Disusun oleh :
Nama : Fensa Alifia Hasna
NIM : 17231032
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....…ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...…..1
1.2 Tujuan dan Manfaat…………………………………………………...…..1
1.3 Peraturan Perundang-Undangan……………………………………...…...2
BAB II RUANG KINGKUP STUDI…………………………………………......4
2.1 Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Akan Ditelaah………...4
2.2 Alternatif yang Akan Dikaji……………………………………………....6
2.3 Keterkaitan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan…………………………...7
2.4 Lingkup Rona Lingkungan Awal………………………………………....7
2.5 Perlingkupan……………………………………………………………..11
BAB III METODE STUDI………………………………………………………16
3.1 Pendekatan Studi…………………………………………………………16
3.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data…………………………….......17
3.3 Metode Prakiraan Dampak Penting……………………………………...18
3.4 Metode Evaluasi Dampak Penting……………………………………….20
BAB IV PELAKSANAAN STUDI……………………………………………...23
4.1 Identitas Pemrakarsa……………………………………………………..23
4.2 Identitas Penyusun……………………………………………………….23
4.3 Biaya Studi……………………………………………………………….24
4.4 Waktu Pelaksanaan Studi………………………………………………...25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
- Adanya kesempatan untuk berusaha
- Terbukanya lapangan kerja
- Meningkatnya Pendapatan masyarakat dan pemerintah
- Mendorong pembangunan daerah
2) Manfaat Sosial Budaya
- Pelestarian budaya dan adat istiadat
- Meningkatkan kecerdasan masyarakat
- Mengurangi konflik sosial.
3) Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
- Mempererat persatuan
- Menumbuhkan rasa memiliki
- Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata.
4) Manfaat Bagi Lingkungan
Arah pembangunan pariwisata agar dapat memenuhi keinginan wisatawan seperti
bersih, jauh dari populasi, santai, dan sejuk akan memberikan upaya dalam
pengembangan untuk melestarikan lingkungan supaya hijau dan bersih.
2
dalam Desa Wisata Cinentrem.
5. Peraturan Pemerintahan No. 27 Tahun Sebagai tata cara pengolahan
1999, tentang Analisis Mengenai Dampak limbah yang dihasilakan saat pra-
Lingkungan konstruksi, konstruksi dan operasi
yang menimbulkan jenis limbah
kimia,fisika dan domestik yang
dihasilkan .
3
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1 Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah dan Alternativ
Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
1. Status
Berstatus masih dalam rencana pembangunan. Pembagunan yang dilakukan yaitu
pembangunan objek pariwisata di kota Cimahi Provinsi Jawa Barat dengan luas tanah
sebesar 2,5 hektar. Rincian fasilitas yang terdapat di objek pariwisata tersebut meliputi
restaurant dengan luas bangunan sebesar 600 m2, home stay dengan luas bangunan sebesar
1.200 m2, pemacingan dengan luas kolam sebesar 250 m2 dengan kedalaman 2,5 m, taman
dengan luas tanah 200 m2, tempat parkir dengan luas tanah sebasar 150 m2, dan TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) luas tanah sebesar 100 m2.
2. Letak Kegiatan
Secara geografis Kota Cimahi terletak diantara 107°30’30’’ BT – 107°34’30’’ dan
6°50’00’’ – 6°56’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi yang sebesar 40,2
Km2. Wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan
ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi
Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta
ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan
Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi 3
Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4
Kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan Cimahi
Selatan terdiri dari 5 Kelurahan. Menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas
wilayahnya:
Sebelah Utara :Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
Sebelah Timur :Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo
dan Kec. Andir Kota Bandung.
Sebelah Selatan :Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten
Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung.
Sebelah Barat :Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
4
Gambar 2.1. Peta Lokasi Kota Cimahi
5
membangun hunian yang mempengaruhi resapan air dan mananam tanaman hijau
untuk peresapan air dan menciptakan lingkungan asri.
4) Pembuangan Limbah
Limbah yang akan dihasilkan di Desa Wisata ini berasal dari sisa aktivitas
pengunjung yaitu limbah domestik. Limbah padat yang akan dibuang dipilih
sesuai dengan jenis limbah organik atau anorganik, sedangkan limbah cair
ditampung diwadah khusus limbah yang nantinya akan dibawa ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) atau TPST ( Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu). Tempat pengumpulan limbah domestik sementara dibuat pada luas
tanah sebesar 100 m2.
6
terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan juga lokasi yang ditetapkan
telah mendapatkan izin dari berbagai pihak, seperti masyarakat sekitar, pemerintah
setempat.
2. Kualitas Udara
Menurut DIKPLHD Kota Cimahi pada tahun 2019 penurunan kualitas udara selain
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan, akan berdampak juga terhadap manusia secara
langsung, dampak yang berkaitan dari baik buruknya kualitas udara adalah kesehatan
masyarakat. Penyakit yang timbul karena buruknya kualitas udara ialah infeksi saluran
pernafasan atas (42,165 kasus), faringitis (23,167 kasus), nasofaringitis (23,140 kasus),
dan dermatitis (10,351 kasus). Kondisi kualitas udara pada setiap parameter di Kota
Cimahi masih tergolong baik, terkecuali parameter CO. Terkait kualitas udara dengan
beban emisi pencemar CO2 yang tinggi pada kawasan ekoregion Dataran Vulkanik.
Sedangkan untuk emisi udara lainnya: HC, CO, SO2, NOX, PM10 juga tinggi di kawasan
ekoregion Dataran Vulkanik, dan rendah di kawasan ekoregion Perbukitan Vulkanik dan
Perbukitan Struktural.
Dinas lingkungan hidup melakukanpengujian kualitas udara ambien pada 8 titik
dengan metodemanual aktif pada tahun 2018. Indikator dari sasaran strategis terwujudnya
7
perlindungan dan pengelolaan kualitas udara adalah Indeks Kualitas Udara (IKU). IKU
merupakan gambaran atau nilai hasil transformasiparameter-parameter pencemar udara
yang berhubunganmenjadi suatu nilai sehingga mudah dimengerti oleh masyarakatumum.
IKU dihitung berdasarkan data konsentrasi rata-ratatahunan parameter SO2 dan NO2 dari
hasil pengukuran kualitasudara ambien. Penentuan lokasi untuk dititikberatkan pada
4wilayah, diantaranya wilayah industri, wilayah pemukiman,wilayah transportasi dan
wilayah perkantoran.Parameter yang digunakan untuk pengujian kualitasudara ambien ini
antara lain :
1. Sulfur dioksida (SO2)
2. Nitrogen dioksida (NO2)
3. Oksidan (O3)
4. Debu (TSP)
Hasil perhitungan Indeks Kualitas Udara ambien rata-rata tahunan yang dilakukan
DLH Kota Cimahi tidak masuk dalam persyaratan dan kriteria perhitungan IKU,
dikarenakan kurangnya jumlah data minimum (frekuensi dan Periode pengukuran – 1 jam
untuk 6 titik dan 24 jam untuk 2 titik).Oleh karena itu, Nilai IKU Kota Cimahi pada tahun
2018,diambil dari data pengujian kualitas udara ambien yangd ilakukan dengan metode
passive sampler oleh DLH Provinsi Jawa Barat seperti yang digambarkan dalam Tabel 1.
Perhitungan yang dilakukan sudah sesuai dengan persyaratan dan kriteria untuk
perhitungan IKU.
Tabel 2.1. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Metode Passive Sampler di Provinsi
Jawa Barat
No Nama Kab/Kota Nilai IKU Keterangan
1 Kota Cimahi 52,03 Tidak tercemar
2 Kab. Bandung Barat 46,76 Tercemar
3 Kab. Purwakarta 77,72 Tidak Tercemar
4 Kab. Bogor 75,12 Tidak Tercemar
5 Kab. Cirebon 72,18 Tidak Tercemar
6 Kab. Indramayu 81,31 Tidak Tercemar
7 Kab. Tasikmalaya 82,06 Tidak Tercemar
8 Kab. Pangandaran 81,89 Tidak Tercemar
3. Kualitas Air
Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan bagi seluruh makhluk
hidup. 80% tubuh manusia terdiri dari air, sehingga manusia tidak bisa hidup tanpa air.
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan manusia melibatkan air, air digunakan sebagai
minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Sumber daya air yang terdapat di alam
diantaranya berasal dari air tanah, sungai, laut, hujan dan lain sebagainya. Seriring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya yang bertambah, maka bertambah juga
pola konsumsi penggunaan air. Penggunaan air yang semakin meningkat, semakin
meningkat juga terhadap air buangan, air buangan tersebut yang dapat mencemari
lingkungan. Hal tersebut erat kaitnnya dengan sanitasi masyarakat, pola perilaku
8
masyarakat dalam buang air besar dapat menentukan kualitas air, baik air sungai mapun
tanah.
Penurunan Kualitas Air Penurunan kualitas air sungai dapat terjadi yang salah satunya
disebabkan dari perubahan tataguna lahan, jika terjadi perubahan lahan pada bagian hulu
akan menyebabkan sedimentasi yang berasal dari bangunan atau aktivitas di bantaran
sungai yang menyebabkan nilai kualitas air sungai menurun terutama TSS dan nilai
kekeruhan yang tinggi. Parameter TSS merupakan bahan-bahan atau material dengan
diameter > 1 μm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori sebesar 0,45
μm. Selain disebabkan oleh adanya buangan limbah dari kegiatan domestik atau industri,
kehadiran zat padat di dalam badan air juga dapat disebabkan oleh adanya kikisan tanah
atau erosi tanah yang terbawa oleh air.
Di beberapa titik pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan pemantauan melalui
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi pada tahun 2019, didapatkan bahwa titik hilir
(periode Juli) dan titik tengah (periode November) Sungai Cibaligo telah melampaui baku
mutu kualitas air kelas dua.
Menurut Perpres No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum dan adanya penetapan daya tampung beban
pencemaran Sungai Citarum (11.383,01 kg/hari = segmen Cimahi), menyebabkan beberapa
stakeholder seperti aparat penegak hukum, aparatur sipil negara, pihak swasta dan lapisan
masyarakat dilibatkan sebagai upaya memperbaiki kualitas air. Status mutu air di Kota
Cimahi pada tahun 2018, dari 5 Sungai (15 titik) dengan 2 kali periode pemantauan, 29
diantaranya berstatus cemar berat dan 1 cemar sedang dengan nilai Indeks Kualitas Air
(IKA) sebesar 10,67. Kecilnya nilai IKA menjadi perhatian khusus di Kota Cimahi,
Pemerintahan Kota Cimahi melalui perangkat daerahnya melakukan beberapa program
atau kegiatan sebagai 4 upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Kota Cimahi,
diantaranya melalui pemantauan kualitas air sungai dan tanah setiap tahun, dan rencana
penurunan beban pencemar.
Latar belakang atau dasar indikator sasaran IKA dengan fokus pada air DAS atau
sungai di Kota Cimahi, karena air sungai itu sendiri menjadi sumber air baku untuk
berbagai kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian dll. Di lain pihak sungai juga
9
dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah sehingga tercemar dan kualitasnya
semakinmenurun. Karena peranannya tersebut, maka sangat layak LKIP DLH Kota Cimahi
tahun 2018, jika kualitas air sungai dijadikan indikator kualitas lingkungan hidup.
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan
status mutu air dengan engan metode indeks pencemaran (Pollution Index – PI). Parameter
yang dijadikan dasar perhitungan IKA sebanyak 7parameter yaitu DO, BOD, COD, pH,
TSS, e Coli dan Total Coli.
Tahun 2017 dilakukan pemantauan kualitas air terhadap 5 (lima) sungai di Kota
Cimahi yaitu: Sungai Cibaligo, Sungai Cibabat, dan Sungai Cimahi, Sungai Cisangkan,
Sungai Cibeureum, dimana setiap sungai dipantau di tiga titik yang berbeda yaitu pada
bagian hulu, tengah, dan hilir.Pemantauan atau pengambilan sampling kualitas air
dilakukan pada bulan September dan Nopember 2017 selanjutnya semua sampling
dianalisis di Laboratorium Binalab Bandung. Seluruh kualitas air yang dipantau
dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air untuk kelas II yaitu air
baku air minum. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai indeks pencemaranair Sungai
Cimahi, Cisangkan, Cibabat, Cibaligo, dan Cibeureum di bagian hulu, tengah, dan hilir
termasuk katagori cemar sedang sampai dengan cemar berat seperti disajikan pada Tabel
berikut :
Tabel 2.2. Indeks Pencemaran
No Lokasi Nilai IP Status Mutu Air
1 Cimahi Hulu 9,39 Cemar sedang
2 Cimahi Tengah 10,14 Cemar berat
3 Cimahi Hilir 16,78 Cemar berat
4 Cisangkan Hulu 19,87 Cemar berat
5 Cisangkan Tengah 16,60 Cemar berat
6 Cisangkan Hilir 18,57 Cemar berat
7 Cibabat Hulu 14,33 Cemar berat
10
4. Kualitas Tanah
40
35
Luas Tanah 30
25
20
15
10
5
0
Jenis Tanah
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki 10 kelompok
jenis tanah (great soil group) yang terdiri dari kelompok tanah Aluvial, Andosol, Grumusol,
Latosol, Litosol, Mediteran, Organosol, Podsolik, Regosol dan Rensina. Dari 10 jenis tanah
tersebut, wilayah Jawa Barat didominasi oleh jenis tanah Latosol dengan luas 1.373.012 ha
atau 36,48 % dari luas total Provinsi Jawa Barat, disusul kemudian oleh jenis tanah Podsolik
dengan luas 819.673 ha atau 21,78 %, jenis tanah Aluvial dengan luas 692.513 ha atau 18,40
%, serta jenis tanah Andosol dengan luas 358.726 ha atau 9,53 %. Beberapa jenis tanah yang
mendominasi di wilayah Provinsi Jawa Barat merupakan jenis tanah yang sudah dalam tahap
pelapukan tingkat lanjut (khususnya untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik), dengan kadar
bahan organik yang rendah. Sedangkan jenis tanah Aluvial yang memiliki kedalaman solum
dangkal (0-50 cm) atau tanpa solum, tidak mengalami pelapukan tingkat lanjut.
2.5 Perlingkupan
A. Proses Perlingkupan
1. Identifikasi Dampak Potensial : matriks interaksi sederhana
11
Keterangan Tahap Operasi
A1 Aktifitas Lalu lintas
A2 Pemeliharaan Kolam Pemancingan
A3 Pembuangan Limbah
A4 Mobilisasi Tenaga Kerja
2. Dampak Potensial
Tabel 2.4. Kegiatan Operasi
No Dampak Potensial Sumber
1 Peningkatan Kebisingan Aktifitas Lalu Lintas
2 Penurunan kualitas udara Aktifitas Lalu Lintas
3 Penurunan Kualitas Air - Pemeliharaan Kolam
Pemancingan
- Pembuangan Limbah
4 Penurunan Kualitas Tanah Pembuangan Limbah
5 Peningkatan kesempatan kerja Mobilisasi Tenaga Kerja
dan Berusaha
12
3. Evaluasi Dampak Potensial (Sebelum Kegiatan)
Tabel 2.5. Evaluasi Dampak Potensial
No Dampak Sumber Evaluasi Dampak Hipotetik Dampak
Potensial penting
hipotetik
1 Peningkatan Aktifitas Dengan adanya pembangunan -
Kebisingan Lalu Lintas kawasan pariwisata akan menarik
wisatawan untuk datang dari
berbagai daerah diperkirakan akan
menimbulkan dampak peningkatan
kebisingan terutama pada hari libur
atau tanggal merah karena padatnya
kendaraan yang melintas. Kegiatan
ini tidak akan menimbulkan dampak
penting hipotetik.
13
an kegiatan ini bertujuan agar ikan
yang ada tetap dalam keadaan
sehat dan layak dikonsumsi.
Dengan demikian pemeliharaan
kolam pemancingan tidak
menjadi dampak penting hipotetik.
14
dan Berusaha diperkirakan 500 orang. Hal ini bekerja dan
akan menimbulkan peluang kerja berusaha
bagi warga sekitar, sehingga dampak
peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha termasuk dampak penting
hipotetik.
15
BAB III
METODE STUDI
16
3.2 Metode Pengumpulan Dan Analisis Data
A. Metode Pengumpulan Data
Tabel 3.1. Penurunan Kualitas Udara Tahap Operasi
No Parameter Satuan Metode Metode Analisis (Baku/Non)
Pengumpulan
3
1. Debu 𝜇𝑔/m Sampling Analisis dilakukan di
(partikulat) menggunakan High laboratorium dengan
Volume Air menggunakn sistem gravimetri.
(Cara uji partikel tersuspensi
Sampler (HVAS).
tital menggunakan peralatan
Diawetkan dengan high volume air sampler
cara disimpan (HVAS) dengan metode
kantung plastik gravimetri SNI 19-7119.3-
kedap udara atau 2005).
desikator. Batas
waktu pengawetan
24 jam.
C. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengambilan contoh kualitas udara akan dilakukan pada titik pertama di ujung
kawasan Kelurahan Cipageran yang merupakan daerah pembangunan Desa Wisata
Cinentrem. Titik kedua dilakukan di Jalan Kolonel Masturi karena sebagai jalur utama
yang nantinya akan dilalui kendaraan umum maupun kendaraan pribadi menuju Desa
Wisata Cinentrem. Titik ketiga di pemukiman Kelurahan Cipageran RW 5 karena lokasi
ini merupakan wilayah pemukiman warga terdekat.
17
3.3 Metode Prakiraan Dampak Penting
Tahap Operasi
Peningkatan Debu (Partikulat)
Dampak penting hipotetik ini bersumber dari kegiatan transportasi lalu lintas. Untuk
memprediksi penurunan kualitas udara , dilakukan perhitungan dengan memakai
persamaan-persamaan sebagai berikut:
Partikulat : Q (partikulat) = 𝑏 × 𝜌 × 𝑉
Dimana :
Q (partikulat) : load partikulat karena transportasi (g/jam)
b : kadar partikulat dalam bahan bakar (%)
𝜌 : berat jenis bahan bakar (g/liter)
V : volume bahan bakar yang dipakai (liter)
Untuk menghitung perbesaran gas buang di udara ambien dipakai persamaan Gaussian
untuk ground level line source sebagai berikut :
2𝑄𝑗/𝐿 𝑧2
𝐶𝑗 = [exp( 2 )]
(2𝜋)1/2 𝑢𝜎𝑧 2𝜎𝑧
Dimana :
Cj (x,z : koefisien gas jarak x meter dan ketinggian z meter dari sumber
dampak (g/m3)
Qj : kecepatan semisi gas (g/detik)
L : panjang sumber dampak (m)
U : kecepatan angina rata-rata (m/detik)
𝜎𝑧 : koefisien disperse Gaussian pada arak vertical (m)
18
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Menurut SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting, yang dapat dikelompokkan kedalam dampak penting (P) dan tidak
penting (TP). Sebagai iformasi apakah apakah dampak tersebut penting (P) atau tidak
penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
a. Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan hasil
atau manfaat dari proyek.
Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak < 25% dari manusia yang
terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya
di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup
beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap
penting.
Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan
dampaknya berlangsung hanya sesaat).
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
e. Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
19
Tabel 3.2. Pembobotan Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak
20
Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebih
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK).
Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (ΣP) ≥
3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
21
b. Kelestarian fungsi ekologis merupakan hasil pengkajian dan parameter fisik dan
kimia yang terkena dampak besar dan penting
c. Kontribusi terhadap pembangunan daerah merupakan kajian secara makro dimana
kontribusi Desa Wisata terhadap pembangunan dari diperolehnya izin mendirikan
wisata yang dapat meningkatkan kualitas daerah tersebut.
d. Berdasarkan hasil telaah diatas, jenis dampak besar dan penting dapat ditentukan
melalui berbagai alternatif dengan mempertimbangkan sumber penyebab dampak
tersebut. Komponen kegiatan dapat menjadi sumber dampak yang ditimbulkan.
22
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI
b. Nama Perusahaan
Nama Perusahaan : CV. Tentrem Mandiri
Alamat Kantor : Jl. Kolonell Masturi KM.3, Cipageran, Cimahi
Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat
Telp / fax : (022) 789 9007 / (022) 352 1992
23
Tabel 4.1 Daftar Nama Penyusun Studi ANDAL Pembangunan Desa Wisata
Cinentrem
Jabatan Nama Keahlian Sertifikat
AMDAL
Narasumber Ir. Tatang Sutarman, MA, Ahli
PhD Kepala,Lingkungan
dan GIS
(S3, 15 tahun)
Ketua Tim Dr. David Aryanto, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Koordinator Drs. Adityo Jati, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Bidang Geomorfologi
Geofisik- (S2, 10 tahun)
Kimia
Anggota Dr. Fahima Widyanigrum, Ahli Kimia A
M.Si (S3, 5 tahun) A,B
Ir. Diky Saputra, M.T Ahli Transportasi
Koordinator Drs. David Aryanto, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Bidang Lingkungan
Biologi (S2, 10 tahun)
Asisten Fensa Fadhila, S.Si Asisten Biologi A,B
Koordinator Drs.Bagus Subianto, M.Si Ahli Kepala, A,B
Bidang Sos.Ek.Bud
Sos-Ek-Bud (S2, 10 tahun)
Anggota Dicky, SH., M.Hum Ahli Sos.Ek.Bud A,B
(S2)
Asisten Ir. Anissa Rizky Asisten A,B
Sos.Ek.Bud.
Koordinator Prof. Dr. Febrian Ahli Kepala, Kes.
Bidang Kes Mas.
Mas (Guru Besar)
Asisten Rifky, S.Sos Asisten Kes. Mas. A,B
Nara Ir. Ryzki Cristian, MA, Ph.D Ahli Kepala
Sumber Lingkungan dan
GIS
(S3, 15 tahun)
Pemetaan / Hamidah, S.Si Pemetaan/GIS A,B
GIS
24
tercantum pada Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi Masyarakat
a. Jasa tenaga ahli : 11%
b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%
c. Dokumentasi/pelaporan : 4%
2. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL
a. Tenaga ahli : 21%
b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%
c. Proses persetujuan dokumen : 10%
d. Dokumentasi/administrasi : 6% +
TOTAL 100%
25