Anda di halaman 1dari 13

Cadmium (Cd)

A. Sifat dan Karakteristik


Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor
(Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang
bersifat tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh
321oC, titik didih 767oC dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati dkk,
2008).
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan
seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi.

kadmium

(Cd) digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel
dan plastik. Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran
dengan logam lain terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng
(Darmono 1995).
Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd
didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd)
didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain (Said,
2008).
Logam kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di
alam. Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang
lunak ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan
kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta cepat akan
mengalami kerusakan bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida
(SO2). Berdasarkan pada sifat kimianya, logam kadmium (Cd) didalam
persenyawaan yang dibentuknya umumnya mempunyai bilangan valensi 2+,
sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke
dalam larutan yang mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami
proses pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam
larutan OH biasanya dalam bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih
(Palar, 2004).

B. Manfaat
1.

Cadmium (Cd) digunakan sebagai bahan stabilitasi sebagai bahan


pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating.

2.

Allay Cd digunakan sebagai pemandu peluru-peluru kendali. Substansi


dari alloy Cd digunakan sebagai bahan solder.

3.

Logam Cd dan senyawa Kadmium Nitrat sangat berguna dalam


pengembangan

reaktor

nuklir,berfungsi

sebagai

bahan

untuk

mengontrol kecepatan pemecahan inti atom dalam rantai reaksi(reaksi


berantai).
4.

Senyawa CdS dan CdSeS banyak digunakan sebagai zat warna.

5.

Senyawa Cd-sulfat(CdSO4) digunakan dalam industri baterai yang


berfungsi untuk pembuatan sel Weston karena mempunyai potensial
stabil yaitu sebesar 1,0186 volt.

6.

Senyawa Kadmium Bromida(CdBr2) dan kadmium ionida(CdI2) secara


tebatas digunakan dalam dunia fotografi.

7.

Senyawa dietil Kadmium digunakan dalam proses pembuatan tetraetilPb.

8.

Senyawa Cd-strearat banyak digunakan dalam perindustrian manufaktur


polyvinil clorida(PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer.

9.

Selain itu,kadmium banyak digunakan dalam industri-industri ringan


seperti pada proses pengolahan roti,pengolahan ikan,pengolahan
ikan,industri tekstil dan lain-lain.

10. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara
lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak
pelumas, bahan bakar. Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung
Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk
superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm.
C. Sumber-sumber dan bahan polutan
Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya
ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu
ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite
ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd
biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih

seng (Zn). Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 %
logam Cd. Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-bijih
logam Pb(timah hitam) dan Cu(tembaga). Namun demikian, Zn merupakan
sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi dari logam tersebut sangat
dipengaruhi oleh Zn.
Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk
ke perairan berasal dari:
1. Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.
2. Air bilasan dari elektroplating.
3. Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu
dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.
4. Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 %
Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan
melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.
5. Pupuk phosfat dan endapan sampah
Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbaltembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan
lingkungan

perairan

yang

sudah

terkontaminasi

oleh

logam

berat.

Kontaminasi makanan dan lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas


manusia didarat maupun pada perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada
suatu jaringan organisme serta sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal
dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering
digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada
pembuatan alloy, dan baterai alkali.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm,
batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga
mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri
dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke
dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke
atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.

D. Kadmium (Cd) dalam Lingkungan


Logam kadmium dan bentuk-bentuk persenyawaannya dapat masuk ke
lingkungan, terutama sekali merupakan efek samping dari aktivitas yang
dilakukan manusia. Dapat dikatakan bahwa semua industri yang melibatkan
kadmium dalam proses operasional industrinya menjadi sumber pencemaran
kadmium. Selain itu kadmium juga berasal dari pembakaran sampah rumah
tangga dan pembakaran bahan bakar fosil karena secara alami bahan bakar
mengandung kadmium, penggunaan pupuk fosfat buatan. Dalam strata
lingkungan, kadmium dan persenyawaannya ditemukan dalam banyak
lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan kadmium akan
dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan aliran hujan,
selain dalam air buangan (Palar, 2008). Kadmium akan mengalami
biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan
dan manusia). Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi
akan terus mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di
badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut
menentukan jumlah kadmium yang terakumulasi. Dimana pada biota yang
lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi kadmium yang lebih
banyak.
1. Dampak Bagi Lingkungan
Dalam

