Anda di halaman 1dari 27

tugHALAMAN JUDUL

TUGAS UTS AMDAL

KERANGKA ACUAN ANDAL


“PEMBANGUNAN DESA WISATA CINENTREM KOTA
CIMAHI JAWA BARAT”

Disusun oleh :
Nama : Fensa Alifia Hasna
NIM : 17231032

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....…ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...…..1
1.2 Tujuan dan Manfaat…………………………………………………...…..1
1.3 Peraturan Perundang-Undangan……………………………………...…...2
BAB II RUANG KINGKUP STUDI…………………………………………......4
2.1 Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Akan Ditelaah………...4
2.2 Alternatif yang Akan Dikaji……………………………………………....6
2.3 Keterkaitan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan…………………………...7
2.4 Lingkup Rona Lingkungan Awal………………………………………....7
2.5 Perlingkupan……………………………………………………………..11
BAB III METODE STUDI………………………………………………………16
3.1 Pendekatan Studi…………………………………………………………16
3.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data…………………………….......17
3.3 Metode Prakiraan Dampak Penting……………………………………...18
3.4 Metode Evaluasi Dampak Penting……………………………………….20
BAB IV PELAKSANAAN STUDI……………………………………………...23
4.1 Identitas Pemrakarsa……………………………………………………..23
4.2 Identitas Penyusun……………………………………………………….23
4.3 Biaya Studi……………………………………………………………….24
4.4 Waktu Pelaksanaan Studi………………………………………………...25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang melimpah
yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor yakni salah satunya pariwisata. Pariwisata
berperan besar dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat tempat tujuan wisata,
dan yang nanti akan tumbuhnya usaha kecil menengah sebagai wujud nyata kontribusi
sektor pariwisata dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Selain itu, kemampuan
dari tiap-tiap daerah harus lebih ditingkatkan lagi dalam hal pengelolaan, sehingga sinergi
antara pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Pariwisata dan Pemerintah Daerah
maupun swasta dapat di tingkatkan agar terwujudnya program pemerintah Indonesaia
pada 2019 dikunjungi 20 juta wisatawan asing.
Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang inisemakin pesat. Perkembangan
sektor pariwisata menjanjikan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak dari
pemerintahan, masyarakat maupun swasta. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan
sektor yang dianggap meguntungkan untuk dikembangkan sebagai salah satu aset yang
digunakan sebagai sumber yang menjanjikan bagi pemerintah dan masyarakat sekitar
objek wisata. Oleh karena itu, membuat banyak daerah berkeinginan untuk mengadakan
pembangunan di bidang pariwisata. Salah satunya adalah kota Cimahi Utara Jawa Barat
seiring dengan perkembangannya, Kota Cimahi memanfaakan sumberdaya alam yang ada
dengan mengadakan pembangunan di sector parisiwata. Salah satu objek wisata yang akan
dibuat adalah Cinentrem (Cimahi Tentram).
Cinentrem merupakan objek wisata yang dibangun dengan konsep tradisional. Objek
wisata tersebut memiliki fasilitas seperti restauran, home stay, dan area pemancingan.
Selain itu, pengembangan potensi Desa Wisata ini memiliki area yang luas dan potensi
alam yang masih terjaga. Cinentrem merupakan salah satu bentuk nyata dalam
pengembangan potensi wisata tradisional yang modern. Cinentrem merupakan objek desa
wisata yang menampilkan oase halaman dan kearifan budaya sunda, dengan begitu
pengelolaan dan pengembangan konsep desa wisata perlu dilakukan kerjasama antara
pengelola, masyarakat di daerah tersebut dan pemerintahan daerah sehingga dibutuhkan
rancangan konsep secara tepat yang dapat diterapkan di Desa Wisata Cinentrem. Konsep
Desa Wisata Cinentrem yang diterapkan mengacu pada kelestarian alam dan wisata
rekreasi.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata
2) Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional
3) Melestarikan sumber daya alam yang berada di daerah pariwisata
2. Manfaat
1) Manfaat Ekonomi
- Adanya penerimaan penerimaan devisa atau Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1
- Adanya kesempatan untuk berusaha
- Terbukanya lapangan kerja
- Meningkatnya Pendapatan masyarakat dan pemerintah
- Mendorong pembangunan daerah
2) Manfaat Sosial Budaya
- Pelestarian budaya dan adat istiadat
- Meningkatkan kecerdasan masyarakat
- Mengurangi konflik sosial.
3) Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
- Mempererat persatuan
- Menumbuhkan rasa memiliki
- Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata.
4) Manfaat Bagi Lingkungan
Arah pembangunan pariwisata agar dapat memenuhi keinginan wisatawan seperti
bersih, jauh dari populasi, santai, dan sejuk akan memberikan upaya dalam
pengembangan untuk melestarikan lingkungan supaya hijau dan bersih.

