Anda di halaman 1dari 9

Laporan praktikum ke-7 Hari/Tanggal : Selasa/ 12 Maret 2019

Biokimia Nutrisi TempatPraktikum : Laboratorium Biokimia


Mikrobiologi Nutrisi.
Nama Asisten : Anifah Srifani/D24150002

HUBUNGAN SERAPAN DENGAN KADAR ZAT DALAM


LARUTAN

Rifki Ramadan
D24180060
Kelompok 4/G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban


suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optic dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana
detector dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak
langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini
memiliki prinsip kerja hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer.
Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu. Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai
seperti prisma yang dapat menyeleksi panjang gelombang dari sinar putih
(Widihati et al 2011).
Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur
transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang
gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.
Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan dengankonsentrasi dan ketebalan bahan/medium (Silalahi 2010).
Menurut Yanuaris et al. (2012) mengatakan, manfaat spektrofotometer
yaitu menentukan panjang gelombang metilen bue dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis single beam, menentukan kadar metien blue dalam
suatu sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis single beam, dan
mampu desinfektan maupun sintesis kimia organik. Spektrofotometer juga
dimanfaatkan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak
yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun pembanding.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu membuktikan kebenaran


dari hukum Beer-Lambert.
TINJAUAN PUSTAKA

Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Hal ini
detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak
langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk,
Dengan mengukur transmitan larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan
hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya
melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati
sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persen
(%T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T
(Huda 2011).

Larutan Blanko

Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit. Larutan blanko biasanya
digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis
fotometri. Larutan blanko dapatdibagi menjadi 3 jenis yaitu kalibrasi blanko
(larutan yang digunakan untuk membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi;
larutan ini hanya berisi pengencer digunakan untuk membuat larutan standar),
reagen blanko (larutan berisi reagen yang digunakan untuk melarutkan sampel,
pembacaan absorbansi untuk larutan ini biasanya dikurangi dari pembacaan
sampel, dan metode blanko (larutan yang diperlakukan sama dengan sampel,
ditambah dengan reagen yang sama, mengalamai kontak dengan alat yang sama
dan diperlakukan dengan prosedur yang sama) (Trisna 2013).

Larutan KMnO₄

KMnO4 merupakan suatu oksidator kuat dengan potensial reduksi standar


1,70 V sehingga menjadikan KMnO4 sering digunakan sebagai aseptor elektron
dalam suatu sistem elektrokimia termasuk dalam sistem MFC. KMnO4 adalah
oksidator penting yang banyak digunakan dalam berbagai reaksi organik dan
anorganik karena permanganat mampu mengoksidasi berbagai macam gugus
fungsi. Pengetahuan sifat oksidasi ini akan bermanfaat untuk proses mendapatkan
gugus kuinolin dari alkaloid kina. Nilai permanganat merupakan jumlah miligram
kalium permanganat (KMnO4) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik
dalam 1000 ml air pada kondisi mendidih. Hal ini berdasarkan prinsip dalam
penetapannya zat organik dalam sampel air dioksidasi dengan KMnO4 berlebih,
kemudian direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dengan KMnO4 (Bodke et al 2013).

Hukum Beer-Lambert

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban


dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi. Spektrofotometer merupakan suatu teknik
pengukuran serapan cahaya dengan mengaplikasikan hukum Lambert-Beer.
Hukum ini menyatakan bahwa absorbansi cahaya (A) sebanding dengan
konsentrasi (c) dan ketebalan media/cuvet (d), yang dinyatakan dalam persamaan
1. A =−logId/I0=−log(T) = αcd (1) dengan I0 dan Id adalah intensitas cahaya
datang dan diteruskan. Koefisien absorpsi (α) dapat diperoleh dengan persamaan
2. Dimana Qext adalah nilai efisiensi cahaya terhambur, ε adalah refractive index
(ε = 0,04-0,05 untuk logam perak pada λ = 400-450 nm), N adalah rapat partikel
dan λ adalah panjang gelombang pada puncak maksimum. Untuk partikel yang
berbentuk bola, rapat partikel merupakan jumlah partikel yang terdistribusi dalam
ruang sampel (CV) per satuan volume seperti dituliskan dalam Persamaan 3
(Chamberlin, 2009).

Absorbansi

Absorbansi atau serapan bahan merupakan respon bahan atau medium,


dimana saat cahaya yang merupakan gelombang elektromagnetik melaluinya,
maka molekul-molekul di dalamnya mengalami transisi energi dari keadaan dasar
menuju keaadaan tekeksitasi. Absorbansi tergantung pada jarak yang dijalani oleh
radiasi meleati larutan, panjang gelombang radiasi dan sifat jenis zat molekular
dalam larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi yaitu jenis pelarut,
pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan zat pengganggu.
Penyimpanannya jika zat pewarna mengion, berdisosiasi atau berasosiasi dengan
larutan serta membentuk ion kompleks yang posisinya bergantung pada
konsentrasi dan cahaya tidak monokromatis (Ekasari 2013).

