Anda di halaman 1dari 48

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Rencana Pembangunan Bandara Udara


Kabupaten Karo
Provinsi Sumatera Utara

Tim Teknis AMDAL Khusus


PT. Ridophyta
Oktober 2016

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Rencana Pembangunan Bandara Udara


Kabupaten Karo
Provinsi Sumatera Utara

Tim Teknis AMDAL Khusus

PT. Ridophyta
November 2016

Tim Teknis AMDAL Khusus:

Prof. Dr. Indra Priawan, M.Biomed


Prof. Dr. Riama Uli Devi Sari Marbun, M.Si

Bidang Ahli Kesehatan


Bidang Ahli Transportasi

Prof. Dr. Elmida Hasibuan, M. Si

Bidang Ahli Sosial Budaya dan Ekonomi

Prof. Dr. Deni Yanita Ginting, M.Si

Bidang Ahli Lingkungan dan Biologi

KATA

PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan RidhoNya, Tim Teknis telah selesai menyusun Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan (KA.ANDAL) pembangunan Bandara Udara di kabupaten Nias
Selatan.
Pelingkupan untuk KA. ANDAL Khusus ini dilakukan berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 38 Tahun 2005 tentang
Pelaksana AMDAL, UKL UPL untuk mempermudah akses penerbangan
dari Karo ke Kabupaten Tapanuli Selatan dan Aceh. Tim Teknis terdiri dari
instansi teknis yang terkait, dari Bapedalda Sumatera Utara, ahli dari
perguruan tinggi, Pemerintah Kabupaten Karo dan dari Kementrian
Lingkungan Hidup.
Pelingkupan untuk proses AMDAL khusus di Karo dan Kabupaten
Tapanuli Selatan dan Aceh sesuai ketentuan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 308 Thn 2005 guna percepatan kegiatan akses penerbangan
dari Karo ke Kabupaten Tapanuli Selatan dan Aceh.
Diharapkan kepada pemrakarsa kegiatan, Konsultan dan semua
pihak yang terkait dengan rencana dan pelaksanaan pembangunan
Bandara Udara di Kabupaten Karo tersebut agar mempedomani KA ANDAL
ini. Yang merupakan bahagian yang tidak terpisahkan dari ANDAL, RKL
dan RPL Bandara Udara Kabupaten Karo.
Kami menyadari, KA ANDAL tersebut merupakan hasil pelingkupan
Tim Teknis dan tentunya masih terdapat kekurangan , untuk itu kepada
semua pihak memberi masukan dan saran perbaikan guna perbaikan
dan penyempurnaan KAyang telah diberikan pada paparan KA. ANDAL
kami ucapkan banyak terimakasih.
Medan, November 2016

Tim Teknis AMDAL Khusus


Rencana Pembangunan Bandara Udara
Kabupaten Karo
Provinsi Sumatera Utara
KA ANDAL Bandara Udara Kabupaten
Karo

DAFTAR ISI
SK KESEPAKATAN KA-ANDAL

TIM TEKNIS AMDAL KHUSUS .

iv

KATA PENGANTAR .

DAFTAR ISI .

vi

DAFTAR GAMBAR ..

vii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR LAMPIRAN .

ix

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .

1.2 Landasan Peraturan dan Perundang-undangan .

1.3 Tujuan Umum ..

1.4 Tujuan Khusus ..

1.5 Ringkasan Rencana Kegiatan ..

II. PENJELASAN PROSES AMDAL KHUSUS ..

12

2.1 Pemahaman AMDAL Khusus .

12

2.2 Tahapan Proses AMDAL Khusus .

15

2.3 Sistematika AMDAL Khusus ..

17

III. ISU-ISU UTAMA .............................

20

3.1 Pentingnya Pelaksana Rencana Kegiatan .

20

3.2 Kajian Terhadap Dampak Kegiatan ..

22

3.3 Kajian Terhadap Alternatif Rencana Kegiatan .

26

3.4 Batas Wilayah Studi

27

3.5 Kepakaran Yang Di Butuhkan .

29

IV. PELAKSANA STUDI PELINGKUPAN .

31

4.1 Pemrakarsa Kegiatan ..

31

4.2 Penyusun Studi Pelingkupan ..

31

DAFTAR REFERENSI.

32

LAMPIRAN ..

37

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Peta Kepulauan Sumatera Utara ..
..
Gambar 2. Peta Kabupaten Karo .

Gambar 3. Skema Proses AMDAL Khusus ..

14

Gambar 4. Peta Lalulintas Darat Pulau ----- ....

27

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara ..

10

Tabel 2. Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat .....

11

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Deskripsi Rencana Kegiatan.......................................38
Lampiran 2. Dokumentasi Foto..................................................65
Lampiran 3. Surat Perintah Tugas (SPT) Tim AMDAL Khusus................70

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


(AMDAL) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 308 tahun 2005, Tim Teknis AMDAL khusus telah dibentuk
untuk melaksanakan proses pelingkupan (penyusunan dokumen Kerangka
Acuan ANDAL) bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait
dengan pembangunan akses penerbangan. Salah satu kegiatan yang
diajukan oleh PT. RIDOPHYTA adalah rencana pembangunan Bandara
Udara di Kabupaten Karo.
Kegiatan pembangunan Bandara Udara ini dilaksanakan di bawah
koordinasi Satuan

Kerja (Satker)

BRR

Pemeliharaan Rehabilitasi

Peningkatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Transportasi Nias


(Sumber:

deskripsi proyek, 2006).

Satker

ini

bersama dengan

Pemerintah Daerah yang akan berperan sebagai pemrakarsa kegiatan


pembangunan bandara udara ini.

1.2.

Landasan Peraturan Dan Perundang-Undangan


Peraturan

perundang-undangan

yang

relevan

dan

berkaitan

dengan penyusunan AMDAL Pembangunan Bandara Udara Kabupaten Karo


serta fasilitas pendukung lainnya diantaranya adalah:
A. UndangUndang
1.

Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air.

2.

UndangUndang RI Nomor 1 Tahun 1990 tentang Keselamatan


Kerja.

3.

UndangUndang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

4.

UndangUndang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Jaminan Tenaga


Kerja.

KA ANDAL Bandara Udara Kabupaten


Karo

6. UndangUndang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan Raya.
7.

UndangUndang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.


8.

UndangUndang RI Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan


Ruang.

9.

UndangUndang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

10. UndangUndang

RI

Nomor

18

Tahun

1999

tentang

Jasa

konstruksi.
11. UndangUndang

RI

Nomor

20

Tahun

2002

tentang

Ketenagalistrikan.
12. UndangUndang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang tenaga Kerja.
13. UndangUndang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
14. Undang-Undang

RI nomor 15 Tahun 1993 tentang Penerbangan.

15. UndangUndang RI Nomor 25 Tahun 1999tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
16. UndangUndang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung.
B. Peraturan Pemerintah
1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1990


tentang Penataan Ruang.

2.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993


tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan.

3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999


tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2001


tentang Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

6.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001


tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.

8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002


tentang Hutan Kota.

9.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001


tentang Kebandaraudaraan.

