Anda di halaman 1dari 65

IDENTIFIKASI JAMUR MucorspPADA SERUNDENG

YANG DIJUAL DIWILAYAH KECAMATAN


MOJOROTO KOTA KEDIRI DENGAN
METODE SEMAI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
SEPTIAN MAULANA
NIM 30111060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2014

i
1

IDENTIFIKASI JAMUR MucorspPADA SERUNDENG


YANG DIJUAL DIWILAYAH KECAMATAN
MOJOROTO KOTA KEDIRI DENGAN
METODE SEMAI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Ahli Madya
Analis Kesehatan

Oleh :
SEPTIAN MAULANA
NIM 30111060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2014

1i
2
3
4

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septian Maulana

NIM : 30111060

Program Studi : DIII-ANALIS KESEHATAN

JudulKTI : Identifikasi jamur Mucor sp pada serundeng yang

dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota

Kediri dengan metode semai.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya

tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Kediri, 26Mei 2014

Yang Membuat

Pernyataan,

Septian Maulana

NIM. 30111060

iv
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “IDENTIFIKASI JAMUR MUCOR SP PADA

SERUNDENG YANG DIJUAL DI WILAYAH KECAMATAN

MOJOROTO KOTA KEDIRI DENGAN METODE SEMAI”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud berkat bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih terutama kepada :

1. DR. Bambang Harsono, MBA, selaku Direktur Bhakti Wiyata Kediri.

2. dr. Tarbinu Kasmono, MPH, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti

Wiyata Kediri.

3. dr.Ekawati Sutikno, MM,M.Kesselaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

4. Siska Kusuma Wardani, S.Si, selaku Ketua Prodi D-III Analis Kesehatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

5. dr.Wisnaningsih, selaku Pembimbing Teori yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ini dapat

diselesaikan

6. Erawati, S.Si, selaku pembimbing praktikum yang telah memberi

bimbingan dalam praktikum.

v
6

7. Ayah dan Ibu, serta saudara-saudaraku yang telah membantu baik materil

maupun moril, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang telah membantu sampai karya

tulis ini dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun dari berbagai pihak akan penulis harapkan, sehingga

menambah pengalaman yang berguna bagi semua pihak, Amin.

Kediri, 26 Mei 2014

Penulis

vi
7

ABSTRAK

IdentifikasiJamurMucorspPadaSerundengYang Dijual
diWilayah KecamatanMojoroto Kota Kediri denganMetodeSemai

Septian Maulana, dr. Wisnaningsih1), Erawati, S.Si2)

Latar Belakang:Serundeng yang menjadi makanan khas rakyat Indonesia


digunakan sebagai lauk pauk nasi. Serundeng dibuat dari hasil parutan kelapa
yang digoreng hingga kuning kecoklatan dengan bumbu-bumbu rempah
Indonesia. Serundeng memiliki rasa yang gurih sehingga dapat dikombinasikan
dengan semua makanan ataupun sayuran.Jamur kontaminan yang sering
menyebabkan kerusakan pada bahan makanan adalah jamur Mucor sp.
Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui
prosentase jamur Mucor sppada serundeng yang dijual di Wilayah Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri.
Metode:Dalampenelitianinimemilihteknik sampling secara aksidental (accidental)
ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Sampel yang diambil
serundeng yang dijual diWilayahKecamatanMojoroto Kota Kediri.
Hasil Penelitian:Dari 30 sampel yang ditanam pada media Sabaroud Glukosa
Agar, ditemukan 1 plate sampel terdapat pertumbuhan spesies jamur Mucor sp
(33,3 %).7 plate sampel terdapat pertumbuhan spesies Rhizopus sp (23,3 %). 9
plate sampel terdapat pertumbuhan spesies Aspergillus fumigatus, Mucor sp dan
Rhizopus sp(30 %). 1 plate sampel terdapat pertumbuhan spesies Aspergillus
fumigatus danMucor sp (33,3 %). 6 plate sampel terdapat pertumbuhan jamur
Rhizopus sp dan Mucor sp(20 %). 6 plate sampel tidak terdapat pertumbuhan
jamur (negatif) (20 %). Total plate yang berisi jamur Mucor sp 17 plate (56, 6 %).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jamur Mucor sp dapat
mengkontaminasi serundeng yang dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri.
Kesimpulan:Kesimpulan dari penelitian ini bahwa serundeng dapat
terkontaminasi jamurMucor sp (56,7%), dan (20%) tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan jamur (negatif).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur yang
mengkontaminasi serundeng adalah jamur Mucor sp.

Kata kunci: Serundeng, Mucor sp.

vii
8

ABSTRACT

Identify Fungi Mucor Sp In serudeng That Sale


In the region of KecamatanMojoroto Kediri with Semai Methods

Maulana Septian, dr. Wisnaningsih1), Erawati , S.Si2)

Background : Serundeng that became typical food Indonesian people use rice as
side dishes. Serundeng made from the grated coconut fried until golden brown
with Indonesian spices spices. Serundeng has a savory taste that can be combined
with all foods or vegetables. Fungi contaminants that often cause damage to the
food ingredient is the fungi Mucor sp .
Objective : This study aimed to identify and determine the percentage of the
fungi Mucor sp serundeng sold in Kediri District Mojoroto region.
Methods : In this study chose sampling technique is accidental ( accidental ) is
done by taking the cases or respondents who happened to be available somewhere
or in the context of research. Samples taken is serundeng sold in District Mojoroto
region Kediri .
Results:Of the 30 samples were grown on media Sabaroud Glucose Agar, found 1
sample plate contained the growth of fungal species Mucor sp ( 33.3 % ). Growth
plate samples contained 7 species of Rhizopus sp ( 23.3 % ). 9 samples contained
the growth plate fumigatus Aspergillus species , Mucor and Rhizopus sp sp ( 30
% ). 1 plate samples contained species of Aspergillus fumigatus growth and
Mucor sp ( 33.3 % ). 6 samples contained fungal growth plate Rhizopus and
Mucor sp sp ( 20 % ). 6 plate samples contained no fungal growth ( negative ) ( 20
% ). Total plate containing the fungus Mucor sp 17 plate ( 56 , 6 % ). The results
showed that the fungus Mucor sp can contaminate serundeng sold in District
Mojoroto region Kediri.
Conclusion : The conclusion of this study that may serundengcan be
contaminated fungi Mucor sp ( 56.7 % ) and ( 20 % ) showed no fungi growth (
negative ). The results showed that the fungi contaminates serundeng is fungi
Mucor sp.

