TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi kimia yang distimulasi oleh
molekul bermuatan listrik. Berbeda dengan ELISA, ECLIA menggunakan komplek
ruthenium sebagai label dan tripropylamine (TPA) sebagai pendonor elektron pada
ruthenium (Gambar 1.20) (Cloud-Clone corp, 2013). Reaksi chemiluminescence untuk
mendeteksi kompleks reaksi diinisiasi dengan memberikan arus listrik ke larutan sampel.
Cahaya hasil reaksi akan diukur pada panjang gelombang 620 nm.
Berbeda dengan ELISA, tahap pertama pada ECLIA bukanlah coating. Tahap
pertama ECLIA adalah pembentukan kompleks antigen dan antibodi (Cobas, 2013). Pada
tahap ini, sampel diinkubasi bersama dua jenis antibodi. Antibodi pertama adalah antibodi
yang terikat dengan biotin sedangkan antibodi kedua adalah antibodi yang diberi label
kompleks rhutenium. Kedua antibodi tersebut harus dapat mengenali epitop yang berbeda
(sama seperti ELISA jenis sandwich). Tahap ini dapat dilakukan di dalam microtube.
Diperlukan inkubasi selama sembilan menit untuk memastikan antigen target diikat atau
dikenali oleh kedua antibodi yang digunakan (Cobas, 2013).
b. Interaksi Biotin-Streptavidin
c. Imobilisasi
d. Pengukuran Sinyal
Pada tahap ini, dilakukan penambahan TPA ke dalam measuring flowcell dan
proses transfer elektron pun terjadi (Gambar 1.21). Pertama TPA melepas ion H+ lalu
mendonorkan elektron pada rhutenium. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan
bilangan oksidasi pada rhutenium (Ru3+ menjadi Ru2+). Kondisi tersebut bukanlah
kondisi yang stabil bagi rhutenium. Oleh sebab itu, rhutenium melepas elektron untuk
mencapai bilangan oksidasi 2+. Peristiwa pelepasan elektron tersebut yang menyebabkan
terlepasnya photon. Chemiluminesence yang terbentuk diukur menggunakan
photomultiper pada panjang gelombang 620 nm (Chen et al., 2012).
Gambar 1.21. Mekanisme Transfer Elektron pada ECLIA (Chen et al., 2012)
Hasilnya ditentukan melalui kurva kalibrasi yang digenerasikan secara spesifik dengan
instrumen dengan cara kalibrasi 2 titik terhadap kurva master yang tersedia melalui
barcode reagensia. Jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan kadar analit
dalam sampel.
2.4 Jenis-Jenis ECLIA
Berbeda dengan ELISA, ECLIA hanya terdiri dari dua jenis, yaitu sandwich dan
kompetitif. ECLIA sandwich digunakan untuk menganalisis analit dengan berat molekul
yang besar seperti prolaktin, LH, dan testosteron. ECLIA kompetitif dipakai untuk
menganalisis analit yang mempunyai berat molekul kecil seperti estradiol dan
progesteron (Cobas, 2010). Tahapan kerja dan komponen ECLIA sandwich sudah
dijelaskan pada bagian C sedangkan pada ECLIA kompetitif ada komponen yang
berbeda.
Berikut tahapan ECLIA kompetitif (Gambar 1.22) (Cobas, 2014):
Selain VIDAS, para peneliti juga sudah mengembangkan alat otomatis yang
berbasis ECLIA. Alat tersebut adalah COBAS (Gambar 1.23). COBAS dapat menganalisis
sampel berupa serum, plasma, dan urin (Cobas, 2010). Jumlah sampel dalam sekali uji
adalah 88 sampel. Volume sampel yang dibutuhkan berkisar 10-50 µl. COBAS dapat
melakukan analisis menggunakan tiga metode uji, yaitu sandwich, kompetitif, dan titrasi
(Cobas, 2010).
Mudah dioperasikan
Menggunakan sistem barcode
Sangat sensitif mendeteksi antigen pada tingkat yang sangat rendah — Rentang
pengukuran yang luas
Estradiol 5- 4300 pg/ml
Efisiensi waktu