strata

lingkungan,

logam

cadmium(Cd)

dan

persenyawaannya ditemukan dalam banyak lapisan. Secara sederhana


dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di
daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan,selain dalam air
buangan. Logam Cd juga membawa sifat racun yang dapat sangat
merugikan semua organisme hidup termasuk manusia.
Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu
dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong crustacea
akan mengalami kematian dalam waktu 24-504 jam bila dalam badan air
dimana rentang konsentrasi Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15 ppm.
Untuk biota yang tergolong insecta akan mengalami kematian 24-672 jam
dimana rentang konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk
perairan tawar,seperti ikan emas akan mengalami kematian dalam waktu
96 jam dengan rentang konsentrasi Cd dalam perairan yaitu 1,092-1,104

ppm (Sumber : Murphy P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences,


1974)
Logam

kadmium

atau

Cd

juga

akan

mengalami

proses

biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup. Logam ini


masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi
makanan tersebut telah terkontaminasi oleh logam Cd dan atau
persenyawaannya. Dalam tubuh biota perairan, jumlah logam yang
terakumulasi akan mengalami peningkatan dengan adanya proses
biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem
rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Dimana
pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang
lebih banayak, sedangkan pada biota top level merupakan tempat
akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah
melebihi nilai ambang batas maka biota dari suatu level atau strata
tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan. Keadaan
inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu tatanan sistem
lingkungan(ekosistem) ,karena salah satu mata rantainya telah hilang.
Pada hewan yang hidup di tanah dan bangssa mamalia, dimana
dalam tubuh mereka telah terakumulasi oleh Cd, maka Cd yang
terakumulasi akan ditransfer oleh got wall (celah dinding/kulit).
Logam atau persenyawaan Cd yang terdapat di udara dalam bentuk
partikular, akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuhan
yang menyerap partikular Cd akan mengalami peristiwa terjadinya
hambatan terhadap penyerapan zat besi yang sangat dibutuhkan oleh
klorofil(zat hijau daun) tumbuhan.
2. Cara Pencegahan
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat
dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan
senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau
dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode
lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan
reverse osmosis. Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau
mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi,
atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk

mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan


tersebut.
Penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme
terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake
(biosorpsi) dan pasif uptake (bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup.
Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion
logam

untuk

pertumbuhan

sianobakteria,

dan/atau

akumulasi

intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan


pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini
tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap
parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik,
cahaya dan lainnya.
Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat
dengan melibatkan sianobakteria dapat dilakukan dengan proses
pertama,

sianobakteria

pilihan

dimasukkan,

ditumbuhkan

dan

selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat


tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu
yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam
berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan.
Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam
berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke
lingkungan.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel
biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua
cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada dinding
sel

digantikan

oleh

ion-ion

logam

berat;

dan

kedua

adalah

pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan


gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan
hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah
pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi

reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui


proses pertukaran kation.
E. Bioakumulasi
Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui
beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui
kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan dengan
protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh
(Darmono, 2001).
Logam kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia).
Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus
mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota
yang tertinggi akan mengalami akumulasi kadmium (Cd) yang lebih banyak
(Palar, 2004).
F. Biotransformasi
Logam berat umumnya berasal dari proses alam atau akibat kegiatan
manusia. Proses alam seperti perubahan siklus alamiah mengakibatkan
batuan-batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar
ke lingkungan (Suhendrayatna, 2001).Kadmium adalah logam kebiruan yang
lunak, termasuk golongan II B table berkala, unsur ini bernomor atom 48,
mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih
dan titik lelehnya berturut-turut 765oC dan 320,9oC.
Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu yang
panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khusunya hati dan ginjal.
Kadmium juga merupakan logam berat yang bersifat toksik bagi sebagian
besar

organisme.