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 1996


tentang Pengembangan Bandara Udara.
11. Keputusan Presiden RI Nomor Kep. 48/11/1996 tentang Baku
Mutu Lingkungan.
C. Keputusan dan Peraturan Menteri
1.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per-04/MEN/1984 tentang


Rencana Penggunaan Tenaga Kerja dan Izin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang.

2.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 718/MENKES/PER/IX/


1987 tentang Kebisingan Yang Berhubungan dengan Kesehatan.

3.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 02/KPTS/1985 tentang


Ketentuan Teknis Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pada Bangunan.

4.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/ MENKES/PER/1990


tentang Syarat Syarat Pengawasan Kualitas Air.

5.

Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.69 Tahun1993 tentang


Penyelenggaraan Angkutan barang di Jalan.

6.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep048/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

7.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep049/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkatan Getaran.

8.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 50 tahun


1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.

9.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 441/KPTS/1998


tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 2 Tahun


2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 9 Tahun
2000 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep-40
tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL.
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep02/MENLH/11/2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun
2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai dampak Lingkungan Hidup.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 127 tahun
2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/
2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 37 Tahun
2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air permukaan.
18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 110 Tahun
2003 tentang Limbah Domestik.
19. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 112 Tahun
2003

tentang

Pedoman

Penetapan

Daya

Tampung

Beban

Pencemaran Air Pada Sumber Air.


20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 142 Tahun
2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan

Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau


Sumber Air.
21. Keputusan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2006 tentang
Manajemen dan Rekayasa Lalulintas di Jalan.
22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun
1994 tentang Baku Mutu Sumber Emisi Tidak Bergerak.
23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 55 Tahun
1995 tentang Baku AMDAL Regional.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 45/MENLH
/Tahun 1997 tentang indeks Standart Pencemaran Udara.
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Limbah Domestik.
26. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 197 Tahun
2004 tentang Standarat Pelayanan Minimal Bidang LH di daerah
Kabupaten dan Daerah Kota.
27. Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor 77 Tahun 1998 tentang
Penetapan bentuk Pengembangan Bandara Udara.
28. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 308 tahun 2005
tentang

Pelaksanaan

AMDAL,

UKL&UPL

untuk

Kegiatan

Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias


Prov.Sumatera Utara.
D. Keputusan Kepala Bapedal dan Dirjen Perhubungan Udara Dephub
1.

Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994

tentang

Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.


2.

Keputusan Kepala Bapedal No. 205


tentang

Pedoman

Teknis

Pengendalian

BAPEDAL/07/1996
Pencemaran

Udara

Sumber Tidak Bergerak.


3.

Keputusan Kepala Bapedal No. 299/11/1996 tentang Pedoman


Teknis Kajian Aspek sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.

4.

Keputusan Kepala Bapedal No.

124

12/1997

tentang

Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
5.

Keputusan Kepala Bapedal No. KEP 105 Tahun 1997 tentang


Pedoman Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan.

6.

Keputusan

Kepala

Bapedal

No.

08

Tahun

2000

tentang

Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam


Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
7.

Keputusan Kepala Bapedal No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman


Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

8.

Keputusan

Direktur

Jenderal

Perhubungan

Udara

Nomor:

Skep/120/VI/2002 tanggal 24 Juni 2002 tentaang Petunjuk


Pelaksanaan Pembuatan rencana Induk Bandara Udara.
E. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 tahun 1985 tentang
Pengelolaan dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup di Provinsi daerah
Tk. I Sumatera Utara.

1.3.

Tinjauan Umum
Semua pembangunan, termasuk pembangunan Badar Udara di

Kabupaten Karo, yang wajib AMDAL, maka kegiatan konstruksi fisik di


lapangan tidak diperkenankan untuk mulai dikerjakan sebelum kajian
kelayakan lingkungan di dalam studi AMDAL selesai dilakukan.
Karena Pulau Nias juga terkena dampak gempa bumi maka AMDAL
untuk

pembangunan

dalam

rangka

rehabilitasi

dan

rekonstruksi

dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


308/2005.
Dengan dibahasnya dokumen pelingkupan oleh Komisi AMDAL
Provinsi Sumatera Utara, dan setelah dilakukan perbaikan sesuai saran

masukan dari anggota komisi atas hasil pelingkupan ini, maka tugas dari
Tim Teknis AMDAL Khusus dalam melakukan pelingkupan bagi kegiatan
pembangunan

Bandara

udara

di

Kabupaten

Karo

telah

dapat

diselesaikan. Tahap selanjutnya merupakan tahap penyusunan

Andal,

RKL dan RPL oleh pemrakarsa dan atau konsultan.

1.4.

Tujuan Khusus
Proses pelingkupan bagi pembangunan Bandara udara

di

Kabupaten Karo mulai dilakukan pada tanggal 5 Desember 2016 saat


dilakukan diskusi tentang rencana kegiatan yang disampaikan oleh Satker
BRR di Grand Swiss Bell-Hotel. Selanjutnya diskusi yang lebih mendalam
dengan BRR di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dilanjutkan dengan
peninjauan lapangan mulai tanggal 20 Desember 2016.
Tim Teknis AMDAL khusus yang melaksanakan pelingkupan terdiri
ahli yang berasal dari praktisi, akademisi, ahli dari Kementrian
Lingkungan Hidup, ahli dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Propinsi Sumatera Utara, serta unsur pemerintah Kabupaten Karo Tim
Teknis AMDAL khusus yang telah dibentuk kemudian mulai melakukan
proses pelingkupan mulai tanggal 20 Desember 2016.
Secara keseluruhan kegiatan pelingkupan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut
1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan yang disampaikan oleh Satker.
2. Penggalian

informasi

tambahan

dari

Satker

melalui

diskusi

pembahasan di Kantor BMG Karo dan selama kunjungan lapangan.


3. Pelaksana tinjauan lapangan.
4. Identifikasi dampak potensi oleh masing-masing anggota Tim Teknis.
5. Diskusi evaluasi dampak hipotetik oleh seluruh anggota Tim Teknis.
6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil
evaluasi dampak hipotetik.
7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan
studi ANDAL

Gambar 1. Peta Provinsi Sumatera Utara

1.5.

Ringkasan Rencana Kegiatan


Pembangunan Bandara udara Kabupaten Karo masuk dalam klas IV

untuk pendaratan pesawat sejenis Cassa di Kabupaten Karo ini berupa


pembangunan landasan (airstrip) sepanjang 30 x 1400 m beserta jalan
masuk

dan

prasarana

lainnya.

Lokasi

kegiatan

berada

di

desa

................................., berjarak 15 km dari pusat kota. Kebutuhan


lahan 200 hekta are (ultimate) untuk sisi udara dan sisi darat. Kondisi
lokasi adalah daerah perbukitan membentang dari Utara ke Selatan
dan daerah dataran rendah sepanjang jalur pantai Timur dan Barat
yang berbatas dengan laut. Status tanah sampai saat ini belum
dibebaskan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Nias Selatan.

Rencana kegiatan Pembangunan Bandara Udara di kabupaten Karo,


meliputi tahapan pra konstruksi, kontruksi dan pasca kontruksi (tahap
operasi). Pembangunan Bandara Udara meliputi pembangunan air strip,
sarana dan prasarana Bandara udara dan pembangunan jalan menuju
Bandara udara. Lokasi Bandara Udara, seperti terlihat dalam gambar di
bawah.

