Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR ARKL

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN TERHADAP


PENCEMARAN KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DI KULON PROGO

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan


Peminatan Kesehatan Lingkungan

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Alif Normalika 1600029021
2. Lisa Maretta 1600029025
3. Harsacitta Kanina 1600029029
4. Syifa Khoirunnisa 1600029030
5. M. Reza Efendi 1600029031

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyalesaikan laporan akhir yang berjudul “ANALISIS RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN TERHADAP PENCEMARAN KADMIUM (Cd)
PADA AIR SUMUR DI KULON PROGO”. Laporan akhir ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan pihak-pihak yang sangat
membantu baik dalam pengumpulan materi-materi untuk membuat laporan akhir ini,
dan juga kepada Bapak Ahmad Faizal Rangkuti, SKM.,M.Kes. dan Ibu
Musfirah,,S.Si.,M.Kes. yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan akhir
ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran agar dapat lebih
menyempurnakan laporan akhir ini. Akhir kata penyusun berharap agar laporan akhir
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi penyusun pada
khususnya.
Yogyakarta, 12 Juni 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang. ............................................................................................ 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 4
C. Manfaat ......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5
A. Telaah Pustaka ............................................................................................. 5
B. Landasan Teori .......................................................................................... 12
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 15
A. Rancangan Studi ........................................................................................ 15
B. Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................. 16
C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 16
D. Pengumpulan Data ..................................................................................... 16
E. Analisis Risiko Kesehatan Ligkungan...................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 20
A. Hasil ............................................................................................................. 20
B. Pembahasan ................................................................................................ 24
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 28
A. Kesimpulan ................................................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air sangat penting untuk kehidupan, karena telah lama diketahui bahwa tidak
satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa
tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak,
karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air,
yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak. Pentingnya
peranan air bagi kehidupan dan kesehatan manusia maka pemerintah menetapkan
persyaratan dan Nilai Ambang Batas yang harus dipenuhi khususnya untuk
penyediaan air minum dan air bersih. Persyaratan tersebut diatur dalam
Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air (Warlina, 2004).
Pencemaran oleh logam berat dapat terjadi di perairan, tanah, dan udara, tetapi
yang paling berbahaya bagi kehidupan adalah yang terjadi di perairan (Manik,
2007). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu
organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai
racun yang terakumulasi. Dua macam logam berat yang sering mengkontaminasi
air adalah merkuri dan Timbal (Kristanto, 2002). Pencemaran perairan oleh logam
berat Kadmium (Cd) juga pernah diteliti di Jepang. Sumber pencemarnya adalah
industri pengolahan timah dan limbahnya masuk ke sungai Jintsu yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal yang disebut penyakit Itai-itai (Manik,
2007).
Air yang sudah tercemar tersebut, disamping terasa tidak enak saat diminum
juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang yang meminumnya.
Pencemaran lingkungan perairan dapat disebabkan oleh polutan organik maupun
anorganik. Polutan organik yang sering mencemari perairan antara lain DDT,
PAH, pestisida, insektisida, deterjen dan limbah rumah tangga lainnya.
Sedangkan polutan anorganik yang sering dijumpai di perairan misalnya logam

1
berat kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen (As), seng (Zn), tembaga
(Cu), nikel (Ni), khrom (Cr). Beberapa jenis logam berat seperti kadmium (Cd),
timbal (Pb), merkuri (Hg) merupakan logam berat yang sangat toksik
dibandingkan logam berat lainnya, yang dapat terakumulasi di dalam tubuh,
sehingga dapat menyebabkan keracunan akut maupun kronis pada makhluk hidup
(Wardhana, 2004).
Dampak dari pencemaran air bersih maupun air minum dapat menimbulkan
kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena
pencemaran yang terlalu parah sehingga air itu sendiri telah menjadi penyebab
berbagai macam penyakit. Namun banyak penduduk terpaksa memanfaatkan air
yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi
kesehatan masyarakat. Dalam jangka panjang, air yang kurang kualitasnya dapat
mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan
ginjal. Hal ini terjadi karena terdapat logam-logam berat yang banyak bersifat
toksik (racun) di dalam air dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).
Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran
beberapa polutan logam berat yakni kadmium (Cd), timbal (Pb), dan mangan
(Mn) yang berasal dari limbah industri, pelindihan TPA, penggunaan pupuk yang
berlebihan dan limbah domestik. Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia
berubah menjadi lahan kritis akibat pengaruh penggunaan pupuk anorganik dan
pencemaran limbah pabrik/industri secara berlebihan dalam waktu yang cukup
lama sebagai dampaknya dapat menurunkan unsur hara esensial, keracunan tanah
dan tanaman, pencemaran lingkungan dan mengurangi kesehatan makhluk hidup
akibat mengkonsumsi hasil pertanian yang mengandung racun. Penggunaan
pupuk secara berlebihan, tidak menguntungkan bagi kelestarian lahan dan
lingkungan diakibatkan tingginya residu pupuk di lahan. Pemupukan yang terus
menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu pupuk di dalam tanah, tetapi
juga meningkatkan kandungan logam berat Pb (timbal) dan Cd (kadmium)
(Widaningrum, 2007).