Keywords : Serundeng, Mucor sp.

viii
9

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................... ....... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK..................................................................................................... .. vii
ABSTRAC….. ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ..................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1. Tujuan Umum ................................................................... 2
2. Tujuan Khusus................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
E. Penelitian Terkait...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ......................................................................... 4
1. Jamur (Fungi) .................................................................... 4
2. Jamur Mucor sp ................................................................. 8
3. Serundeng .......................................................................... 11
4. Metode Isolasi Jamur ........................................................ 13
B. Kerangka Konsep ..................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ..................................................................... 16
B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling ......................................... 16
1. Populasi ................................................................................ 16
2. Sampel .................................................................................. 16
3. Teknik Sampling .................................................................. 17
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 17
1. Waktu ................................................................................... 17
2. Tempat .................................................................................. 17
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................... 17
1. VariabelPenelitian ................................................................ 17
2. DefinisiOperasional .............................................................. 18
E. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data ............................ 19
1. InstrumenPenelitian .............................................................. 19
2. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 19

ix
10

F. Metode Isolasi Jamur ................................................................ 19


G. Analisa Data ............................................................................. 21
H. Etika Penelitian ......................................................................... 22
I. Kerangka Kerja ......................................................................... 24

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ........................................................................... 25
1. Hasil pemeriksaan makroskopis .......................................... 25
2. Hasil pemeriksaan mikroskopis .................... 27
3. Pengolahan data ................................................................... 30
B. Pembahasan ................................................................................ 32

BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 34
B. Saran ........................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36


LAMPIRAN ................................................................................................. 37

x
11

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 SNI Cemaran Mikroba Dalam Pangan .......................................... 12

Tabel III. 1 Definisi Operasional .................................................................... 18

Tabel IV. 1 Hasil Pemeriksaan Makroskopis................................................... 25

Tabel IV. 2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis ................................................... 27

xi
12

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Mikroskopis Jamur Mucor sp............................................. ......... 9

Gambar II. 2 Skema pembuatan serundeng ..................................................... 13

Gambar II. 3 Kerangka Konsep................................................................ ....... 15

Gambar III. 1 Kerangka Kerja................................................................ ......... 24

xii
13

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................... 37
Lampiran 2 Pembuatan Media Sabaroud Glucose Agar (SGA). ..................... 38
Lampiran 3 Pembuatan Cat Lactophenol Cotton Blue (LCB) ........................ 39
Lampiran 4 Skema Pemeriksaan ...................................................................... 40
Lampiran 5 Alat dan Bahan ............................................................................ 41
Lampiran 6 HasilPemeriksaan ......................................................................... 46
Lampiran7 Informed Consent .......................................................................... 46
Lampiran 8Lembar Bimbingan ........................................................................ 47

xiii
14

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang :

& = Dan

+ = Penjumlahan

- = Pengurangan

x = Perkalian

% = Persen

/ = Atau

Daftar Singkatan:

SGA = Sabaroud Glucose Agar

LCB = Lactophenol Cotton Blue

Daftar Iistilah :

Askus : Sporangium atau wadah spora suatu liken atau fungus jenis

Ascomycetes.

Aseksual : Dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan dari spesies

yang sama.

Aseptat : Tidak mempunyai dinding sekat atau septum.

Basidium : Struktur pada kapang yang membentuk spora.

Dermatofitosis : Infeksi jamur pada kulit atau infeksi yang disebabkan oleh

jamur golongan dermatofita.

Dimorfik : Mempunyai dua bentuk yang berbeda.

xiv
15

Eukariotik : Sel-sel yang memiliki membran inti, yang memiliki sistem

abdomembran, pada sel eukariotik ini tampak jelas karena

dibatasi sistem membran.

Fermentasi : Degradasi senyawa kompleks organic menjadi senyawa

yang lebih sederhana oleh enzim organism (bias dari

tumbuhan, atau hewan, atau mikroorganisme), proses

degradasi dapat terjadi dalam lingkungan aerob atau

anaerob.

Heterotalik : Menggambarkan fungi yang mempunyai dua macam

miselium yang berbeda yang kompatibel yang harus

bertemu sebelum reproduksi seksual terjadi.

Hifa : Struktur berbentuk seperti tabung yang merupakan thallus

pada sebagian besar fungi dan akan membentuk suatu jala

atau miselium.

Hifa fertil : Hifa yang fungsinya membawa konidia atau spora.

Kitin : Polisakarida utama dalam dinding sel sebagian besar fungi.

Koloni : Masa hifa yang berasal dari satu spora atau satu konidia

Kolumela : Suatu pembengkakan pada ujung suatu hifa fertile yang

masuk kedalam struktur yang membentuk spora-spora.,

terdapat pada sporangia Mucoraceae.

Konidium : Spora aseksual yang bersel satu atau banyak bermacam

ukuran dan bentuk.

Konidiofor : Hifa fertil, bisa tunggal, bisa bercabang, yang membawa

alat reproduksi, atau menghasilkan konidia.

xv
16

Klorofil : Pigmentasi yang memberi warna hijau pada tumbuhan ,

alga dan bakteri fotosinteti

Mikosis : Penyakit yang disebabkan oleh jamur.

Mukosa : Selaput lendir tunika mukosa, lapisan jaringan yang

membatasi rongga saluran cerna dan nafas.

Organik : Senyawa yang mengandung atom karbon dan terdapat

dalam organisme hidup.

Protoplasma : Zat koloidal dalam sel yang menjadi basis semua aktifitas

manusia, bagian hidup dari sebuah sel yang dikelilingi oleh

membran plasma.

Septat/septum : Sekat yang membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel

yang berisi nukleus tunggal.

Selulosa : Komponen utama penyusun dinding sel tumbuhan.

Saprofit : Tumbuhan yang hidup pada tumbuhan yang membusuk.

Sel : Badan yang mempunyai inti, plasma dan membran, satuan

terkecil jaringan.

Senositik : Tidak bersekat, misalnya pada hifa.

Sporangiospora : Spora aseksual yang dibentuk di dalam sporangium,

tangkai sporangium.

