Anda di halaman 1dari 17

MEKANISME TOKSISITAS LOGAM BERAT

CADMIUM (CD)

DOSEN PEMBIMBING :

Disusun Oleh :
1. Nila Lovita A (P27833116009)
2. Riska Safitri (P27833116012)
3. Silvi Maharani (P27833116015)
4. Yolanda Tirta N.A.P (P27833116024)
5. Apridha Widodo.P. (P27833116025)
6. Sazkia Nuhaa. S. (P27833116026)
7. Faikoh .K.F (P27833116044)
8. Lisa Afidah (P27833116046)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
SEMESTER II
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam adalah bahan atau material teknik yang sangat banyak di gunakan
dalam berbagai bidang. Dalam dunia keteknikan, logam merupakan material yang
paling mendominasi dari bahan-bahan teknik lainnya sebagai bahan yang paling
utamadalam pembuatan mesin. Di dunia pendidikan kita harus mengerti unsur-unsur
yang terkandung di dalam logam tersebut.
Konsentrasi logam berat yang tinggi di dalam tanah dapat masuk ke
dalamrantai makanan dan berpengaruh buruk pada organisme. Tindakan pemulihan
(remediasi) perlu dilakukan agar lahan yang tercemar dapat digunakan kembali untuk
berbagai kegiatan secara aman. Di samping metode remediasi yang biasa digunakan
yang berbasis pada rekayasa fisik dan kimia, pada satu atau dua dasawarsa terakhir ini
perhatian peneliti dan perusahaan komersial serta industri terhadap penggunaan
tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan tercemar telah meningkat.
Salah satu jenis zat pencemar yang dapat membahayakan kesehatan adalah
logam berat, terutama yang bersifat racun dan sering mencemari lingkungan,seperti
raksa (Hg), timbal (Pb) dan kadmium (Cd). Keberadaan logam berat sebagai polutan
bagi lingkungan hidup diawali dengan evolusi umat manusia dan meningkat seiring
dengan berkembangnya populasi dan industrialisasi dari proses modernisasi manusia
itu sendiri. Logam berat adalah senyawa kimia yang berupa logam dengan berat
molekul yang tinggi dan memiliki sifat berabun.Keberadaannya di air atau air limbah
dengan konsentrasi melebihi ambang batas dapat memberikan dampak negatif bagi
siklus biologi yang normal di lingkungan.Tingkat kontaminasi oleh logam berat di
tanah pertanian dapat mengakibatkan stress pada tumbuhan tiga kali lebih besar
dibandingkan oleh pestisida.
Kadmium adalah salah satu logam toksik, tersebar dalam lingkungan melalui
berbagai aktifitas manusia seperti pembuangan limbah, pupuk fosfat,aktivitas industri
dan pemukiman penduduk karena selektivitasnya yang rendah tumbuhan dapat
menyerap sekaligus mengakumulasi Cd yang jika berlebih dapatmengakibatkan
reduksi pertumbuhan, dan kematian tumbuhan makalah ini menmoba memberikan
uraian mengenai pencemaran logam berat cadmium dan mekanisme toksisitas
cadmium.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme toksisitas logam berat cadmium?
2. Bagaimana metabolisme cadmium dalam tubuh?
3. Bagaimana penyebaran sifat cadmium ?
4. Bagaimana efek cadmium dalam tubuh?
5. Bagaimana cadmium di lingkungan?

1.3 Tujuan
 Mengetahui mekanisme toksisitas logam berat cadmium
 Mengetahui metabolisme cadmium dalam tubuh
 Mengetahui penyebaran sifat cadmium
 Mengetahui efek cadmium dalam tubuh
 Mengetahui cadmium di lingkungan

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-


kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan
kesehatan.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya
Toksiologi Lingkungan tentang mekanisme toksisitas logam berat khususnya
logam cadmium.
b) Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut,
serta referensi terhadap tugas yang sejenis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cadmium


Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan
sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia
(Darmono,1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-
kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus
pada mahluk hidup (Palar, 1994).
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam
dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe,
Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial
atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya
atau bahkan dapat bersifat racun,seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini
dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam
berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi,
logam beratini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau
karsinogen bagi manusia. jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan
pencernaan.
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut
dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila dipanaskan.
Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau
belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang bersifat tidak stabil. Cd
memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh 321°C, titik didih 767°C dan
memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati dkk., 2008).
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan seperti
logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. kadmium (Cd) digunakan
untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan plastik. Logam
kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan logam lain terutama
dalam pertambangan timah hitam dan seng (Darmono 1995). Kadmium (Cd) adalah
metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam
jumlah yang kecil. Kadmium (Cd) didapat pada industri alloy, pemurnian Zn,
pestisida, dan lain-lain (Said, 2008).
Kadmium (Cd) adalah logam kebiruan yang lunak, dan merupakan racun bagi
tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan dapat terakumulasi pada ginjal,
sehingga ginjal mengalami disfungsi. Jumlah normal kadmium di tanah berada di
bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1700 ppm) dijumpai pada permukaan sampel
tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah
diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti
timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three
heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Menurut
badan dunia FAO/ WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia
adalah 400-500 g per orang atau 7 mg per kg berat badan. Kadmium yang terdapat
dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya
sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Laegreid (1999) dalam Charlene (2004), pemasukan Cd melalui
makanan adalah 10-40 mg/ hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh.
2.2 Sumber Cadmium

Cadmium ditemukan tahun 1817 oleh F.Stromeyer dari pengotor dalam seng
karbonat. Cadmium ini bersumber dari greenocktie,seng, tembaga dan bijih besi.
Logam toksik iniyang umumnya ditemukan dalam pekerjaan-pekerjaan industri,
logam kadmium digunakan secara intensif dalam proses electroplating kadmium
dilepaskan ke biosfer dan kedua sumber-sumber alam dan antropogenik.

Sumber alamiah

Sumber alami utama untuk mobilitas kadmium dari kerak bumi adalah gunung
berapi dan pelapukan batuan. Emisi atmosfer dari gunung berapi pada 1983
diperkirakan mencapai 140-1500 ton (Nriagu, 1989). Pelapukan batuan melepaskan
kadmium ke tanah dan sistem perairan. Proses ini memainkan peran penting dalam
siklus kadmium global, tetapi hanya jarang hasil dalam konsentrasi tinggi dalam
kompartemen lingkungan.

Dalam biosfer kadmium yang translokasi oleh proses yang berbeda. Sumber
utama emisi ke udara dari sumber alami adalah gunung berapi. Partikel tanah udara,
laut, bahan biogenik dan kebakaran hutan. Total emisi ke udara dari sumber alami
diperkirakan sekitar 150-2600 ton, angka-angka ini dapat dibandingkan dengan total
emisi global yang diperkirakan udara antropogenik pada tahun 1995 sekitar 3.000 ton.

Hanya ada satu jenis mineral cadmium di alam yaitu greenmocnite yang selalu
ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite. Mineral ini sangat jarang ditemukan
di alam sehingga dalam ekploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan
dari peristiwa peleburan dan refining bijih-bijih Zn (seng). Sumber cadmium terutama
dari bijih seng dan timbal-tembaga seng.

a. Sumber Antropogenik

19.700 ton kadmium pada tahun 2000 diambil dari kerak bumi oleh manusia
dan dibawa ke dalam sirkulasi di teknosfer. Selain ini berjumlah besar kadmium
berakhir di residu ekstrasi logam atau di mobilisasi sebagai pengotor dengan
ekstraksi mineral lain seperti batubara dan air yang tercemar oleh manusia yang
bisa membuang hasil limbah seng ke daerah perairan.

2.3 Mekanisme Toksisitas Logam Kadmium (Cd)


a. Metabolisme dalam Tubuh
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd
masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4
minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urine. Kadmium dalam
tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein.
Metalotinein mengandung unsur sistein,dimana Cd terikat dalam gugus
sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil,histidil,hidroksil dan
fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd
disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan
hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh. Plasma enzim yang
diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari enzim alfa anti tripsin. Terjadinya
defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari paru dan hal ini
merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.

