2.1 Pengertian
Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table berkala
dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom 48, mempunyai bobot atom
112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih dan titik lelehnya berturutturut 765oC dan
320,9oC. Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan
terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi kadmium yang terdapat dalam
tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil
berasal dari air minum dan polusi udara. Pemasukan Cd melalui makanan adalah 10 – 40 μg/hari,
sedikitnya 50% diserap oleh tubuh.
b. Mengkilat
e. Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau lembab dan akan
mengalami kerusakan bila terkena uap amonia dan sulfur hidroksida
2.) Sifat Kimia
f. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat CdO
2.3 Manfaat
1. Cadmium (Cd) digunakan sebagai bahan stabilitasi sebagai bahan pewarna dalam
industri plastik dan pada elektroplating.
10. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara lain
pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara
mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada
yang sampai 170 ppm.
Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada satu jenis
mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan
mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga
dalam eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan
bijih-bijih seng (Zn). Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam
Cd.Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-bijih logam Pb(timah hitam) dan
Cu(tembaga). Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi
dari logam tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn.
3) Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air
limbah dan endapan yang mengandung kadmium.
4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagai
bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosi
dalam kurun waktu 4-12 tahun.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara
mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada
yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak pelumas bekas
yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan
bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.
Dari hasil penelitian laboratorium pada ayam broiler yang diberi pakan mengandung Cd
dalam dosis tinggi, terlihat adanya hambatan pertumbuhan ayam tersebut.Hal ini mungkin
disebabkan tejadinya inefisiensi penggunaan unsur nutrisi dalam pakan karena pengaruh
tosisitas Cd( Darmono dkk; 1996). Pada dosis pemberian 50 mg / kg Cd dalam pakan terjadi
hambatan pertumbuhan mencapai 25% selama 1 Bulan , sedangkan pada dosis pemberian 100
mg / kg Cd hambatan pertumbuhan mencapai 50%. Selain itu, pada dosis pemberian 100mg/kg
Cd tersebut ditemukan beberapa ekor ayam yang mengalami malformasi pada tulang
kakinya(Ricketslrachitis).
Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn.
Dalam industri pertambangan, Pb dan Zn proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil
samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium intake ke
dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau
kandungan Cd dalam feses.
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui
saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian
kecil dikeluarkan melalui urine. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal
terutama terikat sebagai metalotionein. Metalotinein mengandung unsur sistein,dimana Cd
terikat dalam gugus sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil,histidil,hidroksil dan
fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh
interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas
kerja enzim dalam tubuh.
Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari enzim alfa anti tripsin.
Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari paru dan hal ini merupakan
salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan dari pada melalui
saluran pencernaan. Kasus keracuan akut kadmuim kebanyakan dari menghisap debu dan asap
kadmium, terutama kadmium oksida(CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap,korban akan
mengeluh gangguan saluran pernafasan, nausea, muntah,kepala pusing dan sakit pinggang.
Kematian disebabkan karena terjadinya oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan hidup,
akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru dapat jelas terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu lama dan gejalanya
juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas(toksik ginjal) yaitu gejala
proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan laju filtrasi glumerulus
ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kadrdivaskuler dan hipertensi.
Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi
ini tidak selalu terjadi pada kasus keracunan kronis kadmium. Selain itu, kadmium dapat
menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea karena terjadi interferensi daya keseimbangan
kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.
Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya Cd dalam tubuh ialah
seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam askorbat dan protein yang interaksinya
bersifat antagonisme. Kebanyakan toksisitas Cd terjadi karena adanya defisiensi unsur tersebut
diatas yang mengakibatkan meningkatnya absorpsi Cd. Pada umumnya rendahnya intake unsur
nutrisi esensial mengakibatkan bertambah parahnya toksisitas Cd, sedangkan intake yang tinggi
dari unsur nutrisi esensial mengakibatkan berkurangnya efek toksisitas Cd.
2.7 Dampak bagi Kesehatan Manusia dan Cara Penanggulangan/ Cara Pengobatan
Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama, cadmium dapat menghambat
kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram,
anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan
kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan
meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada,
nafas sesak (pendek), batuk – batuk, dan lemah.
Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam waktu yang lama.
Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti:
a. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala
proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit dimana
terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat kencing manis atau
diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau kandungan asam amino
dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi (penyaringan) glumerolus ginjal.
b. Makan dan minum dari bahan makanan atau produk makanan yang berkadar logam
rendah.
Pengobatan toksisitas Cd biasanya hanya bersifat suportif saja seperti pemberian vitamin
D untuk pengobatan nyeri tulang. Pengobatan dengan mengguanakan bahan kelat tidak
dianjurkan, walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd melalui ginjal, tetapi hal tersebut
juga dapat menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi tersebut terjadi karena ikatan
kompleks dari kelasi dapat menyebabkan reaksi disosiasi ginjal pada waktu terjadi
pembebasan Cd.
Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota
perairan. Biota-biota yang tergolong crustacea akan mengalami kematian dalam waktu 24-504
jam bila dalam badan air dimana rentang konsentrasi Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15 ppm.
Untuk biota yang tergolong insecta akan mengalami kematian 24-672 jam dimana rentang
konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk perairan tawar,seperti ikan emas akan
mengalami kematian dalam waktu 96 jam dengan rentang konsentrasi Cd dalam perairan yaitu
1,092-1,104 ppm (Sumber : Murphy P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences, 1974)
Logam kadmium atau Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi
dalam organisme hidup. Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi,
tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi oleh logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam
tubuh biota perairan, jumlah logam yang terakumulasi akan mengalami peningkatan dengan
adanya proses biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai
makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Dimana pada biota yang lebih tinggi
stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih banayak, sedangkan pada biota top level
merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi
nilai ambang batas maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan
bahkan kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu tatanan sistem
lingkungan(ekosistem) ,karena salah satu mata rantainya telah hilang.
Pada hewan yang hidup di tanah dan bangssa mamalia, dimana dalam tubuh mereka telah
terakumulasi oleh Cd, maka Cd yang terakumulasi akan ditransfer oleh got wall (celah
dinding/kulit).
Logam atau persenyawaan Cd yang terdapat di udara dalam bentuk partikular, akan dapat
diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuhan yang menyerap partikular Cd akan mengalami
peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerapan zat besi yang sangat dibutuhkan oleh
klorofil(zat hijau daun) tumbuhan.
• Cara Pencegahan
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara
simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria,
dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan
pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari
energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH,
suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan
sianobakteria dapat dilakukan dengan proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan,
ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat
tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan
agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa
sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang
terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian
dibuang ke lingkungan.
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben.
Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara
pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan
kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus
fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara
bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di
mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-
remove melalui proses pertukaran kation.