Anda di halaman 1dari 11

Research Article

Analisis RisikoLogam Berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) Terhadap Kesehatan
Masyarakat di Pesisir Pantai Jeneponto

Anwar Daud., Hasnawati Amqam, Syamsuar


Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Abstrak
Logam berat merupakan spesi yang banyak ditemukan di alam dalam bentuk persenyawaan
dengan unsur lain sehingga diperoleh senyawa yang stabil. Kadmium (Cd) adalah unsur beracun
yang tidak diperlukan oleh semua organisme hidup. Ini menimbulkan banyak ancaman
lingkungan yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan pada tanaman, hewan dan
penyakit pada manusia. Kromium secara alami bisa ditemukan di tanah, air dan gas, serta debu
gunung berapi. Kromium secara alami terjadi di alam, sedangkan Cr pada umumnya berasal dari
proses industri. Penentuan Konsentrasi Cd dan Cr diukur dengan Spetrofotometer Serapan Atom
kemudian menentukan analisis risiko (RQ) dari pola konsumsi kerang laut yang dikonsumsi
masyarakat di Pesisir Pantai Jeneponto. Risiko kesehatan lingkungan dianalisis dengan
konsentrasi logam berat di media air laut dan sedimen sekitar pantai.Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan menggunakan penilaian risiko kesehatan masyarakat terhadap
paparan logam berat. Hasil penelitian ini adalah pengukuran kadar logam Cr; 2.8611 mg/kg dan
Cd; 0,007 mg/kg/hari, adapun RQ (Risk Qotient) rata-rata di kerang diperoleh Cd; 13.509 yang
berarti “risiko tinggi”dan Cr yang berarti 5.212 “risiko tinggi”. Data penelitian menunjukkan
bahwa tidak diperoleh hubungan yang menunjukkan korelasi antara konsentrasi logam berat di
air laut dengan sedimen. Namun data yang berbeda diperoleh keterkaitan konsentrasi di sedimen
dengan konsentrasi logam berat di dalam kerang. Tingginya risiko kesehatan yang diperoleh dari
akumulasi Cd dan Cr menunjukkan kerang sudah tidak aman untuk dikonsumsi. Rekomendasi
yang diperoleh dari penelitian ini adalah membatasi konsumsi kerang oleh masyarakat di sekitar
Pantai Jeneponto. Tingginya kadar logam berat di media sedimen menunjukkan bahwa
keberadaan kerang sudah terakumulasi hingga ke dasar hingga perlu tinjauan kualitas
lingkungan. Penilaian risiko kesehatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil laut dan
kerang di pesisir pantai telah melebihi batas aman.

Keywords : kadmium, krom, paparan, logam berat, kerang, analisis risiko.

Pendahuluan
Unsur Kadmium (Cd) ditemukan pada Tahun 1817 oleh F. Strohmeier, seorang ahli kimia
Jerman.Kadmium adalah elemen sederhana, dan terletak jauh di bawah permukaan bumi.Ini
adalah unsur yang sangat beracun, dan penggunaan komersialnya dilarang sampai akhir abad ke-
19. Teksturnya seperti logam lunak, dan berwarna putih kebiruan.Sifat kimianya mirip dengan
dua logam stabil, merkuri dan seng, yang terdapat dalam kelompok 12 pada tabel periodik,
dengan titik leleh 321° C dan titik didih 767° C. (Hayat, 2019).Kadmium tidak diperlukan oleh
tubuh, dan bersifat racun, dan memiliki efek tidak sehat pada tubuh manusia, terutama pada
tulang(da Silva, da Silva, Araújo, & do Nascimento, 2017). Kadmium dapat menumpuk di ginjal
dan hati, dan mungkin menjadi sumber kontaminasi di masa depan sebagai karsinogen yang
dihirup (Joseph, 2009).
Kadmium (Cd) merupakan unsur beracun yang tidak diperlukan oleh semua organisme
hidup. Ini menimbulkan banyak ancaman lingkungan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
gangguan pada tanaman dan penyakit pada manusia. Ia dapat terakumulasi di berbagai organ
tubuh manusia karena sifatnya yang persisten.(Hayat, 2019). Logam berat kromium (Cr)
merupakan logam berat dengan berat atom 51,996 g/mol, berwarna abu-abu, tahan terhadap
oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair 1.857 ºC dan titik didih
2.672ºC, bersifat paramagnetik, membentuk senyawa-senyawa berwarna, memiliki bilangan
oksidasi yaitu +2, +3, +6, dan stabil pada bilangan +3. Bilangan oksidasi +4 dan +5 jarang
ditemukan pada logam ini. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan
yang kuat. Logam kromium adalah bahan kimia yang bersifat presisten, bioakumulatif, dan
toksik (PBT) yang tinggi serta tidak mampu terurai, dan akhirnya diakumulasikan di dalam tubuh
manusia melalui rantai makanan. (Widowati, 2008).

