Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

METABOLISME MIKRONUTRIEN CADMIUM (Cd)

Disusun Oleh :
Aniq Nailil Muna 22030114120045
Siti roikatul jannah 22030117120029
Gendis raka siwi 22030117120047
Tazkiah syahidah 22030117130067
Irnawati 22030117130089
Ni Putu Sari D 22030117140019

PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
A. Definisi Logam Kadmium (Cd) 1
Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa atom
112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam tabel periodik.
Logam Cd dikenal sebagai unsur chalcophile, jadi cenderung ditemukan dalam deposit
sulfide.
Kemelimpahan Cd pada kerak bumi adalah 0,13 µg/g. Pada lingkungan akuatik, Cd
relatif bersifat mudah berpindah. Cd memasuki lingkungan akuatik terutama dari deposisi
atmosferik dan efluen pabrik yang menggunakan logam ini dalam proses kerjanya. Di
perairan umumnya Cd hadir dalam bentuk ion-ionnya yang terhidrasi, garam-garam
klorida, terkomplekskan dengan ligan anorganik atau membentuk kompleks dengan ligan
organik.
Cd di sedimen perairan yang tak terkontaminasi berkisar antara 0,1 sampai 1,0µg/g
bobot kering. Pada umumnya di air permukaan, baik Cd terlarut maupun partikulatnya
secara rutin dapat terdeteksi. Koefisien distribusi Cd partikulat/Cd terlarut pada perairan
sungai di dunia berkisar dari 104 sampai 105 . Fluks input antropogenik secara global per
tahun jauh melebihi emisi Cd dari sumber alamiahnya seperti kegiatan gunung berapi,
Windborne soil particles, garamgaram dari laut dan partikel biogenik sampai dengan satu
tingkatan magnitude.
Secara global sumber utama Cd adalah dari deposisi atmosferik, proses smelting dan
refining dari logam non ferrous, proses industri terkait produksi 10 bahan kimia dan
metalurgi, serta air buangan limbah domestik. Hanya 15% saja dari deposisi atmosferi
yang berasal dari sumber-sumber alamiah. Diperkirakan 1.000 ton Cd dilepaskan per
tahun ke atmosfer dari smelters dan pabrik-pabrik yang mengolah Cd. Pelepasan Cd ke
dalam perairan alamiah sebagian besar berasal dari industri galvanik, sumber lain polusi
Cd adalah industri batrei, pupuk dan fungisida yang mengandung Cd dan Zn juga
merupakan sumber potensial polusi kedua logam ini.
Kadmium (Cd) adalah logam yang bersifat kronis dan pada manusia biasanya
terakumulasi dalam ginjal. Keracunan Cd dalam waktu yang lama membahayakan
kesehatan paru-paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi dan ginjal. Logam ini juga bersifat
neurotoksin yang menimbulkan dampak rusaknya indera penciuman.
B. Sifat Logam Kadmium2
Kadmium memiliki sifat fisik yakni, merupakan logam berwarna putih keperakan,
megkilat, lunak, mudah ditempa dan ditarik, titik lebur rendah, akan kehilangan kilapnya
apabila dalam udara basah atau lembab, dan akan mengalami kerusakan bila terkena uap
amonia dan sulfur hidroksida.
Kadmium memiliki sifat kimia, yakni tidak larut dalam basa, larut dalam H2SO4
Encer dan HCl encer, tidak menunjukkan sifat amfoter, bereaksi dengan halogen dan
nonlogam, Kadmium merupakan logam yang cukup aktif, dalam udara terbuka, jika
dipanaskan akan membentuk asap cokelat CdO, memiliki ketahanan korosi yang tinggi,
dan CdI2 larut dalam alkohol.
C. Fungsi Kadmium3
Kadmium digunakan secara luas di proses industri, misalnya sebagai bahan
antikorosif, stabilisator panas dalam produk polyvinyl chloride (PVC), pigmen warna,
electroplating, neutron-absorber pada pembangkit tenaga nuklir, pembuatan alloy, solder,
peleburan metal non ferrous dan pada pembuatan baterai nikel-cadmium/alkali.
D. Kebutuhan Kadmium4
Tidak ada RDA atau DRI yang dibentukuntuk cadmium. Total asupan makanan
bentuk harian di Amerika Utara dan Eropa bervariasi tetapi umumnya kurang dari 100 g /
hari. Di daerah yang sangat tercemar, asupan makanan telah dilaporkan jauh lebih besar.
Merokok juga meningkatkan jumlah cadmium dalam tubuh. Studi telah menemukan
asupan cadmium setiap hari menjadi 2-4 g saat merokok satu bungkus rokok per hari.
Sejumlah besar cadmium tidak boleh dikonsumsi dan individu harus menghindari paparan
logam. Kadmium tidak dikeluarkan dari tubuh dan dari waktu ke waktu dapat
membangun ketingkat beracun.
E. Metabolisme Kadmium dalam Tubuh
Kadmium ditransportasikan dalam darah yang berikatan dengan sel darah merah dan
protein berat molekul tinggi dalam plasma, khususnya oleh albumen. Sejumlah kecil Cd
dalam darah mungkin ditransportasikan oleh metalotionin. Kadar Cd dalam darah pada
orang dewasa yang terpapar Cd secara berlebihan biasanya 1 ɥg/dL, sedangkan bayi yang
baru lahir mengandung Cd cukup rendah, yaitu kurang dari 1 mg dari beban total tubuh.
Absorpsi Cd melalui gastrointestinal lebih rendah dibandingkan absorpsi melalui
respirasi, yaitu sekitar 5-8%. Absorpsi Cd akan meningkat bila terjadi defisiensi Ca, Fe,
dan rendah protein di dalam makanannya. Difisiensi Ca dalam makanan akan merangsang
sintesis ikatan Ca-protein sehingga akan meningkatkan absorpsi Cd, sedangkan
kecukupan Zn dalam makanan bisa menurunkan absorpsi Cd.
Kadmium yang ditransportasikan dalam darah berikatan dengan protein yang
memiliki berat molekul rendah, yatu metalotionin (MT) tadi. Dalam isolat MT yang
berasal dari ginjal, ditemukan Zn sebesar 2,2% dan Cd 5,9%. MT memiliki daya ikat
yang sama terhadap beberapa jenis logam berat sehingga kandungan logam berat bebas
dalam jaringan berkurang kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh
interaksi antara Cd dan protein tersebut sehingga memunculkan hambatan terhadap
aktivitas kerja enzim. Metalotionin merupakan protein yang sangat peka dan akurat
sebagai indikator pencemaran. Hal itu didasarkan pada suatu fenomena alam dimana
logam-logam bisa terikat di dalam jaringan tubuh organisme karena adanya protein
tersebut.
Logam berat Cd memiliki kemampuan untuk mengikat gugus S (sulfur) dan COOH
(karboksil) dari molekul protein, asam amino, dan amida. Logam berat juga memiliki
kemampuan untuk mengggantikan keberadaan logam-logam lain yang terdapat dalam
metalloprotein. Sebagai contoh, untuk logam yang ada dalam suatu protein, logam Cu
dapat digantikan oleh Cd sehingga peran Cu dalam pembentukan ikatan-ikatan kovalen
koordinasi anatarmolekul protein terganggu. Logam berat kadmium (Cd) memiliki
afinitas yang tinggi terhadap unsur S yang menyebabkan Cd menyerang ikatan belerang
dalam enzim sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus karboksilat (-
COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat Cd. Kadmium terikat pada
sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Metabolisme
Cd berhubungan dengan metabolisme Zn, yaitu sama-sama membentuk ikatan dengan
MT demikian pula transpor Cd karena Cd memiliki sifat kimia yang mirip dengan Zn
(seng).
Setelah toksikan Cd memasuki darah, toksikan didistribusikan dengan cepat ke
seluruh tubuh. Pengikatan toksikan dalam jaringan bisa menyebabkan lebih tingginya
kadar toksikan dalam jaringan tersebut. Kadmium memiliki afinitas yang kuat terhadap
hepar dan ginjal. Pada umumnya, sekitar 50-75% dari beban Cd dalam tubuh terdapat
pada kedua organ tersebut. Kadar Cd dalam hepar dan ginjal bervariasi tergantung pada
kadar total Cd dalam tubuh. Apabila MT hepar dan ginjal tidak mampu lagi melakukan
detoksifikasi maka akan terjadi kerusakan sel hepar dan ren.
Absorpsi, Distribusi, Eksresi Kadmium dalam Tubuh
Logam berat Cd bisa masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia melalui berbagai cara,
yaitu:
1. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran batu bara
2. Melalui wadah/tempat berlapis Cd yang digunakan untuk tempat makanan atau
minuman
3. Melalui kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Cd
4. Melalui jalur rantai makanan
5. Melalui konsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung Cd.
Absorpsi kadmium dalam saluran pencernaan meliputi 2 tahap, yaitu:
1. Penyerapan Cd dari lumen usus melewati membran brush border ke dalam sel
mukosa.
2. Transpor Cd ke dalam aliran darah dan deposisi dalam jaringan, terutama dideposit di
hati dan ginjal. Seperti halnya Zn, Cd memiliki afinitas yang tinggi pada testis
sehingga konsentrasi pada jaringan testis juga lebih tinggi dibandingkan pada jaringan
lainnya.
