Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Cadmium dan Dioxin”

Disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Kesehatan Lingkungan dan


Keselamatan Kerja dengan Dosen pengampu:

Dr. Diana Vanda Daturara Doda M.OHS, Ph.D

Disusun Oleh :

Fauziah Maaku

Eilinne Julia Kemur

Andi Nuraine

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa oleh
karena rahmat-Nya maka kelompok dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan
Kerja di Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang membantu
dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada :

1. Dr. Diana Vanda Daturara Doda M.OHS, Ph.D


2. Semua pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Manado,26 Februari 2024

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ………………..…………………………………… 4

1.2.Tujuan …………..…………………………….…………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Cadmium......................................... 5

2.2. Dioxine…………………………….8

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengelolaan bahan kimia kita mengenal istilah bahaya (hazard)


dan risiko (risk). Hazard didefinisikan sifat melekat yang terdapat pada suatu
bahan kimia yang mempunyai potensi efek negatif apabila suatu organism atau
populasi terpapar (exposure) bahan kimia tersebut. Sedangkan risiko
didefinisikan kemungkinan (probabilitas) efek negatif suatu bahan kimia
tersebut terjadi.

Risk = Hazard x Exposure

Risiko suatu bahan kimia bergantung pada:

● bahaya (hazard); dan

● berapa banyak bahan kimia tersebut berada di suatu media lingkungan


(misalnya air, tanah atau udara) dan berapa sering seorang atau
reseptor terpapar bahan kimia tersebut

Suatu bahan kimia yang berbahaya tidak ada risiko apabila tidak ada
paparan. Sebagai contoh asam sulfat yang sangat korosif tidak mempunyai
risiko atau berisiko kecil bagi orang yang tidak menangani bahan kimia
tersebut, begitu juga terhadap orang yang terpapar asam sulfat (ilmuwan,
pekerja) yang melakukan tindakan pengelolaan risiko misalnya dengan
menggunakan kaca mata dan sarung tangan pengaman.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang Bahaya Chemical
Hazard dalam hal ini Cadmium dan Dioxin.

BAB II
4
PEMBAHASAN

2.1. Logam berat Cadmium (Cd)

Sifat dan Karakteristik Kadmium (Cd)

Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak


larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor
(Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang
bersifat tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh
321C, titik didih 767C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3.

Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan


seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. kadmium (Cd)
digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan
plastik. Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan
logam lain terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng.

Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd


didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd)
didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain- lain.

Logam kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.


Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak
ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya
bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta cepat akan mengalami
kerusakan bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2).
Berdasarkan pada sifat kimianya, logam kadmium (Cd) didalam persenyawaan
yang dibentuknya umumnya mempunyai bilangan valensi 2+, sangat sedikit
yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke dalam larutan yang
mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses pengendapan.
Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya dalam
bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih.

Bioakumulasi Kadmium (Cd)

Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui


beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui
kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein
darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.

5
Logam kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam
tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami
peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi
akan mengalami akumulasi kadmium (Cd) yang lebih banyak.

Dampak Cd terhadap Kesehatan Masyarakat

Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat
sebagai metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Kadmium (Cd) terikat
dalam gugus sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil,
hidroksil, dan fosfatil dari protein purin.

Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium (Cd) disebabkan oleh


interaksi antara kadmium (Cd) dan protein tersebut, sehingga menimbulkan
hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh. Kadmium (Cd)
merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini
berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium (Cd) berpengaruh terhadap
manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh
khususnya hati dan ginjal

Gejala akut dan kronis akibat keracunan kadmium (Cd) yaitu

a. Gejala akut :

● Sesak dada.

● Kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest).

● Nafas pendek.

● Nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang kearah penyakit


radang paru -paru.

● Sakit kepala dan menggigil.

● Mungkin dapat diikuti kematian.

b. Gejala kronis:

● Nafas pendek.

● Kemampuan mencium bau menurun.

● Berat badan menurun.

6
● Gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan.

Menurut Palar (2004), efek kronis akibat toksisitas kadmium (Cd) pada
manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

1. Efek kadmium (Cd) terhadap ginjal

Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu


menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang
terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah
kandungan protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang dapat
terjadi pada ginjal akibat logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam amniouria
dan glokosuria, dan ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor
dalam urine.

2. Efek kadmium (Cd) terhadap paru

Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu
kadmium (Cd) juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-
paru. Kerusakan paru-paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan
kronis yang disebabkan oleh kadmium (Cd).

