Anda di halaman 1dari 11

Volume 16, Nomor 1, Juni 2007 ISSN 0215-191X

ZOO INDONESIA
Jurnal Fauna Tropika

THE HERPETOFAUNA OF THE GOLD MINING PROJECT AREA IN


NORTH SUMATRA: SPECIES RICHNESS BEFORE
EXPLOITATION ACTIVITIES. Hellen Kurniati.....................................1

ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DI


KEBUN BINATANG SURABAYA. Kartika Dewi & R.T.P
Nugraha ............................................................................................13

ARTHROPODA GUA DI NUSAKAMBANGAN CILACAP, JAWA


TENGAH Cahyo Rahmadi ................................................................21

CATATAN KOLEKSI LARVA NYAMUK (DIPTERA: CULICIDAE)


PADA RUAS BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-
PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL. GN. HALIMUN. Awit
Suwito ...............................................................................................31

SUGAR ANALYSIS OF THE DIGESTIVE TRACT OF Tabanus


rubidus (DIPTERA: TABANIDAE). Sri Hartini, Janita Aziz &
Chairul ..............................................................................................49

Zoo Indonesia Volume 16 (1) 1-50 2007 ISSN 0215-191X


Ketua Redaksi

Dr. Dede Irving Hartoto (Limnologi)

Anggota Redaksi

Dr. Hagi Yulia Sugeha (Oseanologi)


Dr. Rosichon Ubaidillah (Entomologi)
Dr. Dewi Malia Prawiradilaga (Ornitologi)
Ir. Ike Rachmatika MSc. (Ikhtiologi)

Sekretaris Redaksi & Produksi

Rochmanah S.Kom
Yulia Aris Kartika S.Kom

Mitra Bestari

drh. L.E Setyorini


Ir. Endang Purwaningsih
Garth Taylor BSc
Dr. Sri Hartini
Dr. Hari Sutrisno
Dr. Sampurno Kadarsan

Alamat Redaksi
Zoo Indonesia
Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI
Gd. Widyasatwaloka
Jl. Raya Bogor-Jakarta KM. 46
Cibinong 16911

Telp. (021) 8765056


Fax. (021) 8765068
zooindonesia@yahoo.com

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) adalah suatu organisasi profesi dengan anggota
terdiri dari peneliti, pengajar, pemerhati dan simpatisan kehidupan fauna tropika,
khususnya fauna Indonesia. Kegiatan utama MZI adalah pemasyarakatan tentang
ilmu kehidupan fauna tropika Indonesia, dalam segala aspeknya, baik dalam bentuk
publikasi ilmiah, publikasi popular, pendidikan, penelitian, pameran ataupun
pemantauan.

Zoo Indonesia adalah sebuah jurnal ilmiah di bidang fauna tropika yang diterbitkan
oleh organisasi profesi keilmiahan Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) sejak tahun
1983. Terbit satu tahun satu volume dengan dua nomor (Nopember & Juni). Memuat
tulisan hasil penelitian dan tinjauan ilmiah yang berhubungan dengan aspek fauna,
khususnya wilayah Indonesia dan Asia. Publikasi ilmiah lain adalah Monograph Zoo
Indonesia - Seri Publikasi Ilmiah, terbit tidak menentu.
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN


PREVALENSINYA YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA

Kartika Dewi & R.T.P. Nugraha

Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI


Jl. Raya Jakarta - Cibinong Km. 46, Cibinong 16911

ABSTRAK

Dewi, K & R.T.P Nugraha. 2007. Endoparasit pada feses babi kutil (Sus
verrucosus) yang berada di Kebun Binatang Surabaya. Zoo Indonesia 16 (1): 13-
19. Babi kutil (Sus verrucosus) merupakan babi endemik untuk pulau Jawa, Madura
dan Bawean. Dalam studi ini tujuh ekor babi kutil yang ada di Kebun Binatang
Surabaya diperiksa kotorannya untuk dicaria ada tidaknya endoparasit. Hasil analisis
menunjukkan adanya telur dari jenis Oesophagostomum sp. dan Ascaris sp., kista
Eimiria sp., dan Balantidium coli, dengan tingkat prevalensi berturut-turut 28.57%,
14.28%, 57.14% and 85.71%.