Tinjauan Literatur
Secara umum, konsentrasi kadmium di bumi adalah sekitar 0,1 - 0,5 ppm, tetapi batuan
sedimen dapat mengakumulasi tingkat yang lebih tinggi. Fosfor (batuan sedimen nonde-trital)
dan fosfat laut telah diamati dengan konsentrasi kadmium sebanyak 500 ppm. (Tim Jackson,
2006). Erosi dan pelapukan material batuan menyebabkan kadmium ditransportasikan dalam
jumlah besar melalui sungai (sekitar 15.000 mt (metrik ton) kadmium) ke lautan dunia per
tahun.Letusan gunung berapi dan kebakaran hutan juga merupakan sumber utama emisi
kadmium secara alami, dan sekitar 820 metrik ton kadmium dilepaskan setiap tahun ke atmosfer
akibat aktivitas vulkanik, dan hingga 70 metrik ton emisi tahunan kadmium disebabkan oleh
kebakaran hutan. (Molamohyeddin, 2017).Kadmium di lingkungan jugaberacun bagi
mikroorganisme, tanaman, dan hewan, karena kadmium adalah unsur yang sederhana secara
kimia, dan sifatnya persisten, sehingga tidak mudah dipecah menjadi senyawa yang kurang
beracun di lingkungan.(Hayat, 2019).
Kromium secara alami bisa ditemukan di batuan, tumbuhan, hewan, tanah, dan gas, serta
debu gunung berapi. Kromium (III)secara alami terjadi di alam, sedangkan Cr(0) dan Cr(IV)
pada umumnya berasal dari proses industri. Logam kromium murni tidak pernah ditemukan,
tetapi biasanya sudah berbentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain.
Sebagian bahan mineral, kromium banyak ditemukan dalam bentuk kromit (FeOCr 2O3).
(Swaroop, 2019).Masuknya logam Cr kedalam strata lingkungan yang umum dan digunakan
paling banyak dalamkegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga, dan dari
pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar. Masuknya Cr secara alamiah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batu mineral. Disamping itu juga
dapat diakibatkan debu-debu dan partikel-partikel Cr yang di udara akan terbawa turun oleh air
hujan. (Widowati, 2008).
Kromium mengagumkan untuk sifat magnetiknya adalah satu-satunya unsur padat yang
menunjukkan tingkat antiferomagnetik pada suhu ruang (dan di bawahnya). Di atas 38 °C, ia
berubah menjadi paramagnetik.(Rieuwerts,, 2015).Sekitar dua per lima bijih dan konsentrat
kromit di dunia diproduksi di Afrika Selatan, sementara Kazakhstan, India, Rusia, dan Turki juga
merupakan produsen substansial. Deposit kromit yang belum dimanfaatkan berlimpah, namun
secara geografis terkonsentrasi di Kazakhstan dan Afrika bagian selatan(Papp, 2009).
Kadmium memiliki banyak kegunaan di bidang industri seperti, komponen kunci dalam
produksi baterai, sebagai pigmen kadmium, proses pelapisan, dan biasa digunakan pada
penyepuhan elektrik. Kadmium dilepaskan ke lingkungan melalui berbagai kegiatan alami dan
antropogenik seperti penambangan, peleburan, dan pemurnian. Ini juga digunakan dalam banyak
aplikasi industri lainnya, seperti plastik, pigmen, enamel, keramik, dan pelapisan baja. Paparan
Kadmium dapat melalui air, udara, dan tanah, yang menghasilkan toksisitas Kadmium. Sebagian
besar, kadmium digunakan dalam produksi nikel-kadmium.Emisi alami dan antropogenik
(buatan manusia) adalah dua sumber utama dari mana kadmium dapat memasuki
lingkungan.Terutama, pengendapan utama kadmium adalah menjadi tiga bagian di lingkungan:
udara, tanah, dan air;tetapi setelah pengendapan awal ke dalam elemen-elemen ini, transfer yang
cukup diamati.Emisi kadmium lebih banyak bergerak di udara daripada di air, dan paling tidak di
tanah. (Hayat, 2019).
Dalam perindustrian logam kromium banyak dimanfaatkan dalam bidang metal urgi
untuk mencegah korosi dan mengkilatkan logam, dalam bidang kesehatan kromium digunakan
sebagai bahan pembuat alat ortopedi, sebagai radio isotop untukpenandaan sel darah merah, serta
sebagai penjinak sel tumor. Pada industri kimia, kromium banyak dimanfaatkan untuk bahan
pewarnaan, pencelupan, dan cat. Penggunaan kromium lainnya adalah sebagai katalisator,
penyamakan kulit, mencuci/membersihkan alat gelas laboratorium, sebagaimagnetic tape,
sebagai antikorosi pada alat pengeboran dan spare-part pesawat. (Widowati,
2008).Kromium(III)merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup. Kromium III dibutuhkan tubuh
untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar gula darah. Defisiensi
kromium(III)menyebabkan hiperglikemia, glikosuria, meningkatnya cadangan lemak tubuh,
munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya jumlah spermadan menyebabkan infertilitas.
(Supraptia, 2016).
Logam Cd merupakan unsur logam berat A yang diklasifikasikan sangat berbahaya di
lingkungan. Logam Cr masuk di golongan B dan termasuk golongan logam berat esensial yang
jika keberadaannya ada dalam jumlah banyak akan sangat berbahaya bagi makhluk hidup dan
lingkungan. Cd adalah satu-satunya logam yang sebagian besar terkait dengan fraksi bahan
organik (fraksi labil). Perilaku ini menunjukkan potensi ketersediaan elemen yang lebih besar
dengan risiko transfer tanah ke sumber daya air dan bagian tanaman yang dapat dimakan. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan pada bagian yang dapat dimakan dari sayuran kebun yang
tumbuh di sekitar area penelitian, kandungan Cd sekitar 147 kali lebih tinggi daripada
konsentrasi maksimum yang diizinkan(da Silva et al. 2017).
Konsentrasi logam Cd pada beras yang dikonsumsi oleh manusia, akan semakin tinggi pula
kasus terjadinya gejala itai-itai disease pada manusia yang mengkonsumsi beras tersebut secara
terus-menerus. Gejala terjadinya kegagalan ginjal (proteinuria dan glukosiria) pada orang yang
mengkonsumsi beras) (Darmono, 2010). Paparan harian Pb, Zn, Cd, dan As untuk anak-anak
