Anda di halaman 1dari 12

1.

FUNGSI ASAM BENZOAT

Kajian Keamanan

Kajian keamanan BTP pengawt mengacu kepada sumber lembaga-lembaga yang


berwenang dan dapat dipertanggungjawabkan seperti Codex Alimentarius
Commssion  (CAC), Joint FAO/WHO Expert Committe on Food Additives (JECFA), Badan
POM RI, US Food and Drug Adminsitration,Food Standard Australian and New
Zealand (FSANZ) dan  European Foods Safety Authority (EFSA).

Berikut adalah beberapa kajian keamanan terhadap bahan pengawet yang sering dipakai
dalam produk makanan dan diketahui umum oleh masyarakat :

Asam Benzoat
Asam benzoat (C6H5COOH) dan garamnya merupakan bahan pengawet yang banyak
digunakan  secara luas pada bahan makanan yang bersifat asam. Bahan ini efektif untuk
mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri pada tingkat keasaman pH 2.5 – 4.0. 
Asam benzoat secara alami terdapat dalam tanaman rempah-rempah seperti cengkeh dan
kayu manis dan juga buah berry.
Dalam the Journal of the American Chemical Society di th 1954, Dr. W. H. Stein
melaporkan bahwa benzoate secara natural dimetabolisme dengan cepat dalam tubuh
manusia, diserap oleh usus dalam bentuk asam benzoate, dimetabolisme secara cepat dalam
waktu 1 sampai 2 hari dieksresi 80% melalui urine sebagai asam hipurat dan asam benzoil
glukoronat (± 10%), 0.1% melalui paru-paru sebagai CO2 dan 2% tertinggal dikarkas.

US FDA (Food Drug Administration) memuat pengawet benzoat dalam list sebagai
kategori aman atau GRAS (generally recognized as safe).Penggunaan pada produk makanan
diperbolehkan tidak melebihi dari 0.1% atau 1000 ppm.

JECFA FAO/WHO terahir mengevaluasi asam benzoat dan garamnya pada tahun 2002
dan menyatakan percobaan pada tikus dalam jangka panjang tidak menunjukan unsur
penyebab kanker atau efek karsinogenik.

Asam Propionat
Asam Propionat (CH3CH2COOH) yang mempunyai struktur yang terdiri dari tiga atom
karbon tidak dapat dimetabolisasi oleh mikroba. Hewan tingkat tinggi dan manusia dapat
memetabolisasi asam propionate ini seperti asam lemak biasa. Propionat efektif terhadap
kapang dan beberap khamir pada makanan dan minuman dengan tingkat keasaman pH diatas
5.

Asam Sorbat
Sorbat digunakan terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri. 
Mekanisme asam sorbat dalam mencegah pertumbuhan mikroba adalah dengan mencegah
kerja enzim dehidrogenase terhadap asam lemak. Struktur -diena pada asam sorbat dapat
mencegah oksidasi asam lemak oleh enzim tersebut. Sorbat lebih aktif pada makanan dengan
tingkat keasaman diatas 6.5.Sorbat ditemukan secara alami ditanaman buah beri dan
dinyatakan sebagai aman (Generally Recognize as Safe) oleh US Food Drug Administration.
JECFA FAO/WHO terahir mengevaluasi asam sorbat pada tahun 1973 dan hasil
percobaan pada tikus dalam jangka panjang tidak menemukan efek abnormalitas atau
kematian. Banyak negara termasuk Indonesia melalui Badan POM RI, Australia (Food
Standard Australian and New Zealand (FSANZ)) dan Malaysia telah mengatur penggunaan
asam sorbat tersebut.

B. Pengawetan dengan suhu tinggi (Pemanasan)

a. Pasteurisasi
Merupakan proses pemanasan yang dapat membunuh atau memusnahkan sebagian tetapi
tidak semua mikroba yang ada pada pangan dengan menggunakan suhu di bawah 100°C.
Pemanasan dilakukan dengan uap air, air panas, panas kering dan arus listrik. Pesteurisasi
dilakukan jika:

1)      Pangan tidak tahan terhadap panas tinggi.


2)      Bertujuan untuk membunuh mikroba patogen (penyebab keracunan yang berakibat fatal).
3)      Bertujuan untuk menghambat pertumbuhan khamir.
4)      Bertujuan agar mikroba yang tidak dikehendaki mati

b.Sterilisasi
Adalah cara pengawetan dengan pemanasan produk pada temperatur sangat tinggi.
Produk disterilisasikan dengan menggunakan Ultra High Temperatur (UHT). Disini, produk
dilewatkan pemanas sampai suhu mencapai 141°C selama ±3 detik dan langsung didinginkan
kembali sampai suhu kamar. Produk yang sudah disterilisasikan kemudian dipompa ke mesin
pengisi dengan tetap dijaga kesterilisasiannya. Di mesin ini, produk diisikan kedalam paper
pack (kemasan kertas) atau botol plastik khusus yang sebelumnya juga sudah
diseterilisasikan. Paper yang sudah berisi produk tadi lalu sealnya direkatkan dan papernya
dipotong dan dibentuk sesuai betuk kemasan Tetra Wedge oleh mesin pengemasan Tetra
Wedge. Sedangkan pada kemasan botol plastik (aseptic PET) segera ditutup dengan cap
(Tutup Botol) HDPE yang telah disterilasi. Sebelum dapat didistribusikan, produk disimpan
di ruang dengan ambient temparature (suhu ruang) selama sekurang-kurangnya 14 hari. Jika
dalam masa itu produk dapat bertahan selama 12 bulan dalam temperatur ruang. Namun jika
sudah dibuka, maksimum dapat disimpan pada 7 hari dalam pendingin dengan temperatur 4-
6°C

c. Pengalengan
Pengalengan adalah proses pemanasan pangan menggunakan wadah berupa botol,
kaleng atau kemasan fleksibel. Proses terdiri dari persiapan bahan, pemblansiran, pengisian
bahan, “exhausting” atau pengusiran oksigen, penutupan kemasan dan sterilisasi
menggunakan gabungan cara pemanasan dan pH (keasaman) pangan. Menurut pH, pangan
dapat digolongkan menjadi pangan berasam rendah (pH > 4,5), pangan asam (pH 4,0-4,5)
dan pangan berasam tinggi (pH < 4,0). Suhu pemanasan bervariasi tergantung jenis pangan.

http://fungsiumum.blogspot.com/2013/06/fungsi-asam-benzoat.html
Mari bergabung dengan komunitas Wikipedia bahasa Indonesia! [tutup]

2. Asam benzoat
Belum Diperiksa

Asam benzoat

Nama IUPAC[sembunyikan]
Asam benzoat
Nama lain[sembunyikan]
Asam benzenakarboksilat,
Karboksibenzena,
E210, Asam drasiklik
Identifikasi
Nomor CAS [65-85-0]
PubChem 243
Nomor EINECS 200-618-2
ChEBI 30746
Nomor RTECS DG0875000
SMILES c1ccccc1C(=O)O
1/C7H6O2/c8-7(9)6-4-2-1-3-5-6/h1-5H,
InChI (H,8,9)/f/h8H
Sifat
Rumus molekul C6H5COOH
Massa molar 122,12 g/mol
Penampilan Padatan kristal tak berwarna
Densitas 1,32 g/cm3, padat

Titik lebur 122,4 °C (395 K)

Titik didih 249 °C (522 K)

Terlarutkan (air panas)


Kelarutan dalam air
3,4 g/l (25 °C)
Kelarutan dalam THF,etanol, metano THF 3,37 M, etanol 2,52 M, metanol
l 2,82 M [1]
Keasaman (pKa) 4,21
Struktur
Struktur kristal Monoklinik
Bentuk molekul planar
Momen dipol 1,72 D dalam Dioksana
Bahaya
MSDS ScienceLab.com
Indeks EU not listed
Bahaya utama Menyebabkan iritasi
NFPA 704

1
2
0
 
Titik nyala 121 °C (394 K)
Senyawa terkait
asam fenilasetat,
Asam karboksilat terkait asam hipurat,
asam salisilat
benzena,
benzaldehida,
benzil alkohol,
benzilamina,
Senyawa terkait
benzil benzoat,
benzoil klorida,
asam 3-nitrobenzoat,
asam 3,5-dinitrobenzoat
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Kristal asam benzoat

Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam
karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan),
yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya
digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis
banyak bahan-bahan kimia lainnya.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

 1 Sejarah Penemuan Asam Benzoat ( Karboksibenzena )

 2 Produksi
o 2.1 Pembuatan secara industri

o 2.2 Sintesis laboratorium

 2.2.1 Dengan hidrolisis

 2.2.2 Dari benzaldehida

 2.2.3 Dari bromobenzena

 2.2.4 Dari benzil alkohol

o 2.3 Pembuatan secara historis

 3 Referensi

Sejarah Penemuan Asam Benzoat ( Karboksibenzena )[sunting | sunting


sumber]

Asam benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Distilasi kering getah kemenyan pertama kali
dideskripsikan oleh Nostradamus (1556), dan selanjutnya oleh Alexius Pedemontanus(1560) dan Blaise de
Vigenère (1596).[2]

Justus von Liebig dan Friedrich Wöhler berhasil menentukan struktur asam benzoat pada tahun 1832.
[3]
 Mereka juga meneliti bagaimana asam hipurat berhubungan dengan asam benzoat.

Pada tahun 1875, Salkowski menemukan bahwa asam benzoat memiliki aktivitas anti jamur. [4]

Produksi[sunting | sunting sumber]
Pembuatan secara industri[sunting | sunting sumber]
Asam benzoat diproduksi secara komersial dengan oksidasi parsial toluena dengan oksigen. Proses ini
dikatalisis oleh kobalt ataupun mangan naftenat. Proses ini menggunakan bahan-bahan baku yang murah,
menghasilkan rendemen yang tinggi, dan dianggap sebagai ramah lingkungan.

Sintesis laboratorium[sunting | sunting sumber]


Asam benzoat sangatlah murah dan tersedia secara meluas, sehingga sintesis laboratorium asam benzoat
umumnya hanya dipraktekkan untuk tujuan pedagogi. Ia umumnya diajarkan kepada mahasiswa
universitas.
Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air, karena asam
benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin. Penghindaran penggunaan
pelarut organik untuk rekristalisasi membuat eksperimen ini aman. Pelarut lainnya yang memungkinkan
meliputi asam asetat, benzena, eter petrolium, dan campuran etanol dan air. [5]

Dengan hidrolisis[sunting | sunting sumber]

Sama seperti nitril ataupun amida lainnya, benzonitril dan benzoamida dapat dihidrolisis menjadi asam


benzoat ataupun basa konjugatnya dalam keadaan asam maupun basa.

Dari benzaldehida[sunting | sunting sumber]

Disproporsionasi benzaldehida yang diinduksi oleh basa dalam reaksi Cannizzaro akan menghasilkan


sejumlah asam benzoat dan benzil alkohol dalam jumlah yang sama banyak. Benzil alkohol kemudian
dapat dipisahkan dari asam benzoat dengan distilasi.

Dari bromobenzena[sunting | sunting sumber]

Bromobenzena dapat diubah menjadi asam benzoat dengan "karbonasi" zat anatara fenilmagensium


bromida:[6]

C6H5MgBr + CO2 → C6H5CO2MgBr

C6H5CO2MgBr + HCl → C6H5CO2H + MgBrCl


Dari benzil alkohol[sunting | sunting sumber]

Benzil alkohol dapat direfluks dengan kalium permanganat ataupun oksidator lainnya dalam air.
Campuran ini kemudian disaring dalam keadaan panas untuk memisahkan mangan dioksida, dan
kemudian didinginkan untuk mendapatkan asam benzoat.

Pembuatan secara historis[sunting | sunting sumber]


Proses industri pertama melibatkan reaksi antara benzotriklorida (triklorometil benzena)
dengan kalsium hidroksida dalam air, menggunakan besi sebagai katalis. Kalsium benzoat yang
dihasilkan kemudian diubah menjadi asam benzoat dengan menggunakan asam klorida. Produk
proses ini mengandung turunan asam benzoat yang terklorinasi dalam jumlah yang signifikan.
Oleh karena itu, asam benzoat yang digunakan untuk konsumsi manusia didapatkan dari distilasi
getah kemenyan. Pada zaman sekarang, asam benzoat yang digunakan untuk konsumsi
diproduksi secara sintetik.[7]

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_benzoat
3. Asam Benzoat

Asam Benzoat (benzoic acid) adalah suatu senyawa kimia dengan rumus C6H5COOH . Produk ini

merupakan bahan kimia yang berupa asam organik padat berbentuk kristal putih, mudah terbakar, larut

dalam alkohol, ether, mudah menguap, dan mudah meledak. Asam benzoat dengan nama dagang

benzenecarboxylic acid atau carboxybenzene merupakan carboxylic acid aromatik yang paling sederhana.

Asam benzoat memiliki struktur kimia sebagai berikut :

Asam benzoat dapat disintesa dari dari bermacam-macam zat organik seperti benzyl alkohol,

benzaldehyde, toluene, dan asam phtalat (The Columbia Enyclopedia, 2004).

            Secara umum ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat asam benzoat diantaranya

adalah (Othmer, K., 1978) :

1. Oksidasi Toluene dengan udara dalam fasa cair

Proses ini merupakan cara yang paling awal digunakan, dimana toluene, katalis, dan udara (atau O 2 yang

terkandung dalam udara)diumpankan secara kontinyu ke dalam autoclave sehingga terbentuk asam benzoat

pada suhu 150 – 250 0C dan tekanan 5-50 atm. Perbandingan udara dan toluene dikendalikan untuk

mendapatkan konversi 10-50%.  Panas reaksi dapat dihilangkan dengan refluks toluene dan penggunaan

jacket cooling. Autoclave secara kontinyu overflow ke stripper kemudian toluene dipisahkan dan direcycle

ke autoclave. Air yang terbentuk dari kondensasi aliran gas harus segera dipisahkan sebelum toluene yang

tidak bereaksi dikembalikan ke reaktor.  Pemisahan dapat dilakukan dengan kristalisasi, distilasi, atau

kombinasi keduanya. Yield yang diperoleh sekitar 80%. Asam benzoat yang terbentuk kemudian dibentuk

menjadi flake atau disublimasi untuk mendapatkan variasu ukuran untuk dijual. 

2. Oksidasi Acetophenone

Campuran acetophenone, asam asetat, dan Mangan asetat tetrahidrat diaduk dengan cepat kemudian aliran

O2 dilewatkan pada campuran tersebut. Campuran dipanaskan sampai 80 0C dimana pada temperatur

tesebut berubah warna menjadi coklat tua dan mulai terjadi adsorpsi O 2. Temperatur sistem dijalankan

pada 92-970C, setelah sekitar 3,5 jam, campuran dipanaskan hingga 105-110 0C selama beberapa menit

kemudian asam formiat dan asam asetat yang terbentuk selama reaksi dipisahkan dengan distilasi. Residu

dilarutkan dengan 500ml air kemudian dengan distilasi uap acetophenone yang tidak bereaksi dipisahkan.
Residu kemudian didinginkan kembali dan asam benzoat yang dikristalkan kemudian dikumpulkan pada

filter dan dikeringkan. Yield yang didapat adalah 89%dengan kemurnian 98-99%.

3. Oksidasi Benzyl Bromida

Benzyl bromide dan asam asetat glasial  dimasukkan dalam pipa kaca tertutup didalam shaker bomb,

O2 60% dimasukkan sampai tekanan mencapai 300 psig, kemudian dipanaskan sampai 190 0C dengan

dikocok.Temperatur ini dijaga sampai 3 jam. Bahan-bahan di dalam pipa kemudian didinginkan,

ditambahkan air, dan kristal asam benzoat yang terbentuk disaring dari larutan.

4. Klorinasi Toluene
                                                      light
C6H5CH3  + 3 Cl2            ===>         C6H5CCl3   +  3 HCl

                                              heat
               
                                                  ZnCl2
===>C6H5CCl3  +  2 H2O                                C6H5COOH   +  3 HCl

                                                 (75 – 80%)

Toluene diklorinasi pada 100-150 0C, hingga Specifik grafity mencapai 1,375-1,385 pada 20 0C

Sedikit alkali dapat ditambahkan untuk netralisasi residu hydrogen klorida. Benzotriklorid dapat didistilasi

kemudian diumpankan dalam bejana yang dilengkapi dengan agitator. Setelah dipanaskan sampai 100 0C,

sekitar 0,7 % berat (berdasarkan umpan) Zinc Chloridesebagai katalis. Kemudian air ditambahkan

perlahan-lahan di bawah permukaan cairan. Hidrogen klorid yang terlibat dalam reaksi diserap oleh air

membentuk hidroclorid acid. Temperatur akan naik secara perlahan sampai 110-115 0C. Pada saat reaksi

sempurna dimana ditandai dengan tidak adanya hydrogen klorid, air ditambahkan, dan produk reaksi
dibiarkan sampai 0,5 jam dengan pengadukan. Temperatur diturunkan sampai 90-100 0C, air panas

ditambahkan untuk melarutkan Zinc Klorid dan hidroclorid acid sisa. Lapisan asam dipisahkan dan

dibiarkan mengeras, lapisan air didinginkan, hal ini mempercepat terlarutnya asam benzoat, yang

dipisahkan dengan filtrasi, dicuci dengan air dingin, dan ditambahkan pada padatan asam benzoat.

Komposisi padatan terdiri dari asam benzoat crude dan jumlah yang bervariasi dari air, pumice, dan

impuritas yang lain. Ini dapat diubah menjadi Sodium benzoat kualitas tinggi dengan melarutkan dalam

Sodium hidroksid, penyaringan, dan pemurnian larutan benzoat. Asam benzoat crude dapat dimurnikan

dengan memberi USP asam benzoat dengan beberapa cara seperti sublimasi atau kristalisasi. Yield 90%

dapat tercapai berdasarkan benzotriklorid yang diumpankan.

5. Dekarboksilasi Pthalyc Anhydrid

Dalam proses ini phtalyc anhydrid direaksikan dengan steam, dan reaksi yang terjadi adalah sebagai

berikut:
            C6H4 (CO)2O + H2O             ===>    C6H5COOH + CO2

                                                     (85% yield)

Proses pembentukan asam benzoat dari pthalyc anhydrid dapat dilakukan dalam fase cair maupun fase gas.

a.      Proses fase cair

Pthaltc anhydrid cair diumpankan crude  dalam ketel tertutup yang dilengkapi agitator efisien.

Ditambahkan 2-6% katalis yang terdiri dari kromium dan sodium pthalat dalam jumlah hampir sama.

Katalis dapat diumpankan secara terpisah atau dapat juga dengan penambahan secara langsung Kromium

hidroksid dan kaustik soda ke dalam reaktor dalam jumlah yang hampir sama. Umpan tersebut kemudian

dipanaskan sampai kurang lebih 200 0C dan kemudian 2-20 bagian steam/jam (dari 100 bagian pthalyc

anhydrid) dimasukkan dibawah permukaan campuran. Dalam proses juga terbentuk pthalyc acid. Reflux

kondensor mengembalikan air, asam benzoat, dan pthalyc acid ke dalam reaktor. Sementara itu

CO2 dibuang ke atmosfer. Reaksi dibiarkan berlangsung sampai campuran mengandung kurang dari

5% pthalyc acid. Asam benzoat kemudian dpisahkan dengan distilasi dengan atau tanpa bantuan steam.

Pemisahan asam benzoat yang lebih sempurna dilakukan dengan menambahkan kaustik soda sebelum

distilasi. 

 b. Proses fase gas

Asam benzoat dapat diproduksi dengan dekarboksilasi fase uap dari pthalyc anhydrid. Dalam proses ini,

uap pthalyc anhydrid dicampur dengan steam seberat 10-50 kali berat pthalyc anhydrid pada suhu 200 0C.

Kemudian dilewatkan pada katalis yang diam pada temperatur sekitar 450 0C. Campuran katalis terdiri dari

seng oksida pada batu apung carier atau tembaga karbonat dan kalsium hidroksida pada butiran batu

apung. Karbon dioksida yang dihasilkan dari reaksi dipisahkan dari asam benzoat dengan separator untuk
mengambil asam benzoat yang terbawa. Asam benzoat kemudian dipisahkan setelah kondensasi dengan

destilasi untuk memisahkan sisa reaktan (pthalyc anhydrid dan H 2O). Pthalyc anhydrid yang tidak bereaksi

direcycle untuk direaksikan kembali dengan steam. Sementara asam benzoat diambil sebagai produk.

6. Oksidasi Toluene dengan Sulfur dan Air

Proses tipe ini dapat dapat menghasilkan asam benzoat dari toluene atau asam lain dari bahan baku yang

lain. Paten mendiskripsikan bahwa prosesnya adalah sebagai berikut : autoclave dari stainless-steel A4.5-1

diisi dengan 92 g toluene dan19 ml air. Tube glass berukuran besar yang berisi 100 g sulfur diletakkan

dalam autoclave sedemikian rupa sehingga saat pertama kali autoclave digoncangkan, isi dalam autoclave

bisa bercampur dengan yang ada dalam tube. Autoclave diisolasi dan dipanaskan 625 oC sebelum

digoncangkan. Penggoncangan pada temperatur tersebut dilanjutkan selama 90 menit, tekanan meningkat

sampai 2250 psig. Autoclave didinginkan dan 70 g hydrogen sulfide dialirkan ke dalam scrubber kaustik.

Produk difilter dan dikeringkan, dan cake padat yang merupakan campuran asam benzoate,sulfur, dan by-
product didistilasi. Sebagai potongan bagian atas, 79,9 g asam benzoate dan ekivalen netral 124,4

didapatkan. Selanjutnya 5 g didapatkan tertahan dalam kolom, dan dalam aqueous filtrate, 6,8 g ditemukan

dalam dasar kolom distilasi, 20,6 terkandung sulfur, dan by-product berwarna gelap lainnya.

Tahap selanjutnya menggunakan oksidan tipe sulfur menunjukkan bahwa hasil yang lebih banyak bisa

didapatkan dengan kondisi berbeda. Dengan sulfur dioksid sebagai oksidan (dengan sedikit hydrogen

sulfide sebagai inisiator), 82% yield didapatkan, an dengan sedikit penambahan NaOH ke sistem akan

didapatkan 83,6% yield. Beberapa proses lain di masa lampau belum pernah dicoba pada skala pabrik.

7. Oksidasi Toluene dengan Asam Nitrat

Prosesnya adalah sebagai berikut : tangki reaksi harus dalam kondisi asam dan harus mampu beroperasi

pada tekanan 75 psi. Tangki diisi 85 lb asam nitrat 67%, 800 lb air, 500 lb toluene, dan 5 lb mangan

dioksid. Selama kurang lebih 2 jam, temperature dibawa ke 80-90 oC, tekanan meningkat manjadi 35-40 lb.

kondisi ini dipertahankan 6 atau 7 jam. Akhirnya selama 24 jam proses, temperature meningkat menjadi

110oC, dan tekanan meningkat sampai 75 lb. Secara periodic selama proses pemanasan, oksigen (atau gas

yang kaya oksigen) dimasukkan dalam kettle di atas pengeluaran. Gas inert dikeluarkan kadang-kadang.

Yield dalam proses ini 70-80 % dalam jumlah teoritis.

8. Oksidasi Toluene dengan Sodium Dikromat

Toluen dan larutan sodium dikromat dalam air dipanaskan pada 250-300 oC, dengan pengadukan yang

kasar, dalam autoclave selama 2-3 jam sehingga terbentuk sodium benzoate, sodium hidroksid, dan

chromic oxide (Cr2O3). Autoclave didinginkan sampai sekitar 100 oC dan toluene yang tidak bereaksi
didistilasi. Asam benzoate ditambahkan untuk menetralkan natrium hidroksid yang terbentuk. Chromic

oxide kemudian diambil dari campuran dengan difilter, dicuci, dan dimasukkan kembali ke autoclave

bersama-sama dengan air dan cukup natrium hidroksida untuk membentuk sodium khromat. Isi autoclave

dikondisikan pada tekanan udara 1400 psi dan dipanaskan menjadi 280-300 oC selama 4-8 jam, sementara

itu udara yang kehabisan oksigen sebagian dikeluarkan. Larutan sodium dikromat yang terbentuk

digunakan dalam oksidasi pemasukan toluene. 

Untuk menentukan proses yang dipilih dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Alternatif Proses
No Proses Fase Yield Kondisi operasi Katalis
1. Oksidasi toluene dengan Cair-gas 80 % P = 5–50 atm Cobalt asetat dan
udara Mangan asetat
T = 150-250 0C tetrahydrat

Cobalt asetat dan


Mangan asetat
tetrahydrat
Cair-gas 96 % P = 28,5 atm
T = 90-200 0C
2. Oksidasi Acetophenon Cair-gas 89 % P = atmosferik -
0
T = 92-97  C
3. Oksidasi BenzylCair-gas 88 % P = 21,8 atm -
0
Bromida T = 190  C
4. Klorinasi Toluene Cair-gas 75-80 % T = 100-150 0C Zinc Kloride
0
5. Dekarboksilasi PhtalycCair-gas 85 % T = 200  C Kromium phtalat
Anhydrid dan Sodium phtalat,
atau Kromium
hidrokside dan Soda
kaustik

Zinc Oxide dan


Kalsium hidrokside.

Gas-gas 85 % T = 450 0C

6. Oksidasi TolueneCai-cai 75,2% P = 154 atm -

dengan Sulfur dan Air T = 329,8 0C

7. Oksidasi TolueneCair-gas 70-80 % P = 5 atm -

dengan Asam Nitrat T = 80-110 0C

8. Oksidasi TolueneCair-gas    80 % P = 95 atm -

dengan Sodium T = 250-300 0C

Dikromat

Dari tabel perbandingan proses di atas, proses yang dipilih adalah proses Dekarboksilasi Pthalyc Anhydrid

dengan pertimbangan dan keuntungan dari proses tersebut adalah :

1. Bahan baku phtalyc anhydrid dapat diperoleh dari pabrik di dalam negeri sehingga tidak perlu melakukan

impor.

2.     Yield relatif tinggi, proses 1 fase, dan harga katalis murah.


                            
Diposkan 21st May 2012 oleh Ismanto Siringo-ringo

http://kimiaringgostar.blogspot.com/2012/05/asam-benzoat.html

Anda mungkin juga menyukai