2
Pencemaran oleh kadmium (Cd) juga menimbulkan dampak negatif terhadap
ekosistem dan kehidupan manusia. Efek toksik kadmium (Cd) akan menunjukkan
gejala yang akan dipengaruhi oleh antara lain tingkat dan lamanya paparan,
semakin tinggi kadar dan semakin lama paparan, efek toksik yang diberikan akan
lebih besar. Kadmium (Cd) dalam dosis tunggal besar mampu menginduksi
gangguan saluran pencernaan, sedangkan paparan kadmium (Cd) dalam dosis
rendah tetapi berulang kali bisa mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
(Widowati, dkk, 2008).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 13 Mei 2019
di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui bahwa daerah
tersebut merupakan daerah padat penduduk yang disekitarnya merupakan sungai
yang dijadikan pertambangan pasir dan sawah sebagai lahan pernanaman padi.
Pada hasil wawancara kepada 15 penduduk sekitar diketahui bahwa jarak antara
sumur dengan sawah yaitu dengan rata-rata kurang dari 10 meter, dengan air yang
dikonsumsi bersumber dari air sumur tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Irsan, dkk (2013)
didapatkan hasil bahwa Secara kualitatif seluruh sampel air sumur yang
digunakan oleh masyarakat di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu ada kadar kadmium (Cd) dengan kandungan terendah terdapat pada
sumur 24 yaitu 0,00276 mg/l dan kandungan tertinggi terdapat pada sumur 4 yaitu
0,00684 mg/l. Secara kuantitatif kandungan kadmium (Cd) pada air sumur yang
digunakan oleh masyarakat di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu sebanyak 17 sumur (56,7%) tidak memenuhi syarat menurut
Permenkes No. 416 Tahun 1990 dengan baku mutu 0,005 mg/l sehingga
masyarakat di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu
berisiko terhadap keluhan kesehatan akibat mengkonsumsi air sumur yang
tercemar kadmium (Cd). Pengambilan sampel penelitian tersebut juga merupakan
sumur yang dekat dengan persawahan.

3
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian analisis risiko
kadar kadmium (Cd) pada air sumur di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa
Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai Cd pada sampel air sumur di RT 019, Dusun
Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.
2. Untuk menghitung dan menganalisis risiko Cd pada air sumur terhadap
penduduk yang mengkonsumsi air tersebut.
3. Mengetahui karakteristik antopometri dan pola aktivitas masyarakat yang
mengkonsumsi air sumur terkontaminasi Cd.
C. Manfaat
1. Bagi Dinas Kesehatan Yogyakarta, dapat sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan program untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
serta sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan pengendalian lingkungan.
2. Bagi Civitas Akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat, dapat menambah
ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dari
penelitian yang selanjutnya.
3. Bagi Tim Penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat lebih
mendalami terkait materi yang diteliti.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus H2O. Air adalah semua air yang terdapat
dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (UU No 7 Tahun 2004 pasal
1 ayat 2). Menurut Sutrisno (2010: 14-17) sumber-sumber air dapat dibagi
menjadi empat yaitu
a. Air laut
Air Laut yang mempunyai sifat dan rasa asin, karena mengandung garam
NaCI. Kadar garam NaCI dalam air laut sebesar 3%. Dengan adanya
kandungan tersbeut maka air laut dinyatakan tidak memenuhi syarat
untuk air minum.
b. Air hujan
Air Hujan merupakan menyubliman awan/ uap air air murni yang ketika
turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di
udara, gas (O2,CO3,N2 dan lain-lain), jasad renik dan debu. Air hujan
merupakan air yang memiliki sifat agresif, terutama terhadap pipa- pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal teresebut dapat
mempercepat korosi (karatan). Selain itu air ini pun bersifat lunak
sehingga akan boros terhadap penggunaan sabun.
c. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Air ini
berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi, kemudian mengalir
dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah melalui celah-celah
sesuai topografi wilayah yang di lewatinya. Pada umumnya air permukaan
mudah terkontaminasi oleh bahan-bahan dan zat-zat percemaran, sehingga

5
air ini banyak mengandung bakteri, zat-zat kimia dan zat lainnya yang
bersifat merusak. Air ini dapat berupa air parit, air sungai, air danau, air
bendungan, air waduk, air rawa dan air laut.
d. Air tanah
Air tanah Lebih dari 98% dari semua air (diduga sedikit lebih 7x103) di
atas bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan
bahan-bahan butiran. 2% sisanya adalah apa yang kita lihat di danau,
sungai dan serervoir. 8 Separuh dari 2% di simpan di reservoir buatan.
98% dari air di bawah disebut air tanah dan digambarkan sebagi air yang
terdapat pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Pada dasarnya
air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses infiltasi secara
langsung ataupun secara tidak langsung dari air sungai, danau dan
genangan air lainnya. Air yang berada di rawarawa seringkali
dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah.
e. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan bakteri, sehingga air
tanah dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung zat-zat kimia
(garam-garam terlarut) karena melalui lapisan tanah yang berfungsi
sebagai saringan. Setelah mengalami penyaringan, setelah menemui
lapisan kedap air atau rapat air, maka air tanah akan dimanfaatkan sebagai
sumber air bersih. Air tanah dangkal memiliki kedalaman sedalam 15
meter (Waluyo, 2009: 116)
2. Pengertian Sumur Gali
Sumur gali adalah salah satu sarana penyediaan air bersih dan termasuk
salah satu sumber air yang di bentuk dengan cara menggali tanah sampai
mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu yang terdiri dari bibir
sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran air limbah dan dilengkapi dengan
kerekan timba dengan gulungannya atau pompa. Sumur gali yang dipakai