Sporangium : Struktur tertutup yang membentuk spora aseksual dengan

pembelahan.

Sporangiofor : Hifa khusus, umumnya tegak dan membawa sporangium.

xvi
17

Sporulasi : Suatu proses pada reproduksi yang menghasilkan spora

seksual (askospora atau basidiospora) atau spora aseksual

(konidia).

Superfisial : Permukaan atau dangkal.

Stolon : Batang horizontal yang menjalar diatas atau di dalam tanah

maupun air. Batangnya tumbuh tunas dan mebentuk akar

setelah beberapa waktu tanaman ini tumbuh memanjang

menjauhi induknya lalu membengkok ke atas membentuk

individu baru.

Sterigma : Struktur atau cabang hifa yang kecil yang menopang suatu

sporangium, konidium, atau baidiospora.

Substrat : Setiap materi atau zat yang dapat member nutrien kepada

fungi.

Vesikel : Sutau pembengkakan (mirip kantung) pada ujung hifa fertil

dari Aspergillus sp.

Zigot : Suatu sel diploid yang terbentuk dari fusi dua sel haploid.

Zigospora : Spora seksual yang terbentuk dari fusi dua gametangia pada

Zygomycota dan beberapa Chitridiomycota.

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman kelapa telah sejak ratusan tahun di kenal di seluruh

kepulauan Nusantara.Kelapa merupakan salah satu penghasil bahan makanan

yang sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia.Oleh karena itu

kelapa berperan penting pada perekonomian di Indonesia (Palungkun, 2001).

Buah kelapa ini bisa juga diolah menjadi serundeng yang menjadi

makanan khas rakyat Indonesia digunakan sebagai lauk pauk nasi.Serundeng

dibuat dari hasil parutan kelapa yang digoreng hingga kuning kecoklatan

dengan bumbu-bumbu rempah Indonesia.Serundeng memiliki rasa yang

gurih sehingga dapat dikombinasikan dengan semua makanan ataupun

sayuran.Serundeng yang dari kelapa ini memiliki kandungan yang sangat

penting bagi manusia seperti protein dan lemak.Selama ini tidak banyak

peneliti yang membahas tentang serundeng kelapa ini yang berpotensi

sebagai bahan pangan yang mempunyai daya simpan yang cukup lama.

Makanan yang disukai manusia, pada umumnya juga disukai oleh

mikroorganisme.Bahan-bahan olahan makanan merupakan salah satu potensi

tinggi terkontaminasi. Banyak virus,bakteri, dan jamur menyerang makanan

yang masih berupa bahan mentah ataupun yang sudah diolah atau dimasak.

Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami peguraian,

sehingga dapat berkuranglah nilai gizi dan kelezatannya, bahkan makanan

1
2

yang telah dalam keadaan terurai itu dapat menyebabkan sakit sampai

matinya seseorang yang memakannya (Dwidjoseputro, 2005).

Fungi adalah organisme yang terdapat di mana-mana di bumi, baik di

daerah tropik, subtropik, di kutub utara, maupun Antartika. Fungi juga di

temukan di darat, di perairan tawar, di laut, di bawah permukaan tanah, di

kedalaman laut, di pegunungan, maupun di udara (Gandjar dkk, 2006).

Mucor sering menyebabkan kerusakan pada bahan makanan, tetapi

beberapa spesies juga digunakan untuk fermentasi makanan. Mucor juga

sering digunakan dalam sakarifikasi pati (Waluyo, 2004).

Keberadaan jamur dapat berperan sebagaikontaminan. Kontaminasi

jamur pada makanan menyebabkan kerusakan,terutama pada saat

penyimpanan. Berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan pada

sampel serudeng, didapatkan serundeng terkontaminasi oleh jamur Mucor sp.

Oleh karena itu saya peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang

“Identifikasi Jamur Mucor sp Pada Serundeng Yang Dijual di Wilayah

Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Dengan Metode Semai”.

B. Rumusan Masalah

Apakah jamur Mucor Sp dapat mengkontaminasi serundeng yang

dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dengan Metode Semai?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah serundeng dapat terkontaminasi oleh jamur

Mucor sp.
3

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi adanya jamurMucor sp yang tumbuh pada

serundeng.

b. Untuk mengetahui prosentase sampel serundeng yang terkontaminasi

oleh jamurMucor sp.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Sebagai tambahan referensi di perpustakaan yang berguna untuk

mahasiswa lainnya khususnya mengenai jamur Mucor sp pada serundeng

dengan metode semai.

2. Bagi Tenaga Analis Kesehatan

Peneliti dapat membuktikan bahwa serundeng dapat terkontaminasi

oleh jamur Mucor sp.Menambah pengetahuan, pengalaman dan

ketrampilan,terutama dibidang Mikologi tentang jamur Mucor sp.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat

bahwa serundeng dapat ditumbuhi jamur Mucor sp sehingga masyarakat

lebih berhati-hati dan teliti dalam memilih makanan terutama pada

serundeng. Masyarakan juga lebih memperhatikan kebersihan dalam

pengolahan serundeng ini.

E. Penelitian Terkait

Dalam penelitian ini “Identifikasi Jamur Mucor sp pada serundeng

yang dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dengan

menggunakan metode semai” belum pernah dilakukan penelitian.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Jamur (Fungi)

a. Definisi Jamur dan Sifat Umum

Kita mendapatkan nama fungi berasal dari kata bahasa Latin

dan Yunani, yakni mushroom. Mikologi adalah ilmu yang

mempelajari jamur (mykes: Yunani) dan fungus (Latin). (Waluyo,

2008).

Jamur bersifat heterotropik yaitu organisme yang tidak

mempunyai klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri

melalui proses fotosintesis. Untuk hidupnya jamur memerlukan zat

organik yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, serangga

danlain-lain, kemudian dengan menggunakan enzim zat organik

tersebut diubah dan dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian

diserap oleh jamur sebagai makanannya. Sifat inilah yang

menyebabkan kerusakan pada benda dan makanan. Dengan cara

yang sama jamur dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan

sehingga dapat menimbulkan penyakit.

Pada umumnya jamur tumbuh dengan baik di tempat yang

lembab. Jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,

sehingga jamur dapat ditemukan disemua tempat di seluruh dunia

termasuk di gurun pasir yang panas.

