Anda di halaman 1dari 8

Nama : PARASTIKA WIDIYANTI

NIM : 1613451022 / Reg1-Smt II


Matkul : toksikologi lingkungan

1. Pb (timbal)
a. Tempat yang dapat ditemukannya Pb
Unsur Pb digunakan dalam bidang industri modern sebagai :
1) bahan pembuatan pipa air yang tahan korosi,
2) bahan pembuat cat,
3) baterai,
4) penyepuhan,
5) dan campuran bahan bakar bensin tetraetil.

b. Toksisitas terhadap makhluk hidup


Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal
diantaranya:
1) Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin
(Hb)
2) Meningkatnya kadar asam δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan kadar
protoporphin dalam sel darah merah
3) Memperpendek umur sel darah merah
4) Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta meningkatkan
kandungan logam Fe dalam plasma darah.

Timbal bersifat kumulatif.[ Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah merah
adalah 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan dalam tulang
selama 30 hari.

Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah :

1) Sistem haemopoietik; di mana Pb menghambat sistem pembentukan


hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.
2) Sistem saraf; di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan otak dengan gejala
epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
3) Sistem urinaria; di mana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis,
lengkung henle, serta menyebabkan aminosiduria.
4) Sistem pencernaan; di mana Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
5) Sistem kardiovaskular; di mana Pb dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
6) Sistem reproduksi; di mana Pb dapat menyebabkan keguguran, tidak
berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia
dan teratospermia pada pria.
7) Sistem endokrin; di mana Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan
fungsi adrenal
8) Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.

c. proses keracunan terhadap makhluk hidup


Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan
minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar
oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan
terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan
rambut. 

2. Hg (merkuri)
a. Tempat yang dapat ditemukannya Hg
1) Keberadaan Logam Merkuri (Hg) Di Alam
a) Merkuri dalam batuan
b) Merkuri dalam tanah
c) Merkuri dalam air permukaan

2) Sumber merkuri yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang berpotensi


mencemari udara dan air dapat berasal dari:
1. Industri khlor-alkali
2. Produksi energi
3. Pemprosesan gas dan petroleum
4. Penambangan emas
5. Penambangan dan penghasil metal
6. Pembuangan limbah dengan pembakaran
7. Sektor dental
8. Air kotoran

Produk-produk yang menggunakan merkuri biasanya adalah:


1. Baterai
2. Kosmetik
3. Dental Amalgam
 
Amalgam mengisi :
1. Peralatan elekronik dan lampu
2. Cat
3. Pestisida
4. Pharmacheutical
5. Thermometer

b. Toksisitas terhadap makhluk hidup


Keracunan kronis oleh merkuri dapat terjadi akibat kontak kulit, makanan,
minuman, dan pernapasan. Toksisitas kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan
sistem syaraf atau gingvitis. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor,
parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan
dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala
pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian. Wanita
hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin
sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa otak janin lebih rentan terhadap metil merkuri dibandingkan
dengan otak dewasa. Konsentrasi Hg 20 µgL dalam darah wanita hamil sudah dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak janin. Merkuri memiliki afinitas yang tinggi
terhadap fosfat, sistin, dan histidil yang merupakan rantai samping dari protein, purin,
pirimidin, pteridin, dan porifirin. Dalam konsentrasi rendah ion Hg+ sudah mampu
menghambat kerja 50 enzim yang menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.
Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa
saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus.
Toksisitas kronis dari merkuri organik ini dapat menyebabkan kelainan berkelanjutan
berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, albuminuria,
eksantema pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan tekanan darah.

c. Proses keracunan Hg terhadap makhluk hidup


1) Metil-merkuri di dalam air dan sedimen dimakan oleh bakteri, binatang kecil
dan tumbuhan kecil yang dikenal sebagai plankton;
2) Ikan kecil dan sedang kemudian memakan bakteri dan plankton tersebut dalam
jumlah yang sangat besar sepanjang waktu;
3) Ikan besar kemudian memakan ikan kecil tersebut, dan terjadilah akumulasi
metil-merkuri di dalam jaringan. Ikan yang lebih tua dan besar mempunyai
potensi yang lebih besar untuk terjadinya akumulasi kadar merkuri yang tinggi
di dalam tubuhnya;
4) Ikan tersebut kemudian ditangkap dan dimakan oleh manusia dan binatang,
menyebabkan metil-merkuri berakumulasi di dalam jaringannya.

3. Cu (tembaga)
a. Tempat yang dapat ditemukannya Cu
1) Logam Tembaga
Tembaga dalam bentuk  campuran digunakan untuk membuat perunggu., dan
monel. Logam tembaga bersifat mudah menghantarkan arus listrik sehingga
digunakan sebagai kabel dan kompenn berbagai alat elektronik.

2) Senyawa Tembaga
a) Tembaga (II) Oksida (CuO)
Senyawa CuO digunakan sebagai insektisida, bahan baterai, bahan
penyepuh, dan bahan pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas, porselen,
dan rayon.
b) Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)
Senyawa ini digunakan sebagai antilumut dalam kolam renang dan
memberikan warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan, dan zat aditif
dalam radiator.
c) Tembaga (II) Klorida (CuCl2)
Senyawa ini digunakan sebagai pewarna keramik dan gelas, pabrik tinta
dan fotografi, serta pengawet kayu, dan katalis.
b. Toksisitas terhadap makhluk hidup
Defisiensi Cu dapat terjadi karena kurangnya konsumsi. Beberapa tanda
kekurangan Cu yang terjadi pada organisme hidup meliputi: anemia, depigmentasi
kulit, rambut beruban, rambut kusut, kerusakan otak dan mandul (Briggs dan
Calloway, 1979 dalam Rivai, 1999). Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan
bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk kedalam tubuh
organisme dalam jumlah besar.Pada manusia efek keracunan utama yang ditimbulkan
oleh Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur pernafasan. Selain itu, keracunan Cu
secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala dari
penyakit wilson adalah terjadi kerusakan otak serta terjadinya penurunan kerja ginjal
dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Sedangkan untuk penyakit kinsky dapat
diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada
penderita (Palar, 1994).

c. Proses keracunan Cu terhadap makhluk hidup


Pada manusia, efek keracunan utama ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau
uap logam Cu. Hal ini dapat amengakibatkan terjadinya gangguan pada jalur
pernafasan sebelah atas, juga kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan
dengan hidung. Kerusakan itu merupakan akibat dari gabungan sifat iritatif yang
dimiliki oleh debu atau uap Cu tersebut.

4. Cd (cadmium)
a. Tempat yang dapat ditemukannya Cd
1) zat warna
2) industri baterafotografi
3) perindustrian manufaktur polyvinilkhlorida (PVC) sebagai bahan yang
berfungsi untuk stabilizer
4) pengolahan roti
5) Pengolahan ikan,
6) pengolahan minuman,
7) industri textile dll.
b. Toksisitas Cd terhadap makhluk hidup
Kadmium lebih bersifat toksis bila terhirup melalui pernafasan. Keracunan kronis
timbul bila konsentrasi kadmium dalam ginjal mencapai 200 μg per gram terjadi
kerusakan ginjal.
Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis kecil Cd dalam waktu 
yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronik.
Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas,
Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan
hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap
kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cd krosik.
Kadmium dapat menyebabkan osteomalasea karena terjadinya gangguan daya
keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.
Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan. Keberadaan zinc dan
timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium. Untuk melindungi kehidupan pada
ekosistem akuatik, kadar kadmium sebaiknya sekitar 0.0002 mg/l (Moore, 1991
dalam Effendi, 2000). Departemen Kesehatan RI menetapkan batas aman kadmium
dalam makanan (ikan) sebesar 1.0 ppm. Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi
per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400- 500 μg per orang atau 7 μg
per kg berat badan (Barchan dkk., 1998 dalam Suhendrayatna, 2001).

c. Proses keracunan Cd terhadap makhluk hidup


Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan
Zn. Dalam industri pertambangan, Pb dan Zn proses pemurniannya akan selalu
memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium
masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium intake ke dalam tubuh manusia perlu
dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd
dalam feses.
5. Cr (kromium)
a. Tempat yang dapat ditemukkan Cr
1) pelapis pada ornamen-ornamen bangunan,
2) komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor,
3) maupun sebagai pelapis perhiasan

b. toksisitas Cr terhadap makhluk hidup


Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung,
dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan
pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah
yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati,
dan bahkan kematian.

c. Proses keracunan Cr terhadap makhluk hidup


Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi,
misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom,
pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari
kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik
kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus.

6. As (Arsen)
a. Tempat yang dapat ditemukannya As
1) gelas,
2) pigmen, textile,
3) kertas, metal adhesive,
4) amunisi, pestisida,
5) feed additive,
6) pharmaceutical,
7) pupuk,
8) sabun,
9) semi konduktor,
10) makanan ternak.
b. Toksisitas As terhadap makhluk hidup
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.. Penelitian
telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang
lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang
mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian
besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh
salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih
beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut,
produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara
serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-
kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan
kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair
(www.wikipedia.org, 2009).
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang
menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian
(www.wikipedia.org, 2009).

c. Proses keracunan As terhadap makhluk hidup


Keracunan bahan kimia di industri sebagian besar disebabkan oleh penghirupan
Arsen di lingkungan kerja. Hal ini disebabkan oleh permukaan paru yang sangat luas
dan kemampuan menyerap Arsen lebih banyak melalui pembuluh darah kapiler yang
terdapat dalam jaringan paru yang berbatasan dengan alveoli. Arsen yang masuk
melalui pernafasan dapat berupa gas uap mist fume dan debu halus yang tidak dapat
dilihat oleh mata. Arsen yang masuk melalui saluran pernafasan dapat berupa iritasi
pada mukosa hidung dan saluran pernafasan dan dapat pula merusak jaringan paru.
Apabila Arsen tersebut masuk ke dalam aliran darah akan menimbulkan kerusakan
pada organ tertentu

Anda mungkin juga menyukai