Kadmium tidak diabsorpsi dengan baik, yaitu sekitar 5-8%. Namun, itu tetap lebih
tinggi dibandingkan absorpsi mineral dan sulit dieleminasi dari dalam tubuh sehingga
akan dideposit di dalam tubuh. Kadmium diabsorpsi dan diakumulasi. Eksresi Cd terjadi
melalui urin dan feses. Data akumulasi Cd sangat efisien dengan waktu paruh biologis
yang sangat panjang dalam tubuh manusia, yaitu kurang lebih 40 tahun. Pada mamalia
yang baru lahir tidak terdapat kadmium tetapi selanjutnya Cd bisa terakumulasi terus
dalam tubuh sepanjang hidupnya, yaitu dalam hati dan ginjal, sekitar 50-75%, terutama
yang berikatan dengan proteintionin dan mengibah tionin menjadi metalotionin. Proporsi
Cd yang diabsorpsi dalam tubuh organisme dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
susunan kimia Cd, serta dosis dan frekuensi paparan Cd. 5
F. Toksisitas Kadmium
Keracunan kadmium secara akut dapat terjadi dengan menghirup kadmium oksida,
yang misalnya terjadi pada pernapasan (antara lain berkeringatnya) campuran logam yang
mengandung kadmium. Konsentrasi yang rendah akan menyebabkan batuk, mual,
rangsang muntah dan kesulitan bernapas.
Pada keracunan berat setelah periode laten sekitar satu hari (atau bahkan lebih lama
lagi) akan terjadi udem paru-paru toksik yang dapat menyebabkan kematian. Pada
pemasukan secara oral timbul gejala-gejala saluran cerna paruh seperti muntah-muntah
yang hebat, sakit perut, tenesma dan diare.
Pada keracunan kadmium kronis terjadi batuk dan pilek yang berlangsung lama
disertai hiposmia dan anosmia akibat rusaknya epitel penciuman, juga terjadi kerusakan
ginjal dan proteinuria yang khas adalah warna kuning dari kadmium sulfida pada gigi.
Penanganan keracunan kadmium secara spesifik belum diketahui. Senyawa EDTA
(EtilendiaminTetraacetic Acid) dan senyawa DTPA (Dietiltriamin Pentaacetic Acid)
dapat memperkecil daya racun Cd. Karena itu pada korban yang memperlihatkan gejala-
gejala keracunan akut oleh Cd untuk tindakan pencegahan adalah dengan EDTA dan
DTPA, sedangkan untuk keracunan yang kronis, hal ini sama sekali tidak berlaku. Terapi
efektif untuk keracunan kadmium sukar dilakukan. Setelah penghirupan akut, penderita
harus dipindahkan dari sumber kadmium dan ventilasi paru harus dipantau dengan
cermat. Napas buatan dan terapi steroid mungkin diperlukan. Terapi dengan CaNa2
EDTA umumnya diberikan, meskipun tidak terbukti bermanfaat. Dimerkaprol
dikontraindikasikan karena obat ini meningkatkan nefrotoksisitas. Hal tersebut mungkin
karena kadmium didistribusi ketempat yang sukar dicapai oleh kelator. 6
G. Interaksi Kadmium dengan Zat Lain
Logam kadmium dapat dibawa ke dalam tubuh oleh seng yang terikat dalam protein
(dalam hal ini adalah struktur protein yang mengandung rantai seng). Seng dan kadmium
berada dalam satu grup dalam susunan unsur berkala, mempunyai bilangan oksidasi yang
sama (+2), jika terionisasi akan membentuk partikel ion yang berukuran hampir sama.
Dari banyak kesamaan tersebut, maka kadmium dapat menggantikan rantai seng dalam
banyak sistem biologi (organik). Ikatan kadmium dalam zat organik mempunyai kekuatan
10 kali lebih besar dibandingkan dengan seng jika terikat dalam zat organik. Sebagai
tambahan, kadmium juga dapat menggantikan magnesium dan kalsium dalam ikatannya
dengan struktur zat organik. 7
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggriana, Dwi. Analisis Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd)
Pada Air Sumur Di Kawasan Pt. Kima Dengan Metode Spektrofotometri Serapan
Atom (Ssa). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Makasar: 2011.
2. Udin, Sjamsudin. Logam Berat Antagonis dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 3.
Universitas Indonesia. Jakarta : 1987.
3. Istarani, Festri. Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) terhadap Penurunan
Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 1. 2014.
4. Anonim.
http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/cadmium.htm#SectionTitle:10.2%2
0%20Relevant%20laboratory%20analyses%20and%20other%20investigations
diakses pada tanggal 28 April 2018.
5. Imam, Perdana Rizki. Efektifitas Limbah Padat Tepung Tapioka Sebagai Karbon
Aktif Pada Saringan Dalam Menurunkan Kadar Kadmium (Cd) Pada Air Sumur Gali
Masyarakat Desa Namo Bintang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan: 2012.
6. Anonim. http://eprints.ums.ac.id/16866/2/BAB_I.pdf diakses pada 26 April 2018
7. Rusdianto, P. R. Pemanfaatan Kitin Udang Untuk Menurunkan Kadar Kadmium (Cd)
Dan Seng (Zn) Pada Limbah Cair Pabrik Tekstil ”X” Di Yogyakarta. Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta: 2010.

Anda mungkin juga menyukai