b. Penyebaran sifat Cadmium


Logam kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak
dapat dibentuk, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan
kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta cepat akan
mengalami kerusakan bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida
(SO2) (Palar, 2004). Pada kegiatan pertambangan biasanya kadmium ditemukan
dalam bijih mineral diantaranya adalah sulfida green ockite (=xanthochroite),
karbonat otative, dan oksida kadmium. Mineral-mineral ini terbentuk berasosiasi
dengan bijih sfalerit dan oksidanya, atau diperoleh dari debu sisa pengolahan
lumpur elektrolit (Herman, 2006).
Cadmium merupakan zat kimia yang tidak dapat didegradasi di alam. Cd
bebas berada di lingkungan dan akan tetap berada di dalam sirkulasi atau udara.
Cd yang berkaitan dengan senyawa logam berat lainnya biasanya akan
mempengaruhi pembentukannya di air. Sumber utama Cd yang berasal dari alam
adalah dari lapisan bumi atau kerak bumi seperti gunung berapi dan pelarutan
batuan. Cadmium yang ada di udara bisa dibawa dengan proses yang berbeda-
beda dan masuk kedalam lingkungan.
Sumber utama cadmium dari alam masuk ke dalam udara di lingkungan
yaitu dari pegunungan, evaporasi, partikel tanah yang terbawa ke udara, dan
kebakaran hutan. Sumber lainnya bisa berasal dari manusia seperti asap kendaraan
dan rokok. Cadmium yang ada di air berasal dari berbagai proses yaitu cadmium
masuk kedalam perairan karena adanya proses-proses erosi tanah, pelapukan
batuan induk. Cadmium lebih banyak masuk ke dalam perairan yang akan
terakumulasi di dasar perairan yang membentuk sedimen. Cd juga dapat masuk
kedalam organisme yang hidup di air dimana Cd dapat masuk melalui oral,
inhalasi, atau demal.
Cadmium yang ada di dalam tanah dapat berasal dari alam dan
antropogenik. Cadmium dapat masuk ke dalam tanah karena adanya proses
pelarutan batuan induk seperti

Cadmium yang masuk kedalam lingkungan, tumbuhan dan manusia


memiliki batasan toleransi dan memiliki jalur pendedahan yang berbeda-beda.
Pencemar logam berat tidak dapat didegradasi secara kimia maupun secara
biologi. Oleh karena itu polutan logam berat di dalam tanah, air maupun udara
harus dikurangi atau dihilangkan untuk menghindari terjadinya dampak negatif
terhadap proses kehidupan.
a) Masuknya cadmium kedalam lingkungan

Cadmium merupakan zat kimia yang tidak dapat didegradasi di alam. Cd


bebas berada di lingkungan dan akan tetap berada didalam sirkuasi atau udara.
Cd yang berikatan dengan senyawa logam berat lainnya biasanya akan
mempengaruhi pembentukannya di air. Sumber utama Cd yang berasal dari
alam adalah dari lapisan bumi atau kerak bumi seperti gunung berapi dan
pelarutan batuan. Cadmium yang ada di udara bisa dibawa dengan proses yang
berbeda-beda dan masuk kedalam lingkungan. Sumber utama cadmium dari
alam masuk kedalam udara di lingkungan yaitu dari pegunungan, evaporasi,
partikel tanah yang terbawa ke udara, dan kebakaran hutan. Sumber lainnya
bisa berasal dari manusia seperti asap kendaraan dan rokok. Cadmium yang
ada di air berasal dari berbagai proses yaitu cadmium masuk kedalam perairan
karena adanya proses erosi tanah, pelapukan batuan induk. Cadmium lebih
banyak masuk kedalam air karena kegiatan manusia seperti perindustrian
dimana limbah hasil dari pabrik tersebut dibuang langsung kedalam perairan
yang akan terakumulasi di dasar perairan yang membentuk sedimen Cd juga
dapat masuk kedalam organisme yang hidup di air dimana Cd dapat masuk
melalui oral, inhalasi atau demal.

Cadmium yang ada di dalam tanah dapat berasal dari alam dan
antropogenik. Cadmium dapat masak kedalam tanah karena proses pelarutan
batuaninduk seperti batuan glasial dan alivial. Manusia juga berkontribusi
dalam proses masuknya cadmium kedalam lingkungan seperti penggunaan
pupuk kimia, kotoran yang mengendap karena aktivita manusia.