6
dikalangan masyarakat sebagian besar berupa sumur gali terbuka. maka
Keberadaan sumber air sumur gali ini harus dilindungi dari aktivitas manusia
ataupun hal lain yang dapat mencemari air ditinjau dari segi kesehatan sumur
gali ini memang kurang baik bila cara-cara pembuatannya tidak pernah
diperhatikan karena mempunyai kemampuan besar akan tercemar oleh
mikroba ataupun zat kimia dari lingkungan sekitarnya. Bila sarana air bersih
ini dibuat dengan memenuhi persyaratan kesehatan, maka diharapkan
pencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas air yang diperoleh menjadi
lebih baik (Waluyo, 2009: 137). Menurut Joko (2010: 86), Tipe sumur gali
ada dua macam, yaitu:
a. Tipe I: dipilih apabila keadaan tanah tidak menunjukkan gejala mudah
retak atau runtuh. Dinding atas dibuat dari pasangan bata/batako/batu
belah dengan tinggi 80 cm dari permukaan lantai, dinding bawah dari
bahan yang sama atau pipa beton sedalam minimal 300 cm dari
permukaan lantai.
b. Tipe II: dipilih apabila keadaan tanah menunjuukkan gejala mudah retak
dan rutuh, dinding atas terbuat dari pasangan bata/batako/batu belah
setinggi 80 cm dari permukaan lantai. Dinding bawah sampai kedalaman
sumur dari pipa beton minimal sedalam 300 cm dari permukaan lantai dari
pipa beton kedap air dan sisanya dari pipa beton berlubang.
3. Persyaratan Kualitas Air
a. Persyaratan Fisika air
1) Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.

7
2) Warna Air
Untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
3) Bau Air
Yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh masyarakat.
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang
sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme
air.
4) Rasa
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air untuk keperluan
minum biasanya tidak memberi rasa (tawar). Air yang terasa asam,
manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
5) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan masih terdapatnya banyak zat padat yang
tersuspensi, baik zat organik maupun yang anorganik. Zat organik
berasal dari lapukan batuan, sedangkan zat anorganik berasal dari sisa
buangan industri yang dapat menjadi makanan bakteri dan
perkembangbiakan bakteri dapat menambah kekeruhan air.
b. Persyaratan Kimia
Beberapa zat sebagai parameter kimia yang penting berkaitan dengan
kesehatan manusia diantaranya adalah air raksa (Hg), Arsen (As), Barium
(Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kadmium (Cd), Kalsium Karbonat (CaCO3),
Klorida (Cl), Kromium Valensi 6 (Cr), mangan (Mn), Nitrat dan nitrit
sebagai N, Perak, derajat keasaman (Ph), Selenium (Se), Zink (Zn),
Sianida (CN), Sulfat SO4, Hidrogen 27 Sulfida (H2S), Tembaga (Cu),

8
Timbal (Pb), Aldrin dan Dieldrin, Benzena, Chlordane (Total isomer), dan
Heptaklor (Waluyo, 2009: 127).
c. Persyaratan Bakteriologik
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari bakteri
patogen. Kriteria pengukuran persyaratan bakteriologik dilihat dari
pengukuran bakteri coli terutama fecal Coli (koliform tinja). Air yang
mengandung koliform tinja berarti air tersebut sudah tercemar oleh tinja.
4. Kadmium (Cd)
a. Pengertian Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap,
tidak larut dalam basa, mudah bereaksi serta menghasilkan kadmium
oksida bila dipanaskan. Cd umumnya terdapat dalam kombinasi dengan
klor (Cd klorida), atau belerang (Cd sulfit). Kadmium bisa membentuk ion
Cd2+ yang bersifat tidak stabil. Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap
tekanan, serta dapat dimanfaatkan sebagai pencampur logam lain, seperti
nikel (Ni), emas (Au), kuprum (Cu), dan besi (Fe). Cd terutama terdapat
dalam kerak bumi bersama dengan seng (Zn). Terdapat satu jenis mineral
Cd di alam, yaitu green ockite (CdS) yang ditemukan bersama mineral
spalerite (ZnS).
Kadmium (Cd) yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar yang
rendah berasal dari kegiatanpenambangan seng (Zn), timah (Pb), dan
kobalt (Co) serta kuprum (Cu). Sementara dalam kadar tinggi, kadmium
berasal dari emisi industri, antara lain dari hasil sampingan penambangan,
peleburan seng (Zn) dan timbal (Pb). Cd dari hasil sampingan peleburan
dan refining bijih Zn rata-rata memiliki kadar Cd sebesar 0,2-0,3%.
Sumber lain adalah dari sisa penggunaan lumpur kotor sebagai pupuk
tanaman yang kemudian dibawa oleh angin dan air (Wahyu, 2008).

9
b. Kegunaan Kadmium (Cd)
Logam ini telah digunakan semenjak tahun 1950. Prinsip dasar dalam
penggunaan kadmium adalah sebagai bahan pewarna dalam industri
plastik dan pada electroplating. Namun sebagian dari substansi logam
kadmium ini juga digunakan untuk solder dan alloy-alloynya digunakan
pada baterai. Penggunaan kadmium dan persenyawaannya seperti Cd-
Sulfat (CdSO4) dan Cd-bromida (CdBr) juga digunakan dalam industri
pencelupan, fotografi dan lain-lain (Palar, 2004).
c. Mekanisme Toksisitas kadmium pada Tubuh
Keracunan yang bersifat kronis yang disebabkan oleh daya Racun
yang dibawa oleh logam Kadmium (Cd), terjadi dalam selang waktu yang
sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena logam Kadmium (Cd) yang
masuk kedalam tubuh dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga dapt
ditolerir oleh tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi karena proses
kemasukan tersebut terus-menerus secara berkelanjutan, maka tubuh pada
batas akhir tidak lagi mampu memberikan toleransi terhadap daya racun
yang dibawa oleh Kadmium (Cd). Keracunan yang bersifat kronis ini
membawa akibat yang lebih buruk dan penderita yang lebih menakutkan
bila dibandingkan dengan keracunan akut. Pada keracunan kronis yang
disebabkan oleh Kadmium (Cd), umumnya berupa kerusakan-kerusakan
pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sitem tubuh yang dapat
dirusak oleh keracunan kronis logam Kadmium (Cd) ini adalah system
urinaria (ginjal), system respirasi (pernafasan/paru-paru), system sirkulasi
(darah) dan jantung. Disamping semua itu, keracunan kronis tersebut juga
merusak kelenjar reproduksi, system penciuman dan bahkan dapat
mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Palar 2008).