Gambar 2. Peta Kabupaten .........

Kebutuhan sarana dan prasarana bandara udara yang akan


dibangun dan atau peralatan yang akan diadakan pada tahap kontruksi
dan dioperasikan pada tahap pasca kontruksi, disajikan dalam tabel.
kebutuhan fasilitas sisi udara dan kebutuhan fasilitas sisi darat,
sebagaimana tabel di bawah.

Tabel 1. Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara

No

Keterangan

Tahap 1
Stage 1

Tahap 1
Stage 2

Tahap II

Tahap III

2010

2015

2020

2025

2C

3C

3C

3C

Aerodrome Reference Code

Operasional
Category

RW, 15 33

Non Instrumen

Non Instrumen

Dimensi
Runway

RW, 15 33

(1050 x 30 ) m

(1,350 x 30 ) m

Runway Strip

RW, 15 33

(1170 x 80 ) m

RESA

RW, 15 33

Taxiway

PCN

Non
Instrumen

(1,500 x 30) m

(1,750 x 30)
m

(1,470 x 150 ) m

(1,620 x 150) m

(1,870 x 150
)m

(90 x 60 ) m

(90 x 60) m

(90 x 60 ) m

(90 x 60 ) m

RW, 15 33

(150 x 15 m)

(150 x 15m )

(150 x 18 m)

(150 x 18m)

Runway

5/F/Z/U

8/ F/C/Y/U

22/ F/C/Y/T

22/ F/C/Y/T

Taxiway

5/ F/Z/U

8/ F/C/Y/U

22/ F/C/Y/T

22/ F/C/Y/T

Apron

5/ F/Z/U

8/ F/C/Y/U

22/ F/C/Y/T

22/ F/C/Y/T

Apron

Klasifikasi Pesawat

(di Runway 15
33)

M25

M50

M75

Pesawat
Menginap

Total Stands

Luas Apron

(60 x70) m

(60 x70) m

(110 x 80 ) m

(110 x 80 ) m

RW. 15 33

SSB, A/G,HT

AMS ( VHF I,
VHF II

AMS ( VHF I,
VHF II

AMS ( VHF I,
VHF II

Freg.Vhf trans,
SSB

Freg.Vhf trans,
SSB

Freg. Vhf trans,


SSB

Freg.Vhf
trans, SSB

CAT. IV

CAT. VI

CAT. VII

CAT. VII

RW, 15

Marka

Marka, PAPI

Marka PAPI

Marka PAPI

RW, 33

Marka

Marka, PAPI

Marka, PAPI,
RW th ligth

Marka, PAPI,
RW th light

Alat Bantu
Navigasi

DVOR /DME

DVOR /DME

DVOR /DME

DVOR /DME

Pelayanan Lalu Lintas Udara

An Attended

AFIS

AFIS

AFIS

Fasilitas
Telekomunikasi

10

Ketegori PKPPK

11

Alat Bantu
Visual

12

Non Instrumen

Tabel 2. Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat


KEBUTUHAN FASILITAS

No

FUNGSI
ZONA

BANGUNAN

Gedung Operasional

Gedung Tower/menara
Pengawas

GSE Park

Gedung Genset (Power


House)

Bangunan Pompa /
Distribusi Air Bersih

6
7

Taman Meteo
Technical
Area

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 2

2015

2020

2025

Luas
Bangunan

Luas
Bangunan

Luas
Bangunan

302

302

302

Bangunan Pengolahan
Limbah (STP)

Gedung PKP-PK (Fire


Station)

288

388

388

Maintenance

310

310

310

10

Bangunan Administrasi

454

454

454

11

Aula

12

Kantin Karyawan

140

140

140

13

Incenarator
(Pembakaran Sampah)

56

56

56

Bangunan Terminal
Penumpang

1680

5840

Tempat parkir
kendaraan

2540

3650

Public
Area

VIP

Tempat Ibadah

Rumah Dinas

Bangunan DPPU / Fuel


Farm

3
4

Kantor Keamanan
Supporting
Area

Lahan ( 900
m2)

240

240

400

400

400

990

1890

2790

124

124

124

244

244

Poliklinik
(Sentra Medica)

Gardu Jaga

Terminal Kargo

Asrama

204

Lahan
(2.800m2)

II. PENJELASAN PROSES AMDAL KHUSUS

2.1. Pemahaman AMDAL Khusus


Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308
Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
UKL dan UPL Untuk Kegiatan

Akses Pembangunan Bandara Udara

Kabupaten Karo ke Tapanuli Selatan dan Aceh, maka pembangunan


Bandara Udara di Kabupaten Karo masuk dalam daftar pembangunan
yang wajib AMDAL.
Analisis Megenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambil keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL untuk kegiatan pembangunan bandara udara di Kabupaten Karo
menggunakan mekanisme khusus yang hanya berlaku di Provinsi Sumatera
Utara dan NAD sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Untuk
mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar
dapat membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap
agar memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja

proses AMDAL

khusus. Sebagai bahan perbandingan dengan proses AMDAL konvensional


yang berlaku di tempat lain di Indonesia, pengguna dokumen ini dapat
melihat Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
Secara

khusus

perbedaan AMDAL dengan AMDAL Khusus,

bahwa

pelingkupan pada AMDAL yang biasa dilakukan oleh pemrakarsa atau


konsultan, sedangkan AMDAL khusus dilakukan oleh tim teknis.
Tim teknis yang membantu Komisi Penilai AMDAL, terdiri atas ahli
dari instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan, ahli dari instansi yang ditugasi dibidang Pengendalian
Dampak Lingkungan Provinsi, ahli dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
ahli lain dengan bidang ilmu yang terkait. Susunan keanggotaan tim
teknis terdiri dari seorang ketua merangkap anggota dan Sekretaris

merangkap anggota serta anggota lainnya dengan ketentuan maksimum


7 (tujuh) orang anggota. Pembentukkan tim teknis dilakukan pada saat
proses pengumuman rencana usaha dan / atau kegiatan.
Tim Teknis bertugas :
a. Melakukan koordinasi dengan pemrakarsa kegiatan dalam proses
pelingkupan.
b. Menentukan kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup.
c. Melaporkan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
kepada Komisi Penilai AMDAL.
d. Memberikan pengarahan teknis pada saat penyusunan

Analisis

Dampak Lingkungan Hidup, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup.
e. Memberikan penilaian secara teknis terhadap Analisis Dampak
Lingkungan Hidup, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup.
f. Melaporkan hasil penilaian kepada Komisi Penilai AMDAL dan
memberikan rekomendasi atas hasil kajian AMDAL.
g. Membantu Komisi Penilai AMDAL merumuskan rekomendasi atas hasil
kajian AMDAL kepada Gubernur dalam rangka proses pengambilan
keputusan.
Skema AMDAL Khusus, pada gambar tanda panah menunjukkan tahaptahap proses AMDAL yang telah dilakukan dan yang harus segera
dilakukan karena telah terlambat dan tidak mengikuti sekuensial yang
seharusnya

dilakukan.