Panjang Gelombang Maksimum KMnO₄

Panjang gelombang maksimum adalah pengukuruan panjang gelombang


yang menghasilkan absorbansi maksimum. Panjang gelombang maksimum
ditentukan dengan larutan KMnO4 0,001 M dan K2Cr2O7 0,01 M pada rentang
panjang gelombang 400-700 nm. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh
digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan standar dan sampel. Nilai k dari
pengukuran larutan KMnO4 pada panjang gelombang 535 (spektronik 20D+) dan
525,6 (Uv-Vis Shimadzu 1700 PC) masing-masing -424,7 dan 586 (Julistiana
2009).
Larutan Standar pada Analisis Spektrofotometer

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara


pasti. Metode spektrofotometer memerlukan larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa tingkat konsentrasi mulai
yang rendah sampai konsentrasi tinggi. Larutan standar dibuat dengan tujuan agar
dapat membuat kurva standar atau kurva kalibrasi. Contoh larutan standard pada
analisis yang biasa digunakan adalah pelarut air (200nm), pelarut methanol
(215nm), dan pelarut etanol 95% (205nm) (Goh et al. 2009).

MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Praktikum ini membahas tentang hubungan serapan dengan kadar zat
dalam larutan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa alat . Alat-alat yang
dibutuhkan seperti spektrofotometer, kuvet, pipet 1ml, labu volumetric, dan
tabung reaksi 1000ml.

Bahan
Praktikum ini membahas tentang hubungan serapan dengan kadar zat dalam
larutan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan. Bahan- bahan yang
dibutuhkan adalah kalium permanganat (KMnO₄) , larutan blanko, dan aquades.

Metode

Menentukan hubungan serapan dengan kadar zat dalam larutan


Dinyalakan terlebih dahulu alat spektrofotometernya, lalu tunggu selama 15
menit agar spektrofotometer nya panas. Setelah panas, atur panjang gelombang
sebesar 520nm. Dimasukkan kuvet yang berisi larutan blanko aquades kurang
lebih 5 ml ke dalam spektrofotometer yang sudah panas tadi, lalu baca serapan
larutan blanko tersebut. Kuvet larutan blanko yang sudah terbaca serapannya tadi
dikeluarkan dari spektrfotometer dan digantikan dengan uji larutan kalium
permanganat (KMnO₄) yang dimasukkan ke dalam spektrofotometer. Percobaan
yang dilakukan menggunakan konsentrasi larutan KMnO₄ sebesar 0ppm,
200ppm, 400ppm, 600ppm, 800ppm, dan 1000pm. Kuvet larutan uji yang telah
dimasukkan larutan KMnO₄ dengan konsentasi yang berbeda-beda diamati dan
dicatat serapan gelombang maksimum yang diserapnya. Konsentrasi yang telah
diamati dan dicatat, kemudian dibuat tabel dan grafik percobaannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan praktikum percobaan hubungan serapan dengan kadar zat


dalam larutan yang telah dilakukan di Laboratorium Biokimia Mikrobiologi
Nutrisi Fakultas Peternakan Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan.
Konsentrasi larutan KMnO₄ yang digunakan sebesar 0ppm – 1000ppm didapatkan
data tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Hubungan serapan dengan kadar zat dalam larutan

Konsentrasi KMnO₄ (ppm) Serapan pada ℷ maksimum


0 0A
200 0,0791A
400 0.0609A
600 0,1361A
800 0.1320A
1000 0.1757A

Y- Serapan Pada ℷ Maksimum


0.2
0.18
f(x) = 0 x + 0.02
0.16 R² = 0.88
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 200 400 600 800 1000 1200

Konsentrasi KMnO₄ (ppm)


Rumus
V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
10.200 = V2 . 1000 10.400 = V2 . 1000 10.600 = V2 . 1000 10.800 = V2 . 1000
2000 = V2 4000 = V2 6000 = V2 8000 = V2
1000 1000 1000 1000
2 ml = V2 4 ml = V2 6 ml = V2 8 ml = V2

