Anda di halaman 1dari 12

PENCEMARAN LOGAM BERAT

Selain sebagian besar berasal dari proses industri dan pertambangan, ternyata pencemaran logam berat
yang berasal dari alami pun bisa terjadi. Misalnya logam yang dibebaskan dari proses kimiawi dan
aktivitas gunung berapi, logam yang ditransportasi oleh ikan dari atmosfer berupa partikel debu, serta
dari abrasi pantai.
Beberapa jenis logam berat antara lain sebagai berikut : Al (aluminium), Hg (merkuri), Pb (plumbum),
Zn (zinc), Cr (chromium), Cu (cufrum), Cd (Cadmium), Co (Cobalt), dan lain sebagainya. Beberapa dari
logam berat berdampak negatif terhadap tubuh manusia misalnya timbulnya beberapa penyakit
berbahaya. Contohnya saja pada logam berat Merkuri (Hg), dewasa ini penggunaan merkuri sangat
marak diberbagai produk kosmetik dengan tujuan agar kulit si pemakai akan tampak putih. Padahal
tidak demikian, Hydragyrum/Merkuri jika masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan dampak yang
sangat berbahaya, misalnya Kulit akan menjadi lebih gelap dan kusam (ketika kosmetik dihentikan
pemakaiannya), keguguran, dan lebih parahnya akan mengakibatkan kanker kulit.
Logam berat akan lebih berbahaya apabila telah tercemar ke lingkungan, misalnya pencemaran logam
berat terhadap air. Jenis logam berat yang bisa mencemari air itu salah satunya Cd (Cadmium),
Cadmium tercemar dalam air akibat dari proses pertambangan, buangan industri, dan pengelasan
logam. Air menjadi tidak layak konsumsi lagi karena sudah tercemar oleh logam berat, apabila
dikonsumsi akan berakibat fatal terhadap tubuh misalnya timbul tekanan darah tinggi, kerusakan
jaringan ginjal testibuler, dan kerusakan sel-sel darah merah. Sedangkan untuk kerusakan lingkungan
akan berdampak terhadap kehidupan air.
Kehidupan air akan sangat terancam apabila logam berat tercemar di sungai, danau, atau laut.
Terutama terhadap ikan-ikan yang hidup di sungai yang tercemar logam berat. pengaruh toksisitas Cd,
Ni, dan Cr pada morfologi insang ikan salmon. Ikan akan mengalami hipoksia (karena kesulitan
mengambil oksigen dari air), sehingga terjadi penebalan pada sel epitel insang dan berakibat ikan
kurang mampu berenang, ( oleh Hughes, dkk. 1979 ).

Sumber pencemaran logam berat dibagi dua sumber yaitu sumber alami dan sumber buatan.
---Sumber alami :
1. Berasal dari daerah pantai (coastal supply), yang bersumber dari sungai, abrasi pantai oleh
aktifitas gelombang.
2. Berasal dari logam yang dibebaskan oleh aktivitas gunung berapi dan logam yang dibebaskan
oleh proses kimiawi.
3. Berasal dari lingkungan daratan dan dekat pantai, termasuk logam yang ditransportasi oleh
ikan dari atmosfir berupa partikel debu.
---Sumber buatan :
Logam-logam berat yang dibebaskan oleh proses-proses industri atau kegiatan pertambangan.
Pengaruh Logam Berat Terhadap Kesehatan Manusia :
Beberapa jenis logam yang termasuk katagori logam berat antara lain sebagai berikut : Alminium
(Al), Antimony (Sb), Cadmium (Cd), Chromium (Cr), Cobalt (Co), Cufrum (Cu), Ferrum (Fe),
Manganese (Mn), Merkuri (Hg), Molybdenum (Mo), Salenium (Se), Silver (Ag), Tin (Sn), Plumbum
(Pb), Vanadium (V) dan Zinc (Zn). Logam berat seperti ; Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Plumbum
(Pb), Chromium (Cr), Cufrun(Cu), Cobalt (Co) sangat berbahaya bila kadarnya yang terlarut
dalam tubuh manusia cukup tinggi atau melebihi ambang batas baku. Logam-logam berat ini
bersifat sangat toxic (beracun) yang dapat masuk ke tubuh manusia melalui beberapa cara yaitu
dari makanan, melalui pernafasan dan penetrasi melalui kulit.
Uraian Beberapa Logam Berat yang Sangat Berbahaya.
Merkuri (Hg)
Minamata, adalah teluk yang berada di sebelah Barat Daya Kyushu Jepang. Pada tahun 1953 ,
banyak masyarakat nelayan di wilayah tersebut menderita penyakit aneh seperti ; terjadi
kelemahan otot , kehilangan penglihatan, daya dengar menurun, mulut terasa tersumbat, gusi
membengkak, ketidakseimbangan fungsi otot, lumpuh, bahkan banyak yang meninggal mendadak.
Awalnya penyakit tersebut tidak diketahui penyebabnya, tetapi tahun 1959 setelah melalui
penelitian diketahui bahwa penyebab penyakit tersebut di atas akibat masyarakat mengkonsumnsi
ikan laut, kerang, kepiting dan jenis biota laut lainnya yang terkontaminasi oleh logam berat jenis
Merkuri (Hg) hasil limbah Industri Petrokimia Chiso Minamata Factory. Penyakit akibat tercemar
logam berat merkuri terkenal dengan nama “ Minamata “ (Fujiki, 1972).Merkuri dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, sebab timbunan Hg yang paling banyak dalam organ
tubuh manusia terdapat pada hati dan ginjal. Selain itu garam organik merkuri HgCl2 bersifat
korosif terhadap usus dan paling berbahaya untuk merusak jaringan otak.