Pekerjaan

pembangunan

fisik

tidak

boleh

dilakukan sebelum proses kajian AMDAL selesai dilakukan. Tahap


pengumuman, yang diberi tanda panah terputus, belum dilakukan.
Karenanya, seiring dengan proses pelingkupan ini, pemrakarsa harus
segera

melaksanakan

pengumuman

dan

mengakomodasi

masukan

masyarakat di dalam proses konsultasi masyarakat pada saat melakukan


pelibatan masyarakat dan studi ANDALnya

Proses Penapisan melalui daftar


Kegiatan wajib AMDAL

Perijinan

Pembangunan fisik

Gambar 3. Skema Proses AMDAL


Khusus
AMDAL disyaratkan
AMDAL
tidak diperlukan

Belum Proposal kegiatan dari pemrakarsa


dilakukan
Dan pengumuman

Penyusunan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan lingkun


Penyusunan Kerangka Acuan
UPL)
(KA ANDAL) oleh
Tim Teknis dan Pembahasan KA ANDAL oleh Komisi & Pemrakarsa
Selesai
dilakukan

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL oleh Pemrakarsa

Persetujuan Oleh Gubernur


Penilaian ANDAL, RKL dan RPL oleh Komisi

2.2. Tahapan AMDAL Khusus


Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308
Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
UKL dan UPL Untuk Kegiatan Akses Pembangunan Bandara Kabupaten
Karo . Provinsi Sumatera Utara, maka tahapan AMDAL khusus meliputi:

1. Pengumuman
Pemrakarsa yang akan memulai menyusun dokumen AMDAL wajib :
a. Memberitahukan rencana usaha dan/atau kegiatannya kepada
instansi yang bertanggung jawab.
b. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatannya kepada
masyarakat sesuai jadwal pengumuman atau media massa cetak
atau media massa elektronik.
Pengumuman tersebut memuat hal-hal sebagai berikut.
a. Nama dan alamat pemrakarsa
b. Lokasi dan skala /besaran/luas rencana usaha dan/atau kegiatan
c. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
d. Produk yang akan dihasilkan
e. Dampak lingkungan hidup yang akan timbul
f. Tanggal pemasangan pengumuman dan batas waktu pemberian
saran, pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat dan
g. Nama

dan

menerima

alamat
saran,

instansi

yang

bertanggungjawab

dalam

pendapat,

dan

tanggapan

warga

dari

masyarakat.

2. Pelingkupan
Dalam rangka pelingkupan kajian AMDAL, pemrakarsa wajib
memberikan data dan informasi secara tertulis kepada Komisi Penilai
AMDAL.Data dan informasi teersebut meliputi :
a. Rencana usaha dan /atau kegiatan beserta alternatif-alternatif
yang akan dikaji dalam AMDAL.

b. Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang


berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
c. Komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena
dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
d. Batas wilayah persebaran dampak dari aspek ekologi dan sosial.
e. Masyarakat yang potensial terkena dampak
f. Instansi pemerintah atau pihak-pihak yang berpotensi terpengaruh
atau mempengaruhi rencana dan/atau kegiatan.
g. Informasi-informasi lain yang relevan.

3. Pembahasan KA Andal
Komisi Penilai AMDAL, tim teknis, dan pemrakarsa secara bersamasama membahas kerangka acuan analisis dampak lingkungan hidup untuk
menyepakati ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup.
Komisi Penilai AMDAL berdasarkan hasil pembahasan menetapkan
kesepakatan kerangka acuan analisis dampak lingkungan hidup.

4. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL


Analisis Dampak Lingkungan adalah suatu kajian yang mendalam
terhadap hasil pelingkupan dengan data-data hasil hasil pengujian dan
penelitian khususnya terhadap dampak besar dan penting. Sedangkan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hiup (RKL), adalah dokumen yang
mencakup upaya-upaya dan rencana rencana untuk menghindarkan
dampak, mengurangi dampak (mitigasi), mengelola, serta mengendalikan
dampak. Rencana Pementauan Linmgkungan (RPL) adalah sistem atau
metoda dan waktu pementauan dari pengelolaan lingkungan dari hasil
kajian ANDAL.

5. Penilaian ANDAL, RKl dan RPL


Komisi Penilai AMDAL menugaskan tim teknis untuk melakukan
penilaian teknis atas hasil kajian analisis dampak lingkungan hidup,
rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan

lingkungan hidup disampaikan oleh Pemrakarsa. Penilai secara teknis


meliput penilaian terhadap:
a. Kesesuaian dengan muatan dokumen analisis dampak lingkungan
hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana
pemantauan lingkungan hidup
b. Kesesuaian peraturan perundangan di bidang teknis sektor
bersangkutan
c. Ketepatan penerapan metode penelitian/analisis
d. Kesahihan data yang digunakan
e. Kelayakan desain dan/atau teknologi dan/atau proses produksi
yang digunakan.

6. Pengambilan Keputusan
Komisi

Penilai AMDAL memberikan

rekomendasi

atas

hasil

penelitian analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan


lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup kepada
Gubernur untuk proses pengambilan keputusan. Pejabat yang berwenang
menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib menolak
permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan
apabila Gubernur memberikan keputusan menerima dan /atau menolak
AMDAL rencana kegiatan.

2.3. Sistematika AMDAL Khusus


Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang dihasilkan dari studi ANDAL harus
didasarkan pada dokumen Kerangka Acuan. Prinsip konservasi lingkungan
harus diakomodasi dengan baik dalam kajian AMDAL. Dokumen-dokumen
ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang disusun dengan bahasa
yang sederhana, non teknis, dan mudah dipahami oleh semua kalangan
pembaca dan pengguna dokumen ini. Ringkasan ini tidak saja ditujukan
untuk dibaca oleh para eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami
oleh masyarakat luas.

Dokumen ANDAL secara mendasar harus mencakup

hal-hal sebagai

berikut :
1. Maksud dan tujuan dilaksanakannya rencana usaha

dan/atau

kegiatan pembangunan bandara udara di Kabupaten Karo


2. Uraian tentang kesesuaian kegiatan pembangunan bandara udara di
Kabupaten Karo dengan tata ruang, kebijakan pembangunan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Deskripsi kegiatan pembangunan bandara udara di Kabupaten Karo
yang memungkinkan untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan,

termasuk

rencana

usaha

dan/atau

kegiatan

yang

diusulkan.
4. Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi
5. Kajian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan bandara
udara di Kabupaten Karo
6. Arahan pengelolaan dan pemantau lingkungan.
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hiup, secara mendasar
harus

mencakup

upaya-upaya

dan

rencanarencana

untuk

menghindarkan dampak, mengurangi dampak (mitigasi), mengelola,


serta mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Dokumen RKL ini
secara umum harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak
lingkungan hidup.
2. Sumber dampak
3. Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan
hidup
4. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja
pengelolaan lingkungan hidup
5. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup
6. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
7. Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) secara mendasar


harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau
2. Sumber dampak
3. Tujuan pemantau lingkungan hidup
4. Metode pemantau lingkungan hidup
5. Jangka waktu dan frekwensi pemantauan
6. Lokasi pemantau lingkungan hidup
7. Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantau lingkungan hidup

Penggunaan sumber-sumber data dan informasi yang sahih di


dalam dokumen ANDAL, RKL dan RPL, baik dari penelitian langsung (data
primer) ataupun data sekunder, literatur, penelitian lain, atau hasil
konsultasi dengan instansi terkait dan dengan masyarakat

harus

dilakukan sesuai dengan kaidah penulisan referensi yang benar.