Cadmium yang ada di air berasal dari berbagai proses yaitu cadmium
masuk kedalam perairan karena adanya proses erosi tanah, pelapukan batuan
induk. Cadmium lebih banyak masuk kedalam air karena kegiatan manusia
seperti perindustrian dimana limbah hasil dari pabrik tersebut dibuang
langsung kedalam perairan yang akan terakumulasi di dasar perairan yang
membentuk sedimen. Cd juga dapat masuk kedalam organisme yang hidup di
air dimana Cd dapat masuk melalui oral, inhalasi atau dermal. Cd yang masuk
kedalam tubuh suatu organisme contohnya seperti ikan, logam Cd akan
terakumulasi pada ginjal dan hati karena kedua organ tersebut sangat spesifik
untuk melawan racun yang masuk kedalam dalam tubuh.
Cadmium yang ada di dalam tanah dapat berasal dari alam dan
antropogenik. Cadmium dapat masuk kedalam tanah karena adanya proses
pelarutan batuan induk seperti batuan glasial dan alluvial. Manusia juga
berkontribusi dalam proses masuknya cadmium kedalam lingkungan seperti
penggunaan pupuk kimia, kotoran yang mengendap karena aktivitas manusia.
Cadmium yang ada didalam tanah akan lebih lama terbawa atau terdistribusi
dibandingkan cadmium yang ada pada udara dan air. Cadmium yang
terakumulasi di dalam tanah akan menggangu organisme yang hidup di
dalamnya seperti mikroorganisme, makroorganisme dan mollusca. Tanah yang
mengandung cadmium akan teserap kandungan logamnya oleh organisme
yang hidup pada lingkungan tanah tersenut seprti tanaman dan hewan.
b) Masuknya cadmium kedalam tanaman
Logam Cd kemungkinan dapat dibawa keseluruh bagian tanaman
biasanya akumulasi dapat ditemukan apada bagian akar karena akar
merupakan gerbang awal masuknya zat-zat kimia. Zat- zat yang akan masuk
kedalam tubuh tumbuhan akan terseleksi begitu juga dengan logam Cd.
Apabila Cd yang diperlukan hanya sedikit maka akan lebih banyak Cd yang
terakumulasi dibagian akar tumbuhan. Beberapa tanaman mempunyai
kemampuan yang sangat tinggi untuk menghilangkan berbagai pencemaran
yang ada (multiple uptake hyperaccumulator plant), dan memiliki kemampuan
menghilangkan pencemaran yang bersifat tunggal (specific uptake
hyperaccumulator). Tanaman hiperakumulator adalah spesis tanaman yang
mampu mentranslokasikan pencemar atau logam pencemar ke bagian pucuk
tanaman lebih banyak daripada ke bagian akar tanpa mengalami gejala
toksisitas. Tanaman ini dapat mengakumulasi lebih dari 10 ppm Hg, 100 ppm
Cd, 1000 ppm Co, Cr, Cu, dan Pb, 10.000 ppm Ni dan Zn (Aiyen, 2004;
Baker, dkk,2000)
Fenomena logam berat yang terkonsentrasi dalam jaringan ditemukan
terkait dengan peran protein pengikat logam. Fungsi dari protein tersebut
adalah mengikat logam, protein yang dapat mengikat logam tersebut adalah
metalotionin (cys-x-cys, x adalah asam amino selain sistein, biasa disingkat
dengan MT). Metalotionin merupakan kelompok protein spesifik non enzim
yang memainkan peran sentral dalam metabolisme logam. Metalotionin
digambarkan sebagai protein sitoplasma yang mempunyai massa molekul
rendah (sekitar 10.000 dalton), dengan struktur yang tidak beraturan. Protein
ini terdiri atas sistein dan kadang-kadang mengandung sedikit histidin atau
asam amino aromatik lainnya. Hampir setiap metalotionin mempunyai residu
24 sistein dan dalam setiap 3 residu sistein mengikat 1 ion logam sehingga 1
metalotionin mengikat 8 ion logam. Konsekuensi dengan adanya sistein berarti
pula metalotionin mempunyai sejumlah besar gugus tio (sulfidril, -SH). Gugus
ini merupakan pengikat logam berat. Jika kecepatan masuknya logam
melebihi kecepatan sintesis metalotionin, maka akan terjadi pelimpahan logam
dari metalotionin ke dalam penampung enzim. Efek toksik selanjutnya
bergantung pada pengalokasian logam-logam essensial dari metaloenzim yaitu
enzim yang membutuhkan ion logam spesifik sebagai kofaktor untuk
mengkatalisis. Reaksi sederhana antara logam berat dengan gugus sulfidril
(-SH) adalah sebagai berikut.
2 R-SH + Cd2+ R-S-Cd-S-R + 2 H+