Pada

tumbuhan,

kadmium

dapat

menghambat

pertumbuhan dengan menginduksi terjadinya oksidasi sitokinin oleh sitokinin


oksidase sehingga aktivitas sitokinin terhenti serta mempengaruhi aktivitas
enzim peroksidase yang berperan dalam berbagai fungsi seluler.
Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang industri
dan teknologi, terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan
juga sebagai pengontrol sampah atau limbah buangan. Di daerah

pertambangan,

bakteri Thiobacillus

ferrooxidans merupakan

salah

satu

mikroorganisme penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching) logamlogam dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang yang telah
didrainase dengan pH lingkungan masam, termasuk logam kadmium (Cd).
Peran bakteri Thiobacillus ferrooxidans dalam mempengaruhi proses
mobilisasi atau inmobilisasi unsur-unsur toksik logam Kadmium adalah
melalui beberapa mekanisme berikut : (1). Kelat unsur oleh proses
metabolisme; (2). Oksidasi-reduksi logam yang dipengaruhi daya larut atau
valensi; (3). Perubahan pH yang mempengaruhi sifat ion, biosorpsi oleh
kelompok fungsional pada permukaan sel; (4). Bioakumulasi oleh sistem
transport energi; (5). Immobilisasi untuk membentuk bahan stabil,
biometilasi, dan biodegradasi kompleks organik pada logam. Sebagai ilustrasi
disajikan mekanisme pengolahan logam oleh mikroorganisme (Gazso, 2001).
G. Toksisitas
1.

Mekanisme Toksisitas Cd
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh. Sebagian
besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui
feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan
melalui urine. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan
ginjal

terutama

terikat

sebagai

metalotionein.

Metalotinein

mengandung unsur sistein,dimana Cd terikat dalam gugus sulfhidril(SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil,histidil,hidroksil dan fosfatil
dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd
disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga
menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.
Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari
enzim alfa anti tripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat
menyebabkan emfisema dari paru dan hal ini merupakan salah satu
gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.
2.

Gejala Toksisitas Cd
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan
dari pada melalui saluran pencernaan. Kasus keracuan akut kadmuim
kebanyakan dari menghisap debu dan asap kadmium, terutama

kadmium oksida(CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap,korban


akan mengeluh gangguan saluran pernafasan, nausea, muntah,kepala
pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya
oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan hidup, akan terjadi
emfisema atau gangguan paru-paru dapat jelas terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu
lama

dan

gejalanya

menyebabkan

juga

berjalan

nefrotoksisitas(toksik

kronis.

Kadmium

dapat

ginjal)

yaitu

gejala

proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan


laju filtrasi glumerulus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga
menyebabkan gangguan kadrdivaskuler dan hipertensi. Hal tersebut
terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium.
Gejala hipertensi ini tidak selalu terjadi pada kasus keracunan kronis
kadmium. Selain itu, kadmium dapat menyebabkan terjadinya gejala
osteomalasea

karena

terjadi

interferensi

daya

keseimbangan

kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.


3.

Interaksi Cd dengan unsur nutrisi lain


Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya Cd
dalam tubuh ialah seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam
askorbat

dan

protein

yang

interaksinya

bersifat

antagonisme.

Kebanyakan toksisitas Cd terjadi karena adanya defisiensi unsur


tersebut diatas yang mengakibatkan meningkatnya absorpsi Cd. Pada
umumnya rendahnya intake unsur nutrisi esensial mengakibatkan
bertambah parahnya toksisitas Cd, sedangkan intake yang tinggi dari
unsur nutrisi esensial mengakibatkan berkurangnya efek toksisitas Cd.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
hubungannya antara absorpsi Cd dengan cadangan Fe dalam tubuh.
Percobaan pada orang(pria dan wanita sukarelawan) yang diberi
sarapan pagi mengandung 25 microgram Cd dalam bentuk CdCl2,
menunjukkan bahwa 8,9% orang terlihat gejala adanya deposit Fe
yang rendah, yang pada analisi serum feritin ditemukan kurang dari
normal(<20 microgram/ml). Pada penelitian lain, menunjukkan baha
pemberian suplemen asam askorbat(0,5% dalam diet) dan substansi
Fe dapat menurunkan konsentrasi Cd dalam hati atau ginjal.