yang dihitung berdasarkan konsentrasi logam di tanah menunjukkan bahwa fraksi dan parameter
paparan melebihi asupan harian yang dapat diterima untuk As, Cd, dan Pb yang didirikan oleh
WHO. Selain itu, pemodelan risiko non-karsinogenik menunjukkan kemungkinan efek kesehatan
yang merugikan dari paparan kronis terhadap Pb tanah. Perkiraan waktu rata-rata untuk
remediasi area menggunakan phytoextraction sangat lama, berkisar antara 76 hingga 259
tahun(Massadeh, El-khateeb, and Ibrahim 2017).
Pada hewan, konsentrasi logam yang lebih tinggi di hati ikan daripada di otot dan sirip
ekor untuk hampir semua tiga spesies ikan. Konsentrasi As, Cd, Co, Cr, Cu, Fe, Ni, Se dan Zn
dalam jaringan Lethrinus harak mengikuti hati> otot> urutan akumulasi sirip ekor. Urutan
akumulasi logam yang serupa diikuti untuk As, Cd, Co, Cu, Fe, Ni dan Se di Rastrelliger
kanagurta, dan Ag, As, Cu dan Se di Siganus(Richardson et al. 2014). Sementara konsentrasi Co,
Fe, dan Ni di hati S. Sutor secara signifikan berkorelasi dengan yang di sirip ekor, Co, Ni, dan Pb
berkorelasi baik dengan mereka yang di otot. Hubungan serupa ditemukan untuk Ag dan Co
untuk sirip dan hati, dan Mn untuk sirip dan otot pada L. harak. Sementara ada hubungan negatif
yang signifikan antara sirip dan hati untuk Cr, Ni, dan Zn, dan untuk Ag antara sirip dan jaringan
otot di R. kanagurta, hubungan positif yang signifikan hanya ditemukan untuk As dan Cu antara
sirip dan otot untuk spesies ikan yang sama.
Pan dan Wang (2009) juga berusaha mengidentifikasi mekanisme subselular untuk efluks
diferensial logam. Sekali lagi, mereka menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara
beban tubuh Cd, fraksi organel dan fraksi MTLP, dan antara beban tubuh Zn dan fraksi serpihan
seluler. Beban tubuh Zn juga ditemukan berbanding terbalik dengan protein sitosol (fraksi
protein denaturasi panas dan fraksi MTLP), menunjukkan bahwa kerang mungkin dapat
mengatur konsentrasi Zn sitosol mereka ke tingkat yang stabil. Dengan demikian, perbedaan
kompartementalisasi subselular di antara individu mungkin menjadi kunci perbedaan
intraspesifik dalam bioakumulasi logam dalam kerang.
Kadar Cd yang lebih rendah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
penumpukan logam di ginjal, dengan kemungkinan kerusakan. Paparan kronis pada kadar Cd
yang rendah juga dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. IARC
mengklasifikasikan Cd dan senyawanya sebagai karsinogenik bagi manusia (IARC, 1993).
Evaluasi ini didasarkan pada efek karsinogenik di paru-paru setelah inhalasi, tetapi tumor juga
telah diamati di organ lain (prostat dan ginjal). Penggunaan Cd dalam produk kosmetik adalah
karena sifat warnanya dan telah digunakan sebagai pigmen warna di banyak industri (Godt et al.,
2006). Cd sulfide digunakan untuk warna kuning, sementara, dengan menambahkan jumlah
selenium yang meningkat, warna mulai dari oranye hingga hitam praktis (warna Cd selenide)
dapat diproduksi. Kadmium kuning kadang-kadang dicampur dengan viridian (Cr (III) oksida)
untuk memberikan campuran hijau muda yang disebut kadmium hijau. Meskipun keberadaan Cd
dalam sampel kosmetik dapat di traceamount (Lavilla et al., 2009) dan penyerapan melalui kulit
bukan merupakan jalur masuk Cd yang signifikan, pelepasan Cd yang lambat dapat
menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh manusia. Wester et al. (1992) menentukan penyerapan
Cd secara invitro sebagai garam klorida dari tanah dan air, menggunakan kulit manusia, dan
menemukan serapan plasma 0,01% dari tanah dan 0,07% dari air.
Ambang batas untuk toksisitas kadmium akut tampaknya menjadi total konsumsi 3–15 mg.
Gejala toksik parah dilaporkan terjadi dengan menelan 10-326 mg. Konsumsi Cd yang fatal,
menghasilkan syok dan gagal ginjal akut, terjadi dengan konsumsi melebihi 350 mg (NAS-
NRC,1982).Kekurangan kromium dalam pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolisme
glukosa, lipid, dan protein (Calabrese et al., 1985). Kromium adalah salah satu kelompok logam
berbahaya yang disebutkan oleh USFDA (1993). Kromium terdeteksi di semua sampel yang
diteliti dan konsentrasi berfluktuasi antara 3,72 dan berat kering 18,58 lg / g. Konsentrasi Cr
tertinggi dideteksi pada D. venustus yang dikumpulkan dari stasiun Port-Said. Semua sampel
bivalve yang dikumpulkan menunjukkan konsentrasi Cr di bawah atau dalam kisaran FDA
(Nemr et al. 2012).
Metode Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 6 bulan yaitu bulan April hingga September 2017.
Adapun lokasi yang menjadi lokasi penelitian ditentukan berdasarkan terjadinya kasus
keracunan masyarakat yang mengkonsumsi kerang yaitu di Desa Mallasoro, Kecamatan
Bangkala, dan Desa Bonto Ujung, kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Selatan.Penelitian ini menggunakan rancangan Observasional dengan pendekatan Analisis
Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) untuk mengidentifikasi pola sebaran logam berat dan
analisis risiko kesehatan masyarakat di pesisir pantai Kabuapten Jeneponto. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Selatan.
Variabel yang diteliti pada tahap I adalah variable lingkungan yaitu Konsentrasi Cd dan Cr
dalam air, sedimen, kerang, dan karakteristik penduduk (umur, berat badan, tinggi badan, dan
pola konsumsi dan pola aktivitas sehari-hari) dan pada tahap II (tahun ke 2) variable yang
diamati adalah konsentrasi logam berat Cd dan Cr dalam urine dan darah penduduk serta (umur,
berat badan, tinggi badan, dan pola konsumsi dan pola aktivitas sehari-hari).

Prosedur Kerja
Sampel Air, Sedimen dan Kerang diambil sebanyak 18 titik dengan rincian di kecamatan
Bangkala sebanyak 10 titik dan di kecamatan Tarowang sebanyak 8 titik sampling sedangkan
rencana sampel penduduk yang diambil pada tahap I dalam penelitian ini adalah sebanyak 100
responden dengan rincian 50 sampel per kecamatan dan pada tahap II sebanyak 40 responden
dengan rincian 20 sampel per kecamatan yang telah mengalami keracunan pada bulan Agustus-
Oktober 2016. Kemudian masing-masing sampel dianalisis di laboratorium dengan
menggunakan SSA.
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat kuatnya hubungan antara dua variabel. Uji
statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara
kandungan kadmium dan kromium dalam air dengan sedimen dan sedimen dengan kerang hijau.
Sebelum dilakukan analisis hubungan antara kedua variabel, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data untuk mengetahui distribusi datanya dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Jika hasil uji diperoleh bahwa nilai p > 0,05 (hasil uji terlampir) artinya data tersebut
terdistribusi normal sehingga uji yang digunakan yaitu uji korelasi pearson. Sebaliknya, jika nilai
p < 0,05 artinya data tidak berdistribusi normal, sehingga uji yang paling sesuai adalah uji
korelasi spearman.

Analisis Data
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat kuatnya hubungan antara dua variabel. Uji
statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara
kandungan kadmium dan kromium dalam air dengan sedimen dan sedimen dengan kerang hijau.
Sebelum dilakukan analisis hubungan antara kedua variabel, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data untuk mengetahui distribusi datanya dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Jika hasil uji diperoleh bahwa nilai p > 0,05 (hasil uji terlampir) artinya data tersebut
terdistribusi normal sehingga uji yang digunakan yaitu uji korelasi pearson. Sebaliknya, jika nilai
p < 0,05 artinya data tidak berdistribusi normal, sehingga uji yang paling sesuai adalah uji
korelasi spearman.
Perhitungan Intake dan Tingkat Risiko (RQ) Perhitungan laju asupan melalui makanan
(ingestion) akan digunakan rumus sebagai berikut:
C X R XfE xDt
I=
Wbx t avg
Keterangan:
I = Intake, mg/kg/hari. Jumlah Cd, Pb, As, Hg dan Cr yang masuk ke dalam tubuh manusia/berat
badan/hari penduduk yang terpapar.
C = Konsentrasi Cd, Pb, As, Hg dan Cr di dalam ikan,kerang
fE = Frekuensi pemajanan, hari/tahun
Dt = Durasi pajanan, (tahun), 30 tahun untuk pajananbahan kimia dengan efek nonkarsinogenik, dan
70 tahun untuk pajanan bahan kimia dengan efek karsinogenik
Wb = Berat badan responden, kg
R = Laju asupan, gram/hari
tavg = Periode waktu rata-rata (Dt x 365 hari/tahun untuk efek nonkarsinogenik dan karsinogenik).