Penarikan/penyerapan polutan oleh akar tumbuhan berbeda untuk


polutan organik dan anorganik. Polutan organik pada umumnya adalah buatan
manusia dan xenobiotik pada tumbuh-tumbuhan. Akibatnya tidak ada
pembawa untuk senyawa-senyawa organik ke dalam membran tumbuhan.
Polutan organik cenderung berpindah masuk ke jaringan tumbuhan melalui
difusi sederhana dan juga bergantung pada sifat-sifat bahan kimia tersebut
(Briggs, et al.1982).

Sebaliknya polutan anorganik diserap dengan proses biologi lewat


membran protein pembawa. Membran protein pembawa ini terjadi secara
alamiah sebab polutan-polutan anorganik biasanya bergabung dengan nutrien-
nutrien itu sendiri (nitrat, fosfat, Cu, Mn, Zn). Polutan anorganik pada
umumnya berada dalam bentuk ion sehingga tidak dapat melewati membran
tanpa bantuan membran protein pembawa. Pencemar anorganik yang
terakumulasi dalam jaringan tumbuhan sering menyebabkan keracunan dan
sekaligus merusak struktur dinding sel tumbuhan. Kadmium juga mengurangi
penyerapan nitrat dan pengangkutannya dari akar ke pucuk, juga menghambat
aktivitas enzim nitrat reduktase di dalam pucuk-pucuk tanaman (Pilon-Smits,
2005).

c) Masuknya Cd kedalam tubuh manusia.


Kadmium adalah logam yang sangat toksik dan dapat terakumulasi
cukup besar pada organisme hidup karena mudah diadsorpsi dan mengganggu
sistem pernapasan serta pencernaan. Jika teradsorpsi ke dalam sistem
pencernaan dan sistem paru-paru, kadmium akan membentuk kompleks
dengan protein sehingga mudah diangkut dan menyebar ke hati dan ginjal
bahkan sejumlah kecil dapat sampai ke pankreas, usus, dan tulang. Selain itu,
kadmium juga akan mengganggu aktivitas enzim dan sel. Hal ini akan
menimbulkan tetratogenik, mutagenik, dan karsinogenik (Szymczyk dan
Zalewski,2003).
Cadmium masuk kedalam tubuh bisa melalui berbagai cara yaitu dari
pernafasan (dari asap rokok dan kendaraan), bisa melalui oral (makanan), dan
bisa melalui suntikan kedaerah kulit. Menurut WHO jumlah Cd yang dapat
diterima oleh tubuh manusia adalah sebanyak 400-500 mikrogram setiap
kilogram berat badan setiap hari. Batasan toleransi Cd dalam ginjal pda
manusia adalah 200 ppm, bila batas tersebut terlewati akan timbul efek-efek
tertentu. Keracunan Cd pada hewan akan membuat Cd tertimbun didalam hati
dan korteks ginjal. Apabila terjadi keracunan akut akan ditemukan
penimbunan logam Cd di dalam hati. Keracunan kronis Cd akan ditimbun di
dalam bermacam-macam organ tubuh terutama di dalam ginjal, hati, dan paru-
paru, tetapi juga ditimbun di dalam pankreas, jantung, limpa, alat kelamin dan
jaringan adiposa. Cadmium yang masuk ke dalam tubuh biasanya akan
tertimbun di dalam organ target yang paling banyak menyerap Cd yaitu hati
dan ginjal.
Pemasukan Cd ke dalam tubuh dapat terjadi melalui traktus digestivus,
traktus respiratorius atau melalui suntikan kedalam tubuh. Cadmium yang ada
di dalam makanan dan air minum akan diserap di dalam saluran pencernaan.
Penyerapan Cd di dalam paru-paru jauh lebih besar dibandingkan dengan di
dalam saluran pencernaan. Menurut (Voogt et al., 1980) penyerapan Cd di
dalam paru-paru berkisar 13-19 % dari jumlah Cd yang terserap dengan rata-
rata 16%.
Menurut (Voogt et al., 1980) cadmium yang dihirup melalui saluran
pernafasan biasanya berbentuk aerosol. Kecepatan penyerapan di dalam paru-
paru dipengaruhi oleh diameter partikel Cd yang masuk. Cadmium yang
diserap tubuh akan dibawa oleh darah khususnya di dalam eritrosit. Cadmium
yang ada dalam plasma dan eritrosit akan berikatan dengan protein yang akan
mempunyai berat molekul tinggi, contohnya hemoglobin (Hb). Cadmium
yang masuk biasanya diusahakan tubuh untuk dikeluarkan kembali.