Kata kunci: babi kutil, Sus verrucosus, endoparasit.

ABSTRACT

Dewi, K & R.T.P Nugraha. 2007. Endoparasites of captive Javan Warty pig (Sus
verrucosus) and their prevalence in Surabaya Zoo. Zoo Indonesia 16 (1): 13-19.
Javan warty pig (Sus verrucosus) is endemic to Java, Madura and Bawean islands. In
this study faeces of seven captive Javan warty pigs from Surabaya Zoo were
examined for endoparasites. The examination was conducted using native methods
with six times replications. The results were obtained eggs of Oesophagostomum sp.
and Ascaris sp., cysts of Eimiria sp., and Balantidium coli with the prevalence were
28.57%, 14.28%, 57.14% and 85.71% respectively.

Keywords: Javan warty pig, Sus verrucosus, endoparasites.

PENDAHULUAN terfragmentasinya populasi yang


demikian tinggi atau terjadinya
Babi kutil atau babi goteng, Sus penurunan sub-populasi serta jumlah
verrucosus, merupakan babi liar yang individu dewasa (IUCN 2000). Sampai
endemik untuk P. Jawa dan P. saat ini Indonesia belum memasukkan
Bawean. Populasinya yang dahulu babi kutil ke dalam satwa liar yang
pernah ada di P. Madura sekarang harus dilindungi.
diyakini telah punah (Semiadi &
Meijaard 2006). Pada tahun 2000, The Ancaman kepunahan babi kutil di
IUCN Species Survival Commission Indonesia disebabkan karena
menempatkan Sus verrucosus dalam hilangnya habitat babi ini untuk
katagori Endangered, atau sebagai dijadikan permukiman dan daerah
jenis yang menghadapi kemungkinan pertanian oleh penduduk. Selain itu
kepunahan di alam yang cukup tinggi. babi ini sering diburu karena merusak
Hal tersebut disebabkan karena area pertanian dan ada sebagian
penurunan populasi dalam kurun penduduk yang memanfaatkannya
waktu 10 tahun terakhir, sebagai bahan makanan. Untuk itu

13
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

diperlukan usaha dalam penyelamatan menggunakan kamera Nikon Optiphot-


dan melestarikannya. Usaha yang 2 yang dilengkapi dengan kamera
dapat dilakukan antara lain adalah Nikon FDX 35. Hasil foto kemudian
merehabilitasi kembali sebagian dipindai mempergunakan scanner
habitatnya untuk tempat tinggal alami Canon 3000 F dengan resolusi 600
babi (konservasi in-situ) atau dengan dpi. Citra hasil pemindaian
penangkaran (konservasi ex-situ). selanjutnya dianalisa menggunakan
perangkat lunak ImageJ ver 3.7. Untuk
Mengetahui status kesehatan babi perhitungan unit metrik pada
yang dipelihara merupakan hal yang perangkat lunak, satuan pixel yang
penting untuk mencapai keefektifan dihasilkan pada program Image J ver.
manajemen pemeliharaannya pada 3.7 dikalibrasi terlebih dahulu dengan
tingkat penangkaran, khususnya, menggunakan foto micrometer yang
selain untuk mencegah kemungkinan diambil pada perbesaran yang sama,
penyebaran penyakit yang diakibatkan sehingga menghasilkan resolusi 9.3
oleh babi lebih luas. Meskipun telah pixel/mikrometer. Hasil dijabarkan
terdapat banyak data mengenai secara deskripitif dengan sifat-sifat
keberadaan endoparasit pada jenis biologinya yang telah diketahui.
babi liar, namun data tersebut
umumnya hanya mengacu pada jenis
Sus scrofa. Sedangkan untuk jenis HASIL & PEMBAHASAN
Sus verrucosus masih sedikit yang
diketahui. Untuk itu penelitian ini Hasil dari pemeriksaan feses tujuh
diharapkan dapat memberikan ekor babi kutil yang terdapat di KBS
informasi tambahan mengenai ditemukan telur Ascaris sp.,
endoparasit yang terdapat pada babi Oesophagostomum sp., oosit dari
kutil. Eimiria sp. dan bentuk trofosoit dan
kista dari Balantidium coli (Tabel 1).
Dari ketujuh ekor babi kutil yang
MATERI & METODE diperiksa hanya terdapat satu ekor
yang bebas dari endoparasit pada
Sampel feses pada kondisi segar (< 1 pemeriksaan fesesnya.
jam defekasi) diambil sekitar 20 gram
dari babi kutil yang dipelihara di Kebun Ascaris sp.
Binatang Surabaya (KBS). Jumlah
babi yang diperiksa berjumlah tujuh Telur yang ditemukan dalam keadaan
ekor, yang terdiri dari lima ekor belum berkembang, berukuran 64,52
dewasa (3 jantan dan 2 betina) dan m x 81,14 m dan 56,22 m x 63,26
dua ekor anakan (1 betina dan 1 m. Bentuk telur oval, mempunyai
jantan). Sampel kemudian disimpan dinding yang tebal, mempunyai
dalam larutan formalin 4% untuk lapisan albumin dan berwarna coklat
kemudian diperiksa ada tidaknya kekuningan (Gambar 1A). Menurut
endoparasitnya. Pemeriksaan Anderson (2000) dan Soulsby (1982)
endoparasit dilakukan di Bidang ukuran telur A. suum adalah 40 - 60
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, m x 50 75 m, Jenis Ascaris yang
Cibinong. kosmopolitan dijumpai pada babi liar
dan domestik adalah A. suum
Pemeriksaan dilakukan menggunakan (Fernandes-de-Mera et al. 2002; 2003;
metode natif (Neva & Brown 1994) Eslami &Farsad-Hamdi, 1992;
dengan enam kali ulangan untuk Coombs & Springer, 1974; Ineson,
setiap sampel. Identifikasi jenis 1953). Pada pemeriksaan ini telur
dilakukan berdasarkan temuan telur Ascaris sp. ditemukan pada feses
atau endoparasit pada feses. Untuk seekor anakan babi kutil (14,28%).
memudahkan identifikasi, hasil
temuan positif di foto dengan

14
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

Tabel 1.Jenis endoparasit yang ditemukan pada pemeriksaan feses babi dan
prevalensinya

Prevalensi (%)
Parasit
Dewasa (n = 5) Anakan (n = 2) Total (n = 7)
Nemotoda

Oesophagostomum sp. 40 0 28,57

Ascaris sp. 0 50 14,28

Protozoa

Emiria sp. 40 100 57,14

Balantidium coli 80 100 85,71

Telur A. suum di lingkungan yang terinfeksinya babi, kemudian menuju


kering dapat bertahan selama 2 4 jantung untuk melanjutkan
minggu, sedangkan di lingkungan perjalanannya ke paru-paru pada hari
yang lembab dan dingin bisa bertahan yang ketujuh dan setelah itu keluar
selama delapan minggu (Olson & dengan pecahnya kapiler dan akan
Geselle 2000). menuju alveoli, untuk kemudian
bersama aliran darah masuk ke dalam
Secara perkembangan, telur belum bronchiolus. Dari bronchiolus larva
infektif ketika dikeluarkan inang akan naik ke trachea sampai
melalui feses dan akan berkembang epiglotis, dan turun melalui
menjadi infektif jika menemukan oesophagus ke usus halus dan
lingkungan yang menguntungkan. mengalami perubahan terakhir dalam
Tingkat prevalensi Ascaris pada babi waktu 2129 hari setelah infeksi.
sangat dipengaruhi tercemarnya Cacing menjadi dewasa dan
pakan oleh telur infektif tersebut. melakukan perkawinan untuk
Selain hal tersebut pada babi liar yang melengkapi siklus hidupnya dalam
hidup dalam kelompok kecil dengan waktu 50 55 hari dan telur ada pada
area jelajah yang luas akan memiliki feses babi pada hari ke 60 62
prevalensi Ascaris yang lebih kecil (Anderson 2000).
dibandingkan kelompok besar dengan
kepadatan yang tinggi (Coombs & Infeksi dari cacing ini pada babi sering
Springer 1974). tidak menunjukkan gejala klinis yang
nyata. Cacing dewasa hidup di dalam
Telur infektif yang tertelan dalam rongga usus dan mendapat makanan
tubuh inang akan menetas di usus berupa makanan yang setengah
halus menjadi larva. Larva tersebut dicernakan dan dari sel-sel mukosa
tidak akan langsung menjadi dewasa usus. Cacing ini juga mempunyai
melainkan melakukan migrasi di kemampuan menghambat pencernaan
dalam tubuh inangnya. Selama protein dengan mengeluarkan zat
perjalanan migrasinya larva akan penghambat tripsin. Akibatnya babi
menembus dinding usus dan masuk akan mengalami kelesuan dan
ke dalam vena kecil atau pembuluh menjadi lebih rentan terinfeksi
limfe, melalui sirkulasi darah portal penyakit lain. Pada infeksi yang berat
masuk ke hati. Larva ditemukan di cacing ini dapat menyebabkan
dalam hati tiga hari setelah penyumbatan pada usus.