4
5

Di alam bebas terdapat lebih dari 100.000 spesies jamur dan

kurang dari 500 spesies diduga dapat menyebabkan penyakit pada

manusia dan hewan. Dari sekian banyak jamur tersebut diperkirakan

100 spesies bersifat patogen pada manusia dan sekitar 100 spesies

hidup komensal pada manusia (bersifat saprofit), tetapi dapat

menimbulkan kelainan pada manusia bila keadaan menguntungkan

untuk pertumbuhan jamur tersebut.

Jamur yang menimbulkan penyakit pada manusia, biasanya

hidup pada zat organik atau di tanah yang mengandung zat organik

seperti humus, tinja binatang.

Meskipun demikian tidak semua orang terkena penyakit

jamur. Hal itu dsebabkan sistem kekebalan di dalam tubuh manusia.

Sistem kekebalan bawaan melindungi masuknya jamur ke tubuh

manusia dan sistem kekebalan didapat akan diaktifkan bila jamur

masuk kedalam jaringan tubuh.

b. Morfologi Jamur

Jamur mencakup:

1) Khamir, yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong atau

memanjang yang berkembang biak dengan membentuk tunas

dan membentuk koloni yang basah atau berlendir.

2) Kapang, yaitu terdiri atas sel-sel memanjang dan bercabang

yang disebut hifa. Hifa dapat ditemukan sendiri-sendiri atau

dalam bentuk anyaman hifa yang disebut miselium.


6

Hifa dapat bersifat sebagai:

a) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk

pertumbuhan.

b) Hifa reproduktif, yaitu berfungsi membentuk spora.

c) Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen(Sutanto,2008).

c. Spora pada jamur dapat dibentuk secara aseksual atau seksual.

1) Spora yang termasuk golongan aseksual yaitu:

a) Arthokonidia

Adalah sel reproduksi aseksual yang terbentuk dari hifa

bersepta yang terputus-putus, sehingga dapat tumbuh

menjadi hifa baru.

b) Blastospora

Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang terbentuk

langsung pada hifa atau dari sel pembentuk konidia.

c) Khlamidospora

Sel hifa yang membesar karena mendapat nutrisi ekstra,

berdinding tebal, letaknya interkalar atau terminal. Sel ini

terbentuk apabila lingkungan di sekitar jamur kurang

menguntungkan.

d) Konidia

Suatu propagul yang non motil tidak terbentuk melaui

proses pembelahan seperti pada pembentukan

sporangiospora. Konidia berhubungan langsung dengan


7

lingkungan luar sehingga mudah tersebar oleh angin atau

air.

e) Sporangiospora

Spora aseksual yang dibentuk di dalam suatu kantung

tertutup pada ujung hifa fertil atau cabang hifa tersebut.

Kantung tersebut dinamakan sporangium, dan dapat

berbentuk bulat, semibulat, atau panjang.

2) Spora yang termasuk golongan spora seksual yaitu:

a) Askospora

Spora seksual yang terbentuk dalam askus, dan terdapat

pada Ascomycetes.

b) Basidiospora

Spora seksual yang terbentuk dalam basidium, dan

terdapat pada Basidiomycetes.

c) Zigospora

Spora seksual pada Zygomycetes, merupakan hasil fusi

dari sepasang gametangia, serta berdinding tebal, dan

berpigmen gelap (Gandjar dkk, 2000).

d. Jamur dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

1) Actinomycetes

Actinomycetes tergolong bakteri, tetapi penyakit yang

ditimbulkan mirip dengan beberapa penyakit jamur.


8

2) Myxomycetes

Bentuk vegetatif terdiri atas sel-sel yang motil. Karena pada

stadium lanjut sel-sel tersebut bergabung dan membentuk

bagian-bagian yang mirip jamur.

3) Chytridiomycetes

Jamur dari kelas tersebut mempunyai hifa senositik. Salah satu

spesies adalah patogen pada manusia.

4) Zygomycetes

Bersama dengan oomycetes, yang patogen untuk binatang air

dan tumbuh-tumbuhan.

5) Ascomycetes

Jamur dari kelas ini berbentuk askospora dalam askus.

6) Basidiomycetes

Jamur dari kelas ini membentuk basidiospora(Sutanto (Ed),

2008).

e. Faktor yang mempengaruhui pertumbuhan Jamur

1) Substrat, karena merupakan sumber nutrien utama bagi fungi.

2) Kelembapan.

3) Suhu.

4) Bahan kimia.

5) Derajat keasaman lingkungan (ph) (Gandjar dkk, 2006).

2. Jamur Mucor sp
a. Klasifikasi Mucor sp

Kingdom : Fungi

Divisi : Amastigomycota
9

Subdivisi : Zygomycotina

Kelas : Zygomycetes

Ordo : Mucorales

Famili : Mucoraceae

Genus : Mucor

Spesies : Mucor sp(Sutanto (Ed), 2008).

Gambar II.1 Mikroskopis Mucor sp(Dwidjoseputro, 2005).

b. Jenis Mucor dan Peranannya

Mucor sering menyebabkan kerusakan pada bahan makanan,

tetapi sebaliknya beberapa spesies juga digunakan untuk fermentasi

makanan, seperti Mucor rouxii dan Mucor racemosus. Mucor juga

disebut fungi dimorfik karena dapat berubah dari bentuk filament

menjadi bentuk seperti khamir. Pertumbuhan seperti khamir

dirangsang jika kondisinya anaerobik dan dengan adanya CO2.

(Waluyo, 2004).

c. Ciri-ciri spesifik Mucor sp:

1) Hifa nonseptat
10

2) Sporangiospora (Aseksual) tumbuh pada seluruh bagian

miselium, bentuk sederhana atau bercabang

3) Kolumela berbentuk bulat, silinder atau seperti buah advokat

4) Spora halus dan teratur

5) Tidak membentuk stolon, rhizoid atau sporangiola (sporangia

kecil yang mengandung beberapa spora)(Waluyo, 2004).

Mucor, saprofit banyak kedapatan pada sisa-sisa makanan

yang banyak mengandung karbohidrat.Mucor membiak dengan dua

jalan, yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora-spora yang

berlainan jenis.Spora-spora yang sejenis itu dihasilkan oleh

sporangium yang tumbuh pada ujung hifa.Mula-mula ujung suatu

hifa menggelembung, kemudian protoplas yang ada di dalam

gelembung itu membelah diri menjadi spora.Jika spora-spora itu

sudah dewasa, maka pecahlah sporangium, sehingga spora-spora

tersebut bertebaran kemana-mana.Pembiakan secara generatif

dilakukan dengan bersatunya tonjolan pada hifa yang berlainan

(Dwidjoseputro, 2005).

d. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Mucor sp pada manusia

Zigomikosis adalah penyakit kosmopolit, yang juga

ditemukan di Indonesia. Penyebab zigomikosis atau mukormikosis

ialah jamur yang termasuk dalam ordo Mucorales, family

Mucoraceae. Genus Rhizopus, Absidia dan Rhizomucor merupakan

penyebab yang paling sering ditemukan. Ketiganya adalah jamur

kontaminan yang terdapat di alam bebas.


11

Cara transmisi terpenting adalah inhalasi spora jamur ke

paru dan menyebabkan kelainan di paru. Spora yang terhirup juga

dapat menyebabkan zigomikosis rinoserebral yang merupakan

bentuk klinis yang paling banyak ditemukan. Spora juga dapat

tertelan masuk kealat pencernaan dan menyebabkan zigomikosis

saluran cerna (Sutanto, 2008).

e. Kerugian Jamur Mucor sp

a) Menyebabkan kerusakan pada bahan makanan (Waluyo, 2004).

b) Sebagai salah satu penyebab penyakit pada liang telinga,

kelainan kulit dan infeksi sistemik (Sutanto, 2008).

3. Serundeng

a. Definisi

Serundeng dibuat dari hasil parutan kelapa yang digoreng hingga

kuning kecoklatan dengan bumbu-bumbu rempah Indonesia.Serundeng

memiliki rasa yang gurih sehingga dapat dikombinasikan dengan semua

makanan ataupun sayuran.Serundeng yang dari kelapa ini memiliki

kandungan yang sangat penting bagi manusia seperti protein dan

lemak.Selama ini tidak banyak peneliti yang membahas tentang

serundeng kelapa ini yang berpotensi sebagai bahan pangan yang

mempunyai daya simpan yang cukup lama.

b. Bahan-bahan Rempah

1. Bawang goreng

2. Bawang putih

3. Ketumbar
12

4. Garam

5. Lengkuas

6. Cabai Merah

c. Kerusakan Serundeng

Serundeng berbahan dasar kelapa, sehingga dalam waktu tertentu

pasti mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi antara lain

ketengikan dan kerusakan karena mikroba.

Ketengikan adalah proses kerusakan bahan yang mengandung

minyak yang menyebabkan adanya citarasa dan bau yang tidak enak. Ini

akibat dari proses peruraian minyak karena rembesan air (hidrolisis)

dankerusakan minyak karena adanya oksigen (oksidasi) (Hariskal, 2010).

d. Faktor yang mempengaruhi aktivitas pertumbuhan microorganisme dalam

pengolahn serundeng:

1. Temperatur

2. Keasaman (pH)

3. Interaksi (sinergi)

e. Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan

No. Kat
Kategori pangan Jenis cemaran mikroba Batas Maksimum
Pangan
04.1.2 Kelapa Parut ALT(30OC,72 jam) 1x 106 koloni/g
Kering APM Koliform 100/g
APM Escherichia Coli < 3/g
Salmonella sp. Negatif/25 g
Kapang dan Kamir 1x102 koloni/g
Tabel II.1 SNI Cemaran Mikroba dalam pangan (SNI 7388, 2009)
13

e. Skema Pembuatan Serundeng

Campur parutan kelapa dan bumbu halus sampai


rata.(Garam,bawang putih,cabai,lengkuas,
garam, ketumbar)

Sangrai parutan kelapa yang sudah tercampur


di penggorengandengan api kecil

Harus diaduk terus supaya tidak hangus

Sangrai terus sampai menguning atau matang

Setelah selesai, tambahkan bawang goreng

Gambar II.2 Skema pembuatan serundeng

4. Metode Isolasi Jamur

1. Khusus (secara murni) : hendrikill’s

Dengan cara ini dapat diketahui koloni jamur secara murni dan morfologi

jamur secara utuh dari sampel tersebut.

2. Umum : perangkap, semai, tanam langsung, pengenceran.

a. Metode perangkap

Dengan menggunakan perangkap jamur dari udara dapat diketahui

bentuk koloni dan morfologi dari jamur.


14

b. Metode Semai

Dengan cara tabur dari sampel pada media SGA dapat ditemukan

morfologi dari spesies jamur pada sampel tersebut.

c. Metode tanam langsung

Dengan cara tanam langsung dapat diketahui bentuk koloni dan

morfologi jamur yang ditanam di media SGA pada sampel tersebut.

d. Metode pengenceran

Dengan cara pengenceran dapat diketahui bentuk koloni dan

morfologi jamur dari sampel tersebut.

Penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Identifikasi

Jamur Mucor sp pada serundeng yang dijual di Pasar wilayah kecamatan

Mojoroto Kota Kediri” ini menggunakan Metode Semai tujuannya :

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secar semai atau tabur.

2. Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel

tersebut.

Prinsipnya dengan cara tabur sampel pada media SGA

dapatditemukan morfologi dari spesies jamur pada sampel tersebut.

Kelebihan dari metode ini karena metode ini sangat mudah untuk dilakukan

(Tim Lab Mikologi, 2011).

Sampel ditabur diatas permukaan medium kemudian diinkubasi

5-7hari pada suhu 24-28oC. Identifikasi dilakukan hanya dari koloni yang

murni. Pengamatan morfologi secara mikroskopis dari koloni tersebut

dilakukan dengan cara mengambil sedikit miselium yang bersporulasi dan

diletakkan pada kaca preparat. Sampel tersebut kemudian ditetesi dengan


15

asam laktat (85%), atau asam laktat catton blueatau laktofenol, atau

laktofenol catton blue, methylene blue (Gandjar dkk, 2006).

B. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi


serundeng:
Serundeng
a. Pengolahan yang kurang
benar

MetodeSemai b. Waktu penyimpanan

Inkubasi 7 hari pada


suhu kamar

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
jamur:
Mucor sp
a. Suhu

b. PH

c. Kelembapan

d. Substrat

Gambar II.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti
16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan

metode penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah

suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat

dari adanya perlakuan tertentu atau experimen tersebut. Percobaan ini berupa

perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari perlakuan tersebut

diharapkan terjadi perubahan atau pemgaruh terhadap variabel yang lain

(Notoatmodjo, 2010).

B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling

1. Populasi

Populasiadalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah serundeng yang

dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.

2. Sampel

Sampel adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010).Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 30 sampel serundeng yang dijual di Wilayah Kecamatan

Mojoroto Kota Kediri.

16
17

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini memilih teknik sampling secara aksidental

(accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian (Notoatmodjo, 2010).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu

Waktu pelaksanaan pemeriksaan sampel dilakukan pada tanggal 01–

07 Maret2014 dan tanggal 03–09 Mei 2014.

2. Tempat

a. Tempat pengambilan sampel dilakukan di Wilayah kecamatan

Mojoroto Kota Kediri.

b. Tempat praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Institut

ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang

nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya.

a. Variabel independent (bebas)

Adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel independent.Variabel bebas dalam penelitian ini adalahjamur

Mucor sp.
18

2. Definisi Operasional

Mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik

yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek (Hidayat,

2007).

Tabel III.I Definisi Operasional

Variabel Definisi
Parameter Kategori Skala Alat ukur
Operasional
Variabel Jamur Mucorsp Ditemukan Nominal Mikroskopis
Mucor sp
berbentuk sederhana
bebas merupakan atau tidak
atau bercabang,
jamur yang
Mucor sp tidak membentuk ditemukan
sering
stolon, dan rhizoid.
menyebabkan
Secara makroskopis
kerusakan pada
koloni berwarna
makanan.Jamur
hitam seperti biji
ini dikenal
kopi.
sebagai jamur
kontaminan dan
juga termasuk
jamur patogen
dan
menyebabkan
penyakit.
19

E. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

a. Alat

1) Mikroskop

2) Obyek Glass

3) Cover Glass

4) Ose bulat

5) Lampu spiritus

6) Plate

7) Erlenmeyer

b. Bahan

1) Serundeng sebanyak 30 sampel

2) Media SGA

3) Cat LCB

2 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi (pengamatan), yaitu cara

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung

untuk mencari hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2008).

F. Metode Isolasi Jamur

Metode isolasi jamur yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode semai.
20

1. Tahap-Tahap Penelitian

a. Isolasi Jamur

1) Sampel ditabur merata secara asepticpada media SGA (Sabouroud

Glukosa Agar).

2) Diinkubasi pada suhu 24-28 oC selama7 hari.

b. Cara Pemeriksaan

1) Makroskopis

Pada pemeriksaan makroskopis ini dilakukan dengan

mengamati warna, tekstur, dan konsistensi jamur pada media

Sabouroud Glukosa Agar (SGA) yang telah diinkubasi.

2) Mikroskopis

a) Obyek glass ditetesi cat LCB 2 tetes.

b) Diambil koloni jamur dengan ose dan dicampur dengan cat

LCB.

c) Ditutup dengan cover glass.

d) Diperiksa pada mikroskop dengan lensa obyektif 10X dan lensa

okuler 10X.

c. Identifikasi menggunakan mikroskop pembesaran 10x sebagai

berikut:

1) Siapkan mikroskop dalam posisi tegak.

2) Dicari sumber cahaya yang tepat dengan cara:

3) Lensa obyektif 10x ditempatkan di lubang stage.

4) Diafragmanya ditutup penuh.


21

5) Kondensor diturunkan penuh.

6) Mata didekatkan pada lensa okuler.

7) Cermin diputar sampai mendapatkan lapang pandang yang terang.

8) Setelah didapatkan lapang pandang yang terang, diletakkan sediaan

pada meja dan dijepit dengan penjepit sediaan.

9) Lensa obyektif diturunkan sampai hampir menyentuh sediaan

(dengan makrometer).

10) Dicari bayangan jamur dengan cara menaikkan lensa obyektif

dengan menggunakan makrometer secara perlahan-lahan.

11) Setelah bayangan jamur didapatkan, mikrometer diputar sampai

bayangan jamur jelas terlihat.

12) Diamati dan diidentifikasi spesies jamur yang ditemukan.

G. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, terlebih dahulu data diolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebeneran data yang

diperoleh atau dikumpulkan.

2. Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode-kode terhadap data yang telah

dikumpulkan.
22

3. Tabulasi

Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan peneliti.

4. Entri data

Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam tabel-tabel.

5. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara

manual dengan menghitung prosentase dari pertumbuhan jamur Mucor sp

(Hidayat, 2008).

H. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian.
23

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008).


24

I. Kerangka Kerja :

Menentukan populasi : populasinya serundeng yang dijual di


Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

Menentukan sampel :30 sampel serundeng yang dijual


diWilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

Menggunakan teknik samplingaksidental (accidental) sampling

Melakukan pengumpulan data yaitu dengan observasi

Melakukan pengolahan data :


1. Editing : memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan.
2. Tabulasi : membuat tabeldata sesuai dengan tujuan penelitian

Menyajikan data hasil penelitian :Berupa teks dan tabel

Kesimpulan dari hasil penelitian terhadap sampel


Gambar III.1Kerangka Kerja
25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil pemeriksan terhadap 30 sampel serundeng yang dijual di wilayah
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dengan metode semai sebagai berikut:
1. Hasil pemeriksaan makroskopis
Tabel IV.1 Hasil pemeriksaan serundeng pada Sabouraud Glukosa Agar
Kode
Warna Konsistensi Tekstur Spesies
sampel
1 Hitam Kering Serbuk Mucor sp
2 - - - -
3 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
4 - - - -
5 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
6 Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
7 Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
8 Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
9 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
10 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
11 Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
12 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
13 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
14 Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
15 Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
16 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
17
Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
18 Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
19 Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
20 - - - -
21 Putih Basah Kapas Rhizopus sp

25
26

Kode
Warna Konsistensi Tekstur Spesies
sampel
22 - - - -
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
23
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
24 Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
25 Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Hijau Kering Beludru Aspergillus fumigatus
26 - - - -
27 - - - -
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
28
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
29
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
Hitam Kering Serbuk Mucor sp
30
Putih Basah Kapas Rhizopus sp
27

