Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

DAMPAK UNSUR LOGAM BERAT TERHADAP


KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

FERIANTO (16131011007)

PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BINA HUSADA

TAHUN 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat
atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain. B3 dalam ilmu bahan dapat berupa bahan
biologis (hidup/mati) atau zat kimia. Zat kimia B3 dapat berupa senyawa logam
(anorganik) atau senyawa organik, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai B3
biologis, B3 logam dan B3 organik
Adapun yang termasuk dalam unsur B3 seperti unsur logam berat. Unsur
logam berat adalah unsur yang mempunyai densi tas lebih dari 5 gr/cm3 (Fardiaz,
1992). Hg mempunyai densitas 13,55 gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat,
Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan
logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni,
Pb, As, Cr, Sn, Zn
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997,
yang menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride,
Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,
Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor
1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),
Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain, Timbal (Pb), Mercury (Hg),
Kadmium (Cd), Chromium (Cr), dan Arsenic (As) (Sudarmaji, 2006). Logam-
logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan
manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun
udara.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dampak timbal bagi kesehatan ?
2. Bagaimana dampak mercury bagi kesehatan ?
3. Bagaimana dampak cadmium bagi kesehatan ?
4. Bagaimana dampak cromium bagi kesehatan ?
5. Bagaimana dampak arsen bagi kesehatan ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dampak unsur logam berat seperti timbal, mercury,
cadmium, cromium, dan arsen bagi kesehatan

D. MANFAAT
1. Memberikan informasi mengenai dampak logam berat terhadap
kesehatan.
2. Memberikan pertimbangan kepada pihak-pihak industri dengan hasil
sampingan limbah logam berat untuk lebih memperhatikan limbah
yang dihasilkan tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 LOGAM BERAT


II.1.1 PENGERTIAN LOGAM BERAT

Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk


hidup. Logam berat yang termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam
berat yang non-esensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh.
Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan
(toksik) pada manusia yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium
(Cd) (Agustina, 2010).

II.1.2 PENCEMARAN LOGAM BERAT


Menurut Widowati, et al., (2008), penggunaan logam sebagai bahan baku
berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi
kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu :
1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan
udara, air, tanah, dan makanan.

2. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri


bisa mempengaruhi kesehatan manusia.

Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi


kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80
jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke
dalam 2 jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa
menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain
sebagainya.

4
2. Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Cr,
dan lain-lain.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan
manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat
dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu
menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh,
menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia
maupun hewan. Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari yang paling
toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Widowati, et al., 2008).

A. Timbal ( Pb )
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah
hitam. Dalam bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan logam ini
disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-
logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Timbal merupakan
bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Timbal sering kali
digunakan dalam industri kimia seperti pembuatan baterai, industri
pembuatan kabel listrik dan industri pewarnaan pada cat.
Efek Pb terhadap kesehatan terutama terhadap sistem haemotopoetic
(sistem pembentukan darah), adalah menghambat sintesis hemoglobin dan
memperpendek umur sel darah merah sehingga akan menyebabkan
anemia. Pb juga menyebabkan gangguan metabolisme Fe dan sintesis
globin dalam sel darah merah dan menghambat aktivitas berbagai enzim
yang diperlukan untuk sintesis heme.
Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias
idiot. Pada orang dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan
kemandulan atau keguguran pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran,
sel otak tidak bisa berkembang. Dampak Pb pada ibu hamil selain
berpengaruh pada ibu juga pada embrio/ janin yang dikandungnya. Selain
penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang

5
akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya keracunan Pb
organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau
kelahiran prematur.
Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat diuraikan secara rinci dengan
penjelasan di bawah ini :
a. Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb
Timah hitam akan menghambat enzim hemesintetase, yang
mengakibatkan penurunan produksi heme. Penurunan produksi
heme ini akan meningkatkan aktivitas ALA sintetase, dan
akhirnya produksi ALA meningkat. Peningkatan produksi ALA
ini dapat dilihat dari ekskresi ALA di urine. Perubahan
protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya
timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari
protoporphirin IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.
Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari
koproporphirin III. Hal ini diketahui dengan didapatkannya
koproporphirin III pada urine dan feces.
b. Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)
Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap
keracunan Pb. Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di
atas 80 μg/dl dapat terjadi ensefalopati. Terjadi kerusakan pada
arteriol dan kapiler yang mengakibatkan oedema (adanya cairan)
otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi
neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini
disertai dengan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi,
depresi, sakit kepala, vertigo (pusing berputar-putar), tremor
(gerakan abnormal dengan frekuensi cepat), stupor (penurunan
kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.