15
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

(A) (B) (C)

(D) (E)

Gambar1. (A) telur Ascaris sp., (B) telur Oesophagostomum sp., (C) oosit Eimeria, (D)
trofozoit Balantidium coli, (E) kista Balantidium coli. A, B & C skala: 40 m, D &
E skala 50 m (Foto: R.T.P Nugraha & K. Dewi).

Oesophagostomum sp. berkembang menjadi larva tahap


kedua yang akan menjadi larva
Telur Oesophagostomum sp. filariform yang infektif dalam waktu 3
Ditemukan pada dua ekor babi kutil 5 hari setelah menetas. Inang menjadi
dewasa (28,57%). Sedangkan pada terinfeksi dengan menelan larva
anakan tidak ditemukan. Eijck & tahap ketiga yang infektif atau dengan
Borgsteede (2005) menyebutkan masuknya larva tersebut melalui kulit
bahwa angka prevalensi cacing ini (per-kutan) (Anderson 2000).
akan meningkat seiring pertambahan
umur babi yang mengindikasikan Anggota dari marga
kurangnya tingkat kekebalan inang Oesophagostomum dikenal sebagai
yang didapatkan. cacing pembentuk nodul pada bagian
usus. Cacing tersebut merupakan
Telur berbentuk oval berdinding tipis, parasit yang umum dijumpai pada
terdiri dari dua lapis dan berukuran usus besar babi, hewan ruminansia,
63,18 m x 36,75 m dan 67,20 m x primata dan tikus. Cacing dari marga
38,79 m (Gambar 1C). Menurut ini yang kosmopolitan dijumpai pada
Olsen (1967) telur Oesophagostomum babi adalah O. dentatum (Fernandes-
berukuran 7488 m x 45 54 m. de-Mera et al. 2002; 2003). Pada babi
Telur dikeluarkan bersama feses keberadaan O. dentatum juga
inangnya dalam keadaan belum ditemukan di Belanda (Eijck &
infektif, kemudian di luar tubuh akan Borgsteede 2005), New Zealand
berkembang menjadi larva (Ineson 1954) dan Iran (Eslami &
rhabditiform yang pertama yang akan Farsad-Hamdi 1992). Sedangkan di
menetas kurang lebih 24 jam pada Amerika ditemukan jenis
suhu yang optimum. Larva hidup Oesophagostomum quadrispinulatum
dengan memakan bakteri yang pada babi liar (Pence et al. 1988).
terdapat di lingkungan dan