2. Hasil pemeriksaan mikroskopis

Tabel IV.2 Hasil pemeriksaan spesies jamur dengan Lactophenol Cotton Blue
Kode
Sporangiospora Sporangium Sporangiosfor Vesikel Konidia Konidiofor Rhizoid Hifa Spesies
Sampel
1 + + + - - - - - Mucor sp
2 - - - - - - - - -
3 + + + - - - + - Rhizopus sp
4 - - - - - - - - -
5 + + + - - - + - Rhizopus sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
6 + + + - - - - - Mucor sp
- - - + + + - + Aspergillus fumigatus
- - - + + + - + Aspergillus fumigatus
7 + + - - - - + - Rhizopus sp
+ + + - - - - - Mucor sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
Aspergillus
8 - - - + + + - +
fumigatus
+ + + - - - - -
Mucor sp
9 + + + - - - + - Rhizopus sp
10 + + + - - - + - Rhizopus sp
Rhizopus sp
+ + + - - - + -
Aspergillus
11 - - - + + + - +
fumigatus
+ + + - - - - - Mucor sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
12
+ + + - - - - - Mucor sp

27
28

Kode
Sporangiospora Sporangium Sporangiosfor Vesikel Konidia Konidiofor Rhizoid Hifa Spesies
Sampel
+ + + - - - + - Rhizopus sp
13
+ + + - - - - - Mucor sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
14 - - - + + + - + Aspergillus fumigatus
+ + + - - - - - Mucor sp
Rhizopus sp
+ + + - - - + -
Aspergillus
15 - - - + + + - +
fumigatus
+ + + - - - - -
Mucor sp
16 + + + - - - + - Rhizopus sp
+ + + - - - - - Mucor sp
17 Aspergillus
- - - + + + - +
fumigatus
18 + + + - - - + - Rhizopus sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
19 - - - + + + - + Aspergillus fumigatus
+ + + - - - - - Mucor sp
20 - - - - - - - - -
21 + + + - - - + - Rhizopus sp
22 - - - - - - - - -
+ + + - - - + - Rhizopus sp
23
+ + + - - - - - Mucor sp
- - - - Rhizopus sp
+ + + +
Aspergillus fumigatus
24 - - - + + + - +
Mucor sp
+ + + - - - - -

28
29

Kode
Sporangiospora Sporangium Sporangiosfor Vesikel Konidia Konidiofor Rhizoid Hifa Spesies
Sampel
+ + + - - - + - Rhizopus sp
25 - - - + + + - + Aspergillus fumigatus
+ + + - - - - - Mucor sp
26 - - - - - - - - -
27 - - - - - - - - -
+ + + - - - + - Rhizopus sp
28
+ + + - - - - - Mucor sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
29
+ + + - - - - - Mucor sp
+ + + - - - + - Rhizopus sp
30
+ + + - - - - - Mucor sp

Keterangan: + = Ditemukan

- = Tidak ditemukan

29
30

3. Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 30 sampel secara makroskopis

dan mikroskopis dapat diketahui prosentasenya dengan rumus:

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

a. Pertumbuhan jamur Mucor sp

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

1
= 𝑥 100 %
30

= 33,3 %

b. Pertumbuhan Rhizopus sp

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

7
= 𝑥 100 %
30

= 23,3 %

c. Pertumbuhan Rhizopus sp,Mucor sp, Aspergillus fumigatus

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

9
= 𝑥 100 %
30

= 30 %
31

d. Pertumbuhan Mucor spdan Aspergillus fumigatus

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

1
= 𝑥 100 %
30

= 33,3 %

e. Pertumbuhan Mucor spdan Rhizopus sp

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

6
= 𝑥 100 %
30

= 20 %

f. Tidak menunjukkan adanya pertumbuhan jamur (negatif)

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

6
= 𝑥 100%
30

= 20 %

g. Total Plate yang berisi Mucor sp

Jumlah Jamur Tumbuh


%= x 100 %
Jumlah Sampel Keseluruhan

17
= 𝑥 100 %
30

= 56,7 %
32

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 30 sampel serundeng yang

dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri yang ditanam pada media

Sabouroud Glukosa Agar, ditemukan 1 plate sampel terdapat pertumbuhan

spesies jamur Mucor sp (33,3 %).7 plate sampel terdapat pertumbuhan spesies

Rhizopus sp (23,3 %). 9 plate sampel terdapat pertumbuhan spesies

Aspergillus fumigatus, Mucor sp dan Rhizopus sp(30 %). 1 plate sampel

terdapat pertumbuhan spesies Aspergillus fumigatusdanMucor sp(33,3 %).6

plate sampel terdapat pertumbuhan jamur Rhizopus sp dan Mucor sp(20 %).6

plate sampel tidak terdapat pertumbuhan jamur (negatif) (20 %). Total plate

yang berisi jamur Mucor sp 17 plate (56, 6 %). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa jamur Mucor sp dapat mengkontaminasi serundeng yang

dijual di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.

Kerusakan pada serundeng yang disebabkan ketika kondisi

lingkungan tidak menguntungkan atau ruang penyimpanan berkelembapan

tinggi, kebersihan tempat serundeng ketika dihidangkan yang kurang benar

tidak tertutup atau dibiarkan terbuka. Dengan demikian debu, kotoran dan

spora jamur dapat menempel pada serundeng sehingga menyebabkan

perubahan fisik dan dapat ditumbuhi oleh jamur.

Penyebab lain yaitu pada proses pengolahan serundeng. Tingkat

kebersihannya dan pemilihan bahan-bahan yang tepat, karena jika tidak pada

proses pengolahanbisa mengasilkan serundeng yang tidak layak untuk


33

dikonsumsi. Kadar air berlebih yang ditimbulkan oleh proses peruraian

minyak yang terkandung didalam serundeng yang menyebabkan tumbuhnya

jamur, sehingga serundeng yang terkontaminasi jamur tidak dapat layak

dikonsumsi manusia karena dapat menimbulkan penyakit.

Mucor sp adalah jamur yang dikenal sebagai jamur kontaminan dan

juga termasuk jamur patogen dan menyebabkan penyakit. Zigomikosis adalah

penyakit kosmopolit, yang juga ditemukan di Indonesia. Penyebab

zigomikosis atau mukormikosis ialah jamur yang termasuk dalam ordo

Mucorales, family Mucoraceae. Genus Rhizopus, Absidia dan Rhizomucor

merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Ketiganya adalah jamur

kontaminan yang terdapat di alam bebas.