V1.N1 = V2.N2
10.1000 = V2 . 1000
10000 = V2
1000
10 ml = V2
Pembahasan

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


panjang gelombang absorpsi suatu larutan atau suatu molekul dalam larutan
yaitu spektrofotometer. Macam-macam spektrofotometer diantaranya
spektrofotometer ultraungu (UV), sinar tampak, dan inframerah yang dibuat atas
dasar yang sama. Pelarut spektrofotometri yang dapat digunakan adalah semua
cairan tertentu yang dapat diperoleh dalam bentuk murni dalam daerah ukur 220
nm-800 nm serta yang tidak atau hanya sedikit meμnunjkkan absorbsi sendiri
dan dapat melarutkan degan mudah senyawa yang hendak dianalisis. Letak
maksimum absorbsi tergantung pada pelarut yang digunakan dan akan bergeser
ke arah panjang gelombang yang lebih panjang dengan bertambahnya polaritas
pelarut (Goffman 2012).
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan Hukum Lambert-Beer
menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Untuk mengetahui apakah
suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik
kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika
dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita
hanya bekerja pada linear range. Seringkali sampel yang dianalisa akan memiliki
absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Cara kerja spektrum uv-
vis sama dengan spektronik 20 pertama-tama nyalakan alat spektronik 20
dengan menekan on. Biarkan kurang lebih 15 menit untuk memanaskan alat.
Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar tombol
pengatur panjang gelombang. Mengatur meter ke pembacaan 0% T dengan
memutar tombol pengaturannya. Masukan larutan belangko biasanya aquades
dalam tabung khusus ke tempat cuplikan yaitu untuk mengkalibrasikan. Atur
meter ke pembaca 100% T dengan memutar tombolnya. Ganti larutan
belangkonya dengan larutan cuplikan dan baca absorbansi atau persen
transmitansi yang ditunjukkan oleh jarum pada pembaca A/T (Handayani 2010).
Hasil praktikum diketahui bahwa pada tabel dan kurva konsentrasi
larutan KMnO₄ pada konsentrasi 200ppm – 400ppm mengalami penurunan
dalam serapan pada panjang gelombang maksimum nya sebesar 0,0609A, pada
konsentrasi 400ppm – 600pm mengalami kenaikkan yang sangat signifikan yaitu
0.1361A, kemudian mengalami penurunan yang sedikit pada konsentrasi
600ppm – 800ppm sebesar 0,1320A, dan megalami kenaikkan lagi pada
konsetrasi 800ppm – 1000ppm sebesar 0,1757A. Tabel dan Kurva konsentrasi
yang mengalami penuruan tidak sesuai dengan hukum Beer-Lambert yang
menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. intensitas sinar yang
diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi. Digunakan hubungan serapan pada panjang gelombang
maksimumnya adalah 520 nm. Hal ini dilihat dari nilai absorbansi terbesar yang
didapat setelah mencari nilai absorbansi dari range panjang gelombang 500 –
580nm, absrobansi panjang gelombang yang paling maksimum dalam percobaan
sebulumnya yaitu 520 nm.

SIMPULAN
Serapan pada konsentrasi larutan KMnO₄ yang berbeda-beda harusnya
memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan serapan pada pada panjang
gelombang maksimum. Semakin besar suatu konsentrasi maka akan semakin
besar serapan panjang gelombang maksimun yang didapatnya sesuai dengan
hukum Beer-Lambert, tetapi pada percobaan ini tidak sesuai dengan hokum
Beer-Lambert disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelelahan pada alat
yang telah dipakai berulang kali sehingga tidak mendapatkan hasil serapan yang
optimal dan stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Bodke Y, Shankerrao H, Harishkumar. 2013. Synthesis of 2(1-Benzofuran-2-yl)-


4-(1,3-benzoxazol-2-yl/1,3-benzothiazol-2-yl) quinolines as blue
green fluorescent probes. J. Chem. 7(3):56-63.
Chamberlin D. 2008. Physics of Particle Size Spectrophotometry. New
York(USA): Agilent Technologies.
Ekasari, Vitriani Y, Gatot. 2013. Fabrikasi dengan dye ekstrak jahe merah
(Zingiber Officianale Linn Var. Rubrum) variasi larutan TiO2
nanopartikel berfase anatase dengan teknik pelapisan spin coating. J.
Sains dan Seni POMITS. 5(2) : 15-20.
Goffman D. 2012. Genetic diversity for lipid content and fatty acid profile in rice
bran. J. Am. Oil Chem. 8(2): :85-90.
Goh LP, Loh SP, Fatimah MY, Perumal K. 2009. Bioaccessibility of carotenoids
and tocopherols in marine microalgae, Nannochloropsis sp. and
Chaetoceros sp. Malaysian Journal of Nutrition. 15(1):77-86.
Handayani R. 2010. Transesterifikasi ester asam lemak melalui pemanfaatan
tenologi lipase. J.Boidiversitas. 6(1):164-167.
Huda N. 2011. Pemeriksaan kinerja spektrofotometer UV-Vis GBC 911A
menggunakan pewarna tartrazine CL 19140. J.SigEps. 1(20): 15-20.
Julistiana E. 2009. Pengembangan dan Validasi Metode Pengujian Kadar Sianida
Dalam Limbah Cair Secara Spektroskopi UV-Vis. [Skripsi]. Kimia
FMIPA IPB, Bogor.
Muhaemin M. 2010. Biomass nutrient profiles of marine microalgae Dunaliella
salina. J. Penelitian Sains. 13(3):64-67.
Silalahi RJ. 2010. Penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet secara
spektrofotometri ultraviolet [Skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Trisna R. 2013. Spektrofotometer serta aplikasinya dalam dunia kimia. J.
Chem.Scie. 8(1): 32-38.
Widihati G, Diantariani NP, Nikmah YF. 2011. Fotodegradasi metilen biru
dengan sinar UV dan katalis Al2O3. J. Kimia. 5(1): 31-42.
Yanuaris LM, Kusdarwati R, Kismiyati. 2012. Pengaruh fermentasi
Actinobacillus sp. pada kotoran sapi sebagai pupuk terhadap
pertumbuhan Nannochloropsis sp. J. IPK. 4(1):21-26.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai