Anda di halaman 1dari 6

Biosensor merupakan suatu alat yang digunakan untuk analisis guna mengetahui keberadaan dan

konsentrasi senyawa tertentu dalam sampel biologis. Prinsip dasar pada biosensor adalah Biosensor
akan mengubah respon biokimia ke dalam sinyal informasi yang dapat diukur, sampel melalui
bioreseptor kemudian terjadi perubahan fisik dan kimia yang akan dideteksi oleh transducer, dan
dirubah menjadi signal yang dapat terbaca pada signal processing.

Biosensor tidak membutuhkan tambahan proses atau reagen mulai dari penyiapan sampel sampai
mendapatkan sinyal informasi yang diukur, dan sebab itu sangat menjanjikan bila biosensor tersebut
menjadi metode pengukuran yang ekonimis, cepat, dan kuantitatif (Gruhl, 2011).

Skema dalam analisis biosensor dapat dilihat dibawah ini :

Sampel Bioreseptor Transducer Signal


biologis procesing

Display

Komponen dalam biosensor terdiri dari bioreseptor, transducer, signal processing, dan display. Di
dalam biosereptor yang biasa digunakan terdiri dari antibodi, enzim, DNA , Cell dan MIP
(MOLECULAR IMPRINTED POLYMER), masing-masing memiliki fungsi antara lain:

1. Antibodi : molekul biologis untuk menunjukan tingkatan kemampuan yang sangat spesifik
untuk struktur yang spesifik pula (antigen). Tersusun atas antigen binding site, variable
constan, light chain dan heavy chain.
Prinsip kerja dari analisis biosensor dengan antibodi adalah di dalam sampel biologis
terdapat antigen yang cocok atau diinginkan, kemudian antigen akan diikat ke antibodi dan
terjadi imobilisasi antibodi. Saat menuju di bioresecptor maka terjadi perubahan fisika dan
kimia yang dapat dideteksi oleh tranduser. Saat melewati tranduser maka terjadi perubahan
komponen fisika kimia mejadi sinyal elektrik/listrik yang dapat terbaca (signal processing).
2. Enzim : molekul protein yang besar berfungsi sebagai katalis dalam reaksi kimia. Dipilih
sebagai bioreseptor berdasarkan cara mengikat yang spesifik pada aktivitas katalitiknya.

Prinsip kerja dari analisis biosensor dengan enzim adalah di dalam sampel biologis terdapat
S1 S2 dan Sp kemudian terjadi imobilisasi enzim. Saat menuju di bioresecptor maka terjadi
perubahan fisika dan kimia yang dapat dideteksi oleh tranduser. Saat melewati tranduser
maka terjadi perubahan komponen fisika kimia mejadi sinyal elektrik/listrik yang dapat
terbaca (signal processing).
3. DNA : pada struktur DNA terjadi mekanisme biorecodeition,yang melibatkan hibridisasi DNA
dan RNA yang telah membangun blok genetik. Basa kimia terdiri dari adenin (A), guanina
(G), sitosina (C) dan timina (T).

Prinsipnya terdapat DNA strand yang kemudian terjadi hibridisasi, DNA strand diimobilisasi
dalam bioreseptor. Saat menuju di bioresecptor maka terjadi perubahan fisika dan kimia
yang dapat dideteksi oleh tranduser. Saat melewati tranduser maka terjadi perubahan
komponen fisika kimia mejadi sinyal elektrik/listrik yang dapat terbaca (signal processing).

4. Living Cell : saat sampel biologis tersebut menempel pada produk akan terjadi imobilisasi sel
di dalam bioreseptor. Saat menuju di bioresecptor maka terjadi perubahan fisika dan kimia
yang dapat dideteksi oleh tranduser. Saat melewati tranduser maka terjadi perubahan
komponen fisika kimia mejadi sinyal elektrik/listrik yang dapat terbaca (signal processing).