c. Efek dalam Tubuh


Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat
sebagai metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Kadmium (Cd) terikat
dalam gugus sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil,
hidroksil, dan fosfatil dari protein purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas
kadmium (Cd) disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein
tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam
tubuh (Darmono, 2001).Kadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat
yang berbahaya karena elemen ini berisiko tinggi terhadap pembuluh darah.
Kadmium (Cd) berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan
dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal (Palar, 2004).
Gejala akut dan kronis akibat keracunan kadmium (Cd) yaitu (Sudarmaji dkk,
2006):
a. Gejala akut :
1) Sesak dada.
2) Kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest).
3) Nafas pendek.
4) Nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang kearah penyakit radang
paru -paru.
5) Sakit kepala dan menggigil.
6) Mungkin dapat diikuti kematian.

b. Gejala kronis:
1) Nafas pendek.
2) Kemampuan mencium bau menurun.
3) Berat badan menurun.
4) Gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan.

Menurut Palar (2004), efek kronis akibat toksisitas kadmium (Cd) pada
manusia dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu :

a) Efek kadmium (Cd) terhadap ginjal


Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu
menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang
terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah
kandungan protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang dapat
terjadi pada ginjal akibat logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam amniouria
dan glokosuria, dan ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor
dalam urine.

b) Efek kadmium (Cd) terhadap paru


Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu
kadmium (Cd) juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-
paru. Kerusakan paru-paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan
kronis yang disebabkan oleh kadmium (Cd).

c) Efek Kadmium (Cd) terhadap hepar


Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat
sebagai metalotionein mengandung unsur sistein, dimana kadmium (Cd) terikat
dalam gugus sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil,
hidroksil, dan fosfatil dari proteinpurin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas
kadmium (Cd) disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein
tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam
tubuh (Darmono, 2001).

d) Efek kadmium (Cd) terhadap sistem reproduksi


Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organya. Pada konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat
mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa
akibat terpapar oleh uap logam kadmium (Cd) dapat mengakibatkan impotensi.
e) Efek Kadmium terhadap Pankreas
keracunan Cd dapat menyebabakan penurunan fungsi pankreas. Efek
pemberian Cd pada hewan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat,menyebabkan terjadinya hiperglikemia, pengurangan toleransi
terhadap glukosa dan menghambat aktivitas sekresi insulin (Palar, 1994).

f) Efek kadmium (Cd) terhadap tulang

Efek keracunan kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan kerapuhan pada


tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga menyulitkan untuk berjalan.
Terjadi pada pekerja yang bekerja pada industri yang menggunakan kadmium
(Cd). Penyakit tersebut dinamakan “itai -itai”.

Penyakit itai-itai (ouch ouch sickness) adalah kasus massal keracunan


kadmium yang didokumentasikan di Prefektur Toyama, Jepang. Keracunan
kadmium ini menyebabkan pelunakan tulang dan gagal ginjal. Nama penyakit
ini berdasarkan kata dalam bahasa Jepang yaitu nyeri (痛いitai) yang disebabkan
pada persendian dan tulang belakang. Istilah penyakit itai-itai ini diciptakan
oleh penduduk setempat. Kadmium ini dicemarkan ke sungai oleh
pertambangan perusahaan-perusahaan di pegunungan. Perusahaan
pertambangan tersebut telah dituntut atas kerusakan dan kerugian yang terjadi.
Penyakit itai-itai ini dikenal sebagai salah satu dari Empat Besar Penyakit akibat
Pencemaran Jepang.