Ketika penilaian (judgment) atau pendapat para ahli digunakan,
hal tersebut harus disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian
ahli.

Dasar

penilaian

atau

pendapat

para

ahli

tersebut

harus

dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya. Keahlian yang membuat


penilaian

atau

pendapat

tersebut,

termasuk

kualifikasi

dan

pengalamannya, harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu isu


dampak memerlukan penelitian dan perhitungan yang bersifat teknis
(misalnya untuk emisi debu dan gas buang, erosi, pengelolaan limbah
cair atau drainase), hal ini diharuskan melaui pertimbangan profesional
untuk memferifikasi kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan.

III.ISU-ISU UTAMA
3.1. Pentingnya Pelaksanaan Rencana Kegitan
Nias Selatan sebelumnya adalah bagian Kabupaten Nias. Status
otonom diperoleh pada 25 Februari 2003. Kabupaten ini terdiri dari 104
gugusan pulau besar dan kecil. Letak pulau-pulau itu memanjang sejajar
Pulau Sumatera. Panjang pulau-pulau itu lebih kurang 60

kilometer,

lebar 40 kilometer. Kabupaten Nias Selatan dibentuk dalam UU Nomor 9


Tahun 2003 oleh Presiden Republik Indonesia. Teluk Dalam adalah ibu
kota Kabupaten Nias Selatan. Pusat kegiatan pemerintah daerah
setempat termasuk kegiatan ekonomi dan perdagangan serta pendidikan
masyarakat setempat.
Di bidang parawisata, potensi wisata Kabupaten terletak pada
jalur yang disebut Segitiga Emas Industri Parawisata Nias Selatan, yakni
Kecamatan Lolowau-Gomo-Pulau-pulau Batu, porosnya adalah Omo
hada, rumah tradisional di Desa Bawomataluo, Kecamatan Teluk Dalam.
Berada di Desa Bawomataluo seakan terlempar ke masa silam.
Deretan rumah tradisional terbuat dari kayu dengan arsitektur khas Nias
itu dihuni sebagai mana layaknya kompleks perumahan. Ukiran batu
megalitik menghias di beberapa tempat. Diperkampungan itu bisa juga
disaksikan tradisi hombo batu atau lompat batu.
Kabupaten Nias Selatan memiliki potensi sumberdaya alam yang
sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Keterbatasan
sarana dan prasarana transportasi yang ada dengan hanya mengandalkan
angkutan darat dan laut salah merupakan satu kendala pengembangan
pembangunan wilayah di Kabupaten Nias Selatan. Salah satu alternatif
untuk mengatasi keterisolasinya Nias Selatan dan untuk mempercepat
perkembangan perekoniman Nias Selatan dengan Pembangunan Bandara
Udara di Nias Selatan.
Untuk persiapan pembangunan Badar Udara di Nias Selatan, telah
dususun Studi Rencana Induk Pembangunan Bandara di Kabupaten Nias
Selatan. Studi rencana induk ini sebagai kajian awal untuk mewujutkan

suatu Bandara Udara yang ideal dengan fasilitas sesuai dengan ketentuan
yang diisyaratkan, dan memberikan hasil studi dan produk perencanaan
yang sesuai.
Tujuan dari Pembangunan Bandara Udara di Kabupaten Nias
Selatan ini adalah agar dapat dicapai pelayanan Bandara Udara yang
cepat, aman, nyaman, efektif, effisien dan optimal baik terhadap
keselamatan operasi penerbangan, penumpang maupun pengguna jasa
Bandara Udara lainnya. Sebagai efek positif keberadaan badara udara ini
akan semakin terbukanya Nias Selatan terhadap daerah luar dan semakin
meningkatnya

perekonomian

daerah

yang

pada

akhirnya

akan

meningkatkan kesejahteran masyarakat.


Secara spesifik, pembangunan Bandara Udara di Nias Selatan akan
memberikan dampak positif berupa:
Peningkatan ekonomi masyarakat akibat ganti rugi konversi lahan.
1. Penyerapan tenaga kerja
2. Penambahan penduduk terutama di jalan menuju Bandara Udara
3. Membuka lapangan usaha bagi masyarakat setempat
4. Kelancaran pergerakan (movement)
5. Meningkatkan perekonomian lokal dan regional
6. Menumbuhkan mata pencaharian bagi masyarakat
7. Meningkatkan kunjungan wisatawan sebagai akibat terbukanya arus
transportasi udara.
8. Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk masuk dan keluar ke
Teluk Dalam

3.2. Kajian Terhadap Dampak Kegiatan


Kajian isu-isu lingkungan baik tahap prakontruksi, kontruksi dan
pascakontruksi dapat dikelompokkan berupa:

3.2.1. Isu Lingkungan


1. Kaji dan evaluasi dampak kebisingan terhadap manusia pada tahap
kontruksi dan operasi bandara udara.
2. Kaji dan evaluasi dampak perubahan pola drainase khususnya
limpasan permukaan akibat pembangunan bandara udara yang
berpotensi menyebabkan genangan.
3. Kaji kestabilan lereng dan potensi erosi serta longsoran pada bandara
udara ketika tahap konstruksi dan operasi akibat kegiatan gali dan
timbun (cut and fill). Sarankan cara-cara penanganan untuk menjaga
kestabilan lereng tersebut. Kaji potensi sedimentasi akibat longsoran
dan erosi yang mungkin dari kegiatan tersebut terhadap sungai dan
laut.
4. Kaji dan evaluasi perubahan bentang alam akibat pembangunan
bandara udara.
5. Kaji dampak perubahan kualitas udara pada tahap konstruksi dan
operasi.
6. Lakukan studi tentang keragaman flora dan fauna disepanjang lokasi
Bandara Udara, sungai dan perairan laut, apakah memiliki flora dan
fauna endemik, demikian juga jalur jelajah satwa. Jika ada yang
endemik dan atau jalur jelajah satwa terganggu, antisipasi masalah
tersebut dan sarankan langkah-langkah pengelolaan terhadap flora
dan fauna endemik tersebut.
7. Kaji dampak lingkungan dari pembangunan Bandara terhadap daerah
aliran sungai (DAS) Sungai Silabo: kualitas air sungai, debit air sungai,
daerah resapan air, dan erosi.

3.2.2. Penggunaan Material Konstruksi Jalan


Kajian estimasi volume

bahan dan material galian untuk

kebutuhan pembangunan yang diambil untuk seluruh rencana kegiatan.


1. Kaji alternatif sumber penyediaan bahan baku untuk pembangunan
bandara udara dan bahan material lainnya yang akan digunakan
selama

pelaksanaan

pembangunan.

