Disusun Oleh :
Fauziah Maaku
Andi Nuraine
MANADO
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa oleh
karena rahmat-Nya maka kelompok dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan
Kerja di Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang membantu
dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada :
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2.Tujuan …………..…………………………….…………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Cadmium......................................... 5
2.2. Dioxine…………………………….8
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu bahan kimia yang berbahaya tidak ada risiko apabila tidak ada
paparan. Sebagai contoh asam sulfat yang sangat korosif tidak mempunyai
risiko atau berisiko kecil bagi orang yang tidak menangani bahan kimia
tersebut, begitu juga terhadap orang yang terpapar asam sulfat (ilmuwan,
pekerja) yang melakukan tindakan pengelolaan risiko misalnya dengan
menggunakan kaca mata dan sarung tangan pengaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang Bahaya Chemical
Hazard dalam hal ini Cadmium dan Dioxin.
BAB II
4
PEMBAHASAN
5
Logam kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam
tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami
peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi
akan mengalami akumulasi kadmium (Cd) yang lebih banyak.
Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat
sebagai metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Kadmium (Cd) terikat
dalam gugus sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil,
hidroksil, dan fosfatil dari protein purin.
a. Gejala akut :
● Sesak dada.
● Nafas pendek.
b. Gejala kronis:
● Nafas pendek.
6
● Gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan.
Menurut Palar (2004), efek kronis akibat toksisitas kadmium (Cd) pada
manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu
kadmium (Cd) juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-
paru. Kerusakan paru-paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan
kronis yang disebabkan oleh kadmium (Cd).
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organya.
2.2. Dioxine
7
polutan organik persisten (POPs). Dioksin menjadi perhatian karena potensinya
yang sangat beracun. Eksperimen menunjukkan bahwa obat ini mempengaruhi
beberapa organ dan sistem.
Sumber kontaminasi
8
Penyimpanan jangka panjang dan pembuangan yang tidak tepat dari bahan ini
dapat mengakibatkan pelepasan dioksin ke lingkungan dan kontaminasi pada
persediaan makanan manusia dan hewan. Limbah berbahan dasar PCB tidak
mudah dibuang tanpa mencemari lingkungan dan populasi manusia. Bahan
tersebut perlu diperlakukan sebagai limbah berbahaya dan paling baik
dimusnahkan dengan pembakaran suhu tinggi di fasilitas khusus.
Insiden kontaminasi
Paparan dioksin tingkat tinggi pada manusia dalam jangka pendek dapat
menyebabkan lesi kulit, seperti chloracne dan kulit menjadi gelap, serta
perubahan fungsi hati. Paparan jangka panjang dikaitkan dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh, perkembangan sistem saraf, sistem endokrin dan fungsi
reproduksi.
9
Janin yang sedang berkembang paling sensitif terhadap paparan dioksin.
Bayi baru lahir, dengan sistem organ yang berkembang pesat, mungkin juga
lebih rentan terhadap efek tertentu. Beberapa orang atau sekelompok orang
mungkin terpapar pada tingkat dioksin yang lebih tinggi karena pola makan
mereka (seperti tingginya konsumen ikan di belahan dunia tertentu) atau
pekerjaan mereka (seperti pekerja di industri pulp dan kertas, di pabrik
insinerasi, dan di lokasi limbah berbahaya).
Lebih dari 90% paparan dioksin pada manusia terjadi melalui pasokan
makanan, terutama daging dan produk susu, ikan, dan kerang. Oleh karena itu,
melindungi pasokan pangan sangatlah penting. Selain tindakan yang diarahkan
pada sumbernya untuk mengurangi emisi dioksin, kontaminasi sekunder pada
pasokan pangan perlu dihindari di seluruh rantai makanan. Pengendalian dan
praktik yang baik selama produksi primer, pengolahan, distribusi dan penjualan
semuanya penting dalam produksi pangan yang aman. Pakan ternak yang
terkontaminasi seringkali menjadi penyebab utama kontaminasi pangan.
10
keamanan pasokan pangan dan mengambil tindakan untuk melindungi
kesehatan masyarakat. Jika ada dugaan kontaminasi, negara harus mempunyai
rencana darurat untuk mengidentifikasi, menahan dan membuang pakan dan
makanan yang terkontaminasi. Populasi yang terkena dampak harus diperiksa
paparannya (misalnya, mengukur kontaminan dalam darah atau ASI) dan
dampaknya (misalnya, pengawasan klinis untuk mendeteksi tanda-tanda
kesehatan yang buruk).
Tanggapan WHO
11
WHO bekerja sama dengan FAO melalui Codex Alimentarius Commission
menetapkan Kode Praktik Pencegahan dan Pengurangan Kontaminasi Dioksin
dan PCB Mirip Dioksin pada Makanan dan Pakan. Dokumen ini memberikan
panduan kepada otoritas nasional dan regional mengenai tindakan pencegahan.
WHO telah menetapkan dan secara rutin mengevaluasi kembali faktor
kesetaraan toksik (TEF) untuk dioksin dan senyawa terkait melalui konsultasi
ahli. Pemutakhiran nilai TEF WHO terakhir dilakukan pada tahun 2022. Telah
ditetapkan nilai TEF WHO yang berlaku untuk manusia, mamalia, burung, dan
ikan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
3. Palar, H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Rineka Cipta. Jakarta.
8. https://www-who-int.translate.goog/news-room/fact-sheets/detail/dioxins-and-
their-effects-on-human-health?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
13