Kasus Pencemaran Kadmium di Jepang (Itai-itai Disease) Itai-itai disease


yang terjadi di Jepang pertama kali ditemui pada area yang sangat tercemar di
lembah sungai Jinzu, terletak di Prefektur Toyama, Jepang. Penyakit ini sendiri
menunjukkan gejala nephropathy dan osteomalacia. Kedua penyakit ini
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya kandungan kadmium dalam
tubuh. Dinas kesehatan setempat atau Public Welfare Office of Toyama (Dinas
Kesejahteraan Masyarakat Toyama) mengidentifikasi area yang terpolusi Cd
bahwa sejak tahun 1967, 97% dari 132 penduduk yang meninggal dunia adalah
korban itai-itai disease (Kawano et al, 1984).
Kasus keracunan kadmium ini terjadi di saat Jepang sedang gencar
memproduksi senjata untuk kebutuhan militer. Penambangan yang dilakukan
Mitsui Mining and Smelting Co., Ltd secara tidak langsung membuat
penderitaan penduduk di sungai Jinzu menjadi efek yang berkepanjangan.
Karena efek yang akut, para pasien itai-itai disease merasakan rasa saki luar
biasa akibat keracunan kadmium selama akhir sisa umurnya. Banyak pula kasus
meninggalnya pasien yang terkena penyakit ini setelah mengkonsumsi air
sungai Jinzu serta memakan beras yang diirigasi oleh sungai tersebut (Nogawa
dan Suwazono, 2011).

Di tahun 1967, teridentifikasi kandungan kadmium, seng, dan tembaga dari


34 area irigasi yang menggunakan sistem pengairan sungai Jinzu dan 16 area
irigasi yang menggunakan sistem pengairan lainnya. Area pengairan sungai
Jinzu dengan kandungan logam berat yang paling parah. 34 area persawahan
padi di sekitar sungai Jinzu ditemukan 4,04 ppm kandungan logam berat dalam
air yang memasuki area tersebut, 2,42 ppm kandungan logam berat di tengah
area persawahan, dan 2,24 ppm di area outlet irigasi. Sedangkan logam
kadmium sendiri berkisar kurang dari 1,0 ppm di seluruh wilayah persawahan.
Hasil hipotesis adalah masuknya kadmium dalam tubuh manusia diduga karena
padi yang dihasilkan kawasan tersebut tercemar kadmium. Keseluruhan padi
yang diteliti konsentrasi Cd beragam mulai dari 1,0 ppm hingga yang tertinggi
mencapai 6,88 ppm (Nogawa dan Suwazono, 2011). Penelitian tersebut menjadi
titik terang bagaimana warga setempat teracuni logam berat kadmium, pada
umumnya mereka mengkonsumsi padi hasil pertanian setempat. Hal ini juga
menjadi simpulan dari artikel terdahulu bahwa keracunan kadmium memang
dari oral (mulut) yang berlanjut ke pencernaan.

d. Cadmium di Lingkungan
Kadmium memiliki efek yang sangat unik kepada anak-anak yakni dapat
membantu perkembangan otak pada anak. Namun di sisi lain, kadmium memiliki
efek yang tidak baik untuk manusia dewasa, diantaranya menaikkan resiko
terjadinya kanker payudara, penyakit kardiovaskular atau paru-paru, dan penyakit
jantung. Efek lain yang menunjukkan toksisitas kadmium adalah kegagalan fungsi
ginjal, encok, pembentukan artritis, juga kerusakan tulang (Chen, 2009). Logam
kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam
organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam tubuh biota perairan
jumlah logamyang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan
(biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi akan mengalami
akumulasi kadmium (Cd) yang lebih banyak (Palar, 2004). Kadmium dapat
terakumulasi dalam di tubuh manusia serta baru dapat keluar dari dalam tubuh,
tatapi dengan waktu tunggu berkisar antara 20-30 tahun lamanya. Efek dalam
tubuh pun beragam, mulai dari hipertensi sampai kanker (Watts, 1997).

Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan


mengalami tiga macam proses akumulasi, yaitu fisik, kimia, dan biologis.
Buangan limbah industri yang mengandung bahan berbahaya dengan toksisitas
yang tinggi dan kemampuan biota laut untuk menimbun logam-logam bahan
pencemar langsung terakumulasi secara fisik dan kimia kemudian mengendap di
dasar perairan. Metabolisme bahan berbahaya terjadi melalui rantai makanan
secara biologis yang disebut bioakumulasi (Hutagalung, 1984).