16
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

Eimeria sp. Siklus hidup terjadi dengan


tertelannya ookista yang bersporula
Bentuk oosit dari Eimeria ditemukan oleh babi, setelah tiga hari akan
pada feses empat ekor babi membentuk skison di jejenum. Skison
(57,14%), yang terdiri dari dua ekor generasi kedua dan ketiga matang
dewasa dan dua ekor anakan. Eimeria dalam waktu lima dan tujuh hari
yang ditemukan pada pemeriksaan setelah infeksi di ileum. Generasi
feses adalah stadium ookista, kedua skison menghasilkan 1422
berbentuk ovoid, berukuran 32,88 m merosoit, sedangkan generasi ketiga
x 38,82 m dengan dinding ookista menghasilkan 1428 merozoit.
yang tebal dan halus (Gambar 1D). Gamon, yang akan membentuk dua
Menurut Olsen Eimeria yang jenis kelamin, terbentuk pada hari ke
ditemukan pada babi berukuran 12 delapan, mikrogamet dan makrogamet
40 m. masak pada hari kesembilan setelah
infeksi. Makrogamet tersebut akan
Marga Eimeria merupakan parasit difertilisasi oleh mikrogamet dan
yang tergolong dalam filum Protozoa membentuk zigot yang berkembang
yang menyebabkan penyakit menjadi oosit. Oosit keluar dari
koksidosis. Infeksi koksidia sekum atau usus kecil dan keluar
merupakan hal yang umum ditemui bersama feses (Olsen 1982).
pada babi anakan (Eijck & Borgsteede
2005). Jenis Eimeria yang tercatat Balantidium coli
ditemukan pada babi adalah E.
cerdonis, E. neodebliecki dan E. porci, Balantidium coli merupakan protozoa
yang ditemukan pada feses babi di yang termasuk dalam kelas
Amerika Utara dan India, E. guevarai Kinetofragminophora yang
di Spanyol, E. scrofae ditemukan di mempergunakan silia sebagai alat
Swiss, E. spinosa yang ditemukan gerak. Organisme ini berbentuk oval
pada babi yang didomestikasi di sampai elips, di dalamnya terdapat
Amerika dan negara bekas bagian Uni makroukleus dan mikronukleus. Silia
Soviet serta E. debliecki, E. scraba tersusun berbaris di seluruh tubuh.
dan E. perminuta yang mempunyai Mulut atau peristome terletak dekat
distribusi pada babi di seluruh dunia dengan ujung anterior. Bentuk
(Soulsby 1982) trofozoit rata-rata berukuran 50 60
m panjangnya, beberapa diantaranya
Penularannya melalui ookista yang dapat mencapai 150 m (Olsen
sudah bersporulasi. Hewan yang 1982). Pada penelitian ini trofosoit B.
terserang koksidosis sering tidak coli yang ditemukan berukuran 66,52
menunjukkan gejala klinis yang nyata, m panjangnya dan dengan lebar
kecuali pada infeksi yang berat. 47,90 m (Gambar 1D). Kista
Eimeria umumnya mengalami berbentuk bulat atau sedikit lonjong
perkembangan siklus hidup secara dan berukuran 40 60 mikron
lengkap di dalam dan di luar tubuh (Tampubolon 1996). Kista yang
inangnya, dan dapat dibagi menjadi ditemukan pada penelitian ini
siklus aseksual dan seksual. Siklus berukuran 70,93 m (Gambar 1E).
hidup ini lebih dikenal dengan tiga
stadium, yaitu skizogoni, gametogoni B. coli biasanya bersifat komensal
dan sporogoni. Siklus aseksual dalam lumen sekum babi. Infeksi B.
merupakan stadium skizogoni, siklus coli yang berat pada babi
seksual meliputi gametogami, menyebabkan terjadinya diare. Babi
sedangkan sporogoni adalah yang terinfeksi B. coli dapat
pembentukan spora (Tampubolon menularkannya pada manusia jika
1996). pengolahan air limbah kotoran tidak
ditangani dengan baik. Jenis ini tinggal
di dalam mukosa usus dan dapat

17
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

menyebabkan diare pada manusia. conventional pig farms in the


Diare tersebut dapat ditularkan dari Netherlands. Vet Research
manusia ke manusia yang lain lewat Comm. 29: 407-414.
air (water born diseases). Babi liar Eslami, A. & S Farsad-Hamdi. 1992.
diduga memegang peranan pada Helminth Parasites of Wild
balantidiasi yang terjadi pada manusia Boar, Sus scrofa, in Iran.
di Iran (Solaymani-Mohammadi et al. Journal of Wildlife Diseases.
2004) 28: 316-318.
Fernades-de-Mera, I. G., J Vicente, C
Infeksi B. coli pada babi liar dan babi Gortazar, U Hfle, & Y Fierro.
domestik diketahui memiliki sebaran 2002. Efficacy of an in-feed
yang mendunia, diantaranya di preparation of ivermectin
Amerika Tengah dan Utara, Filipina, against helminths in the
New Guinea, Iran, Asia Tenggara dan European wild Boar. Parasitol
beberapa pulau di Kepulauan Pasifik Res 92: 133 136.
(Solaymani-Mohammadi et al. 2004). Fernades-de-Mera, I. G., C Gortazar,
Nakauchi (1999) dalam Solaymani- J Vicente, U Hfle & Y Fierro.
Mohammadi et al. (2004) melakukan 2003. Wild boar helminth: risk
studi prevalensi B. coli pada jenis in animal translocations.
mamalia dan menemukan bahwa 100 Veterinary Parasitology 19: 1-7.
% babi liar terinfeksi oleh B. coli. Ineson, M.J. 1953. A comparison of
the parasites of wild and
domestic pigs in New Zealand.
UCAPAN TERIMA KASIH Transactions of the Royal
Society of New Zealand 8:
Penulis mengucapkan terima kasih 579-609.
kepada Dr. Gono Semiadi APU atas Neva, F. A & H. W Brown. 1994.
th
sampel feses yang diberikan untuk Basic clinical parasitology. 6
penelitian ini, serta Rosita Sulis Tanty edition. Appleton and Lange
SSi. yang membantu dalam proses Norwarlk Connecticut. New
koleksi di lapang. Penulis juga York.
mengucapkan terimakasih kepada Dr. Olsen, O. W. 1967. Animal Parasites.
Isabel Gracia fernadez-de-Mera dari Their biology and life cycles.
National Research Institute on Game Burgess Publishing Company.
Biology (REC, CSIC-UCLM), Spanyol Minneapolis, x + 431.
atas bantuannya dalam identifikasi Olson, M. E & N Guselle. 2000. Are
foto spesimen. pig parasites a human health
risk? Advances in Pork
Production 11: 153.
DAFTAR PUSTAKA Pence, D.B., R.J Warren & C.R Ford.
1988. Visceral helminth
Anderson, R. C. 2000. Nematode communities of an insular
parasites of vertebrates. Their population of feral swine. J.
development and transmission. Wildlife Disiases 24: 105-112.
nd
2 edition. CABI Pulishing. Semiadi, G & E Meijaard. 2003.
UK. xx + 650 hal. Survai keberadaan babi kutil
Coombs, D.W. & M.D Springer. 1974. (Sus verrucosus) di Pulau Jawa
Parasites of feral Pig X dan sekitarnya. Laporan Akhir
European Wild Boar Hybrids in Puslit Biologi LIPI & IUCN. 123
Southern Texas. Journal of pp.
Wildlife Diseases. 10:436-441 Solaymani-Mohammadi, S Rezaian, M
Eijk, I.A.J.M. & F.H.M Borgsteede. Hooshyar, H Mowlavi, G.R
2005. A survey of Babaei, & M.A Anwar. 2004.
gastrointestinal pig parasites on Intestinal protozoa in Wild
free-range, organic and Boars (Sus scrofa) in Western

18
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

Iran. Journal Wildlife Diseases


40: 801-803
Soulsby, E. J. L. 1982. Helminth,
arthropods and protozoa of
th
domesticated animals. 7
edition. Bailliere Tindall, a
Division of Cassell Ltd. London,
xi + 809
Tampubolon, M. P. 1996.
Protozoologi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. vii+234
hal.

19
ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DAN PREVALENSINYA
YANG BERADA DI KEBUN BINATANG SURABAYA:Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 - 19

20

Anda mungkin juga menyukai