Sarankan

agar

penggunaan

material konstruksi tidak diambil dari sungai dekat lokasi bandara


udara (sungai Silabo), tidak diambil secara terkonsentrasi di satu
lokasi/titik, tetapi pada beberapa beberapa tempat/sungai sehingga
kerusakan dapat diminimalkan. Sarankan pula langkah-langkah
rehabilitasi setelah material diambil dari lokasi tersebut.
2. Kaji jalur transportasi dan pengaruh mobilisasi alat berat dan
pengangkutan material terhadap kondisi jalan eksisting sehingga
dapat disarankan langkah-langkah pengelolaan terhadap jalan yang
ada.
3. Sarankan berbagai alternatif pengelolaan lahan bekas Bahan galian C
(lubang-lubang bekas galian) yang tepat guna dan dapat memberikan
nilai tambah dalam rangka rehabilitasi dan perbaikan bentang lahan.
Sejalan dengan hal ini, pemrakarsa diarahkan dalam pengelolaannya
untuk menggunakan suplier Bahan Galian C yang telah memenuhi
syarat izin dan memiliki UKL dan UPL.

3.2.3. Tata ruang, fungsi lahan, dan pengembangan


wilayah
1. Kaji dan uraikan keterkaitan antara pembangunan bandara udara
dengan kegiatan ekonomi, seperti: pengembangan parawisata,
prikanan, perkebunan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain.
2. Kaji dan analisa keterkaitan antara kegiatan pembangunan Bandara
Udara dengan rencana pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi sesuai dengan RT RW Kabupaten Nias Selatan.
3. Kaji potensi-potensi desa yang akan terkena dampak (antara lain
tanaman dari kebun masyarakat dan perladangan akibat pembebasan
lahan untuk pembangunan Bandara Udara). Lakukan valuasi ekonomi

sehingga dapat memprediksi

kerugian dan keuntungan masyarakat

akibat kegiatan pembebasan lahan tersebut.


4. Kaji dan konfirmasi (dengan instansi terkait) status kepemilikan lahan
proyek yang direncanakan dari sisi kepemilikan masyarakat ataupun
dari sisi kepemilikan tanah adat terkait dengan tata guna lahan yang
berlaku.
5. Kaji pengaturan pemukiman sepanjang jalan baru menuju bandara
udara dengan menerapkan pentaatan DMJ dan sempadan bangunan
agar tidak ada potensi kecelakaan dan masalah klaim dimasa
mendatang .

3.2.4. Sosial Ekonomi Budaya


1. Kaji persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan
Bandara Udara mencakup keinginan masyarakat terhadap bandara
udara, partisipasi masyarakat terhadap pengadaan lahan, dan potensi
masalah yang mungkin timbul.
2. Kaji aspek sosial budaya dan adat istiadat lokal dalam menyelesaikan
permasalahanpermasalahan yang mungkin timbul akibat rencana
kegiatan dan konsekuensi pembebasan rumah dan lahan.
3. Kaji potensi perubahan tingkah laku masyarakat dan adat istiadat
akibat kehadiran bandara udara, sehingga dapat menimbulkan
gangguan kamtibmas dan penurunan nilai-nilai budaya. Sarankan
upaya-upaya penanganannya.
4. Kaji dan evaluasi dampak pembangunan Bandara Udara terhadap
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi penduduk disekitar
proyek baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasi.
5. Lakukan inventarisasi potensi penggunaan tenaga kerja dan sarankan
agar mengutamakan tenaga lokal untuk kegiatan pembangunan
bandara udara sesuai dengan keahlian yang tersedia dan diperlukan
sehingga tidak ada kesenjangan antara pendatang dan penduduk
lokal.

6. Kaji dan uraikan peluang dan penggunaan tenaga kerja lokal yang
mungkin terpakai sesuai dengan keahlian yang diperlukan selama
pekerjaan pembangunan Bandara Udara untuk mengurangi gejolak/
kecemburuan sosial, dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
ekonomi setempat.
7. Kaji potensi kesenjangan sosial ekonomi dan budaya dari pekerja
pendatang dan pekerja setempat serta penduduk lokal. Rencanakan
upaya penanganan dampaknya.

3.2.5 Lain-lain
1. Mengkaji kemungkinan peningkatan dampak lain dari pembangunan
bandara udara disekitar bandara udara seperti pembangunan jalan
baru, pemukiman baru, peningkatan arus lalu lintas dan lainnya.
2. Mengkaji potensi kecelakaan akibat pembangunan dan pengoperasian
Bandara Udara.
3. Pengkajian arah angin dengan perencanaan lokasi dan desain bandara
udara.
4. Uraikan upaya-upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja.

3.2.6. Konsultasi Masyarakat


1. Lakukan konsultasi dengan pihak terkait seperti pemda/dinas-dinas di
lingkungan Kabupaten Nias selatan terutama instansi yang menangani
lingkungan

(Bapedalda/Dinas

Lingkungan),

Bappeda

(untuk

perencanaan pengembangan wilayah), BPN (untuk pengaturan alokasi


lahan dan potensi klaim lahan dari masyarakat), PU (untuk rencana
jaringan jalan dan penataan pemukiman), dan Dinas Perhubungan
(untuk pengendalian lalu lintas), Polri dan TNI, lembaga adat dan
lembaga agama (untuk masalah sosial) dan instansi lainnya.
2. Mengumumkan

dan

mensosialisasikan

kegiatan

pembangunan

bandara udara kepada masyarakat setempat khususnya penduduk


disekitar lokasi pembangunan melalui tatap muka, pengumuman di

kantor desa/kecamatan, di media masa lokal maupun radio lokal.


Tampung

berbagai

usulan

masyarakat,

kaji

implikasi

dan

pemecahannya.

3.3. Kajian terhadap Alternatif Rencana Kegiatan


3.3.1. Argumentasi Pentingnya Kegiatan
Uraikan alasan atau argumentasi pembangunan bandara udara di
Kabupaten Nias Selatan, kaitkan dengan berbagai asfek seperti: potensi
penumpang, pengembangan usaha sesuai potensi daerah, pengembangan
wilayah, kelancaran transportasi, peningkatan kunjungan wisatawan,
peningkatan ekonomi pedesaan, penyebaran penduduk, partisipasi
angkatan

kerja,

menurunkan

tingkat

pengangguran,

peningkatan

pendapatan petani, peningkatan mobilisasi penduduk, peningkatan


pendidikan formal, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat,
peningkatan kegiatan keagamaan dan lain-lain dan hubungkan dengan
keberadaan Bandara Udara Binaka di Gunung sitoli yang sudah ada dan
setelah bandara udara Binaka ditingkatkan dari kelas IV menjadi kelas III
demikian juga pengembangan pelabuhan laut Teluk Dalam dari kelas V
menjadi kelas IV serta pengembangan pelabuhan laut Gunungsitoli dari
klasifikasi IV menjadi kelas III.

3.3.2. Alternartif Jalan Darat


Kaji alternatif lain peningkatan transportasi ke Teluk Dalam (Nias
Selatan) misalnya dengan peningkatan jalan darat antara Teluk Dalam
Gunung Sitoli (Bandara Udara Binaka), sehingga kenyamanan meningkat
dan waktu tempuh kurang dari dua jam. Bandingkan dengan mamfaat
dan besarnya investasi pembangunan bandara udara di Botohilitano.
Untuk alternatif pengangkutan barang dan orang, pertimbangkan pula
peningkatan dermaga laut Teluk Dalam dari kelas V menjadi kelas IV dan
rencana pembangunan penyeberangan dari Sibolga-Teluk Dalam.