3. Efek kadmium (Cd) terhadap tulang

Efek keracunan kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan kerapuhan pada


tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga menyulitkan untuk berjalan.
Terjadi pada pekerja yang bekerja pada industri yang menggunakan kadmium
(Cd). Penyakit tersebut dinamakan "itai-itai"

4. Efek kadmium (Cd) terhadap sistem reproduksi

Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organya.

Pada konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat mematikan sel-sel sperma


pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap
logam kadmium (Cd) dapat mengakibatkan impotensi.

2.2. Dioxine

Dioksin adalah polutan lingkungan. Bahan-bahan tersebut termasuk


dalam selusin kotor – sekelompok bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai

7
polutan organik persisten (POPs). Dioksin menjadi perhatian karena potensinya
yang sangat beracun. Eksperimen menunjukkan bahwa obat ini mempengaruhi
beberapa organ dan sistem.

Begitu dioksin masuk ke dalam tubuh, mereka bertahan lama karena


stabilitas kimianya dan kemampuannya untuk diserap oleh jaringan lemak, yang
kemudian disimpan di dalam tubuh. Waktu paruhnya di dalam tubuh
diperkirakan 7 sampai 11 tahun. Di lingkungan, dioksin cenderung terakumulasi
dalam rantai makanan. Semakin tinggi suatu hewan dalam rantai makanan,
semakin tinggi pula konsentrasi dioksinnya.

Nama kimia dioksin adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo para dioxin


(TCDD). Nama dioksin sering digunakan untuk keluarga dibenzo para dioksin
poliklorinasi (PCDD) dan dibenzofuran poliklorinasi (PCDF) yang terkait
secara struktural dan kimia . Bifenil poliklorinasi (PCB) mirip dioksin tertentu
dengan sifat toksik serupa juga termasuk dalam istilah dioksin. Sekitar 419 jenis
senyawa terkait dioksin telah diidentifikasi namun hanya sekitar 30 di antaranya
yang dianggap memiliki toksisitas signifikan, dengan TCDD sebagai yang
paling beracun.

Sumber kontaminasi

Dioksin sebagian besar merupakan produk sampingan dari proses industri


tetapi juga dapat dihasilkan dari proses alam, seperti letusan gunung berapi dan
kebakaran hutan. Bahan-bahan tersebut merupakan produk sampingan yang
tidak diinginkan dari banyak proses manufaktur termasuk peleburan, pemutihan
klorin pada pulp kertas, dan pembuatan beberapa herbisida dan pestisida.
Insinerator limbah yang tidak terkendali (limbah padat dan limbah rumah sakit)
seringkali menjadi penyebab terburuk pencemaran lingkungan akibat
pembakaran tidak sempurna. Tersedia teknologi yang memungkinkan
pembakaran sampah terkendali dengan emisi dioksin rendah.

Meskipun pembentukan dioksin bersifat lokal, distribusi lingkungan


bersifat global. Tingkat tertinggi ditemukan di beberapa tanah, sedimen dan
makanan, terutama produk susu, daging, ikan dan kerang. Tingkat yang sangat
rendah ditemukan pada tanaman, air dan udara.

Penyimpanan limbah minyak industri berbasis PCB yang luas, sebagian


besar memiliki tingkat PCDF yang tinggi, terdapat di seluruh dunia.

8
Penyimpanan jangka panjang dan pembuangan yang tidak tepat dari bahan ini
dapat mengakibatkan pelepasan dioksin ke lingkungan dan kontaminasi pada
persediaan makanan manusia dan hewan. Limbah berbahan dasar PCB tidak
mudah dibuang tanpa mencemari lingkungan dan populasi manusia. Bahan
tersebut perlu diperlakukan sebagai limbah berbahaya dan paling baik
dimusnahkan dengan pembakaran suhu tinggi di fasilitas khusus.

Insiden kontaminasi

Banyak negara memantau pasokan makanan mereka untuk mengetahui


adanya dioksin. Hal ini menyebabkan kontaminasi dapat dideteksi secara dini
dan seringkali mencegah dampak yang lebih besar. Dalam banyak kasus,
kontaminasi dioksin disebabkan oleh pakan ternak yang terkontaminasi,
misalnya peningkatan kadar dioksin dalam susu atau pakan ternak disebabkan
oleh tanah liat, lemak, atau pelet daging jeruk yang digunakan dalam produksi
pakan ternak.

Meskipun semua negara dapat terkena dampaknya, sebagian besar kasus


kontaminasi telah dilaporkan di negara-negara industri dimana terdapat
pemantauan kontaminasi makanan yang memadai, kesadaran yang lebih besar
terhadap bahaya dan pengendalian peraturan yang lebih baik.