Cadmium (Cd)
Tahun 1947, masyarakat Jepang yang berdiam di pinggiran sungai Jintsu, Toyama, juga
terjangkit penyakit yang aneh semacam penyakit rematik. Biasanya penyakit nyeri tulang ini
disebut penyakit “ Ita-ita “.
Tahun 1968 setelah para ahli melakukan penelitian diketahui bahwa penyakit ini disebabkan oleh
racun limbah logam Cadmium (Cd) dari Perusahaan Tambang Mitsui dan Perusahaan Pemisahaan
Logam Kamioka.
Racun Cadmium (Cd) awalnya dimulai dengan perubahan warna kuning pada gigi, kemudian
diikuti gangguan pada rongga hidung, bersin, hilangnya indra penciuman, dan mulut menjadi
kering. Tanda-tanda yang paling khas dari penyakit ini adalah nyeri pada punggung dan otot
kaki. Logam berat Cadmium paling banyak dalam bentuk Cd bervalensi H, yang berikatan dengan
gugus anorganik (halida, oksida, sulfida). Cadmium (Cd) dengan gugusan karbonat, sulfida dan
hidroksida mempunyai kelarutan yang sangat rendah sehingga Cadmium (Cd) di lingkungan
perairan banyak terdapat dalam sedimen.
Cadimium (Cd) biasanya dihasilkan sebagai produk industri seng dan keperluan industri tambang
lainnya dan dapat ditemukan pada : (1) endapan sulfide terutama biji seng;(2) endapan biji
timbal dan tembaga ;(3) batu bara yang mengandung belerang tinggi.

Plumbum (Pb)
Plumbum (Pb) yang lebih dikenal nama Timbal atau timah merupakan salah satu logam berat
yang beracun bagi manusia. Timbal dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernafasan dan air
yang terkontaminasi dengan Plumbum (timbal). Keracunan Plumbum (Pb) biasanya diakibatkan
oleh terjadinya akumulasi logam berat tersebut di dalam tubuh manusia yang akan menyebabkan
penyakit anemia, kerusakan susunan saraf pusat dan ginjal. Tanda klasik dari kercunan logam
Plumbum (Pb) adalah ataxia, koma dan gangguan pada pergerakan. Di samping pengaruh-
pengaruh di atas racun Plumbum (Pb) diketahui juga berpengaruh terhadap sistem reproduksi.
Plumbum(Pb) digunakan untuk Industri peralatan yang berbahan kuningan, pipa air minum,
produk mainan dan lapisan kaca keramik dan porselin.

Chromium (Cr)
Logam Chromium (Cr) juga beracun bagi manusia. Pengaruh racun ini pada awalnya juga
diketahui di Jepang pada tahun 1960, dimana masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pabrik
Kiryama, Nippon-Denko Concern di Pulau Hokkaido banyak menderita penyakit kanker paru-
paru. Awalnya penyakit ini tidak diketahui penyebabnya, setelah melalui penelitian ternyata
Kesehatan Lingkungan 2 of 5
penyakit tersebut diketahui sebagai akibat dari masyarakat menghirup limbah debu Industri
tersebut di atas yang mengandung Chromium Bervalensi IV (Cr+4) dan (Cr+6).

Cufum (Cu) / Tembaga


Logam berat ini merupakan salah satu logam esensial yang dibutuhkan oleh manusia untuk
metabolisme besi dalam hemoglobin, akan tetapi karena logam Cu dapat terakumulasi di dalam
jaringan tubuh maka apabila konsentrasi logam ini sangat besar akan meracuni manusia.
Pengaruh racun yang ditimbulkan yaitu muntah-muntah, rasa panas di daerah lambung dan
mencret, kemudian disusul dengan nekrosi hati dan koma. Penyebabnya adalah kegiatan
pertambangan biji tembaga.

Cobalt (Co)
Logam Cobalt sebenarnya dibutuhkan manusia dalam jumlah yang sangat sedikit untuk proses
pembentukan butir darah merah. Cobalt (Co) dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui
Vitamin B12 yang masuk ke tubuh manusia. Cobalt (Co) dalam jumlah yang besar yang masuk ke
dalam tubuh akan merusak kelenjar gondok, sel darah merah menjadi berubah, tekanan darah
menjadi tinggi, pergelangan kaki menjadi bengkak, penyakit gagal jantung, sesak nafas, batuk-
batuk dan kondisi badan yang lemah. Wabah keracunan Cobalt pernah terjadi di Amerika tahun
1964-1966 di kota Nebraska dan Ohama. Masyarakat kedua kota tersebut mengalami gagal
jantung. Penyebabnya adalah beberapa Industri menggunakan Cobalt (Co) dalam proses produksi
misalnya : produksi minuman kaleng.

Berdasarkan definisinya, pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang
dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan
berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan
arahan tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program
kerja pengendalian pencemaran air (PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air).
Besar dampak pencemaran akibat limbah yang masuk dalam lingkungan perairan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain (Sutamihardja, 1990 dalam Wardhani, 2005):

Toksisitas zat pencemar

Daya racun zat pencemar logam terhadap organisme di perairan dapat diketahui melalui LC-50.
LC-50 adalah kadar suatu zat dalam air yang mampu membunuh 50% hewan uji dalam waktu
tertentu, waktu pengamatan adalah 48 atau 96 jam. Semakin rendah nilai LC-50, maka
semakin tinggi daya racun zat pencemar.

Konsentrasi zat pencemar

Tingginya konsentrasi zat pencemar pada badan air akan menyebabkan paparan zat pencemar
yang tinggi pada mahluk hidup.

Waktu kontak pencemar dan organisme

Waktu kontak dengan zat pencemar akan menentukan konsentrasi pencemar tersebut dalam
tubuh organisme. Meskipun demikian, setiap organisme memiliki respon yang berbeda terhadap
zat pencemar. Saat terjadi paparan pada tingkat tertentu, ikan dan nekton mampu menghindar.
Sebaliknya, bentik tidak dapat berpindah sebagaimana ikan. Namun, pada sungai dengan aliran
deras, konsentrasi zat pencemar pada tubuh bentik akan lebih sedikit karena waktu kontaknya
lebih singkat dibandingkan pada kondisi aliran lemah.

Volume badan air yang menerima zat pencemar

Kapasitas badan perairan sangat berperan dalam proses terjadinya pengenceran konsentrasi zat
pencemar. Makin besar kapasitas sungai, maka kemampuan sungai untuk melakukan pengenceran
akan makin baik, sehingga mampu mengurangi sifat berbahaya dari pencemar pada sungai. Selain
faktor-faktor tersebut, intensitas pencemaran juga bergantung pada komposisi biologi yang ada di
lingkungan serta sifat-sifat fisik dan kimiawi media air itu sendiri.
1. Penyebaran Polutan

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem yang berpotensi besar untuk mengalami
polusi atau pencemaran. Pencemaran dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam kawasan ini, yaitu kegiatan pertanian, transportasi, industri, rumah tangga, dan
lain sebagainya. Komponen utama dari DAS yang berpotensi untuk tercemar adalah badan air
dan sedimen (tanah), yang selanjutnya akan berpengaruh pula terhadap kualitas pertanian dan
makhluk hidup yang berinteraksi dengan komponen-komponen yang ada dalam sistem daerah
aliran sungai atau daerah yang dipengaruhinya.
Sumber pencemar DAS dapat berupa pencemaran titik atau Point Source (PS) Pollutants, yakni
sumber-sumber polutan yang dapat ditentukan dengan jelas darimana titik atau daerah asalnya,
misalnya polutan yang dihasilkan dari kegiatan industri dan pertambangan. Sumber pencemar
yang kedua adalah pencemaran garis atau Non Point Source (NPS) Pollutants, yakni sumber-
sumber polutan yang sulit untuk dikenali secara pasti darimana titik atau daerah polutan tersebut
berasal. Bahan pencemar yang berasal dari kegiatan pertanian digolongkan sebagai NPS.