10
d. Efek Kadmium Pada Tubuh
1) Akut
Keracunan yang disebabkan oleh kadmium dapat bersifat akut dan
kronis. Keracunan akut biasanya terjadi pada para pekerja yang
bekerja di industri logam. Gejala-gejala keracunan akut ini timbul
dengan adanya rasa sakit dan panas pada bagian dada. Gejala
keracunan tidak langsung dirasakan. Biasanya gejala muncul setelah 4-
10 jam pajanan kadmium. Uap kadmium dapat menimbulkan kematian
bila konsentrasi yang diterima sekitar 2500-2900 mg/m3. Di Swedia
telah terjadi 206 kematian selama 20 tahun yang disebabkan oleh
pabrik peleburan sengkadmium. Walaupun pabrik telah ditutup tetapi
kontaminasi lingkungan tetap terus menerus sebagai sumber
pemaparan. Paparan lingkungan dapat meningkatkan total kadmium
dan kematian noncardiovascular secara terus menerus tanpa batas
(Nawrot, 2008).
2) Efek Terhadap Paru-Paru
Efek radang paru-paru meningkatkan kematian kepada para pekerja
yang terpajan kadmium. Pajanan debu kadmium selama 20 tahun oleh
para pekerja telah menyebabkan terjadinya pembengkakan paru-paru
(pulmonary emphysema). Kerusakan paru-paru juga terjadi pada
pekerja pabrik perhiasan di Amerika Serikat yang selalu menghirup
asap dan bubuk kadmium selama bekerja di pabrik tersebut (Wittman
& Hu, 2002).
3) Efek Terhadap Darah dan Jantung
Keracunan kronis yang disebabkan oleh kadmium oksida dapat
mengakibatkan penyakit anemia hal ini ditemukan pada pekerja yang
telah bekerja selama 5-30 tahun pada industri-industri yang melibatkan
CdO. Gangguan terhadap jantung yang disebabkan oleh peristiwa
keracunan kadmium tidak dapat dibuktikan (Palar, 2004).

11
4) Efek Terhadap Sistem Reproduksi
Ramayana dan Pomerantzeva menyatakan efek kadmium terhadap
sistem reproduksi yang paling menyolok sekali adalah penurunan berat
testis pada tikus setelah 1,3, dan 6 bulan terpajan kadmium dengan
konsentrasi 4 mg kadmium/kg yang menyebabkan kemandulan dan
hasil mikroskopis didapatkan perubahan morfologi pada testis. Daya
racun yang dimiliki oleh kadmium yang mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium
dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki (Palar, 2004).
e. Penanggulangan
Penanggulangan pencemaran polutan dalam air dengan pengedapan
yaitu melalui proses fisika dan kimia, dilakukan dengan menaikkan pH,
yakni dengan menambahkan NOH hingga pH 8,5, sehingga logam berat
berubah menjadi oksida-logam yang mudah mengendap. Dengan begitu,
endapan bisa dipisahkan sehingga kadar logam berat dalam air berkurang.
Pada penelitian Tontowi dalam Widowati, Sastiono & Rumampuk (2008)
menunjukkan bahwa sistem pengendapan mampu menurunkan kadar
logam Cd, Cr, Cu, Fe, Mn, Pb, Zn dengan efektifitas 80-100%. Sistem
pengendapan paling efektif terhadap logam Cd, Cu dan Mn adalah sebesar
100%.
B. Landasan Teori
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa lepas
dalam aktivitas sehari-hari, air merupakan zat cair yang tidak mempunyai rasa,
warna dan bau, terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus H2O. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat biasa menggunakanya untuk menuci, mandi,
minum, bahkan untuk are pertanian. Maka dari itu kualitas air sangat perlu
diperhatikan agar tidak ada mikrobiologis atau zat kimia yang ikut masuk
kedalam air terutama air yang di konsumsi oleh masyarakat.

12
Adapun syarat air bersih yang perlu diperhatikan ialah Suhu sebaiknya sejuk
atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada
saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, kemudian Warna Air untuk
keperluan rumah tangga harus jernih, Bau Air, Air yang berbau busuk
mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian)
oleh mikroorganisme air. Sehingga mengandung zat kimia yang memungkinkan
bisa menggangu kesehatan, Rasa jika Air terasa asam, manis, pahit atau asin itu
artinya air tersebut menunjukan air tidak baik dan Kekeruhan Kekeruhan air
disebabkan masih terdapatnya banyak zat padat yang tersuspensi, baik zat organik
maupun yang anorganik.
Air yang bersih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, untuk kehidupan sehari-
hari dan memenuhi kebutuhannya. Namun saat ini semakin banyaknya jumlah
penduduk dan kualitas tanah yang dapat mempengaruhi kandungan air, sehingga
tidak sedikit air yang sudah banyak tercemar oleh zat-zat kimia atau logam-logam
berbahaya salah satunya yaitu Kadmium (Cd). Kadmium (Cd) sendiri merupakan
logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah
bereaksi serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Kadmium (Cd)
umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd klorida), atau belerang (Cd
sulfit). Kadmium bisa membentuk ion Cd2+ yang bersifat tidak stabil. Kadmium
bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, serta dapat dimanfaatkan sebagai
pencampur logam lain, seperti nikel (Ni), emas (Au), kuprum (Cu), dan besi (Fe).
Air yang mengandung Kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan
kesehatan yang dapat mengganggu aktvitas masyarakat daalm kehidupan sehari-
harinya, penyakit yang di timbulkan karena konsumsi kandungan Kadmium (Cd)
diantaranya Efek Terhadap Paru-Paru, Efek Terhadap Darah, jantung dan Efek
Terhadap Sistem Reproduksi.

13
C. Kerangka Konsep

Konsentrasi
kadmium dalam
air sumur
RfD Kadmium

Antropometri ‐
Berat badan (Wb) Tingkat Management
Intake
Risiko (RQ) Risiko
‐ Laju asupan (R)

Pola aktivitas
‐ Lama pajanan
(Dt)

14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Studi
Analisis risiko merupakan metode yang digunakan untuk menilai dan
melakukan prediksi tingkat risiko yang akan terjadi akibat pajanan agen
lingkungan. Langkah-langkah dalam analisis ini adalah ;
1) Identifikasi bahaya atau identifikasi sumber
2) Karakterisasi bahaya atau analisis dosis respon
3) Analisis pemajanan
4) Karakteristik risiko
Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) berbeda dengan studi
epidemiologi. ARKL mampu meramalkan risiko menurut proyeksi waktu
pemajanan kedepan sedangkan studi epidemiologi digunakan untuk mempelajari
kejadian dan distribusi penyakit menurut orang, tempat dan waktu. Estimasi risiko
kesehatan dilakukan secara deterministik dengan membandingkan jumlah rata-
rata asupan harian dengan dosis referensi. Risiko kesehatan dinyatakan ada dan
perlu dikendalikan bila risiko asupan terhadap RfD > 1. Estimasi risiko bukan
pengujian hubungan atau pengaruh pajanan agen / lingkungan dengan kesehatan.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder hasil adopsi
penelitian terdahulu dengan adopsi hasil konsentrasi kadmium dalam air sumur.
Hasil konsentrasi kadmium pada air sumur di ambil dari skripsi Dwi Anggriana
(2011) dengan judul “Analisis Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium
(Cd) Pada Air Sumur di Kawasan PT. KIMA dengan Metode Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA)”. Hasil konsentrasi Kadmium pada penelitian Dwi
Anggriana (2011) yaitu diperoleh konsentrasi Cd sebesar 0,11 mg/l yang diambil
di sumur yang berjarak 50 m dari pabrik PT. KIMA. Kemudian data primer
wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data
antropometri dan pola aktivitas masyarakat RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa
Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo tahun 2019.

15
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot,
Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo. Waktu penelitian dilaksanakan di
bulan Mei 2019 di mulai dari tanggal 13-19 Mei 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di RT
019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon
Progo.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah individu baik laki-laki maupun perempuan
yang tinggal di sekitar persawahan RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa
Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo dengan unit analisis
adalah individu yang menggunakan air sumur sebagai air minum. Sampel
diambil dengan memnggunakan teknik Sampling aksidental, adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data.
Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih
dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui hingga memperoleh 15 responden.
D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data antropometrik yang
terdiri dari berat badan dan laju asupan, data pola aktivitas yang terdiri dari lama
pajanan dan frekuensi serta data konsentrasi kadmium dalam air sumur.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
hasil pengukuran konsetrasi kadmium dalam air sumur diperoleh dari adopsi
penelitian terdahulu. Data kuisioner yang didapat dari hasil wawancara dengan
penduduk yang tinggal di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot,

16
Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, digunakan untuk mengetahui data
antropometri tiap responden yang meliputi berat badan (Wb) dan laju asupan (R)
serta data pola aktivitas yang meliputi lama tinggal (Dt), frekuensi pajanan (fE).
Selanjutnya data-data tersebut digunakan untuk menghitung asupan (intake)
konsentrasi kadmium dalam air sumur yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pencernaan.
E. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko, hal ini digunakan karena
dapat memberikan perkiraan terhadap risiko kesehatan konsumen berdasarkan
konsentrasi Kadmium dalam air di sumur. Menurut Leeuwen dan Hermens (1995)
dan Louvar & Louvar (1998), analisis risiko terdiri dari 4 langkah sebagai
berikut:
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Potential Identification)
Melakukan identifikasi bahaya logam berat Kadmium yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dengan mengacu pada hasil pemeriksaan
sampel air di sumur kemudian dibandingkan dengan standar kualitas air dalam
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
Ditetapkannya kadmium (Cd) sebagai risk agent yang perlu dikaji besar
risikonya terhadap kesehatan karena pada penelitian-penelitian yang telah
dilakukan terdapat pencemaran logam kadmium pada air sumur yang berada
disekitar persawahan. Data konsentrasi kadmium di air sumur dekat
persawahan (2013) konsentrasi kadmium sebesar 0,00276 – 0,00684 mg/l,
artinya ada sampel yang telah melampaui nilai baku mutu sesuai dengan
Permenkes No. 416/MEN/KES/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air yaitu <0,005 mg/l.

17
2. Analisis Pajanan (Exposure Assessment)
Analisis pajanan dilakukan dengan pengukuran besarnya pajanan, yaitu
dengan mengestimasi jumlah asupan (intake) air sumur yang masuk ke dalam
tubuh manusia setiap harinya atau minggu atau bulan dengan
memperhitungkan konsentrasi kadmium dalam air sumur serta laju asupan,
frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan dan periode waktu rata-rata.
C x R x fe x Dt
I= Wb x Tavg

3. Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment)


Dosis respon logam kadmium didapat dari Integrated Risk Information
Sistem (IRIS) dimana nilai RfD logam kadmium yang pemajanannya melalui
minum yaitu sebesar 0,0005 mg/kg/hari (U.S. EPA IRIS, 2012).
4. Karakteristik Risiko (Risk Characterization)
Karakteristik risiko adalah perkiraan risiko secara numerik, melalui
estimasi risiko dengan kuantifikasi probabilitas yaitu rasio antara intake
(asupan) dengan dosis acuan (RfD).
𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 (mg/kg/ hari)
RQ = RfD (mg/kg/ hari)

Hasil perhitungan risk quotients (RQ) dapat menunjukkan tingkat risiko


kesehatan konsumen akibat mengkonsumsi air sumur yang mengandung
kadmium. Apabila RQ < 1 menunjukkan pajanan masih berada di bawah batas
normal dan penduduk yang mengkonsumsi air sumur tersebut aman dari risiko
kesehatan oleh kadmium sepanjang hidupnya. Sedangkan bila nilai RQ > 1
menunjukkan pajanan berada di atas batas normal dan penduduk yang
mengkonsumsi air sumur tersebut berisiko mengalami gangguan kesehatan
oleh kadmium sepanjang hidupnya.
5. Manajemen Risiko
Dalam Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) prinsip
pengelolaan risiko dilakukan apabila tingkat risiko (RQ) > 1. Formula generik
untuk manajemen risiko adalah membuat skenario hingga intake atau risk

18
agent sama dengan RfD-nya. Caranya adalah dengan mengurangi laju asupan,
frekuensi pajanan dan konsentrasi pajanan.
Untuk mengurangi laju asupan dilakukan dengan cara memodifikasi
penurunan laju asupan secara matematik sehingga menjadi :
RfD x Wb x tavg
R= C x fE x Dt

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot,
Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta menurut jenis
kelamin dan pekerjaan yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner,
hasil selengkapnya terdapat dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1 Distribusi Menurut Jenis Kelamin dan Pekerjaan Responden di RT
019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2019
Variabel Jumlah (Orang) Persentase
Jenis Kelamin
 Laki-laki 12 80 %
 Perempuan 3 20 %
Pekerjaan
 IRT 3 20 %
 Petani 7 46.67%
 Wiraswasta 2 13.33%

 PNS 3 20 %

Distribusi jenis kelamin responden paling banyak adalah laki-laki yaitu


sebanyak 12 orang. Sedangan distribusi berdasarkan jenis pekerjaan di RT
019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon
Progo paling banyak adalah Petani sebanyak 7 orang.

20
2. Konsentrasi Kadmium Dalam Air Sumur

tvag
No C R Frekuensi Dt BB
Nonkarsino
Responden (mg/l) (L/hari) (hari/tahun) (th) (kg)
genik
1 0.11 2 365 35 60 10950
2 0.11 1.5 365 10 77 10950
3 0.11 2 365 16 55 10950
4 0.11 1 365 16 45 10950
5 0.11 2 360 16 47 10950
6 0.11 1.25 358 7 50 10950
7 0.11 2 365 36 62 10950
8 0.11 1.25 365 13 60 10950
9 0.11 1 269 13 58 10950
10 0.11 2 365 3 57 10950
11 0.11 1.25 365 30 70 10950
12 0.11 1.5 365 16 66 10950
13 0.11 1.5 265 18 70 10950
14 0.11 2 365 17 64 10950
15 0.11 1 365 20 70 10950

3. Analisis Risiko
a. Analisis Paparan (Exposure Assessment)
Analisis paparan dilakukan untuk menentukan dosis risk agent cadmium
(Cd) yang diterima individu sebagai asupan atau intake (I) yang dihitung
dengan persamaan :
𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡
I= 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Keterangan :
I = intake (asupan), jumlah risk agent yang masuk, (mg/kg/hari)
C = konsentrasi risk agent, (mg/L untuk air minum dan mg/kg untuk
kerang)

21
R = laju (rate) asupan, (2 L/hari untuk air minum dan gr/hari untuk
kerang)
fE = frekuensi pajanan tahunan, hari/tahun
Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun proyeksi
Wb = berat badan, (kg)
tavg = perioda waktu rata-rata, 30 tahun  365 hari/tahun (non karsinogen)
atau 70 tahun  365 hari/tahun (karsinogen )
b. Karakteristik Risiko (Risk Characterization)
Karakterisasi risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa
pemaparan (intake) dengan nilai dosis acuan (RfD). RfD merupakan dosis
acuan yang diperoleh dari kepustakaan (US EPA). RfD Kadmium (Cd)
melalui paparan oral (Oral exposure) melalui air minum adalah 0,0005
mg/kg/hari dan melalui makanan adalah 0,001 mg/kg/hari. RQ dihitung
dengan persamaan:
I
Risk Quotients (RQ)  RfD

Risiko yang dimaksud dalam penelitian ini lebih bersifat probabilitas


artinya bahwa nilai RQ > 1 tidak pasti akan mengalami gangguan
kesehatan tetapi nilai tersebut lebih menunjukkan bahwa seseorang yang
tingkat risiko lebih besar dari 1 akan memiliki probablitias lebih besar
bagi terjadinya suatu efek kesehatan dibandingkan dengan yang memiliki
nilai RQ ≤ 1.

22
c. Hasil Perhitungan Nilai Asupan (Intake) dan Risk Question (RQ)
Kadmium (Cd) pada Air Sumur
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Nilai Asupan (Intake) dan Risk Question
(RQ) Kadmium (Cd) pada Responden yang Mengkonsumsi Air Sumur di
RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur,
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019

Manajemen Risiko
Analisis Panajanan Analisis Pajanan Manajemen Risiko
RfD (Realtime)
No Realtime Lifetime (Lifetime) Penurunan
(mg/kg/ Penurunan
Responden
hari)

Intake Intake Cnk Rnk Cnk


RQ RQ Rnk (L/hari)
(mg/kg/hari) (mg/kg/hari) (mg/L) (L/hari) (mg/L)

1 0.0005 0.0043 8.56 0.0037 7.33 0.0129 0.2338 0.0150 0.2727

2 0.0005 0.0007 1.43 0.0021 4.29 0.077 1.05 0.0257 0.35

3 0.0005 0.0021 4.27 0.004 8 0.0258 0.4688 0.0138 0.2500

4 0.0005 0.0013 2.61 0.0024 4.89 0.0422 0.3835 0.0225 0.2045

5 0.0005 0.0025 4.92 0.0046 9.23 0.0223 0.4061 0.0119 0.2166

6 0.0005 0.0006 1.26 0.0027 5.39 0.0874 0.9931 0.0204 0.2317

7 0.0005 0.0043 8.52 0.0035 7.10 0.0129 0.2348 0.0155 0.2818

8 0.0005 0.0010 1.99 0.0023 4.58 0.0554 0.6294 0.0240 0.2727

9 0.0005 0.0006 1.21 0.0014 2.80 0.0908 0.8255 0.0393 0.3577

10 0.0005 0.0004 0.77 0.0039 7.72 0.1425 2.5909 0.0143 0.2591

23
11 0.0005 0.0020 3.93 0.0020 3.93 0.0280 0.3182 0.0280 0.3182

12 0.0005 0.0013 2.67 0.0025 5 0.0413 0.5625 0.0220 0.3000

13 0.0005 0.0010 2.05 0.0017 3.42 0.0536 0.7304 0.0321 0.4383

14 0.0005 0.0019 3.90 0.0034 6.88 0.0282 0.5134 0.0160 0.2909

15 0.0005 0.0010 2.10 0.0016 3.14 0.0525 0.4773 0.0350 0.3182

B. Pembahasan
1. Konsetrasi Kadmium
Konsentrasi cadmium (Cd) pada air sumur yaitu sebesar 0,11 mg/L dan
berada di atas nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Permenkes
416/Menkes/Per/IX/1990 nilai ambang batas Cd untuk air besih di sumur
yaitu 0,005 mg/L. Sedangkan kandungan Cd air sumur berdasarkan
Permenkes 416/Menkes/Per/IX/1990 tidak terdapat sampel yang tidak
memenuhi syarat, hal ini dikarenakan sumur berdekatan dengan daerah
persawahan dan daerah pertambangan pasir. Walaupun konsentrasi kadmium
pada air sumur sudah melampaui batas aman yang diperbolehkan pada air
bersih, tetapi hal ini tidak serta merta meningkatkan resiko gangguan
kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air sumur tersebut, hal ini
disebabkan karena untuk menghitung tingkat risiko kesehatan tidak hanya
tergantung dari tingginya konsentrasi Cd pada air sumur tetapi juga
tergantung pada laju asupan, durasi pajanan dan berat badan.
2. Durasi Pajanan
Durasi pajanan terhadap kadar kadmium dalam air sumur adalah lama
waktu responden menjadikan air sumur tersebut sebagai air minum yang
menyebabkan terjadinya kontaminasi kadmium yang di ukur pada beberapa
waktu. Kontaminasi Cd yang terdapat pada air sumur merupakan hasil

24
kontaminasi dengan lingkungan luar yang kemungkinan mengandung Cd dari
bahan-bahan kimia yang digunakan oleh para petani.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata masyarakat di
RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten
Kulon Progo telah terpajan kadmium melalui air sumur selama 18 tahun.
Responden yang paling lama adalah 35 tahun sedangkan yang paling singkat
3 tahun. Nilai rata-rata bermukim masyarakat di RT 019, Dusun Bantengan
Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo masih dibawah
nilai default yang ditetapkan US-EPA (1991) untuk risiko nonkanker yaitu 30
tahun. Pada saat ini rata-rata durasi pajanan baru 18 tahun hal ini
menunjukkan tingkat risiko kesehatan bagi populasi dan indivdu masyarakat
daerah tersebut masih aman dari gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
kandungan cadmium dalam air sumur yang dikonsumsi oleh mereka setiap
hari.
Pemajanan kadmium dengan konsentrasi yang rendah dalam jangka waktu
yang lama akan menimbulkan kasus keracunan kronis akibat kadmium. Ginjal
adalah organ kritis yang lebih sering diserang oleh kadmium tetapi pada
kondisi tertentu (waktu pajanan yang pendek) menyebabkan radang paru-paru
(WHO, 1992). Kadmium yang terakumulasi di dalam ginjal sepanjang waktu,
dan mencapai konsentrasi yang toksik sesudah bertahun-tahun terpapar dapat
menyebabkan penyakit ginjal (Kusnoputranto,1995). Pada keracunan kronis
yang disebabkan oleh kadmium umumnya berupa kerusakan-kerusakan pada
banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang dapat dirusak oleh
keracunan kronis logam kadmium adalah pada sistem urinaria (ginjal), sistem
respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Di
samping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar
reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan
pada tulang (Palar, 2004).

25
3. Laju Asupan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat dalam sehari-harinya
selalu mengkonsumsi air sumur tersebut hal ini dikarenakan masyarakat telah
terbiasa untuk merebus air minum nya sendiri tanpa harus membeli diluar
dengan alasan agar berhemat. Rat-rata laju asupan pada masyarakat di RT
019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon
Progo dalam mengkonsumsi air sumur untuk di minum sebesar 2 L/hari.
4. Berat Badan
Rata-rata berat badan responden sebesar 60,73 kg bervariasi antara 45-77
kg, dalam analisis risiko berat badan akan mempengaruhi besarnya nilai risiko
dan secara teoritis, semakin berat badan seseorang maka semakin kecil
kemungkinan untuk risiko mengalami gangguan kesehatan akibat kandungan
cadmium pada air sumur. Selain itu ukuran berat badan akan mempengaruhi
nutrien dalam tubuh manusia, orang dengan berat badan yang ideal akan
mempunyai nutrisi yang cukup sehingga kehadiran logam kadmium ke dalam
tubuh untuk menggantikan nutrisi akan terhalangi. Kebanyakan toksisitas
kadmium terjadi karena adanya defisiensi unsur tersebut di atas yang
menyebabkan meningkatnya absorbs kadmium (Darmono dalam Purnomo,
2006).
5. Tingkat Risiko
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil tingkat risiko (RQ) pada
masyarakat di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur,
Kabupaten Kulon Progo yaitu hasil RQ dari 15 responden hanya 1 responden
yang tingkat risiko (RQ) dibawah satu. Sedangkan pada 14 responden lainnya
hasil RQ melebihi satu. Berartidapat disimpulkan masyarakat di RT 019,
Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon
Progo dalam kondisi yang tidak aman dan berisiko dalam mengkonsumsi air
sumur sebagai air minum. Untuk estimasi 30 tahun juga didapatkan RQ > 1,
berarti sampai 30 tahun mendapat populasi masyarakat di wilayah tersebut

26
akan meningkat tingkat risikonya sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan. Hasil RQ di peroleh sangat tinggi di karenakan tingkat konsentrasi
cadmium pada air sumur sangat tinggi melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan dalam Permenkes Permenkes 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu
untuk air besih atau air sumur sebesar 0,005 mg/L sedangkan konsentrasi pada
air sumur tersebut sangat tinggi yaitu sebesar 0,11 mg/L.
6. Manajemen Risiko
Dalam Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) prinsip
pengelolaan risiko dilakukan apabila tingkat risiko (RQ) >1. Dari hasil
perhitungan didapatkan tingkat risiko untuk individu dan populasi masyarakat
di RT 019, Dusun Bantengan Lor, Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten
Kulon Progo sebagian besar >1. Ini berarti masyarakat di daerah tersebut tidak
aman dan berisiko dalam mengkonsumsi air sumur sebagai air minum dan
perlu untuk dilakukan manajemen risiko.
Banyak cara untuk mengurangi pencemaran kadmium antara lain dengan
memanfaatkan alga yaitu Chaetocerus sp, Euchema sp, Cladophora
glomerata, Euchema isiforme, Sargassum sp sebagai bioindikator dan sebagai
biosorben dalam pengolahan limbah logam kadmium karena alga memiliki
gugus fungsi yang mampu mengikat ion logam kadmium. Sistim pengendapan
dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi pencemaran kadmium di air. Sistim
ini paling efektif dalam menurunkan kadar kadmium sampai dengan 100%.
Dengan mengkonsumsi food supplement dari jenis mineral seperti Cu, Zn, Fe
dan Mg yang berperan mampu menggantikan atau mengeliminasi kadmium
dari tubuh. Serta mengkonsumsi Antioksidan, vitamin E, vitamin K dan
klorofil yang mampu mengurangi toksisitas kadmium dalam tubuh.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada air sumur dengan
menghitung tingkat risiko kandungan cadmium (Cd) dalam air sumur tersebut
yang dikonsumsi masyarakat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden di wilayah tersebut yaitu 80% berjenis kelamin laki-
laki dan 20% perempuan serta masyarakat paling banyak 46% bekerja sebagai
Petani.
2. Hasil pemeriksaan konsentrasi Cd pada 15 sampel air sumur rata rata adalah
sebesar 0,11 mg/L. Konsentrasi tersebut sudah melebihi nilai ambang batas
menurut standart dari Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air sebesar 0,005 mg/L.
3. Nilai RQ>1, yang artinya beresiko.
B. Saran
Badan Lingkungan Hidup, disarankan untuk melakukan review dan
pengembangan peraturan terhadap standar Cd pada air bersih yang digunakan
oleh masyarakat, melakukan monitoring secara berkala terhadap kualitas air di
wilayah yang berpotensi serta berusaha mengurangi pencemaran air di
lingkungan. Dinas Keseatan perlu melakukan upaya promotif dan edukasi pada
masyarakat terkait bahaya cadmium, proses pengolahan air yang baik dan standar
pembuatan sumur yang sesuai ketentuan. Masyarakat perlu mengurangi
penggunaan air sumur untuk keperluannya sehari-hari atau mengganti sumber air
yang digunakan.

28
DAFTAR PUSTAKA
Darmono 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam, UI Press, Jakarta.
Entjang, I 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Alumni, Bandung.
Kusnaedi 2002, Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nawrot,T.S., et al (2008), Cadmium Related Mortality And Long-Term Secular Body
Burden of An Environmentally Exposed Population. Environmental Health
Perspectives, vol. 116 no. 12.
Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Palar, H. (2004). Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.
Palar, H. (2004). Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.
Purnomo, A. (2006), Analisis Risiko Dampak Cadmium (Cd) Dalam Ikan Terhadap
Kesehatan Masyarakat Studi Kasus Konsumsi Ikan Pada Masyarakat Pulau Pasaran
Kelurahan Kota Karang Bandar Lampung, Tesis, UI.
Putra, B 2010, Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis dan Kimia Air Sumur Gali di
Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun
2010, USU, Medan.
Susiyeti, F. (2010). Analisis Risiko Kesehatan Pencemaran Logam Kadmium Pada
Ikan Di Kampung Nelayan Muara Angke Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara Tahun 2010. Tesis, UI
Sutrisno Totok dan Suciantur Emi i . 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta.
PT Rineka Cipta.
Sutrisno, T. 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Waluyo, L, 2009, Mikrobiologi Lingkungan, UMM PRESS, Malang.

Wardhana, W.A 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Warlina, L 2004, Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya,


Sekolah Pasca Sarjana/ S3 Institut Pertanian Bogor.
Widowati W, 2008, Efek toksik logam, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Widowati,W.,Sastiono,A.,&Rumampuk,R.J. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran.Andi Yogyakarta.
Wittman,R. & Hu,H. (2002), Cadmium Exposure and Nephropathy in a 28 YearOld
Female Metals Workers. Environmental Health Perspectives, vol. 110 No. 12.

29

Anda mungkin juga menyukai