Dampaknya terhadap kesehatan manusia

Paparan dioksin tingkat tinggi pada manusia dalam jangka pendek dapat
menyebabkan lesi kulit, seperti chloracne dan kulit menjadi gelap, serta
perubahan fungsi hati. Paparan jangka panjang dikaitkan dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh, perkembangan sistem saraf, sistem endokrin dan fungsi
reproduksi.

Paparan dioksin yang kronis pada hewan telah menyebabkan beberapa


jenis kanker. TCDD dievaluasi oleh Badan Internasional untuk Penelitian
Kanker (IARC) WHO pada tahun 1997 dan 2012. Berdasarkan data
epidemiologi hewan dan manusia, TCDD diklasifikasikan oleh IARC sebagai
dikenal sebagai karsinogen bagi manusia. Namun, TCDD tidak memengaruhi
materi genetik dan terdapat tingkat paparan di mana risiko kanker dapat
diabaikan.

Karena keberadaan dioksin di mana-mana, semua orang memiliki latar


belakang paparan dan tingkat dioksin tertentu di dalam tubuh, yang
menyebabkan apa yang disebut beban tubuh. Paparan latar belakang normal saat
ini diperkirakan tidak akan mempengaruhi kesehatan manusia secara rata-rata.
Namun, karena tingginya potensi toksik dari golongan senyawa ini, diperlukan
upaya untuk mengurangi paparan latar belakang saat ini.

9
Janin yang sedang berkembang paling sensitif terhadap paparan dioksin.
Bayi baru lahir, dengan sistem organ yang berkembang pesat, mungkin juga
lebih rentan terhadap efek tertentu. Beberapa orang atau sekelompok orang
mungkin terpapar pada tingkat dioksin yang lebih tinggi karena pola makan
mereka (seperti tingginya konsumen ikan di belahan dunia tertentu) atau
pekerjaan mereka (seperti pekerja di industri pulp dan kertas, di pabrik
insinerasi, dan di lokasi limbah berbahaya).

Pencegahan dan pengendalian

Pembakaran yang tepat terhadap bahan yang terkontaminasi adalah


metode terbaik yang tersedia untuk mencegah dan mengendalikan paparan
dioksin. Itu juga dapat menghancurkan limbah minyak berbasis PCB. Proses
pembakarannya memerlukan suhu lebih dari 850 °C. Untuk menghancurkan
sejumlah besar bahan yang terkontaminasi, diperlukan suhu 1000 °C atau lebih.

Pencegahan atau pengurangan paparan pada manusia paling baik


dilakukan melalui tindakan yang diarahkan pada sumbernya, yaitu kontrol ketat
terhadap proses industri untuk mengurangi pembentukan dioksin sebanyak
mungkin. Ini adalah tanggung jawab pemerintah nasional. Komisi Codex
Alimentarius mengadopsi Kode Praktik untuk Tindakan yang Diarahkan
Sumber untuk Mengurangi Kontaminasi Makanan dengan Bahan Kimia
(CAC/RCP 49-2001) pada tahun 2001. Pada tahun 2006, Kode Praktik untuk
Pencegahan dan Pengurangan Kontaminasi Dioksin dan PCB Mirip Dioksin
dalam Makanan dan Pakan (CAC/RCP 62-2006) diadopsi.

Lebih dari 90% paparan dioksin pada manusia terjadi melalui pasokan
makanan, terutama daging dan produk susu, ikan, dan kerang. Oleh karena itu,
melindungi pasokan pangan sangatlah penting. Selain tindakan yang diarahkan
pada sumbernya untuk mengurangi emisi dioksin, kontaminasi sekunder pada
pasokan pangan perlu dihindari di seluruh rantai makanan. Pengendalian dan
praktik yang baik selama produksi primer, pengolahan, distribusi dan penjualan
semuanya penting dalam produksi pangan yang aman. Pakan ternak yang
terkontaminasi seringkali menjadi penyebab utama kontaminasi pangan.

Sistem pemantauan kontaminasi makanan dan pakan harus tersedia untuk


memastikan bahwa tingkat toleransi tidak terlampaui. Produsen pakan dan
pangan bertanggung jawab untuk menjamin keamanan bahan baku dan proses
selama produksi, dan merupakan peran pemerintah pusat untuk memantau

10
keamanan pasokan pangan dan mengambil tindakan untuk melindungi
kesehatan masyarakat. Jika ada dugaan kontaminasi, negara harus mempunyai
rencana darurat untuk mengidentifikasi, menahan dan membuang pakan dan
makanan yang terkontaminasi. Populasi yang terkena dampak harus diperiksa
paparannya (misalnya, mengukur kontaminan dalam darah atau ASI) dan
dampaknya (misalnya, pengawasan klinis untuk mendeteksi tanda-tanda
kesehatan yang buruk).

Apa yang harus dilakukan konsumen untuk mengurangi risiko paparan?

Mengurangi lemak dari daging dan mengonsumsi produk susu rendah


lemak dapat menurunkan paparan senyawa dioksin. Selain itu, pola makan
seimbang (termasuk buah-buahan, sayuran, dan sereal dalam jumlah yang
cukup) akan membantu menghindari paparan berlebihan dari satu sumber saja.
Ini adalah strategi jangka panjang untuk mengurangi beban tubuh dan mungkin
paling relevan bagi anak perempuan dan perempuan muda untuk mengurangi
paparan terhadap janin yang sedang berkembang dan saat menyusui bayi di
kemudian hari. Namun, kemungkinan bagi konsumen untuk mengurangi
paparannya terbatas.

Mengukur dioksin di lingkungan dan makanan

Analisis kimia kuantitatif dioksin memerlukan metode canggih yang


hanya tersedia di sejumlah laboratorium di seluruh dunia. Biaya analisis sangat
tinggi dan bervariasi menurut jenis sampel.

Metode skrining biologis (berbasis sel atau antibodi) semakin banyak


dikembangkan, dan penggunaan metode tersebut untuk sampel makanan dan
pakan semakin divalidasi. Metode penyaringan seperti ini memungkinkan
analisis lebih banyak dengan biaya lebih rendah, dan jika tes penyaringan
positif, konfirmasi hasil harus dilakukan dengan analisis kimia yang lebih
kompleks.

Tanggapan WHO

Pada tahun 2015, WHO menerbitkan perkiraan pertama mengenai beban


global penyakit bawaan makanan. Paparan dioksin terbukti berkontribusi
signifikan terhadap beban penyakit bawaan makanan secara global, khususnya
terhadap kesuburan dan fungsi tiroid.

WHO telah mengadakan serangkaian pertemuan para ahli untuk


menentukan asupan dioksin yang dapat ditoleransi. Pada tahun 2001, Organisasi
Pangan dan Pertanian Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO)/Komite
Ahli WHO tentang Bahan Tambahan Makanan (JECFA) melakukan penilaian
risiko komprehensif terkini terhadap PCDD, PCDF, dan PCB mirip dioksin.

11
WHO bekerja sama dengan FAO melalui Codex Alimentarius Commission
menetapkan Kode Praktik Pencegahan dan Pengurangan Kontaminasi Dioksin
dan PCB Mirip Dioksin pada Makanan dan Pakan. Dokumen ini memberikan
panduan kepada otoritas nasional dan regional mengenai tindakan pencegahan.
WHO telah menetapkan dan secara rutin mengevaluasi kembali faktor
kesetaraan toksik (TEF) untuk dioksin dan senyawa terkait melalui konsultasi
ahli. Pemutakhiran nilai TEF WHO terakhir dilakukan pada tahun 2022. Telah
ditetapkan nilai TEF WHO yang berlaku untuk manusia, mamalia, burung, dan
ikan.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kadmium banyak terdapat di lingkungan akibat aktivitas manusia, seperti


penggunaan bahan bakar fosil, pembakaran bijih logam, dan pembakaran
limbah. Kebocoran lumpur limbah ke tanah pertanian dapat menyebabkan
perpindahan senyawa kadmium yang diserap oleh tanaman yang mungkin
berperan penting dalam rantai makanan, dan terakumulasi di berbagai organ
manusia.

Karena keberadaan dioksin di mana-mana, semua orang memiliki latar


belakang paparan dan tingkat dioksin tertentu di dalam tubuh, yang
menyebabkan apa yang disebut beban tubuh. Paparan latar belakang normal saat
ini diperkirakan tidak akan mempengaruhi kesehatan manusia secara rata-rata.
Namun, karena tingginya potensi toksik dari golongan senyawa ini, diperlukan
upaya untuk mengurangi paparan latar belakang saat ini.

Penting untuk mempersiapkan informasi dasar tentang keracunan


kadmium dan dioxine serta merancang rencana pendidikan dan profilaksis
untuk mengurangi kejadian toksisitasnya secara signifikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. UI press.


Jakarta.

2. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI press. Jakarta.

3. Palar, H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Rineka Cipta. Jakarta.

4. Said, N. I. 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum "Teori dan Pengalaman


Praktis". Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

5. Sudarmaji, Mukono J, dan Corie I. P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 Dan


Dampakya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, VOL. 2, NO.
2.

6. http://www.journal.unair.acid/filerPDF/KESLING-2-2-03.pdf. Diases pada 15


April 2012.

7. Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. R. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan


dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.

8. https://www-who-int.translate.goog/news-room/fact-sheets/detail/dioxins-and-
their-effects-on-human-health?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

13

Anda mungkin juga menyukai