1.3 Peraturan Perundangan Yang Berlaku


Sebagai landasan dalam penyusunan studi Kerangka Acuan Analisis dampak
Lingkungan (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan Desa Wisata adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Peraturan Perundang-Undangan Yang Dipakai Pada Rencana Usaha


No Peraturan Alasan Penggunaan Peraturan
1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 Sebagai dasar tata cara membuat
tentang Pengairan saluran sumber perairan yang baik
untuk perencanaan pembangunan
dan pemanfaatannya pada saat Desa
Wisata tersebut beroperasi.
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Sebagai peraturan dalam
Konservasi Sumber Daya Hayati pelindungan satwa dan tumbuhan di
sekitar Desa Wisata. Setiap orang
dilarang untuk : Merusak,
menebang, mengambil dan
memusnahkan Sumber Daya Alam
yang ada disekitar Desa Wisata.
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, Sebagai dasar penataan letak lokasi
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup rencana usaha, perawatan dan
perlindungan sumber daya alam,
keanekaragaman hayati dan
perubahan iklim yang terjadi
4. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, Untuk mendeskripsikan kawasan
tentang Penataan Ruang Desa Wisata Cinemtrem yang
ditinjau dari tata bangunan, bentuk
bangunan, serta kawasan berfoto

2
dalam Desa Wisata Cinentrem.
5. Peraturan Pemerintahan No. 27 Tahun Sebagai tata cara pengolahan
1999, tentang Analisis Mengenai Dampak limbah yang dihasilakan saat pra-
Lingkungan konstruksi, konstruksi dan operasi
yang menimbulkan jenis limbah
kimia,fisika dan domestik yang
dihasilkan .

6. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Digunakan sebagai acuan terhadap


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengelolaan kualitas air yang
Pengendalian Pencemaran Air digunakan, pengklasifikasian air,
dan pengendalian pencemaran air di
Desa Wisata Cinentrem.
7. Keputusan Materi Kesehatan RI No. Digunakan sebagai, acuan untuk
416/MENKES/Per/IX/1990, tentang Syarat- penggunaan air bersih yang di
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air konsumsi seperti pada lampiran I
Bersih. daftar pesyaratan kualitas air
minum, dan pada lampiran II daftar
pesyaratan kualitas air bersih.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. Digunakan sebagai, acuan untuk
907/MENKES/Per/2002, tentang Syarat- penggunaan air bersih yang di
Syarat Pengawasan Air Minum konsumsi seperti pada lampiran I
daftar pesyaratan kualitas air
minum, dan pada lampiran II daftar
pesyaratan kualitas air bersih.

3
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah dan Alternativ
Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
1. Status
Berstatus masih dalam rencana pembangunan. Pembagunan yang dilakukan yaitu
pembangunan objek pariwisata di kota Cimahi Provinsi Jawa Barat dengan luas tanah
sebesar 2,5 hektar. Rincian fasilitas yang terdapat di objek pariwisata tersebut meliputi
restaurant dengan luas bangunan sebesar 600 m2, home stay dengan luas bangunan sebesar
1.200 m2, pemacingan dengan luas kolam sebesar 250 m2 dengan kedalaman 2,5 m, taman
dengan luas tanah 200 m2, tempat parkir dengan luas tanah sebasar 150 m2, dan TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) luas tanah sebesar 100 m2.
2. Letak Kegiatan
Secara geografis Kota Cimahi terletak diantara 107°30’30’’ BT – 107°34’30’’ dan
6°50’00’’ – 6°56’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi yang sebesar 40,2
Km2. Wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan
ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi
Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta
ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan
Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi 3
Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4
Kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan Cimahi
Selatan terdiri dari 5 Kelurahan. Menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas
wilayahnya:
 Sebelah Utara :Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
 Sebelah Timur :Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo
dan Kec. Andir Kota Bandung.
 Sebelah Selatan :Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten
Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung.
 Sebelah Barat :Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.

4
Gambar 2.1. Peta Lokasi Kota Cimahi

Gambar 2.2. Peta Lokasi Kelurahan Cimahi Utara

3. Kesesuaian Tata Ruang


Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2013 mengenai penataan ruang
daerah Cimahi bahwa daerah tersebut adalah kawasan resapan air. Untuk itu
pembuatan area wisata ini tidak menggunakan aspal pada akses jalan dan tidak

5
membangun hunian yang mempengaruhi resapan air dan mananam tanaman hijau
untuk peresapan air dan menciptakan lingkungan asri.

4. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan


Tahap Operasi
1) Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap operasi diperkirakan sebnayak ± 500
orang dengan rincian sebagai berikut:
Pengawas : 15 Orang
Karyawan restaurant : 100 Orang
Karyawan home stay : 200 Orang
Karyawan pemancingan : 185 orang +
Jumlah : 500 Orang
2) Aktifitas Lalu Lintas
Akses jalan yang dilalui oleh kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum
yaitu dari pusat kota ke terminal pasar jurusan Cipageran Cemahi. Jalan yang
akan dilewati pengunjung diperkirakan akan mengalami kemacetan yang
terjadi pagi hingga sore hari dengan volume lebih dari 50% kendaraan yang
melintas perharinya .

3) Pemeliharaan Kolam Pemancingan


Pemeliharaan kolam dilakukan secara berkala serta pemberian pakan dilakukan
dengan tepat waktu agar ikan tetap sehat, sehingga dapat memasok ikan
maksimal 500 ekor ikan/hari. Selain itu, juga dilakukan kegiatan pembersihan
kolam dari sampah-sampah terapung setiap harinya.

4) Pembuangan Limbah
Limbah yang akan dihasilkan di Desa Wisata ini berasal dari sisa aktivitas
pengunjung yaitu limbah domestik. Limbah padat yang akan dibuang dipilih
sesuai dengan jenis limbah organik atau anorganik, sedangkan limbah cair
ditampung diwadah khusus limbah yang nantinya akan dibawa ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) atau TPST ( Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu). Tempat pengumpulan limbah domestik sementara dibuat pada luas
tanah sebesar 100 m2.

Domestik Pekerja : 500 orang x 1 liter : 0,5 m3/hari


Domestik Pengunjung : 200 orang x 0,5 liter : 0,1 m3/hari +
Jumlah : 0,6 m3/hari

2.2 Alternatif yang akan dikaji


Pada kegiatan ini tidak dilakukan pengkajian alternatif dikarenakan kegiatan tidak
memerlukan alternatif sistem. Sistem yang dilakukan tidak menyimpang dengan peraturan
yang ada dan teknologi yang digunakan tidak merugikan atau melakukan pelanggaran

6
terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan juga lokasi yang ditetapkan
telah mendapatkan izin dari berbagai pihak, seperti masyarakat sekitar, pemerintah
setempat.

2.3 Kegiatan Sekitar


Sekitar lokasi rencana usaha yang akan dibangun terdapat hutan, dan satu resort lain
yang jaraknya tak jauh dari lokasi rencana usaha. Resort tersebut hanya berjarak 500
meter dari pintu masuk lokasi rencana usaha.
Hutan yang terdapat disekitar lokasi ialah hutan lindung. Berdasarkan Peraturan
Daerah nomor 4 tahun 2013. Adanya hutan lindung diwajibkan untuk melakukan
pelestarian dan tidak melakukan perusakan terhadap hutan lindung. Tidak menggunakan
aspal dalam akses jalan di area sekitar hutan lindung dan akses perjalanan menuju area
wisata maupun di dalam area wisata guna melakukan pelestarian terhadap daerah resapan
air dan hutan lindung, alternateif jalan yang digunakan adalah paving.

2.4 Lingkup Rona Lingkungan Awal


Komponen Fisika
1. Iklim
Kota Cimahi Jawa Barat pada tahun 2019 suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
22 – 33oC, kelembapan 55-85 %, arah angin timur ke tenggara, kecepatan angin 4-28
km/jam. Angin dari arah timur ke tenggara menyebabkan curah hujan disekitar wilayah
recana lokasi proyek pembangunan pariwisata menjadi cukup tinggi dan mempengaruhi
suhu maksimum pada bulan Oktober dan suhu minimum pada bulan Desember sampai
April.
Kota Cimahi Jawa Barat pada tahun 2018 suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
19 – 30oC, kelembapan 65-95 %, arah angin timur ke tenggara, kecepatan angin 9
km/jam. Angin dari arah timur ke tenggara menyebabkan hujan ringan dengan suhu 21°C
dan mempengaruhi suhu maksimum pada bulan September dan suhu minimum pada bulan
Oktober sampai April.

2. Kualitas Udara
Menurut DIKPLHD Kota Cimahi pada tahun 2019 penurunan kualitas udara selain
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan, akan berdampak juga terhadap manusia secara
langsung, dampak yang berkaitan dari baik buruknya kualitas udara adalah kesehatan
masyarakat. Penyakit yang timbul karena buruknya kualitas udara ialah infeksi saluran
pernafasan atas (42,165 kasus), faringitis (23,167 kasus), nasofaringitis (23,140 kasus),
dan dermatitis (10,351 kasus). Kondisi kualitas udara pada setiap parameter di Kota
Cimahi masih tergolong baik, terkecuali parameter CO. Terkait kualitas udara dengan
beban emisi pencemar CO2 yang tinggi pada kawasan ekoregion Dataran Vulkanik.
Sedangkan untuk emisi udara lainnya: HC, CO, SO2, NOX, PM10 juga tinggi di kawasan
ekoregion Dataran Vulkanik, dan rendah di kawasan ekoregion Perbukitan Vulkanik dan
Perbukitan Struktural.
Dinas lingkungan hidup melakukanpengujian kualitas udara ambien pada 8 titik
dengan metodemanual aktif pada tahun 2018. Indikator dari sasaran strategis terwujudnya

7
perlindungan dan pengelolaan kualitas udara adalah Indeks Kualitas Udara (IKU). IKU
merupakan gambaran atau nilai hasil transformasiparameter-parameter pencemar udara
yang berhubunganmenjadi suatu nilai sehingga mudah dimengerti oleh masyarakatumum.
IKU dihitung berdasarkan data konsentrasi rata-ratatahunan parameter SO2 dan NO2 dari
hasil pengukuran kualitasudara ambien. Penentuan lokasi untuk dititikberatkan pada
4wilayah, diantaranya wilayah industri, wilayah pemukiman,wilayah transportasi dan
wilayah perkantoran.Parameter yang digunakan untuk pengujian kualitasudara ambien ini
antara lain :
1. Sulfur dioksida (SO2)
2. Nitrogen dioksida (NO2)
3. Oksidan (O3)
4. Debu (TSP)
Hasil perhitungan Indeks Kualitas Udara ambien rata-rata tahunan yang dilakukan
DLH Kota Cimahi tidak masuk dalam persyaratan dan kriteria perhitungan IKU,
dikarenakan kurangnya jumlah data minimum (frekuensi dan Periode pengukuran – 1 jam
untuk 6 titik dan 24 jam untuk 2 titik).Oleh karena itu, Nilai IKU Kota Cimahi pada tahun
2018,diambil dari data pengujian kualitas udara ambien yangd ilakukan dengan metode
passive sampler oleh DLH Provinsi Jawa Barat seperti yang digambarkan dalam Tabel 1.
Perhitungan yang dilakukan sudah sesuai dengan persyaratan dan kriteria untuk
perhitungan IKU.

Tabel 2.1. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Metode Passive Sampler di Provinsi
Jawa Barat
No Nama Kab/Kota Nilai IKU Keterangan
1 Kota Cimahi 52,03 Tidak tercemar
2 Kab. Bandung Barat 46,76 Tercemar
3 Kab. Purwakarta 77,72 Tidak Tercemar
4 Kab. Bogor 75,12 Tidak Tercemar
5 Kab. Cirebon 72,18 Tidak Tercemar
6 Kab. Indramayu 81,31 Tidak Tercemar
7 Kab. Tasikmalaya 82,06 Tidak Tercemar
8 Kab. Pangandaran 81,89 Tidak Tercemar

3. Kualitas Air
Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan bagi seluruh makhluk
hidup. 80% tubuh manusia terdiri dari air, sehingga manusia tidak bisa hidup tanpa air.
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan manusia melibatkan air, air digunakan sebagai
minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Sumber daya air yang terdapat di alam
diantaranya berasal dari air tanah, sungai, laut, hujan dan lain sebagainya. Seriring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya yang bertambah, maka bertambah juga
pola konsumsi penggunaan air. Penggunaan air yang semakin meningkat, semakin
meningkat juga terhadap air buangan, air buangan tersebut yang dapat mencemari
lingkungan. Hal tersebut erat kaitnnya dengan sanitasi masyarakat, pola perilaku

8
masyarakat dalam buang air besar dapat menentukan kualitas air, baik air sungai mapun
tanah.
Penurunan Kualitas Air Penurunan kualitas air sungai dapat terjadi yang salah satunya
disebabkan dari perubahan tataguna lahan, jika terjadi perubahan lahan pada bagian hulu
akan menyebabkan sedimentasi yang berasal dari bangunan atau aktivitas di bantaran
sungai yang menyebabkan nilai kualitas air sungai menurun terutama TSS dan nilai
kekeruhan yang tinggi. Parameter TSS merupakan bahan-bahan atau material dengan
diameter > 1 μm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori sebesar 0,45
μm. Selain disebabkan oleh adanya buangan limbah dari kegiatan domestik atau industri,
kehadiran zat padat di dalam badan air juga dapat disebabkan oleh adanya kikisan tanah
atau erosi tanah yang terbawa oleh air.

Di beberapa titik pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan pemantauan melalui
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi pada tahun 2019, didapatkan bahwa titik hilir
(periode Juli) dan titik tengah (periode November) Sungai Cibaligo telah melampaui baku
mutu kualitas air kelas dua.
Menurut Perpres No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum dan adanya penetapan daya tampung beban
pencemaran Sungai Citarum (11.383,01 kg/hari = segmen Cimahi), menyebabkan beberapa
stakeholder seperti aparat penegak hukum, aparatur sipil negara, pihak swasta dan lapisan
masyarakat dilibatkan sebagai upaya memperbaiki kualitas air. Status mutu air di Kota
Cimahi pada tahun 2018, dari 5 Sungai (15 titik) dengan 2 kali periode pemantauan, 29
diantaranya berstatus cemar berat dan 1 cemar sedang dengan nilai Indeks Kualitas Air
(IKA) sebesar 10,67. Kecilnya nilai IKA menjadi perhatian khusus di Kota Cimahi,
Pemerintahan Kota Cimahi melalui perangkat daerahnya melakukan beberapa program
atau kegiatan sebagai 4 upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Kota Cimahi,
diantaranya melalui pemantauan kualitas air sungai dan tanah setiap tahun, dan rencana
penurunan beban pencemar.
Latar belakang atau dasar indikator sasaran IKA dengan fokus pada air DAS atau
sungai di Kota Cimahi, karena air sungai itu sendiri menjadi sumber air baku untuk
berbagai kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian dll. Di lain pihak sungai juga

9
dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah sehingga tercemar dan kualitasnya
semakinmenurun. Karena peranannya tersebut, maka sangat layak LKIP DLH Kota Cimahi
tahun 2018, jika kualitas air sungai dijadikan indikator kualitas lingkungan hidup.
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan
status mutu air dengan engan metode indeks pencemaran (Pollution Index – PI). Parameter
yang dijadikan dasar perhitungan IKA sebanyak 7parameter yaitu DO, BOD, COD, pH,
TSS, e Coli dan Total Coli.
Tahun 2017 dilakukan pemantauan kualitas air terhadap 5 (lima) sungai di Kota
Cimahi yaitu: Sungai Cibaligo, Sungai Cibabat, dan Sungai Cimahi, Sungai Cisangkan,
Sungai Cibeureum, dimana setiap sungai dipantau di tiga titik yang berbeda yaitu pada
bagian hulu, tengah, dan hilir.Pemantauan atau pengambilan sampling kualitas air
dilakukan pada bulan September dan Nopember 2017 selanjutnya semua sampling
dianalisis di Laboratorium Binalab Bandung. Seluruh kualitas air yang dipantau
dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air untuk kelas II yaitu air
baku air minum. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai indeks pencemaranair Sungai
Cimahi, Cisangkan, Cibabat, Cibaligo, dan Cibeureum di bagian hulu, tengah, dan hilir
termasuk katagori cemar sedang sampai dengan cemar berat seperti disajikan pada Tabel
berikut :
Tabel 2.2. Indeks Pencemaran
No Lokasi Nilai IP Status Mutu Air
1 Cimahi Hulu 9,39 Cemar sedang
2 Cimahi Tengah 10,14 Cemar berat
3 Cimahi Hilir 16,78 Cemar berat
4 Cisangkan Hulu 19,87 Cemar berat
5 Cisangkan Tengah 16,60 Cemar berat
6 Cisangkan Hilir 18,57 Cemar berat
7 Cibabat Hulu 14,33 Cemar berat

10
4. Kualitas Tanah
40
35
Luas Tanah 30
25
20
15
10
5
0

Jenis Tanah

Gambar 2.4. Jenis Tanah Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki 10 kelompok
jenis tanah (great soil group) yang terdiri dari kelompok tanah Aluvial, Andosol, Grumusol,
Latosol, Litosol, Mediteran, Organosol, Podsolik, Regosol dan Rensina. Dari 10 jenis tanah
tersebut, wilayah Jawa Barat didominasi oleh jenis tanah Latosol dengan luas 1.373.012 ha
atau 36,48 % dari luas total Provinsi Jawa Barat, disusul kemudian oleh jenis tanah Podsolik
dengan luas 819.673 ha atau 21,78 %, jenis tanah Aluvial dengan luas 692.513 ha atau 18,40
%, serta jenis tanah Andosol dengan luas 358.726 ha atau 9,53 %. Beberapa jenis tanah yang
mendominasi di wilayah Provinsi Jawa Barat merupakan jenis tanah yang sudah dalam tahap
pelapukan tingkat lanjut (khususnya untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik), dengan kadar
bahan organik yang rendah. Sedangkan jenis tanah Aluvial yang memiliki kedalaman solum
dangkal (0-50 cm) atau tanpa solum, tidak mengalami pelapukan tingkat lanjut.

2.5 Perlingkupan
A. Proses Perlingkupan
1. Identifikasi Dampak Potensial : matriks interaksi sederhana

Tabel 2.3. Identifikasi Dampak Potensial


Operasi
Komponen Lingkungan Hidup
A1 A2 A3 A4
Peningkatan Kebisingan √
Penurunan Kualitas Udara √
Penurunan Kualitas Air √ √
Penurunan Kualitas Tanah √
Peningkatan kesempatan kerja dan

Berusaha

11
Keterangan Tahap Operasi
A1 Aktifitas Lalu lintas
A2 Pemeliharaan Kolam Pemancingan
A3 Pembuangan Limbah
A4 Mobilisasi Tenaga Kerja

Gambar 2.5. Bagan Identifikasi Dampak Potensial

2. Dampak Potensial
Tabel 2.4. Kegiatan Operasi
No Dampak Potensial Sumber
1 Peningkatan Kebisingan Aktifitas Lalu Lintas
2 Penurunan kualitas udara Aktifitas Lalu Lintas
3 Penurunan Kualitas Air - Pemeliharaan Kolam
Pemancingan
- Pembuangan Limbah
4 Penurunan Kualitas Tanah Pembuangan Limbah
5 Peningkatan kesempatan kerja Mobilisasi Tenaga Kerja
dan Berusaha

12
3. Evaluasi Dampak Potensial (Sebelum Kegiatan)
Tabel 2.5. Evaluasi Dampak Potensial
No Dampak Sumber Evaluasi Dampak Hipotetik Dampak
Potensial penting
hipotetik
1 Peningkatan Aktifitas Dengan adanya pembangunan -
Kebisingan Lalu Lintas kawasan pariwisata akan menarik
wisatawan untuk datang dari
berbagai daerah diperkirakan akan
menimbulkan dampak peningkatan
kebisingan terutama pada hari libur
atau tanggal merah karena padatnya
kendaraan yang melintas. Kegiatan
ini tidak akan menimbulkan dampak
penting hipotetik.

2 Penurunan Aktifitas Kota Cimahi merupakan kawasan Peningkatan


Kualitas Udara Lalu Lintas wisata alam sudah terdapat 24 objek debu, CO, SO2
wisata di sana. Tahapan operasi ini dan NO2
akan menimbulkan bertambahnya
kendaraan yang melintas. Saat ini
kota Cimahi mengalami kemacetan
yang terjadi pagi hingga sore hari
dengan volume 50% kendaraan yang
melintas. Data Dinas Perhubungan
(Diahub) Kota Cimahi
menyebutkan, peningkatan
kendaraan setiap tahunnya mencapai
7%, Sedangkan penambahan ruas
jalan baru hanya sekitar 1,2 %.
Dengan adanya pembangunan Desa
Wisata ini yang akan meningkatkan
kendaraan yang melintas dan
meningkatakan konsentrasi debu,
CO, SO2 dan NO2. Dengan
demikian dampak penurunan
kualitas udara akibat aktifitas lalu
lintas merupakan dampak penting
hipotetik.

3 Penurunan - Pemelihar - Pemeliharaan kolam pemancingan -


Kualitas Air aan Kolam dilakukan secara rutin seperti
Pemancing pembersihan sampah. Kegiatan-

13
an kegiatan ini bertujuan agar ikan
yang ada tetap dalam keadaan
sehat dan layak dikonsumsi.
Dengan demikian pemeliharaan
kolam pemancingan tidak
menjadi dampak penting hipotetik.

- Pembuang - Kegiatan operasional - Peningkatan


an Limbah pembangunan desa wisata di Kota kadar TSS,
Cimahi diperkirakan akan COD, BOD,
meningkatkan jumlah pengunjung lemak/
dengan adanya fasilitas home stay minyak, pH,
dengan tema tradisional, restaurat dan total
dan taman sebagai tempat sport koliform
berfoto. Dengan adanya fasilitas
yang tersedia ini berpotensi
menimbulkan limbah domestik.
Limbah domestik berupa limbah
cair ini akan meningkatkan kadar
TSS, COD, BOD, lemak/ minyak,
pH, dan total koliform. Dengan
demikian penurunan kualitas air
akibat pembuangan limbah
domestik berupa limbah cair akan
mengakibatkan dampak penting
hipotetik.

4 Penurunan Pembuangan Banyaknya pengunjung yang datang -


Kualitas Tanah Limbah diperkirakan menimbulkan limbah
domestik berupa limbah padat
seperti kantong plastik dan botol
bekas minuman. Limbah ini dapat
menyebabkan pencemaran tanah.
Namun, pembuangan limbah padat
ini tidak terlalu banyak karena sudah
sediakan tempat pembuangan
sampah di tempat-tempat tertentu.
Dengan demikian pembuangan
limbah padat ini bukan merupakan
dampak penting hipotetik.