Kadar logam berat yang terdapat dalam tubuh organisme perairan lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kadar logam berat yang terdapat dalam
lingkungan hidupnya. Unsur-unsur logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
organisme dengan tiga cara, yaitu melalui rantai makanan, insang, dan difusi
melalui permukaan kulit. Pengeluaran logam berat dari tubuh dan insang serta isi
perut dan urine (Bryan, 1976). Akumulasi pada organisme terjadi karena
kecenderungan logam berat untuk membentuk senyawa komplek dengan zat-zat
organik yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga logam berat terfiksasi dan
tidak segera diekskresi oleh organisme yang bersangkutan (Waldichuk, 1974).

Dalam strata lingkungan, logam cadmium(Cd) dan persenyawaannya


ditemukan dalam banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa
kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah penimbunan sampah dan
aliran air hujan,selain dalam air buangan. Logam Cd juga membawa sifat racun
yang dapat sangat merugikan semua organisme hidup termasuk manusia.

Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat


membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong crustacea akan mengalami
kematian dalam waktu 24-504 jam bila dalam badan air dimana rentang
konsentrasi Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15 ppm. Untuk biota yang
tergolong insecta akan mengalami kematian 24-672 jam dimana rentang
konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk perairan tawar,seperti
ikan emas akan mengalami kematian dalam waktu 96 jam dengan rentang
konsentrasi Cd dalam perairan yaitu 1,092-1,104 ppm (Sumber : Murphy
P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences, 1974)

Logam kadmium atau Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan


bioakumulasi dalam organisme hidup. Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama
makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi oleh
logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota perairan, jumlah logam
yang terakumulasi akan mengalami peningkatan dengan adanya proses
biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai
makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Dimana pada biota
yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih banayak,
sedangkan pada biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila
jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang batas maka biota dari
suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan
kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu tatanan
sistem lingkungan(ekosistem) ,karena salah satu mata rantainya telah hilang.

Pada hewan yang hidup di tanah dan bangssa mamalia, dimana dalam
tubuh mereka telah terakumulasi oleh Cd, maka Cd yang terakumulasi akan
ditransfer oleh got wall (celah dinding/kulit). Logam atau persenyawaan Cd yang
terdapat di udara dalam bentuk partikular, akan dapat diserap oleh tumbuh-
tumbuhan. Pada tumbuhan yang menyerap partikular Cd akan mengalami
peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerapan zat besi yang sangat
dibutuhkan oleh klorofil(zat hijau daun) tumbuhan.

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam
basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila dipanaskan. Kadmium (Cd)
umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit).
Mekanisme pencemaran logam berat berasal dari 2 sumber, yakni sumber alamiah dan
antropogenik. Dampak yang dihasilkan pada makhluk hidup oleh pencemaran logam berat
hampir sama yakni sifatnya yang akumulatif dan menyebabkan penurunan kesehatan
manusia. Penyebaran cadmium bisa terjadi dimana saja contohnya cadmium dalam
lingkungan ,cadmium dalam tanaman,dan cadmium dalam tubuh manusia

3.2 saran

Sebaiknya industri yang menggunakan bahan yang mengandung cadmium sisa bahan
tidak terpakai atau limbah jangan dibuang ditempat-tempat yang bedekatan dengan lokasi
manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sebaiknya limbah ditampung terlebih dahulu
atau dinetralkan dengan bahan-bahan tertentu supaya tidak menimbulkan polutan dan resiko
bagi manusia,tanaman dan lingkungan.
Daftar pustaka

Bryan, G.W., 1976. Heavy Metal Contamination in the Sea. Di dalam: Johnston R.,
editor. Marine Polution. New York: Academic Press.
Herman, D.Z., 2006. “Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen
(As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam”.
Jurnal Geologi Indonesia Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 31-36.

Istarani ,Festri, Ellina S. Pandebesie. 2014. “ Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium
(Cd) terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan”. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3,
No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

Purnomo ,Fajar,dkk. 2011. Makalah Toksikologi Kadmium (Cd). Jurusan Kesehatan


Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Rachman,Taufik. 2015. Pencemaran Logam Berat: Arsen Dan Kadmium .Skripsi.


Fakultas Teknologi Dan Ilmu Kebumian Institut Teknologi Bandung
Palar,H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta

Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. R. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan


Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta.Penerbit Andi

Pudyasari,Raras S, dkk. 2013. Makalah kimia agen kadmium. Fakultas kesehatan


masyarakat . universitas diponegoro

Anda mungkin juga menyukai