Gambar 4. Peta Lalulintas Darat Pulau Nias

3.3.3. Alasan Pemilihan Lokasi


Uraikan dan berikan alasan penggunaan lokasi-lokasi alternatif
bandara udara berdasarkan situasi nyata di lapangan di Kab. Nias
Selatan. Berikan alasan alasan dari berbagai lokasi alternatif sehingga
pilihan terbaik adalah di Desa Botohilitano.

3.3.4 Kajian Pembatalan Kegiatan


Kaji secara mendalam pilihan do nothing atau skenario jika
kegiatan pembangunan bandara udara tersebut tidak dilakukan di
Botohilitano dan atau tidak di Kabupaten Nias Selatan.

3.4. Batas Wilayah Studi


Pemrakarsa kegiatan pembangunan bandara udara di Kab. Nias
Selatan harus menetapkan batas-batas wilayah studi sebagaimana
lazimnya dilakukan di dalam suatu studi ANDAL untuk memastikan
pelaksanaan studi yan fokus dan tepat serta efektif.

Batas-batas studi kemudian digunakan untuk memilih titik-titik


sampel untuk keperluan pengambilan data primer dan sekunder guna
kebutuhan penelitian dan pengkajian serta prediksi dampak.

Selain

mengacu kepada definisi batas-batas wilayah studi yang berlaku, setiap


penarikan garis batas pada peta dengan skala yang memadai harus
dilengkapi dengan alasan yang tepat dan rasional. Alasan serta
justifikasi tersebut harus juga dilakukan pada saat menentukkan titiktitik sampel yang berada di dalam resultante batas wilayah studi yang
dimaksud.
Dalam menentukan batas-batas wilayah tersebut, pemrakarsa agar
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

3.4.1. Batas Proyek


Batas proyek adalah seluruh luas lahan proyek untuk sisi udara
dan sisi darat sebuah Bandara Udara. Batas proyek difokuskan pada
lahan

200

hektar,

yang

ditengah-tengahnya

terdapat

landasan

sepanjang 30 x 1400 m, dan prasarana bandara udara lainnya.

3.4.2. Batas ekologis


Batas ekologi meliputi cakupan daerah yang terkena dampak
ekologi dari pembangunan bandara udara. Batas-batas ekologis harus
dapat dijelaskan secara ilmiah mengapa garis batas tersebut dipilih.
Penentuan batas ekologis agar mempertimbangkan keberadaan badan air
(DAS) di sekitar lokasi Bandara yang terkena dampak ekologi.. Batas
ekologis juga agar mempertimbangkan arah angin dominan (yang
dianalisis melalui kajian wind rose) di sekitar lokasi kegiatan guna
memperkirakan daerah dampak kebisingan dan penyebaran emisi debu.
Selain itu, batas ekologis harus mempertimbangkan keberdaan/lokasi
proyek yang berbatasan dengan laut.

3.4.3. Batas administrasi


Batas administrasi agar difokuskan pada wilayah administrasi
kecamatan tempat proyek yaitu kecamatan Teluk Dalam walaupun
terbuka kesempatan untuk menarik batas yang lebih luas selama
penentuan tersebut dapat dijelaskan secara rasional. Penentuan

batas

administrasi ini sedapat mungkin harus mengacu pada rencana tata ruang
Kabupaten Nias Selatan serta memperhitungkan kewenangan pengawasan
dari wilayah administrasi terhadap dampak yang mungkin timbul.

3.4.4. Batas Sosial


Batas sosial agar difokuskan pada Desa Botohilitano dan desa
Hilimaenamolo yang berada di lokasi proyek dan desa-desa lain di kec.
Teluk Dalam. Batas-batas atau tempat-tempat konsentrasi interaksi
sosial tersebut dapat saja dikembangkan jika terdapat informasi lain
yang lebih menentukan. Jelaskan pula mengapa batas-batas tersebut
dipilih. Pertimbangkan pula rencana-rencana pemukiman yang ada pada
rencana tata ruang Kabupaten Nias Selatan.
Penentuan keseluruhan batas studi merupakan delineasi wilayah
studi sebagai resultante dari batas-batas di atas. Penentuan resultante
ini agar dilakukan alasan dan justifikasi yang rasional bukan sekedar
menarik

garis

terluar

dari

keseluruhan

batas-batas

yang

ada.

Penggambaran batas wilayah studi diharapkan menggunakan peta-peta


yang representatif, jelas, dan sesuai tema pembahasannya. Sebagai hasil
akhir penentuan batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian
digunakan untuk menetapkan lokasi-lokasi atau titik-titik sampling
berdasarkan alasan-alasan yang kuat.

3.5. Kepakaran Yang dibutuhkan


Dalam studi ANDAL ini agar pemrakarsa dapat menunjukkan
pelaksana studi yang memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai
dengan bidang yang ditelitinya. Kepakaran Tim, minimal (dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan), memiliki tenaga-tenaga ahli minimal
sebagai berikut:
1. Ahli transportasi Udara
2. Ahli antropologi sosial
3. Ahli Planologi
4. Ahli Geologi

5. Ahli Biologi / lingkungan


6. Ahli lingkungan / fisik
7. Ahli Kesehatan
Ketua tim dipilih dari tenaga-tenaga ahli tersebut di atas dan harus
bersertifikat AMDAL penyusun.

IV.PELAKSANA STUDI PELINGKUPAN


4.1. Pemrakarsa Kegiatan
Pemrakarsa kegiatan Pembangunan bandara Udara Nias Selatan
adalah BRR-Pemeliharaan Rehabilitasi Peningkatan Dan Pembangunan
Sarana dan Prasarana Transportasi Nias dan Pemerintah Kabupaten Nias
Selatan.

4.2. Penyusun Studi Pelingkupan


Ketua Tim: Ir.Eddy Utama, SmHk
Anggota Tim:
1. Drs.Waonasakhi Buulolo
2. Ir.Wirman Jambak
3 Salmonius Girsang,SE,MSi
4. Hamzah Lubis,SH,MSi
5. Dr. Imam Santoso
6. Widhi Handoyo, SKM, MT

DAFTAR REFERENSI
Adiwisastra,

A,

1993,

Keracunan

Sumber

Bahaya

Serta

Penanggulangannya, Angkasa, Bandung.


Anonimus, 2000,

Himpunan Peraturan di Bidang Pengendalian

Dampak Lingkungan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan,


Jakarta
Ansyary, F. 1976. Prinsip-prisip Masalah Pencemaran Lingkungan.
Penerbit Galia Indonesia, Jakarta
Askary, M. dan Wijayanti, L; Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak
Lingkungan Untuk Penyusunan AMDAL, Pusat

Pengembangan

Dan Penerapan AMDAL, BAPEDAL, Jakarta, 2001


Arceivela, S.J.; Waste Water Treatment And Disposal : Engineering
And Ecology In Pullution Control, Mareel Dekker, New York, 1981
Arifin, Syamsul, H., 2000, Penegakan

Hukum Lingkungan Menuju

Pembangunan Berkelanjuatan Yang Berwawasan Lingkungan,


USU, Medan
Azwar, A. 1979. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit
Mutiara Sumber Widya. Jakarta
---------, 1998, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas
Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

dan

Direktorat

Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota.