5 Peningkatan Mobilisasi Tenaga kerja yang akan bekerja di - Peningkatan


kesempatan kerja Tenaga Kerja Kegiatan Operasional Desa Wisata kesempatan

14
dan Berusaha diperkirakan 500 orang. Hal ini bekerja dan
akan menimbulkan peluang kerja berusaha
bagi warga sekitar, sehingga dampak
peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha termasuk dampak penting
hipotetik.

4. Klasifikasi Dan Prioritas Dampak Penting

Tabel 2.6. Klasifikasi Dan Prioritas Dampak Penting Tahap Operasi


No Dampak Penting Hipotetik Sumber Alasan penentuan klasifikasi
dan prioritas dampak penting
hipotetik
1 Peningkatan debu, CO, Aktifitas lalu Dampak dapat dikelola
SO2 dan NO2 lintas

2 Peningkatan kadar TSS, Pembuangan Dampak dapat dikelola


COD, BOD, lemak/ Limbah
minyak, pH, dan total
koliform

B. Hasil Proses Perlingkupan


Hasil setelah melalui tahapan pelingkupan dampak penting hipotetik yang
timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan operasi adalah perubahan fisika kimia
yang mempengaruhi kualitas udara berupa peningkatan debu, CO, SO2 dan NO2 yang
bersumber dari aktifitas lalu lintas. Peningkatan kadar TSS, COD, BOD, lemak/
minyak, pH, dan total koliform yang mempengaruhi kualitas air dan udara dan
bersumber dari pembuangan limbah padat maupun limbah cair. Setelah dampak
penting hipotetik ditemukan selanjutnya tindakan mencegah dampak tersebut dapat
dilakukan. Berdasarkan dampak penting hipotetik tersebut keterbatasan dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dipengaruhi oleh akurasi peralatan
laboratorium dan perkembangan teknologi.

15
BAB III
METODE STUDI

3.1 Pendekatan Studi


Tahap awal pendekatan studi dilakukan dengan mengacu pada pertimbangan aspek :
1. Rencana kegiatan pembangunan Desa Wisata Cinentrem
2. Kondisi ekologis (lingkungan) area sekitar pembangunan Desa Wisata Cinentrem
3. Pertimbangan dasar hukum yang berlaku
Ketiga komponen data utama tersebut dipergunakan sebagai kajian dalam proses
identifikasi untuk menetapkan dampak penting. Dampak penting yang ditetapkan masih
bersifat sementara dan tentunya masih dapat berkembang setelah data primer dan data
pengamatan lapangan secara intensif dilakukan.
Rencana usaha yang akan dibangun adalah Desa wisata alam secara umum lokasi
pengambilan data ditetapkan pada daerah dataran tinggi di Jl Kolonel Masturi KM.3,
Cipageran, Kec.Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat. Lokasi tersebut dikelilingi oleh
hutan dan beberapa wisata lain yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Sehingga,
rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon yang akan terpapar dampak dapat
terukur dan besaran dampak yang ditimbulkan di wilayah studi dapat diperkirakan.
Pembangunan Desa Wisata ini berencana memiliki fasilitas 10 kolam pancing diarea
pemancingan, 30 home stay dan 1 restaurant besar. Parameter dari kondisi lingkungan
sekitar yang harus diamati meliputi komponen geo-fisika-kimia seperti iklim (suhu, udara,
kelembapan, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan intensitas penyinaran).

Gambar 3.1. Bagan Pendekatan Studi

16
3.2 Metode Pengumpulan Dan Analisis Data
A. Metode Pengumpulan Data
Tabel 3.1. Penurunan Kualitas Udara Tahap Operasi
No Parameter Satuan Metode Metode Analisis (Baku/Non)
Pengumpulan
3
1. Debu 𝜇𝑔/m Sampling Analisis dilakukan di
(partikulat) menggunakan High laboratorium dengan
Volume Air menggunakn sistem gravimetri.
(Cara uji partikel tersuspensi
Sampler (HVAS).
tital menggunakan peralatan
Diawetkan dengan high volume air sampler
cara disimpan (HVAS) dengan metode
kantung plastik gravimetri SNI 19-7119.3-
kedap udara atau 2005).
desikator. Batas
waktu pengawetan
24 jam.

B. Metode Analisis Data


Penentuan kondisi kualitas udara mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengedalian
Dampak No. 107 tahun 1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta
informasi indeks standar pencemaran udara. Rumus yang digunakan yaitu batas indeks
standar pencemaran udara sebagai berikut:
Batas Indeks Pencemaran Udara
𝐼𝑎 − 𝐼𝑏
𝐼= (𝑋𝑥 − 𝑋𝑏) + 𝐼𝑏
𝑋𝑎 − 𝑋𝑏
Dimana:
I : ISPU terhitung
Ia : ISPU batas atas
Ib : ISPU batas bawah
Xa : Ambien batas atas
Xb : Ambien batas bawah
Xx : Kadar Ambien hasil pengukuran (ppm, mg/m3, dll)

C. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengambilan contoh kualitas udara akan dilakukan pada titik pertama di ujung
kawasan Kelurahan Cipageran yang merupakan daerah pembangunan Desa Wisata
Cinentrem. Titik kedua dilakukan di Jalan Kolonel Masturi karena sebagai jalur utama
yang nantinya akan dilalui kendaraan umum maupun kendaraan pribadi menuju Desa
Wisata Cinentrem. Titik ketiga di pemukiman Kelurahan Cipageran RW 5 karena lokasi
ini merupakan wilayah pemukiman warga terdekat.

17
3.3 Metode Prakiraan Dampak Penting
Tahap Operasi
Peningkatan Debu (Partikulat)
Dampak penting hipotetik ini bersumber dari kegiatan transportasi lalu lintas. Untuk
memprediksi penurunan kualitas udara , dilakukan perhitungan dengan memakai
persamaan-persamaan sebagai berikut:

Partikulat : Q (partikulat) = 𝑏 × 𝜌 × 𝑉

Dimana :
Q (partikulat) : load partikulat karena transportasi (g/jam)
b : kadar partikulat dalam bahan bakar (%)
𝜌 : berat jenis bahan bakar (g/liter)
V : volume bahan bakar yang dipakai (liter)

Untuk menghitung perbesaran gas buang di udara ambien dipakai persamaan Gaussian
untuk ground level line source sebagai berikut :

2𝑄𝑗/𝐿 𝑧2
𝐶𝑗 = [exp( 2 )]
(2𝜋)1/2 𝑢𝜎𝑧 2𝜎𝑧
Dimana :
Cj (x,z : koefisien gas jarak x meter dan ketinggian z meter dari sumber
dampak (g/m3)
Qj : kecepatan semisi gas (g/detik)
L : panjang sumber dampak (m)
U : kecepatan angina rata-rata (m/detik)
𝜎𝑧 : koefisien disperse Gaussian pada arak vertical (m)

Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan


Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”. Hal ini
berarti bahwa tidak selalu yang hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat
penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat bersifat penting. Untuk mengetahui apakah
dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka dilakukan evaluasi
terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi bersama-
sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil keputusan apakah
dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting agar dapat disimpulkan menjadi
dampak lingkungan besar dan penting. Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan
pada semua dampak-dampak hipotesis dengan mengacu pada kriteria penentu dampak
penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:
 Jumlah manusia yang terkena dampak
 Luas wilayah persebaran dampak

18
 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
 Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
 Sifat kumulatif dampak
 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Menurut SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting, yang dapat dikelompokkan kedalam dampak penting (P) dan tidak
penting (TP). Sebagai iformasi apakah apakah dampak tersebut penting (P) atau tidak
penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
a. Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan hasil
atau manfaat dari proyek.
Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak < 25% dari manusia yang
terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya
di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup
beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap
penting.
Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan
dampaknya berlangsung hanya sesaat).
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
e. Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.

Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia,


maka dalam penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak
diberi bobot 3. Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap
parameter penentu tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 9.

19
Tabel 3.2. Pembobotan Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak

Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor


penentu dampak penting yang bersifat penting yaitu:
 Apabila P ≥ 3 maka termasuk dalam katagori penting (P)
 Apabila P ≤ 2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)

3.4 Metode Evaluasi Dampak Penting


A. Telaahan Terhadap Dampak Penting
Dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan merupakan kajian dari Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), usaha dan atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
ialah :
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
5. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik.
6. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
7. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup.
8. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan atau mempengaruhi pertahanan negara.
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari
komponen kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan atau menentukan jenis dampak
hipotetik yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan
memberikan arahan atau alternatif pengelolaannya. Metode evaluasi dampak penting yang
digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas berdasarkan
informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting hipotetik
dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola
adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang
ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:

20
 Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebih
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK).
 Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (ΣP) ≥
3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
 Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.

B. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan


1) Kausatif
Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana kegiatan dan rona lingkungan
hidup dengan dampak positif dan negatif yang mungkin timbul. Misalnya mungkin
saja dampak besar dan penting timbul dari rencana kegiatan itu dilaksanakan di suatu
lokasi yang terlalu padat manusia, atau pada tingkat pendapatan dan pendidikan yang
terlampau rendah, bentuk teknologi yang tak sesuai dan sebagainya.
2) Ciri dampak
Ciri dampak penting akan dijelaskan, dalam arti apakah dampak penting baik
positif atau negatif akan berlangsung terus selama rencana kegiatan itu berlangsung
nanti atau antara dampak-dampak satu dengan dampak yang lainnya akan terdapat
hubungan timbal baik yang antagonitis dan sinergistis. Apabila dimungkinkan uraian
kejelasan tentang waktu ambang batas (misal : baku mutu lingkungan) dampak besar
dan penting mulai timbul, apakah ambang batas tersebut akan dimulai timbul setelah
rencana kegiatan dilaksanakan atau akan terus berlangsung sejak masa prakonstruksi
dan akan berakhir bersama selesainya kegiatan atau mungkin akan terus berlangsung,
umpamanya lebih dari satu generasi.
3) Kelompok masyarakat
Kelompok masyarakat yang akan terkena dampak negatif dan kelompok yang
akan terkena dampak positif. Identifikasi kesenjangan antara perubahan yang
diinginkan dan perubahan yang mungkin terjadi akibat rencana kegiatan
pembangunan.

Dampak penting yang dikecurutkan secara holistic tersebut dibantu dengan


Bagan Alir Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai
kuantitatif dan kualitatif dan setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian
deskriptif secara satu kesatuan, yang dikelompokkan kedalam tiga kajian yaitu :
a. Peningkatan kesejahteraan merupakan hasil pengkajian dan parameter sosial
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.

21
b. Kelestarian fungsi ekologis merupakan hasil pengkajian dan parameter fisik dan
kimia yang terkena dampak besar dan penting
c. Kontribusi terhadap pembangunan daerah merupakan kajian secara makro dimana
kontribusi Desa Wisata terhadap pembangunan dari diperolehnya izin mendirikan
wisata yang dapat meningkatkan kualitas daerah tersebut.
d. Berdasarkan hasil telaah diatas, jenis dampak besar dan penting dapat ditentukan
melalui berbagai alternatif dengan mempertimbangkan sumber penyebab dampak
tersebut. Komponen kegiatan dapat menjadi sumber dampak yang ditimbulkan.