Intake melalui kulit (dermal) menggunakan persamaan berikut:

Cs x As x Rd x tE xfE x Dt x Kv
I=
Wb x t avg

Keterangan:
Cs = konsentrasi zat kimia kontaminan di dalam air, mg/L
As = luas permukaan kulit dapat menyerap zat kimia, yaitu, 2.8 m2 untuk seluruh tubuh anak-anak; 1,94
m2 untuk seluruh tubuh laki-laki dewasa; 1,69 m2 untuk seluruh tubuh wanita dewasa; 0,23 m2 untuk
lengan; 0.082 m2 untuk tangan dan 0.55 m2 untuk kaki
RD = konstantapermeabilitas kulit untuk air, 8.4 x 10-4 tE = waktu pajanan, jam/hari (berapa jam
kontak kulit atau tubuh dengan air perhari)
fE = frekuensi pemajanan, 350 hari/tahun Dt = durasipajanan, tahun
Kv = faktor konversi volumetric, 10-3 L/cm3
Wb = berat badan, kg tavg =periode waktu rata-rata (Dt x 365 hari/tahun untuk zat nonkarsinogen, 70
tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinonegik).
Risiko dinyatakan ada dan perlu dikendalikan jika RQ>1. Jika RQ≤1, risiko tidak perlu
dikendalikan tetapi segala kondisi perlu dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak melebihi 1.

Hasil Penelitian
Hasil pemeriksaan sampel di laboratorium menunjukkan bahwa dari 18 titik pengambilan
sampel kerang laut ditemukan rata-rata Cd 1.236 mg/kg dan Cr 2.861 mgkgl. Pada sedimen
diperoleh konsentrasi Cd dan Cr masing-masing Cd 2.054 mg/kg dan Cr 12.0788 mgkgl.
Kemudian di air laut konsentrasi Cd dan Cr masing Cd 0.048 mg/l, Cr 0.374 mg/l. Kemudian
hubungan konsentrasi media air laut dan sedimen dengan kerang dapat diamati di tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hubungan Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen Dengan Kandungan Logam Berat Dalam
Kerang Serta Hubungan Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen Dengan Kandungan Logam Berat Dalam
Kerang Di Pesisir Kabupaten Jeneponto Tahun 2017

Perbandingan Konsentrasi Mean Standar r p-value


Air, Sedimen dan Kerang Deviation

Cd Air dan Cd Sedimen 0.04800 0.033081 0.441 0.067


2.0543 1.43661
Cr Air dan Cr Sedimen 0.37372 0.098620 0.308 0.214
12.0778 9.49915

Cd Sedimen dan Cd Kerang 2.0543 1.43661 0.879 0.000


1.2359 0.90690
Cr Sedimen dan Cr Kerang 12.0778 9.49915 0.697 0.000
2.8611 3.01107

Hasil p-value untuk variabel kandungan Cd dan Cr dalam air dengan kandungan Cd dan Cr
dalam sedimen didapatkan nilai p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara kandungan Cd dan Cr dalam air dengan kandungan Cd dan Cr dalam
sedimen. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien korelasi yang lemah (Cr dengan nilai r =
0,308). Begitu pula dengan hubungan yang signifikan antara kandungan Cd dan Cr dalam
sedimen dengan kandungan Cd dan Cr dalam kerang. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien
korelasi yang kuat masing-masing (Cd dengan nilai r = 0,879, Cr dengan nilai r = 0,697).

Pembahasan
Parameter kualitas perairan yang diukur dalam penelitian ini adalah pH, suhu, salinitas,
kecepatan dan arah arus yang merupakan beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
kehidupan biota laut dan juga distribusi logam berat dalam perairan. Pengukuran suhu yang
didapatkan di pesisir Desa Mallasoro maka suhu terendah yaitu 27°C didapatkan pada titik (1, 3,
4, 5) dan suhu tertinggi didapatkan pada titik 2 yaitu berlokasi di saluran pembuangan limbah
PLTU Bosowa. Peningkatan suhu pada titik 2 tersebut dikarenakan buangan dari proses kerja
PLTU Bosowa yang masih panas dan langsung bercampur dengan air laut.Konten Cr dalam
kerang hijau juga dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan penelitian dari Suprapti et al, (2012).
Menelan kromium dalam jumlah besar dapat menyebabkan sakit perut dan bisul, kejang,
kerusakan ginjal dan hati, dan bahkan kematian. Kontak kulit dengan senyawa kromium tertentu
dapat menyebabkan tukak kulit. Untuk orang yang sangat sensitif terhadap kromium, reaksi
alergi yang terdiri dari kemerahan parah dan pembengkakan pada kulit telah diamati (Gondal et
al., 2010).
Hasil pengukuran kecepatan arus laut pada perairan pesisir Desa Mallasoro yang
didapatkan berkisar antara 0,0367 – 0,172 m/s dengan arah arus yang dominan mengarah ke
sebelah barat. Arus merupakan pergerakan massa air yang disebabkan oleh perbedaan ketinggian
dasar perairan dan tiupan angin. Hasil pemeriksaan kandungan logam berat pada sedimen
didapatkan hasil yang bervariasi setiap titik pengambilan sampel. Untuk parameter Cd
kandungan tertinggi didapatkan pada titik 14 yaitu 4.450 m/kg, Cr pada titik 2 konsentrasi
23.990 mg/kg, semua titik tersebut kemungkinan berasal dari muara sungai Bangkala dan titik
pembuangan limbah PLTU Punagaya. Hal ini sesuai dengan karakteristik pada pesisir Jeneponto
yang menyebabkan banyaknya kerang hijau dan kerang anadara di daerah tersebut. Tingginya
kadar logam berat dipengaruhi oleh suhu perairan dimana suhu yang tinggi dapat meningkatkan
daya toksisitas logam berat dalam pembentukan ion sehingga meningkatkan proses pengendapan
(Darmono, 2010).
Apabila suatu logam berat masuk ke dalam badan perairan maka akan mudah terakumulasi
dalam lingkungan perairan karena sifatnya yang sulit terdegradasi. Logam tersebut akan
mengendap dan terakumulasi dalam sedimen, sehingga konsentrasi logam dalam sedimen selalu
lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Kandungan logam kadmium dalam sedimen yang
didapatkan juga bervariasi dan lebih tinggi dibanding kandungan kadmium pada air laut hal ini
dipengaruhi oleh lokasi sampling yang berbeda-beda dan arah arus laut.
Kandungan Cd pada sedimen (2,145-7,121mg/Kg)jika dibandingkan dengan standar maka
masuk dalam kategori tercemar ringan (Purba et al., 2014). Penggunaan batubara sebagai bahan
bakar pada kegiatan PLTU dapat menghasilkan logam berat. Selain itu, aktivitas perahu motor
juga berpengaruh terhadap kadar logam berat diperairan. Kandungan logam berat pada kerang
hijau juga dipengaruhi oleh kondisi perairan. Perbedaan kerang dengan organisme lain adalah
jenis kerang yang mampu mengakumulasi logam lebih besar daripada biota air lainnya karena
sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindari diri dari paparan polusi dan mempunyai
toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam berat.
Dalam tubuh manusia kadmium terutama dieliminasi melalui urine. minasi melalui
urine.Hanya sedikit kadmium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%.Absorbsi dipengaruhi faktor
diet seperti intake protein, kalsium, vitamin D dan trace logam seperti seng (Zn). Proporsi yang
besar adalah absorbsi malalui pernapasan yaitu antara 10 -40% tergantungkeadaan fisik wilayah.
Uap kadmium sangat toksis dengan lethal dose melalui pernafasan diperkirakan 10 menit
terpapar sampai dengan 190 mg/m3atau sekitar 8 mg/m3selama 240 menit akan dapat
menimbulkan kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek),
batuk -batuk dan lemah.Terpapar akut oleh kadnium (Cd) menyebabkan gejala nausea (mual),
muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati,
gangguan kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular (ATSDR, 2012).
Urin yang digunakan dalam penelitian ini adalah urin dari responden yang merupakan
korban dari kasus keracunan kerang pada tahun 2016 yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi yang memenuhi syarat untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Sampel urin
tersebut dianalisis untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadmium dan timbal dalam urin
responden yang masih mengkonsumsi kerang hijau sampai saat ini. Hasil uji kandungan yang
didapatkan dari 30 sampel urin yang diperiksa memiliki nilai yang berbeda-beda. Untuk
kandungan kadmium hasil pemeriksaan urin dari 30 reponden dinyatakan masih memenuhi
syarat berdasarkan standar Agency for ToxicSubstances of Disease Registry (ATSDR)(2012).
Beberapa penelitian epidemiolog telah melaporkan hubungan antara ginjal efek paparan
kadmium. Kadmium dalam urin berhubungan dengan ginjal berbagai biomarker, seperti b2-
mikroglobulin, retinol-binding protein dan N-asetil-d-glucosaminidase (Honda et al., 2010).
Signifikansi biomarker kesehatan ini dalam kaitannya dengan kerusakan ginjal secara umum
dalam populasi adalah tidak tentu meskipun hal ini dapat menunjukkan potensi gangguan
kesehatan dan telah disarankan untuk mempotensiasi diabetes yang diinduksi menjadi efek pada
ginjal. Hubungan antara urin dengan berat molekul proteinrendah dan paparan kadmium rendah
baru-baru ini telah dipertanyakan, danco ekskresi dalam kadmium di urin dan biomarker telah
disarankan, bukan dari penyebab dan efek hubungan (Chaumont et al., 2012). Setelah jangka
panjang paparan kadmium, kerusakan ginjal darah pembuluh darah dapat berkembang, yang
mengarah ke penurunan filtrasi glomerulus tarif dan akhirnya gagal ginjal (lihat Hellström et al.,
2001; Messner et al., 2009; Fowler, 2013 untuk review).
Fokus terbaru dari penilaian risiko kadmium adalah tentang efek tulang.Studi
epidemiologi telah menunjukkan peningkatan risiko kejadian fraktur dan berkurangnya
kepadatan mineral tulang pada paparan kadmium tingkatan yang ada dalam populasi umum.
Studi dilaporkan pada 1999-2008 dari Belgia, Swedia, Cina, dan Amerika Serikat yang
dirangkum oleh EFSA (2009), dan menunjukkan efek pada tulang yang merupakan kadar
cadmium pada urin sama dengan terjadinya kerusakan ginjal.
Risiko bagi manusia dengan konsumsi ikan laut Meskipun konsentrasi sepuluh logam
yang dianalisis dalam sampel ikan yang diuji tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh berbagai
lembaga, potensi toksik dari analit ini tergantung pada dosis pajanan. Dengan demikian,
menggabungkan konsentrasi kontaminan yang ditentukan dan perkiraan batas konsumsi ikan
harian dianggap sebagai alat yang hebat untuk mengevaluasi keseimbangan antara manfaat dan
risiko (karsinogenik dan non-karsinogenik. (THQ) dan / atau total target hazard quotient (TTHQ)
yang ditetapkan oleh Lingkungan AS Environmental Protection Agency (USEPA, 2000)
biasanya digunakan untuk mengevaluasi potensi risiko kesehatan non-karsinogenik yang
terkaitdengan berbagai logam melalui konsumsi ikan (Copat et al., 2013;Saha & Zaman, 2013)
Untuk mengurangi paparan kadmium pada populasi umum, langkah-langkah yang perlu
diambil di seluruh rantai makanan. Konvensional strategi, seperti mengidentifikasi
kadarmaksimum yang diijinkan dalam makanan tertentu, sudah di tempat, misalnya batas
maksimum ditetapkan di tingkat global dalam Codex Umum Standar Untuk Kontaminan Dan
Racun Dalam Makanan Dan Pakan (CODEX STAN 193-1995) dan dalam UNI eropa (EC,
2006). Peraturan-peraturan yang diikuti oleh kontrol program.Sebagai konsekuensi dari
menurunkan TWI didirikan oleh EFSA (2009), Komisi Eropa telah mengkaji kebutuhan untuk
batas maksimum di makanan yang berbeda

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Rata-rata Konsentrasi Cd = 0.04800 mg/l dan Cr = 0.37372 mg/l
2. Rata-rata Konsentrasi Cd = 2.0543 mg/l dan Cr = 12.0778 mg/l
3. Rata-rata Konsentrasi Cd ; 1.2359 mg/kg dan Cr; 2.8611 mg/kg
4. Tidak ada hubungan antara kandungan Cd dan Cr dalam air laut dengan kandungannya
dalam sedimen,
5. Terdapat hubungan antara kandungan Cd dan Crdalam sedimen dengan kandungannya
dalam kerang
6. Rata-rata asupan (intake) Cd; 0,007 mg/kg/hari dan Cr; mg/kg/hari
7. Rata-rata RQ (Risk Qotient) Cd pada kerang ; 13,509, (berisiko) dan Cr; 5,212, (berisiko).

Saran

DAFTAR PUSTAKA
ATSDR, 2012. ProfileCadmium. Agency Richardson, Bruce J et al. 2014.
For Toxic Substances And Disease “Bioaccumulation of Heavy Metals in
Registry. U.S. Department of Health Commercially Important Marine Fishes
And Human Services, Division of from Mumbai Harbor , India.” Marine
Toxicology and Environmental Pollution Bulletin 81(1): 218–24.
Medicine ToxFAQs,TM Public http://dx.doi.org/10.1016/j.marpolbul.2
Health Service 014.01.049.
Airin Zakaria, Yu Bin Ho. 2015. Heavy da Silva, William Ramos, Fernando Bruno
metals contamination in lipsticks and Vieira da Silva, Paula Renata Muniz
their associated healthrisks to lipstick Araújo, and Clístenes Williams Araújo
consumers.Department of do Nascimento. 2017. “Assessing
Environmental and Occupational Human Health Risks and Strategies for
Health, Faculty of Medicine and Phytoremediation in Soils
Health Sciences, Universiti Putra Contaminated with As, Cd, Pb, and Zn
Malaysia, 43400 UPM Serdang, by Slag Disposal.” Ecotoxicology and
Selangor, Malaysia.. Environmental Safety 144(April): 522–
Anita, Fitiah. 2017. Logam Beracun dalam 30.
Makanan. Makassar : Gizi FKM http://dx.doi.org/10.1016/j.ecoenv.2017
Universitas Hasanuddin .06.068.
Chunbo Wanga, Yue Zhanga, Yanhong Nemr, A. El, Khaled, A., Moneer, A. A., &
Shib, Huimin Liua, Chan Zoua, Sikaily, A. El. (2012). Risk probability
Huacheng Wuc, Xi Kangc. 2017. due to heavy metals in bivalve from
Research on collaborative control of Egyptian Mediterranean coast. The
Hg, As, Pb and Cr by electrostatic- Egyptian Journal of Aquatic Research,
fabric- integrated precipitator and wet 38(2), 67–75.
flue gas desulphurization in coal-fired https://doi.org/10.1016/j.ejar.2012.11.0
power plants. China. 01
Darmono. Logam dalam Sistem Biologi National Research Council (U.S.). Committee
Makhluk Hidup. 2010. Jakarta: on Biologic Effects of Atmospheric
Penerbit UI Press. Pollutants (1974). Chromium. National
Massadeh, A. M., M. Y. El-khateeb, and S. Academy of Sciences. hlm. 155.
M. Ibrahim. 2017. “Evaluation of Cd, ISBN 978-0-309-02217-0.
Cr, Cu, Ni, and Pb in Selected Narottam, Saha., M.Z.I. Mollah., M.F.
Cosmetic Products from Jordanian, Alam., M. Safiur Rahman. 2016.
Sudanese, and Syrian Markets.” Public Seasonal investigation of heavy metals
Health 149: 130–37. in marine fishes captured from the Bay
http://dx.doi.org/10.1016/j.puhe.2017.0
of Bengal and the implications for
3.015.
Nemr, Ahmed El, Azza Khaled, Abeer A human health risk assessment.
Moneer, and Amany El Sikaily. 2012. Selangor: UTM.
“Risk Probability Due to Heavy Metals Nemr, A. El, Khaled, A., Moneer, A. A., &
in Bivalve from Egyptian Sikaily, A. El. (2012). Risk probability
Mediterranean Coast.” The Egyptian due to heavy metals in bivalve from
Journal of Aquatic Research 38(2): 67– Egyptian Mediterranean coast. The
75. Egyptian Journal of Aquatic Research,
http://dx.doi.org/10.1016/j.ejar.2012.11 38(2), 67–75.
.001. https://doi.org/10.1016/j.ejar.2012.11.0
01 Of Heavy Metals From A
Papp, John F. "Commodity Summary 2009: Contaminated Green Mussel [Perna
Chromium"(PDF). United States viridis (Linneaus, 1758)] using Acetic
Geological Survey Acid as Chelating Agents.
Richardson, B. J., Velusamy, A., Kumar, P. Elsevier.https://doi.org/10.1016/j.aqpr
S., Ram, A., & Chinnadurai, S. (2014). o.2016.07.021
Bioaccumulation of heavy metals in Swaroop, A. Bagchi, M. Preuss, H. G.
commercially important marine fishes Zafra-Stone, S. Ahmad, T. &Bagchi,
from Mumbai Harbor , India. Marine D. 2019 Chapter 8. Benefits of
Pollution Bulletin, 81(1), 218–224. chromium (III) complexes in animal
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.20 and human health.. Elsevier.
14.01.049 https://doi.org/10.1016/B978-0-444-
Rieuwerts, J. (2015), The Elements of 64121-2.00008-8
Environmental Pollution, Abingdon and Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. R. 2008.
New York: Routledge.
Efek Toksik Logam, Pencegahan dan
Registry. Diarsipkan dari versi asli tanggal
Penanggulangan Pencemaran. Penerbit
6 June 2011
Andi. Yogyakarta. Hal. 91-99
Supraptia, N. H, Bambang, A. Swastawatic,
F & Kurniasih, R. A. 2016. Removal

Anda mungkin juga menyukai