6
c. Ensefalopati
Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk
dengan sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir
dengan kerusakan otak atau kematian. Paling sering dijumpai
pada anak kecil atau orang yang mengkonsumsi
makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko
lebih besar terhadap paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik
internal.
d. Pendengaran
Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf
kranial, kadar Pb dalam darah 15 μg/dl dapat menyebabkan
gangguan saraf pusat, pada kadar 1 – 18 µg/dl menyebabkan
gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-anak dan
dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan
penurunan pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang
sensitif kadang-kadang didapatkan adanya efek yang memburuk
pada sistem tubuh, tetapi secara klinis efek tersebut tidak jelas
sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi.
e. Efek terhadap ginjal
Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan
penyakit renal progresif dan tidak dapat disembuhkan. Ada
beberapa laporan berisi interstisial nephritis kronis pada pekerja
sering disertai dengan hasil yang fatal. Nephropati yang ditandai
oleh gangguan fungsi ginjal progresif sering disertai hipertensi.
Kerusakan ginjal berupa fibriosis interstitialis kronis, degenerasi
tubuler, dan perubahan vaskuler pada arteri kecil dan arteriol.
Ditemukan gambaran khas, yaitu penuhnya badan inklusi
intranuklear pada sel dinding tubulus. Badan inklusi merupakan
kompleks protein Pb yang kemudian di ekskresi melalui urine.
Degenerasi tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya

7
reabsorbsi asam amino, glukosa, fosfat dan asam sitrat. Pada
kasus yang berat dapat terjadi sindrom fanconi yaitu hiperamino
uria (air kencing mengandung asam amino berlebihan),
glukosuria dan hipofosfat uria atau kadang-kadang hiperfosfat
uria. Gangguan ginjal bersifat tidak menetap. Saturnine gout
adalah sebuah konsekuensi pengurangan fungsi tubuler (ginjal
tubulus glumerulus), Pb berpengaruh pada ekskresi urates. Maka
meskipun angka formasi mereka normal, level asam uric
disimpan dalam persendian, hampir menyerupai encok/ pegal.
f. Efek terhadap sistem cardiovasculer
Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita colic yang
disertai peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya
kerusakan miokard tidak dapat diabaikan. Perubahan elektro
cardiografi dijumpai pada 70 % penderita dengan gejala umum
berupa takikardia, disritmia atrium.
g. Efek terhadap sistem reproduksi
Telah diketahui bahwa Pb dapat menyebabkan gangguan
reproduksi baik pada perempuan maupun pada laki-laki, Pb dapat
menembus jaringan placenta sehingga menyebabkan kelainan
pada janin. Peningkatan kasus infertil, abortus spontan, gangguan
haid dan bayi lahir mati pada pekerja perempuan yang terpajan Pb
telah dilaporkan sejak abad 19, walaupun demikian data
mengenai dosis dan efek Pb terhadap fungsi reproduksi
perempuan, sampai sekarang masih sedikit.

B. Merkuri ( Hg )
Merkuri (Hg) merupakan zat yang mudah menguap yang terbentuk
sebagai fraksi halus, unsur, jejak, dan ion seharusnya diwaspadai apabila
terakumulasidalam jumlah tertentu karena  berdampak merugikan bagi
lingkungan hidup. Raksa (nama lama: air raksa) atau merkuri
atau hydrargyrum (bahasa Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak)

8
adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor
atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan
merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium,fransium, galium,
dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap.
Raksa banyak digunakan sebagai
bahan amalgam gigi, termometer, barometer, dan peralatan ilmiah lain,
walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah
digantikan (oleh termometer alkohol, digital, atau termistor) dengan alasan
kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya.
Merkuri dapat berakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh
lainnya, menyebabkan bronchitis, sampai rusaknya paru-paru. Gejala
keracunan Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga
tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah,
gangguan psikologi (rasa cemas dan sifat agresif), dan sering sakit kepala.
Jika terjadi akumulasi yang tinggi mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf
di otak kecil, gangguan pada luas pandang, kerusakan sarung selaput saraf
dan bagian dari otak kecil. Turunan oleh Merkuri (biasanya etil merkuri)
pada proses kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa
gangguan mental. Sedangkan keracunan Merkuri yang akut dapat
menyebabkan kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiovaskuler,
kegagalan ginjal akut maupun shock.
Efek-efek Hg terhadap kesehatan dapat diuraikan secara rinci dengan
penjelasan di bawah ini :
a. Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan
terganggunya fungsi ginjal dan hati.
b. Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila
berupa ikatan dengan kelompok sulfur di dalam protein dan
enzim.
c. Merkuri (Hg) organik dari jenis metil-merkuri dapat memasuki
placenta dan merusak janin pada wanita hamil sehingga
menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan Chromosom,

9
mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan
otak.
d. Tidak berfungsinya otak (gangguan syaraf seperti parestesia,
ataxia,dysarthria)
e. Kanker,
f. Kerusakan saluran pencernaan,
g. Gangguan kardiovasculer
h. Gangguan psikologik berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat
agresi,
i. Kegagalan ginjal akut ,
j. Kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir), dan
k. Kematian.

C. Cadmium ( Cd )
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap,
tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium
Oksida bila dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam
kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Logam
kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui
beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi
melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan
dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. Logam kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia).
Dalam tubuh biota perairan jumlah logamyang terakumulasi akan terus
mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota
yang tertinggi akan mengalami akumulasi kadmium (Cd) yang lebih
banyak (Palar, 2004).
Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama
terikat sebagai metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Kadmium

10
(Cd) terikat dalam gugus sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil
sisteinil, histidil, hidroksil, dan fosfatil dari protein purin. Kemungkinan
besar pengaruh toksisitas kadmium (Cd) disebabkan oleh interaksi antara
kadmium (Cd) dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan
terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.
Kadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang
berbahaya karena elemen ini berisiko tinggi terhadap pembuluh darah.
Kadmium (Cd) berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu
panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal.
Gejala kronis yang mncul akibat paparan Cadmium ( Cd ) antara lain
adalah sesak napas / sesak dada, nafas terengah – engah, sakit kepala
berlebih, juga demam. Sedangkan efek kronik dari paparan Cadmium
antara lain adalah nafas pendek, kemampuan indra penciuman menurun,
berat badan menurun, dan warna kekuningan pada gigi.
Efek-efek Cadmium ( Cd ) terhadap kesehatan dapat diuraikan
secara rinci dengan penjelasan di bawah ini :
a. Efek Cadmium ( Cd ) terhadap ginjal
Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan
bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada sistem yang
bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal
dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah kandungan
protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang
dapat terjadi pada ginjal akibat logam kadmium (Cd) yaitu
terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan ketidaknormalan
kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine.
b. Efek Cadmium ( Cd ) terhadap paru
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan
atau debu kadmium (Cd) juga mengakibatkan kerusakan
terhadap organ respirasi paru-paru. Kerusakan paru-paru tersebut
dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan kronis yang
disebabkan oleh kadmium (Cd).

11
c. Efek Cadmium ( Cd ) terhadap tulang
Efek keracunan kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan
kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga
menyulitkan untuk berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja
pada industri yang menggunakan kadmium (Cd). Penyakit
tersebut dinamakan “itai-itai”.
d. Efek Cadmium ( Cd ) terhadap reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga
mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organya. Pada
konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat mematikan sel-sel
sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa
akibat terpapar oleh uap logam kadmium (Cd) dapat
mengakibatkan impotensi.