Tabel 3.3. Ringkasan Metode Bentuk Studi


No Dampak Metode Metode Metode Metode
Hipotetik Pengumpulan Analisis Prakiraan Evaluasi
Data Data Dampak Dampak

1 Peningkatan Sampling SNI 19- Menggunak Mengacu


debu menggunakan 7119.3-2005 an rumus pada
(partikulat) High Volume Air Cara uji yang Peraturan
Sampler (HVAS). partikel beredoman Pemerintah
Diawetkan tersuspensi pada No. 27 tahun
dengan cara tital Peraturan 1999 tentang
disimpan kantung menggunakan Pemerintah Analisis
plastik kedap peralatan high RI No. 27 Mengenai
udara atau volume air Tahun 1999 Dampak
desikator. Batas sampler tentang Lingkungan
waktu (HVAS) Analisis
pengawetan 24 dengan Mengenai
jam. metode Dampak
gravimetri. Lingkungan

22
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI

4.1 Identitas Pemrakarsa


a. Identitas Proyek
Nama Proyek : Studi AMDAL Tempat Wisata Cinentrem
Alamat Proyek : Jl. Kolonell Masturi KM.3, Cipageran, Cimahi
Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat
Luas Total Lahan : 2,5 Ha

b. Nama Perusahaan
Nama Perusahaan : CV. Tentrem Mandiri
Alamat Kantor : Jl. Kolonell Masturi KM.3, Cipageran, Cimahi
Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat
Telp / fax : (022) 789 9007 / (022) 352 1992

c. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan


Nama : Dr. Fensa Alifia Hasna, ST, MT
Jabatan : General Manager Proyek Pembangunan wisata
Alamat Kantor : Gedung Trisakti, Lantai 9 Jl. Kyai Tapa No. 1B.
Jakarta, 10110, Indonesia P.O. Box 1012 Jkt.
Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992

4.2 Identitas Penyusunan


A. Nama dan Alamat Instansi
Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Trisakti
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Jakarta 55281
E-mail : pplh@trisakti.ac.id
Telp. : (021) 565722, 902410
Fax. : (021) 565722

B. Penanggung Jawab Studi


Nama : Dr. Fensa Alifia Hasna, ST, MT
Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Trisakti
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Depok 55281
E-mail : pplh@trisakti.ac.id
Telp. : (062-274) 565-722, 902-410
Fax. : (062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana studi AMDAL


Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim,
koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi
dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan
beberapaorang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota
dan beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada
Tabel 4.1.

23
Tabel 4.1 Daftar Nama Penyusun Studi ANDAL Pembangunan Desa Wisata
Cinentrem
Jabatan Nama Keahlian Sertifikat
AMDAL
Narasumber Ir. Tatang Sutarman, MA, Ahli
PhD Kepala,Lingkungan
dan GIS
(S3, 15 tahun)
Ketua Tim Dr. David Aryanto, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Koordinator Drs. Adityo Jati, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Bidang Geomorfologi
Geofisik- (S2, 10 tahun)
Kimia
Anggota Dr. Fahima Widyanigrum, Ahli Kimia A
M.Si (S3, 5 tahun) A,B
Ir. Diky Saputra, M.T Ahli Transportasi
Koordinator Drs. David Aryanto, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Bidang Lingkungan
Biologi (S2, 10 tahun)
Asisten Fensa Fadhila, S.Si Asisten Biologi A,B
Koordinator Drs.Bagus Subianto, M.Si Ahli Kepala, A,B
Bidang Sos.Ek.Bud
Sos-Ek-Bud (S2, 10 tahun)
Anggota Dicky, SH., M.Hum Ahli Sos.Ek.Bud A,B
(S2)
Asisten Ir. Anissa Rizky Asisten A,B
Sos.Ek.Bud.
Koordinator Prof. Dr. Febrian Ahli Kepala, Kes.
Bidang Kes Mas.
Mas (Guru Besar)
Asisten Rifky, S.Sos Asisten Kes. Mas. A,B
Nara Ir. Ryzki Cristian, MA, Ph.D Ahli Kepala
Sumber Lingkungan dan
GIS
(S3, 15 tahun)
Pemetaan / Hamidah, S.Si Pemetaan/GIS A,B
GIS

4.3. Biaya Studi


Perkiraan biaya studi AMDAL CV.TENTREM MANDIRI - Proyek Pembangunan
Wisata Cinenentrem termasuk kegiatan konsultasi masyarakat sebagai kewajiban yang

24
tercantum pada Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi Masyarakat
a. Jasa tenaga ahli : 11%
b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%
c. Dokumentasi/pelaporan : 4%
2. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL
a. Tenaga ahli : 21%
b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%
c. Proses persetujuan dokumen : 10%
d. Dokumentasi/administrasi : 6% +
TOTAL 100%

4.4 Waktu Pelaksanaan Studi


Studi AMDAL CV TENTREM MANDIRI - Proyek Pembangunan wisata ini
diprakirakan akan berlangsung selama 6 bulan, tidak termasuk waktu tunggu presentasi di
depan Komisi Penilai AMDAL Pusat dan persetujuan dari Komisi AMDAL Pusat,
Kementrian Lingkungan Hidup Jakarta.
Pembagian secara detail tahapan-tahapan penelitian penyusunan laporan Studi
AMDAL disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Studi

25

Anda mungkin juga menyukai