Unsur pencemar badan air dapat terdiri dari unsur konservatif, unsur non-konservatif, buangan
thermal (panas), dan buangan radioaktif. Unsur konservatif yaitu unsur yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme berupa zat anorganik, logam berat, dan lain-lain. Unsur ini akan
berkurang konsentrasinya apabila terjadi pengenceran. Pada pengenceran Point Source dengan
unsur konservatif, konsentrasi campurannya dapat dihitung dengan persamaan II.1 (Lin, 2001).

Sementara, unsur non-konservatif adalah unsur berupa zat organik yang dapat diuraikan oleh
mikoorganisme. Buangan yang berupa zat organik merupakan makanan bagi mikroorganisme
yang ada dalam air dan akan diuraikan menjadi zat lain yang lebih stabil serta CO2 dan H2O.
Namun, dalam menguraikan zat organik membutuhkan oksigen yang dapat diambil dari oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen, DO) sehingga apabila zat organik yang terdapat dalam suatu perairan
terlampau tinggi, dapat menyebabkan penurunan DO yang signifikan. Apabila DO habis akan
terjadi kondisi septik sehingga berkembang mikroorganisme anaerob yang umumnya merupakan
mikroorganisme patogen. Meskipun demikian, badan air memiliki kemampuan yang disebut self
purification yaitu kemampuan alami badan air untuk mendegradasi pencemar hingga kondisi
badan air seperti semula. Sumber dari unsur ini adalah buangan rumah tangga/domestik.
Sementara, unsur konservatif dapat berasal dari buangan industri. Pengurangan unsur konservatif
dapat terjadi apabila unsur tersebut teradsorpsi ke dalam partikel-partikel zat padat kemudian
mengendap ke dasar sungai.

3. Pencemaran Logam Berat


Logam berat ialah logam dalam bentuk padat atau cair, yang mempunyai berat 5 gram/cm3
atau lebih, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap unsur belerang (S) dan biasanya bernomor atom 22 sampai 29, perioda 4 sampai 7.
Logam berat dapat terjadi secara alamiah sebagai hasil dalam siklus biogeokimia. Logam berat
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, termasuk aktivitas domestik maupun industri.
Logam berat merupakan salah satu komponen alami pada bumi yang tidak dapat didegradasi
atau dihancurkan. Pada konsentrasi kecil, logam berat dapat memasuki tubuh melalui makanan,
minuman, dan udara. Menurut Darmono (1995), dalam tubuh makhluk hidup logam berat
termasuk dalam trace mineral atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit. Sebagai trace
element, beberapa logam berat penting untuk mengatur metabolisme dalam tubuh manusia.
Namun pada konsentrasi tinggi, logam ini berbahaya dan beracun karena cenderung mengalami
bioakumulasi, yaitu kenaikkan konsentrasi bahan kimia dalam organisme seiring dengan waktu
dibandingkan dengan konsentrasi di lingkungan (Akoto, dkk., 2008).

Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, terutama kerusakan
jaringan, khususnya organ detoksifikasi dan ekskresi (hati dan ginjal). Beberapa logam bersifat
karsinogenik, teratogenik, serta menyerang saraf sehingga dapat menyebabkan kelainan tingkah
laku. Menurut Codina, dkk. (2000), urutan toksisitas logam berat dari tinggi ke rendah adalah Hg
> Cr > Cd ~ Cu ~ Zn > Ni, sedangkan untuk genotoksisitas Hg > Cr > Cu ~ Cd ~ Ni > Zn.
Sementara menurut Adams dan Chapman (2003), urutan toksisitas logam pada mamalia adalah
Cd > Pb > Se > Hg > As > Zn > Cu > Ni, pada burung Pb > Se > Cd > As > Hg > Cu > Ni > Zn.
Selain itu, urutan uptake pada invertebrata adalah Cd > Cu > Zn > Pb > Ni, sedangkan pada
tumbuhan Se > Cd > Zn > Hg > Cu > Pb > As > Ni (Adams dan Chapman, 2003).

