
apabila melebihi nilai ambang batas. Logam berat lainnya yang berbahaya bagi
lingkungan dan manusia adalah merkuri. Merkuri tidak dapat didegradasi oleh
bakteri sehingga akan menumpuk di lingkungan. Merkuri yang terakumulasi pada
organisme perairan dapat menyebabkan keracunan pada manusia apabila manusia
mengkonsumsinya. Tingginya kadar merkuri dapat menyebabkan ataksia,
penurunan kemampuan berbicara dan pendengaran, tremor, dan disartria.
Gejala-gejala tersebut dapat memburuk dengan disertai kelumpuhan, koma,
bahkan kematian. Ibu hamil yang terkontaminasi merkuri juga dapat
menyebabkan janin yang dikandungnya mengalami kerusakan otak. Logam berat
lainnya yang berbahaya adalah kromium. Kromium dapat menyebabkan gangguan
seperti asma, bronkitis, hiperemia, dan kanker (Pratiwi, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi tingkat pencemar atau
mencegah terjadinya pencemaran logam berat khususnya di kawasan perairan
salah satunya adalah dengan penanaman vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove
mempunyai kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan
yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang
tinggi, kondisi tanah yang kurang stabil dan kondisi lingkungan yang tercemar.
(Bengen, 2004)
Vegetasi mangrove yang tumbuh pada wilayah perairan pesisir dan pada
muara sungai merupakan salah satu tempat penampungan terakhir bagi berbagai
limbah yang terbawa oleh aliran sungai, baik limbah domestik maupun
non-domestik. Keberadaan ekosistem mangrove di kawasan pesisir sangat penting
dikarenakan vegetasi mangrove mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi
logam berat dan membantu mengurangi tingkat konsentrasi bahan pencemar yang
ada di air, terutama jika jumlah pencemar yang terkandung didalam perairan
melebihi kemampuan air untuk melaksanakan permunian secara alami. Akar
yang ada pada tanaman mangrove berperan sebagai bioakumulator logam berat.
(Arisandi, 2005)
Upaya lain dalam mengurangi pencemaran logam berat dapat dilakukan
melalui proses remediasi dengan cara menggunakan proses kimiawi. Penambahan
senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin
penukar ion (exchange resins) dapat dilakukan untuk cemaran logam berat
merkuri. Metode lain yang dapat digunakan yaitu metode penyerapan
menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reserve osmosis. Penggunaan
mikroorganisme juga dapat dilakukan untuk mengurangi cemaran logam berat
seperti metode bioremediasi, bioakumulasi, atau bioremoval (Putranto, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, K.R. Herawati, E.Y. dan Supriyanto, E. 2012. Akumulasi logam
berat timbal (Pb) dan gambaran histologi pada jaringan Avicennia
marina (forsk.) Vierh di perairan pantai Jawa Timur. Jurnal Penelitian
Perikanan, 1(1), pp. 15-25.
Bengen, D.G. 2004. Pedoman teknis pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gusnita, D., 2012. Pencemaran logam berat timbal (Pb) di udara dan upaya
penghapusan bensin bertimbal. Berita Dirgantara, 13(3), pp. 95-101.
Handayanto, E., Nuraini, Y., Muddarisna, N., Syam, N. & Fiqri, A., 2017.
Fitoremediasi dan Phytomining Logam Berat Pencemar Tanah. Malang: UB
Press.
Istarani, F. F. & Pandebesie, E. S., 2014. Studi dampak arsen (As) dan kadmium
(Cd) terhadap penurunan kualitas lingkungan. Jurnal Teknik ITS, 3(1), pp.
53-58.

Khairuddin, Yamin, M., Syukur, A. & Mahrus, 2018. Penyuluhan Tentang


Dampak Logam Berat pada Manusia di SMAN 1 Woha Bima Tahun 2017.
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 1(2), pp. 190-194.

Memon, A. R. et al., 2001. Heavy Metal Accumulation and Detoxification


Mechanisms in Plants, Turkish Journal of Botany, 25(3). pp. 111 - 121.

Naeher, L. P. et al. 2003. Use of Isotope Ratios to Identify Sources Contributing to


Pediatric Lead Poisoning in Peru, Archives of Environmental Health, 58(9).
pp. 579 - 589.

Plumlee, G. S. and Morman, S. A., 2011. Mine Wastes and Human Health,
Elements, 7(6). pp. 399 - 404.

Pratiwi, D. Y., 2020. Dampak Pencemaran Logam Berat (Timbal, Tembaga,


Merkuri, Kadmium, Krom) Terhadap Organisme Perairan dan Kesehatan
Manusia. Jurnal Akuatek, 1(1), pp. 59-65.

Rahayu, M. & Solihat, M. F., 2018. Toksikologi Klinik. Jakarta: Badan


Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Putranto, T. T., 2011. Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) pada Air tanah.
Teknik, 32(1), pp. 62-71.

Setiawan, H., 2014. Pencemaran Logam Berat di Perairan Pesisir Kota Makassar
dan Upaya Penanggulangannya. Buletin Eboni, 11(1), pp.1-13.

Anda mungkin juga menyukai