D. Kromium ( Cr )
Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit
dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Cromium merupakan logam tahan
korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini,
kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-
ornamen bangunan maupun pada komponen kendaraan, seperti knalpot
pada sepeda motor. Kromium adalah elemen yang secara alamiah
ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman,
tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam
beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah
kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan
kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri. Senyawa kromium
masing – masing mempunyai peranan yang berbeda di lingkungan dan

12
efek yang berbeda pula terhadap kesehatan manusia sesuai dengan
bilangan oksidasinya.
Efek – efek Kromium ( Cr ) terhadap kesehatan antara lain adalah
sebagai berikut ini :

a. Efek klinis
Efek klinis dari terpapar Cr antara lain adalah ruam kulit, borok
dan gangguan pada perut, kerusakan ginjal dan hati, sistem
kekebalan tubuh jadi lemah, gangguan pernapasan, dan mutasi
genetik.
b. Efek fisiologis
Faktor utama terjadinya toksisitas dari krom adalah “oxidation
state” dan daya larutnya. Krom (VI) mudah menembus membran
sel dan akan terjadi reduksi didalamnya. Organ utama yang
terserang karena krom adalah terhisap oleh paru-paru, organ lain
yang bias terserang adalah ginjal, liver, kulit dan system imunitas.
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa
senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata
(konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum
pernah dilaporkan akibat paparan logam.
c. Efek pada kulit
Asam kromik, dikromat dan kromium VI selain iritan kuat juga
korosif. Letak luka biasa di akar kuku, persendian dan selaput
antara jari, bagian belakang tangan dan lengan. Karakteristik luka
karena krom mula-mula melepuh (papulae) kemudian terbentuk
luka dengan tepi yang meninggi dan keras. Hingga 20% pekerja
menjadi dermatitis. Dermatitis alergika dengan eksim pernah
dilaporkan terjadi pada pekerja percetakan, semen, metal, pelukis
dan penyamak kulit. Paparan berulang dalam jangka waktu yang
lama untuk beberapa senyawa krom dapat menyebabkan radang

13
selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya
efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam

d. Efek pada saluran nafas


Efek iritasi paru-paru terjadi pada pemajanan (menghirup debu
kromium) dalam jangka panjang dan mempunyai efek terhadap
iritasi kronis, penyumbatan dan hiperemia, renitis kronis,
polip, trakheobronkhitis dan paringitis kronis. Dapat terjadi
reaksi delayed anaphylactic reacion. Pada pekerja pelapisan dan
penyamakan kulit sering terjadi kasus luka pada mukosa hidung
(mukosa bengkak, ulserasi septum, perforasi septum), ini terjadi
bila terpajan secara periodik paling sedikit 20 µg/m3 di tempat
kerja.
e. Efek pada ginjal
Studi terhadap tukang las dan pelapisan kromium, pajanan lebih
dari 20 µg/m3 mengakibatkan kerusakan pada tubulus renalis.
Gangguan pada ginjal terjadi setelah menghirup dan menelan
kromium. Pernah ditemukan kerusakan pada lomerulus
ginjal. Kenaikan kadar Beta-2 mikroglobulin dalam urin
merupakan indikator adanya kerusakan tubulus. Urinary treshold
untuk efek nefrotik diperkirakan 15 µg/gram kreatinin.
f. Efek pada hati
Pemajanan akut kromium dapat menyebabkan nekrosis hepar.
Bila terjadi 20% tubuh tersiram asam kromat akan mengakibatkan
kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut. Dari data
yang terbatas, disimpulkan bahwa inhalasi kronis kromium dapat
juga mengakibatkan efek pada hepar. Hepatitis akut dengan
kuning (jaundice) pernah dilaporkan pada pekerja wanita yang
telah bekerja di pabrik pelapisan krom selama 5 tahun.
g. Efek pada pertumbuhan dan reproduksi

14
Kromium (III) bahan esensial yang bisa menembus plasenta,
kurang dari 0,5 % kromium (III) ditemukan menembus plasenta
pada tikus, bila diberikan kromium sebagai garam. Efek pada
binatang terjadi cleft palatum, hidrocefalus, proses pementukan
tulang terhambat, bengkak, dan incomplete neural tube
closure (penutupan tidak lengkap neural tube).