Beberapa logam termasuk ke dalam trace mineral esensial karena digunakan untuk aktivitas
kerja sistem enzim misalnya Zn, Cu, Fe, dan beberapa unsur lainnya seperti Co, Mn, dan lain-
lain. Beberapa logam bersifat non-esensial dan bersifat toksik terhadap makhluk hidup, misalnya
Hg, Cd, dan Pb (Lenntech, 2005). Sebagaimana logam lainnya, logam berat merupakan elemen
yang dapat melepas satu atau lebih elektron dan menjadi kation dalam air. Beberapa
karakteristik logam adalah sebagai berikut: reflektivitas tinggi, mempunyai kilau logam,
konduktivitas listrik tinggi, konduktivitas termal tinggi, dan mempunyai kekuatan dan kelenturan
(Soemirat, 2005).

Logam dikelompokkan menjadi logam berat dan logam ringan, logam esensial dan tidak esensial
bagi kehidupan, serta logam trace mineral dan yang bukan trace mineral. Logam masuk ke tubuh
manusia melalui inhalasi atau oral. Logam yang diabsorbsi lewat gastro-intestinal, akan berdifusi
pasif maupun aktif dan ditranspor ke organ target ataupun bereaksi sehingga terjadi berbagai
transformasi senyawa logam, sehingga efeknya menjadi beragam. Logam akan mengalami proses
pinositos (diminum oleh sel).

Logam berat bersifat bioakumulasi dan biomagnifikasi terhadap makhluk hidup. Bioakumulasi
adalah penumpukan pencemar yang terus menerus dalam organ tubuh. Sedangkan biomagnifikasi
adalah masuknya zat kimia dari lingkungan melalui rantai makanan sehingga terakumulasi hingga
tingkat trofik yang lebih tinggi. Urutan potensi bioakumulasi pada invertebrata tanah Cd > Cu >
Zn > Pb, sedangkan pada cacing tanah Cd > Cu > Zn > Pb > Ni (Adams dan Chapman, 2003).
Selain itu, logam berat juga dapat terakumulasi pada tumbuhan dengan urutan potensi
bioakumulasinya adalah Se > Cd > Zn > Hg > Cu > Pb > As > Ni (US Department of Energy, 1998
dalam Adams dan Chapman, 2003).

3.2. Logam Tembaga (Cu)


Tembaga (Cu) yang masuk ke lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa-peristiwa alamiah
dan sebagai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Aktivitas manusia, seperti
buangan industri, merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan
kelarutan Cu dalam badan perairan.Tembaga banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi
alat-alat listrik, gelas dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain sebagai alloy,
seperti perak, kadmium, timah putih dan seng. Sedangkan garam tembaga banyak digunakan
dalam bidang pertanian, misalnya larutan ’Bordeaux’ yang mengandung 1 hingga 3% tembaga
sulfat (CuSO4) digunakan untuk membasmi jamur pada pohon buah-buahan. Tembaga sulfat ini
sering digunakan pula untuk membasmi siput (moluskisida) sebagai inang dari parasit cacing, juga
untuk mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).

Dalam kondisi normal, keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion
CuCO3+, CuOH+, dan lain-lain. Biasanya jumlah Cu yang terlarut dalam badan perairan adalah
0,002 ppm sampai 0,005 ppm. Bila dalam badan perairan terjadi peningkatan kelarutan Cu,
sehingga melebihi nilai ambang yang seharusnya, maka akan terjadi peristiwa biomagnifikasi
terhadap biota-biota perairan. Peristiwa biomagnifikasi ini akan dapat ditunjukkan melalui
akumulasi Cu dalam tubuh biota perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi sebagai akibat dari
telah terjadinya konsumsi Cu dalam jumlah berlebihan, sehingga tidak mampu dimetabolisme
tubuh.

Tembaga dapat ditemukan di berbagai jenis makanan, air minum dan di udara. Oleh karenanya,
manusia dapat mengabsorbsi tembaga setiap harinya dari makan, minum dan bernapas. Tembaga
merupakan unsur penting bagi kesehatan manusia. Namun, tembaga dalam jumlah yang terlalu
besar dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Tembaga dapat terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui
dinding sel serta mampu mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya
(Manahan, 2000). Toksisitas khronis tembaga ditandai dengan adanya akumulasi tembaga dalam
hati, otak dan ginjal, yang menyebabkan haemolytic anemia dan abnormalitas sistem saraf
(Ariesyady, 2000). Keracunan Cu secara khronis dapat dilihat dengan timbulnya penyakit Wilson
dan Kinsky. Gejala dari penyakit Wilson ini adalah terjadinya penurunan kerja ginjal, kerusakan
otak, dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan
terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita.
3.4. Logam Merkuri (Hg)

Logam berat merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku
–38,87oC dan titik didih 356,90oC serta berat jenis 13,6 dan berat atom 200,6. Logam
merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang
dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri
banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium.
Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktivitas
mikroorganisme menjadi komponen metil-merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya
ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal
tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi
dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang
berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan hasil tangkap
hewan-hewan air tersebut. Sanusi (1980) dalam Budiono (2003) mengemukakan bahwa
terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan
merkuri (up-take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekskresi.

Logam berat merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi
terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga
enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga
bereaksi dengan logam berat ini (Manahan, 2000).

Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama oleh kegiatan
perindustrian seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic soda; selain itu,
berasal dari alam melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi. Namun
pencemaran merkuri yang disebabkan kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun
ekologi tidak signifikan. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh
buangan industri dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri di bidang
pertanian. Merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa
organik. Gavis dan Ferguson (1972) dalam Sanusi (1980) dalam Budiono (2003) mengemukakan
beberapa kemungkinan bentuk merkuri yang masuk ke dalam lingkungan perairan alam, yaitu :
Sebagai inorganik merkuri, melalui hujan, run-off ataupun aliran sungai. Unsur ini bersifat
stabil terutama pada keadaan pH rendah. Dalam bentuk organik merkuri, yaitu phenyl merkuri
(C6H5-Hg), methyl merkuri (CH3-Hg) dan alkoxyalkyl merkuri atau methyoxy-ethyl merkuri
(CH3O-CH2-CH2- Hg+). Organik merkuri yang terdapat di perairan alam dapat berasal dari
kegiatan pertanian (pestisida). Terikat dalam bentuk suspended solid sebagai Hg2+ (ion merkuro)
yang mempunyai sifat reduksi yang baik. Sebagai metalik merkuri (Hgo), melalui kegiatan
perindustrian dan manufaktur. Unsur ini memiliki sifat reduksi yang tinggi, berbentuk cair pada
temperatur ruang dan mudah menguap.

LOGAM BERAT SEBAGAI PENYUMBANG PENCEMARAN AIR LAUT

Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan
dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-
organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu
perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi
bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan
perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh
organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi
karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam berat
mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan
bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam
air (Hutagalung, 1991).
II. Dasar Teori
A. Pengertian logam berat
dalam literatur kimia istilah “logam berat” digunakan untuk memerikan logam-logam yang
memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk hidup. Logam merupakan bahan pertama yang
dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah
peradaban manusia (Darmono, 1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan
kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda
dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup
(Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup,
besi merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan pigmen darah dan zink merupakan
kofaktor untuk aktifitas enzim (Wilson, 1988). Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal
dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan
geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia
terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller, 1995). Dalam neraca global sumber yang
berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di
sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan
biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian
logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang
berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan
belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-
COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga
terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam
berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,
1977).
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini
dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan
lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat
racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan
bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya
racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme
tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen,
teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan
pencernaan.

IV. Proses Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat


Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan
limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan
polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan
kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian
tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-
lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.Fitoplankton
adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton
dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam
tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton
dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level
kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik
level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi.Ikan predator
dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi
di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara
makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut
tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan
bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan
pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut
tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar.
Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.

V. Penanggulangan Pencemaran Logam Berat


Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan
proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam
berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti
penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini
relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut
dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan).Penanganan logam berat dengan
mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi,
atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan
elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini sangat menarik
untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses
kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani
pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis
dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik
dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) kalau dikaitkan
dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya. Dengan
kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan
cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan.
Organisme Selular Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok
mikroalga atau ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar
maupun lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai
habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria merupakan salah satu organisme yang
diketahui mampu mengakumulasi (menyerap) logam berat tertentu seperti Hg, Cd dan Pb.
Suhendrayatna (2001) dalam makalahnya, menjelaskan lebih rinci tentang proses penyerapan ion
logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme secara umum. Umumnya, penyerapan ion
logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan
proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake (bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi
sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi
intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan
ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan
sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya
dan lainnya.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber
energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi
kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80
derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding
sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk
mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan
sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan,
ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut.
Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria
berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari
cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi
untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan sianobakteria
untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan,
baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme
selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan
cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam
sistem akuakultur.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive
uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada
dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa
kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol,
hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada
Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi
Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation.
Gambar. Proses pasisive uptake Cr pada permukaan membran sel

Anda mungkin juga menyukai