H. Efek Kadmium pada Manusia


Menurut darmono (1995), efek kadmium terhadap kesehatan manusia
dapat bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan
melalui saluran pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium
terutama kadmium oksida (CdO). Gejala yang timbul berupa gangguan
saluran pernapasan, mual, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Akibat
dari keracunan akut ini dapat menimbulkan penyakit paru-paru yang akut
dan kematian. Efek kronis terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang.
Peristiwa ini terjadi karena kadmium yang masuk ke dalam tubuh dalam
jumlah yang kecil sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Efek akan muncul saat
daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena
adanya akumulasi kadmium dalam tubuh. Efek kronis dapat dikelompokkan
menjadi lima kelompok (Palar, 2008), yaitu:
1. Terhadap Ginjal
Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan
tingkat tinggi dan manusia. Pada organ ini terjadi peristiwa akumulasi dari
bermacam-macam bahan termasuk logam kadmium. Kadmium dapat
menimbulkan gangguan dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal
terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat dideteksi dari tingkat atau
kandungan protein yang terdapat dalam urin. Petunjuk lain berupa
adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan
asam urat serta Ca dan Protein dalam urin.
2. Terhadap Paru-paru
Keracunan yang disebabkan oleh kadmium lebih tinggi bila terinhalasi
melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis
kadmium akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium. Akan muncul
pembengkakan paru-paru (pulmonary emphysema) dengan gejala awal
gangguan saluran napas, mual, muntah dan kepala pusing.
3. Terhadap Tulang
Serangan yang paling hebat karena kadmium adalah kerapuhan
tulang. Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga
setiap orang dilanda rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul
akibat kekurangan kalsium dalam makanan yang tercemar kadmium,
sehingga fungsi kalsium darah digantikan oleh logam kadmium yang ada.

Pada akhirnya kerapuhan pada tulang-tulang penderita yang dinamakan


itai-itai disease.
4. Terhadap Darah dan Jantung
Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO.
Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang
tinggi dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.
5. Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium
dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi
dasar bahwa akibat terpapar uap logam kadmium dapat mengakibatkan
impotensi. Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya
kadar testoteron dalam darah.
Cadmium

dalam

bentuk

senyawa

jauh

lebih

tidak

berbahaya

dibandingkan dengan Cadmium yang dalam bentukan logam. Cadmium


sangat membahayakan manusia jika terpapar langsung pada tubuh manusia
dan berikut ini adalah kemungkinan-kemungkinan cara Cadmium terpapar
dalam tubuh manusia:
1. Menghirupnya, khususnya pekerja di pabrik baterai. Baterai yang
mengandung Nikel dan Cadmium sangat berbahaya dan kemungkinan
untuk pekerja pabrik terpapar langsung sangatlah besar. Tak hanya itu,
jika pembuangan limbah dilakukan secara tidak bijaksana, bisa saja
lingkungan sekitar harus menanggung risiko bahaya yang mungkin
ditimbulkan.
2. Menghirupnya

ketika melakukan

welding,

brazing

atau

soldering.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut sangat erat kaitannya dengan logam-logam


dan logam-logam yang dilakukan proses tersebut ada kemungkinan
mengandung cadmium sebagai campurannya.
3. Menghirupnya, khususnya yang tinggal di dekat stasiun listrik dan pabrik
yang membakar bahan bakar fosil (batubara). Seperti yang dipaparkan
sebelumnya, Cadmium banyak terkandung dalam batu bara dan
pembakaran batubara sama halnya dengan melepas Cadmium ke udara.
4. Memakan makanan dan meminum air yang terkontaminasi Cadmium.
Makanan, terutama sea food dan mahkluk-makhluk yang hidup di air