---------, 1996, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian fasilitas
Parkir, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
--------, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Baratz, B, 1984. Environmental Guidelines Office Of Environmental
Affair The Wort Bank. Washington DC.
Brower. J., J. ZAR, C.V. ENDE, 1990. Field and Laboratory Methods for
General Ecology. 3

rd

edition. Wm. C. Brown Publisher, USA.

Canter, L.W.; Environmental Impact Assessment, Mc Graw Hill Book


Company, New York, 1996
Chang, William, OFM Cap, Dr, 2001, Moral Lingkungan Hidup, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Davis, Mac Kenzie L, And Cornwell, David A.; Introduction To
Environmental Engineering, Second Edition, Mc Graw-Hill Int.
Editions, New York, 1991
Doby, Alan, 1984, Conservation and Planning, Hutchinson, London
Environmental Resources Limited, 1984, Prediction in

Environmental

Impact Assessment, A Summary Report of a Research Project to


Identity Methods of Prediction for Use in Environmental impact
Assessment
Fandeli. C, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip
Dasar Dan Pemapanannya. Penerbit Liberti, Cetakan Pertama,
Yogyakarta
Fardiaz, S.; Polusi Air Dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992
Hadari Nawawi, H, Prof. Dr, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial,
Gajah Mada University Press.
HD-WHO; Water Quality Surveys : A Guide For The Collection And
Interpretation Of Water Quality Data, UNESCO/WHO, UK, 1978
Horton, Paul B. and Hunt, Chester L. 1999, Sosiologi Jilid I dan II,
Erlangga, Jakarta
Institute

of

Transportation

Engineering,

1994.

Manual

of

Transportation Engineering Studies, New Jersey


Irwan, Sohartono, 2000, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu lainnya,
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Kinzelbach, W,; Development In Water Sciences, Groundwater
Modelling, An Introduction With Sample

Programs In Basic,

Vol. 25, Elsevier, Amsterdam, 1986


Keating, Michael, 1996, Bumi Lestari Menuju Abad 21, Agenda 21 dan
Hasil KTT Bumi, KONPHALINDO, Jakarta

Liliawati Muljono, Euginia, 1997, Peraturan Perundang-undangan


tentang

Perkembangan

Kependudukan

dan

Pembangunan

Keluarga Sejahtera, Harvarindo, Jakarta.


Longres, John F, 1990 Human Behavior in the Social Environment, F.E
Peacock Publisher, Inc. Itaca, Illionis.
Maryono, Agus, Ir, Dr-Ing, 2002, Eko-Hidraulik, Pembangunan Sungai,
Program Magister Sitem Teknik, Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
McGuiness, William J, Benyamin Stein, John S Reynolds, 1981,
Mechanical and Electrical Equipment for Building, John Wiley
and Sons Inc. Singapura.
McKinnon, J., Karen Philips, And Bas van Balen; Burung-Burung Di
Suamtera, Jawa, Bali, Dan Kalimantan, Puslitbang Biologi LIPI
Dan Bird Life International, Bogor, 1992
Mitchell, Bruce, B. Setiawan, Dwita Hadi Rahmi, 2000, Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan, Gadjah Mada University press,
Yogyakarta
Nazaruddin, Ir., 1996, Penghijauan Kota, Penerbit Swadaya, Jakarta,
1996
Odum, H.T.; Ekologi Sistem : Suatu Pengantar, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1992
Odum, Eugene P, Dasar-dasar Ekologi, gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
OFlaherty, CA, 1986 Highways, Third Edition, Traffiic Pla
Patt,et al, 1999, Narumaher Gewaesserrausbau, Springer

Verlag,

Berlin.
Peavy, H.E. et.al; Environmental Engineering, Mc Graw Hill Book Co.,
New York, 1988
Putra, Eddy, RS, SH, CN dan Kawan-kawan, 2003 Informasi Produk
Peraturan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Departemen Pemukiman
dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

Ruslan H. Prawiro. 1998. Ekologi Lingkungan dan Pencemaran. Penerbit


Satya Wacana. Semarang.
Salim, E. 1979. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Mutiara
Sumber Mulia. Jakarta
Silalahi, Bennet NB, Dr, MA, Rumondang B. Silalahi MPH, 1985,
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, PT. Puistaka
Binaman Pressindo, Jakarta
Splizt, K.And Moreno, J.; A Practical Guide To Groundwater

And

Solute Transport Modelling, John Wiley & Sons, New York, 1996
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Penerbit UI
Press. Cetakan Pertama. Jakarta
Sukanto. R, 1992. Ekonomi Lingkungan . Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Sumarsono, H Dkk, 1986. Pengantar Ekologi, Penerbit CV. Rajawali.
Jakarta
Supardi, Imam. Dr. Prof, 1994, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya,
Penerbit Alumni, Bandung.
Suparmoko. M..; Buku Pedoman Penilaian Ekonomi Sumber Daya Alam
Dan Lingkungan, BPFE Yogyakarta, Ed.1, 2002
Surna T. Djajadiningrat, Harry Harsono Amir; Penilaian Secara Cepat
Sumber-sumber Pencemaran Air, Tanah, dan Udara,

Gajah

Mada University Press, Yogyakarta, 1990


Surahmad, Winarno, 1979, Dasar dan Teknik Riset : Pengantar
Metodologi Ilmiah, Tarsito, Bandung.
Suratmo, G, 1991. Analisi Mengenai dampak Lingkungan. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Suryabrata, Sumadi, BA, 1997, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Tarmin, Ofyar Z. 1997 Perencanaan Dan Pemodelan Transportasi.
Penerbit ITB, Bandung

Tarmin, Opyar Z. & Nahdalina, September 1998. Analisis Dampak


Lalulintas. Journal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 9 No. 3
(3) : 22 38
Tanjung, Djalal Shalihuddin, Dr., 1998, Dasar-dasar Ekologi, Kursus
Dasar-dasar Analisa Mengenai dampak Lingkungan (AMDAL
Type A), Bapedal dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
University Gadjah Mada Yogyakarta.
Tjokrokusumo, KRT, Ir., 1995. Pengantar Injiniring

Lingkungan.

Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yayasan Lingkungan Hidup.


Yogyakarta
Tresna Sastrawidjaya, A. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit
Rineka Cipt. Jakarta.
United Nations; Assessment Of The Environmental Impact Of Port
Development, New York, 1992
Wells, GR, 1993, Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit Bahratara, Jakarta
Widyatmoko Dr.rer.nat. H, Dra. MM. Sintorini Moerdjoko, M. Kes., 2002,
Menghindari, Mengolah, dan Menyingkirkan Sampah, Abdi
Tandur, Jakarta
Wisnu

Arya

Wardhana, 1995. Dampak Pencemaran

Lingkungan.

Penerbit Andi Ofsett Jakarta.


Yu J.C. 1982. Transportation Engineering : Introduction to Planning,
Design and Operations. Elsevier North Holland Inc. New York
Zetter, Roger, 1982, Conservation of Building in Developing Countries,
Oxford Polytechnic

Anda mungkin juga menyukai