5. MIP : MIP telah disintesis dengan hasil berupa polimer yang tercetak, MIP dihasilkan melalui
proses polimerisasi.

Tipe tranducer yang digunakan optical, electrochemical, mass based, temperatur based, electric dan
magnetik.

a. Tranduser-Optic methods memiliki konsep menangkap analit dan mendeteksi pengikatan


dengan tag optik atau fenomena optik yang bersifat mengikat. Optical dibagi 3 yaitu
absorption, fluoroscene dan interference.
Contoh persamaan yang terjadi dalam absorption :

Kasus :

Sebuah perangkat untuk menentukan kandungan oksigen darah pasien: nama alatnya
"oximeter". Penyerapan spektrum (α) hemoglobin (HB) dan oxyhaemoglobin (HbO2)
berbeda, yang memungkinkan untuk mengukur rasio kedua konsentrasi dalam darah dengan
mengukur penyerapan cahaya dari dua panjang gelombang yang berbeda, misalnya 660 Nm
dan 805 Nm.
b. Transducer electrochemical methods memiliki prinsip yang mendasari bahwa banyak reaksi
kimia yang menghasilkan atau mengkonsumsi ion atau elektron yang pada gilirannya
menyebabkan beberapa perubahan dalam sifat listrik dari solusi yang dapat mendeteksi dan
digunakan sebagai parameter pengukuran. Electrochemical dibagi menjadi 3 yaitu
potentiometric, amperometric, dan conductometric.

1. Biosensor glukosa menggunakan biosensor berbasis amperometric


Skema kerja analisis glukosa menggunakan biosensor

Kurva yang didapat dari konsentrasi glukosa (miliMolar) versus arus (nanoAmpere), dengan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9998. Nilai koefisien determinasi yang baik ≥0,995.
Nilai koefisien determinasi menunjukan seberapa besar kemampuan semua variabel bebas
dalam menjelaskan varian dari variabel terikatnya. Jika R2 sebesar 0,9998, maka 100%-
99,98% jadi 0,02% variabel terikat dijelaskan oleh faktor lain.

2. Biosensor urine berbasis Rapid urine test (Jurnal Penelitian dari PLOS NeglectedT ropical
Diseases)

Biosensor elektrokimia cocok untuk diagnostik molekuler karena sensitivitas


tinggi, biaya rendah, kemudahan integrasi ke perangkat POC, dan portabilitas dari
instrumentasi pembaca [2]. Kami telah mengembangkan strategi cepat (satu jam)
diagnosis molekuler dari infeksi saluran kemih bakteri dengan menggunakan biosensor
elektrokimia [3, 4].

Sel kemih Lisis langsung diterapkan pada serangkaian sensor yang difungsikan
dengan nukleotida Oligo yang menargetkan 16 ribosomal RNA (rrna) dari uropathogens
umum [3, 4]. Pembentukan dari urutan hibridisasi spesifik kompleks antara patogen
rRNA menangkap dan detektor probe pasangan ditangkap, kemudian terdeteksi oleh
anenzy metag bahwa mediatesan amperometrik telah muncul pada sinyal output
(Gambar 1).

Gambar 1. Deteksi molekuler berbasis biosensor dari patogen urin. Biosensoris terdiri dari
tiga elektroda emas planar (bekerja, tambahan, dan referensi). Untuk uji biosensor, probe
penangkap terikat ke permukaan elektroda yang bekerja melalui athiollinkage. Sel-sel dalam
sampel dilisiskan dan dicampur dengan larutan probe detekto, kemudian diterapkan pada
permukaan sensor. Jika terdapat target rRNA, kompleks hibridisasi target, tangkapan, dan
probetform detektor. Kompleks ini dideteksi dengan pengikatan horseradishperoxidase
(HRP). ) -konjugasi antifluoresensi dalam pengikatan untuk menghubungkan detektor
detektor dan penambahan substrat tetramethyl benzidine (TMB). Transpor elektron yang
dimediasi oleh HRP adalah mengukur damperom secara eter, dan sinyal sebanding dengan
jumlah target.
Dalam karya ini, kita mendemonstrasikan penggunaan platform berbasis biosensor untuk
pendeteksian urin S. haematobiumin.

Hasil uji urine menggunakan biosensor, terdapat grafik batang dan kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi
menunjukan antara konsentrasi total RNA ( nanogram/mikroliter) versus arus yang keluar
(nanoAmpere).
Studi ini merupakan langkah penting menuju pengembangan perangkat POC untuk deteksi
cepat S.menghasilkan protein dalam kotak (Kotak 1). Kami telah menerapkan strategi yang
akan membantu integrasi industri, seperti analisis mekanis dan AC elektro. Untuk
pengembangan masa depan, kami akan mengintegrasikancorecore ini ke dalam
microfluidicscartridge otomatis, lebih lanjut mengoptimalkan sensitivitas deteksi, dan
memvalidasi dengan sampel klinis .

Anda mungkin juga menyukai