Cara transmisi terpenting adalah inhalasi spora jamur ke paru dan

menyebabkan kelainan di paru. Spora yang terhirup juga dapat menyebabkan

zigomikosis rinoserebral yang merupakan bentuk klinis yang paling banyak

ditemukan(Sutanto, 2008).
34

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium

mikologi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri terhadap 30 sampel

serundeng di Wilayah Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dapat disimpulkan

bahwa sampel serundeng positif 17 plate terkontaminasi oleh jamur Mucor sp

(56,7%),6 plate sampel serundeng (20%) tidak menunjukkan adanya

pertumbuhan jamur (negatif) dan serta ditumbuhi jamur spesies lain.

B. Saran

1. Penjual Serundeng

Kepada para penjualserundeng untuk menghasilkan kualitas

serundeng yang baik, harus selalu memperhatikan pola pengolahannya

mulai saat proses pemilihan kelapa, rempah-rempah, pembuatannya

hingga menjadi serundeng, kebersihan, proses pengemasan, cara

penyimpanan sampai dijual dimasyarakat. Karena dengan pengolahan

yang baik dan benar tidak akan merugikan masyarakat yang

mengkonsumsi serundeng tersebut.

2. Konsumen

Kepada para konsumen agar lebih teliti dalam membeli

serundeng, memahami secara fisik apakah serundeng tersebut masih

34
35

layak dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan dampak kepada orang

yang mengkonsumsinya.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan metode lain selain

metode semai sehingga tidak hanya melakukan pemeriksaan dengan

mengunakan satu metode sehingga peneliti selanjutnya bisa menemukan

sesuatu yang baru dan juga menambah wawasan serta pengalaman yang

lain. Peneliti selanjutnya menggunakan populasi tidak hanya di wilayah

Kecamatan Mojoroto Kota Kediri saja mungkin bisa ditempat lainsehingga

dapat menjelaskan kontaminasi serundeng secara menyeluruh.


36

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Gandjar, Indrawati, dkk. 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta :


Yayasan Obor Indonesia.

Gandjar, Indrawati, dkk. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.Jakarta : Yayasan


Obor Indonesia.

Hariskal. 2010. Kerusakan Minyak


Goreng.http://hariskal.wordpress.com/2009/05/09kerusakan-minyak-
goreng/. Diakses 1 Desember 2013.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Palungkun. 2001. Pemanfaatan Kelapa. Bandung : Widya.

Sutanto, Inge (Ed). 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah


Malang Press.

Tim Laboratorium Mikologi. 2011. Petunjuk Praktikum Mikologi. Kediri : Institut


Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata.
37

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni


No Kegiatan 2013 2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul KTI 
2 Uji Pendahuluan
3 Konsultasi proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Penelitian
7 Penyusunan hasil penelitian
8 Pelaksanaan ujian KTI

37
38

Lampiran 2

Pembuatan Media Sabaroud Glucose Agar (SGA).

Komposisi :

- Glukosa 40 gram

- Pepton 10 gram

- Agar 18 gram

- Aquadest 1000 ml

Perhitungan :

30
Aquadest steril x 100 = 500 ml
6

65
SGA x 500 = 32,5 gram
1000

Cara Pembuatan :

- Ditimbang 32,5 gram SGA kemudian dimasukkan dalam

Erlenmeyer.

- Ditambahkan aquadest sebanyak 500 ml lalu diaduk sampai larut.

- Dipanaskan dengan nyala api tidak terlalu besar hingga larut dan

PH 5,6.

- Disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C, dengan tekanan 1,5

atm selama 1 Jam.

- Setelah dingin simpan dalam suhu 4o – 8oC.


39

Lampiran 3

Pembuatan Cat Lactophenol Cotton Blue (LCB)

Komposisi :

- Kristal phenol 20 gram

- Asam laktat 20 gram

- Gliserol 40 ml

- Cotton blue 0,05 gram

- Aquadest 20 ml

1. Cara membuat

Semua bahan dimasukkan dalam beaker glass, diaduk sampai larut

dan dimasukkan dalam botol coklat tertutup.

2. Fungsi

- Asam laktat untuk pengawet dan mencegah pengerutan sel.

- Phenol untuk mematikan sel jamur.

- Cotton blue untuk pewarnaan, sehingga jamur akan berwarna biru.


40

Lampiran 4

Skema Pemeriksaan

Serundeng

SGA
Inkubasi 7 hari pada
suhu 24-28 oC.

- Ambil koloni yang


tumbuh
- Tambah satu tetes cat
LCB
- Tutup dengan cover

Identifikasi jamur

HASIL
41

Lampiran 5

Alat dan Bahan

8 9
3
4
2
5

Gambar 1. Alat dan Bahan

Keteranagan:
1. Mikroskop
2. Erlenmeyer 500ml
3. Media SGA
4. Plate, sendok
5. Lampu spiritus
6. Cat LCB
7. Obyek
8. Cover glass
9. Korek api
42

Lampiran 6

Hasil Pemeriksaan

Gambar 2. Media SGA (Sabouraud Glukosa Agar)

Gambar 3. Makroskopis jamur Rhizopus sp


43

Gambar 4. Makroskopis jamur Aspergillus fumigates

Gambar 5. Makroskopis jamur Mucor sp


44

Gambar 6. Sampel yang tidak ditumbuhi jamur

Gambar 7.Mikroskopis jamur Rhizopus sp


45

Gambar 8. Mikroskopis jamur Aspergillus fumigatus

Gambar 9. Mikroskopis jamur Mucor sp


46

Lampiran 7

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dan mengetahui manfaat penelitian

yang berjudul“IDENTIFIKASI JAMUR MUCOR SP PADA SERUNDENG

YANG DIJUAL DI WILAYAHKECAMATAN MOJOROTO KOTA

KEDIRI DENGAN METODE SEMAI”.

Dengan ini saya menyatakan bersedia ikut terlibat sebagai responden, dengan

catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak

membatalkan persetujuan ini.

Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiannya.

Kediri, ....................
Responden

(....................................)
47

Lampiran 8

Lembar Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai