Anda di halaman 1dari 2

Nama : Faridatul Ariani

Nim : 17231008
Biosensor dapat digunakan untuk menentukan keberadaan dan konsentrasi dari zat tertentu
dalam analit biologis. Komponen biosensor yaitu bioreseptor, transduser dan sinyal.
Bioreseptor terdapat antibodi, enzim, DNA, sel dan MIP sedangkan transducer terdiri atas
optikal (absorption, fluorescence dan interference), elektrokimia (potensiometri, ampermetri
dan konduktometri), massa, temperatur dan elektrik & magnetik. Prinsip dari sensor yaitu
senyawa biologi bereaksi/zat yang dideteksi, hasilnya berupa arus listrik, panas, potensial atau
lainnya yang dimonitor oleh transduser kemudian diproses sebagai sinyal dan hasil muncul
pada layar.
Antibodi merupakan molekul biologis yang memiliki kemampuan untuk mengikat untuk
struktur (antigen) secara spesifik. Antibodi yang digunakan untuk mengenal antigen. jika dalam
sampel yang dipaparkan dalam biosensor mengandung antigen sasaran, maka antigen antigen
tersebut akan diikat dan menghasilkan kompleks antigen-antibodi. Kompleks tersebut akhirnya
mengubah parameter fisik-kimiawi di permukaan transduser. Pendeteksian antigen secara
langsung dapat berdasarkan dari terbentuknya ikatan antibonding-antigen dan secara tidak
langsung melalui pendeteksian sinyal yang terpancarkan oleh antigen yang diberi penanda.
Immunosensor digunakan untuk sensor antigen sebagai bio-elemen agar dapat mendeteksi dan
mengkuantifikasi antibodi tertentu.
Enzim adalah molekul protein yang dapat digunakan sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia.
Enzim dipilih sebagai bioreseptor berdasarkan terhadap kemampuan spesifik serta aktivitas
katalitik yang mengikat. Enzim yang berperan dalam siklus redoks diimobilisasi di atas
permukaan elektroda. Enzim tersebut berperan untuk menghasilkan sinyal bio/kimia yang
diterjemahkan menjadi arus listrik oleh elektrode. Adanya toksin pada sampel menghambat
aktivitas enzim yang mengakibatkan turunya arus listrik. Biosensor urea berprinsip melibatkan
biotransformasi senyawa target oleh enzim yang berperan sebagai bio-elemen. Biosensor urea
melibatkan enzim urease, enzim ini bereaksi dengan urea memecahkannya menjadi amonia dan
karbon dioksida. Keberadaan kedua produk transformasi tersebut dapat dideteksi oleh sensor
elektrokimiayang berperan sebagai tranduser dalam sistem deteksi ini.
Struktur DNA yaitu mekanisme biorecognition lain yang melibatkan hibridisasi asam
deoksiribonukleat atau asam ribonukleat yang merupakan blok genitik. Terdapat adenin,
guanin, sitosis dan timin. Biosensor ini berdasarkan pendeteksian proses hibridasi atau
interaksi antara potongen asam nukleat (probe) yang diimobilisasi dan diletakan di atas
permukaan transduser dengan target.
Sel hidup berdasarkan integrasi sel mikroba yang diimobilisasi dalam suatu matriks dengan
transduser artifisial. MIP (Molecular Imprinted Polymer) berdasarkan pada polimer yang
terbentuknya secara bersamaan dengan molekul target. MIP disintesis dengan mereaksikan
monomer, dimaan monomer berfungsi sebagai cetakan atau tamplate.
Adsorpsi interaksi adsorptif seperti ikatan ion, ikatan polar atau hidrogen dan interaksi
hidrofobik.
Kovalen bounding  membentuk ikatan kovalen stabil antara kelompok fungsional dari
bioreceptor komponen dan transduser.
Cross-linking  jembatan antara gugus fungsional membran luar reseptor oleh reagen
multifungsi untuk transduser. Sel-sel diikat secara langsung pada permukaan elektroda yang
terdapat pada tempat permukaan transduser.
Metode atau macam-macam dari transduser:
Transduser optik  menangkap analit dan mendeteksi pengikat dari optik atau pengikat-
sensitif.
Transduser optik absorpsi  digunakan untuk menentukan kandungan oksigen darah pada
pasien (oksimeter). Memungkinkan mengukur rasio kedua konsentrasi dalam darah dengan
mengukur penyerapan cahaya dari dua panjang gelombang yang berbeda, misalnya. 660 nm
dan 805 nm.
Transduser optik flouresensi  penyerapan molekul cahaya pada satu panjang gelombang dan
terjadi emisi pada panjang gelombang yang lebih panjang. Beberapa molekul berfluoresensi
secara alami dan yang lainnya seperti DNA dapat dimodifikasi untuk deteksi fluoresensi
dengan melampirkan pewarna fluorescent khusus.
Transduser elektrokimia  berdasarkan reaksi kimia yang menghasilkan atau mengonsumsi
ion atau elektron yang menyebabkan beberapa perubahan pada sifat-sifat larutan listrik yang
dapat dirasakan dan digunakan sebagai parameter pengukuran.
Transduser elektrokimia ampermetri merupakan metode untuk biosensor glukosa  biosensor
glukosa, glukosa bereaksi dengan enzim glukosa oksidase (kondisi teroksidasi) menghasilkan
asam glukonat dan melepaskan dua elektron dan dua proton. Elektron tersebut mereduksi
glukosa oksidase, bereaksi dengan oksigen yang ada disekitar sistem dan melepaskan kembali
elektron dan proton sehingga membentuk H2O2. Enzim glukosa oksidase selanjutnya kembali
ke kondisi teroksidase dan siap bereaksi dengan molekul glukosa lainnya. Semakin tinggi
konsentrasi glukosa, semakin banyak oksigen yang dikonsumsi sehingga semakin sedikit yang
dapat terdeteksi oleh elektroda. Terdapat perbandingan kurva arus dan konsentrasi glukosa.
Reaksi yang terjadi :
C6H12O6 + H2O  C6H12O7 + 2 H+ + 2e
½ O2 + 2H+ + 2e  H2O
Transduser elektrokimia potensiometri  terdiri elektroda pembanding (Ag/AgCl), elektroda
pembantu (Pt), elektroda kerja H2O2  O2 + 2H+ + 2e, silicon post, flow chanel, immobilized
GOD glukosa + O2  H2O2 yang merupakan komponen dalam sensor glukosa.
Transduser elektrik  menangkap analit dan mendeteksi adanya perubahan dalam parameter
sampel listrik.
Transduser massa  berdasarekan pada perubahan frekuensi getaran elemen. Massa
meningkat karena adanya pengikatan bahan kimia, perubahan frekuensi oksilasi dan perubahan
yang dihasilkan dapat diukur secara elektrik serta digunakan untuk penentuan massa tambahan.
Transduser temperatur  biosensor ini mengeksploitasi salah satu sifat dasar biologis reaksi,
yaitu penyerapan atau produksi panas yang mengubah suhu dari medium dimana terjadinya
reaksi berlangsung, adanya gabungan molekul enzim dengan sensor suhu. Analit berkontak
dengan enzim, reaksi panas dari enzim diukur dan dikalibrasi terhadap konsentrasi analit. Total
panas yang dihasilkan atau diserap sebanding dengan entalpi molar dan jumlah total molekul
dalam reaksi.
Sumber : Bio Trends Vol 1 nomor 1 tahun 2005

Anda mungkin juga menyukai