(baik sungai, rawa-rawa atau laut) sangat mungkin tercemar oleh


Cadmium. Ikan-ikan yang hidup di perairan yang tercemar Cadmium akan
mengakibatkan manusia yang mengonsumsinya harus menanggung
akibat terakumulasinya Cadmium yang mereka konsumsi melalui ikan
dalam tubuh mereka.
5. Merokok. Rata-rata, 1-2 mcg cadmium terkandung dalam sebatang rokok
(M. Haas, Elson). Kadar yang diijinkan terendap dalam tubuh manusia
hanyalah 40 mg atau 40.000 mcg. Dengan adanya fakta ini, jika sehari
manusia mengonsumsi 10 batang rokok, maka dalam sekitar 11 tahun,
jumlah Cadmium yang terendap akan melebihi 40.000 mcg (40 mg).
Padahal, kemungkinan manusia terpapar Cadmium tidak hanya dari rokok
saja.
I. Cara Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan utama dalam penanggulangan keracunan logam pada
manusia terutama terhadap bayi dan anak-anak perlu dilakukan dengan 2 hal
yaitu :
1.

Tindakan pencegahan
a. Tidak merokok atau setidaknya mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, mengonsumsi
sepuluh batang rokok setiap harinya dapat mengakibatkan tubuh
harus mengendapkan Cadmium melebihi ambang batas dalam
waktu 11 tahun (jika tidak terpapar Cadmium melalu zat lainnya).
Dengan mengurangi konsumsi rokok, setidaknya waktu yang
dibutuhkan akan lebih panjang dan tidak mengonsumsi rokok akan
memberikan kesehatan yang lebih baik bagi kita.
b. Berusaha seminimal mungkin menggunakan pupuk mengandung
Cadmium rendah. Dalam memilih pupuk, kita harus lebih pintar
dalam mengenali konten-konten apa sajakah yang terdapat dalam
pupuk itu, jika tidak, maka bukan tidak mungkin kita akan teracuni
Cadmium melalui hasil bumi dari kebun kita sendiri.
c. Makan

seimbang

calcium,

iron,

protein,

and

zinc.

Dengan

melakukan pola makan yang seimbang, tubuh akan lebih kuat dan
tidak rentan oleh bahaya Cadmium.

d. Jauhkan benda-benda mengandung Cadmium dari anak-anak kecil.


Mengingat banyaknya produk-produk yang tercemar Cadmium, kita
juga harus lebih pintar dalam memilihkan mainan untuk anak-anak
kita dan juga memperhatikan cara anak-anak bermain, jangan
sampai

mereka

menggigit-gigit

atau

melakukan

hal

yang

memungkinkan mereka terpapar Cadmium.


e. Jika punya sumur, periksa kadar Cadmium dalam sumur itu.
Terutama jika sumur sudah sangat berbau logam, karena hal itu
mengindikasikan kemungkinan sumur tercemar Cadmium.
f.

Jika bekerja di daerah terpapar Cadmium, komunikasikan dengan


orang HSE. Ada kemugkinan kita membawa Cadmium yang
terpapar

pada

tubuh

kita

ketika

bekerja

ke

rumah,

jadi

mengomunikasikan dengan pihak HSE akan masalah ini sangatlah


penting.
2.

Bila terjadi kasus keracunan mak perlu segera dilakukan pengobatan.


Pengobatan toksisitas Cd biasanya hanya bersifat suportif saja
seperti

pemberian

vitamin

untuk pengobatan

nyeri tulang.

Pengobatan dengan mengguanakan bahan kelat tidak dianjurkan,


walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd melalui ginjal, tetapi hal
tersebut juga dapat menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi tersebut
terjadi karena ikatan kompleks dari kelasi dapat menyebabkan reaksi
disosiasi ginjal pada waktu terjadi pembebasab Cd.

Anda mungkin juga menyukai