E. Arsen (As)
Arsen (As) adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam)
golongan VA dengan nomor atom 33. Arsen berwujud bubuk putih, tanpa
warna dan bau. Nama arsenik sendiri pertama kali berasal dari bahasa Persia
zarnig dan bahasa Yunani arsenikon yang artinya kuning. Arsen merupakan
bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik,
yaitu kuning, hitam dan abu-abu. Arsen di alam berada dalam bentuk
Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Arsen Inorganik
Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang
berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau
berbentuk gas dan dapat terpapar pada manusia. Menurut National
Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik
dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama
kanker .
Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai
arsen inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit
merupakan bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pada suhu di atas 1.073°C senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari
hasil samping produksi tembaga dan pembakaran batubara. Arsen
trioksida mempunyai titik didih 465°C dan akan menyublim pada suhu
lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida dalam air rendah, kira-kira 2%
pada suhu 25°C dan 8,2% pada suhu 98°C. Sedikit larut dalam asam

15
membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat larut
dalam asam khlorida dan alkalis (Durrant & Durrant, 1966; Carapella,
1973) (Sukar, 2003).
Arsen Trioksida dari hasil samping produksi tembaga mencemari
udara,tanah dan air. Dalam hal ini kami,menspesifikasikan pencemaran
Arsen Trioksida hasil samping produksi tembaga dalam air tanah. Arsen
trioksida berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air.

2. Arsen Organik
Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen
Organik. Arsen bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-
kerangan, yaitu arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat
nontoksik. Sebagaimana diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun
dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal.
Ikatan carbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan
berpotensi teroksidasi. Beberapa senyawa methylarsenic sebagaimana di
dan trimethylarsenes terjadi secara alami, karena merupakan hasil dari
aktivitas biologik. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi
methylarsenic acid Senyawa arsen organik lainnya seperti :
arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut dan
sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi (Lauwerys et aI, 1979)
(Sukar, 2003).

Efek-efek Arsen (As) terhadap kesehatan dapat diuraikan secara


rinci dengan penjelasan di bawah ini :
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan
air, tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap
sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat

16
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.

WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah


sebesar 50 ppb (www.wikipedia.org, 2009). Air tanah biasa digunakan
sebagai sumber air minum bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu
akibat yang merugikan dari arsen adalah apabila dalam air minum
mengandung unsur arsen melebihi nilai ambang batas, yaitu bila kadarnya
melebihi 10 ppb dalam air minum. Gejala keracunan kronis yang
ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus, kerusakan syaraf
dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus.
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama,
yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan
kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul
adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu
mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih,
gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan
ginjal.( Wijanto, 2005). Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar
oleh arsen:
1. Mata
Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan
kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang
(visual fields) mata.
2. Kulit
Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit
(hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis)
dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).
3. Darah
Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan
terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer).
4. Liver

17
Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan
menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim
pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning),
liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites
(tertimbunnya cairan dalam ruang perut).
5. Ginjal
Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage
(terjadi ichemia dan kerusakan jaringan).

6. Saluran pernapasan
Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya
laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula
menyebabkan kanker paru.
7. Pembuluh darah
Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah,
sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya
pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor
pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer
(varises, penyakit bu rger).
8. Sistem Reproduksi
Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula
berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi.
9. Sistem Immunologi
Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/
penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen
(pencetus kanker) dan infeksi virus.
10. Sistem Sel
Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel
sehingga menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati.

18
11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)
Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri
perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting).

19
BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan
1. Adapaun dampak yang ditimbulkan oleh keracunan unsur Timbal (Pb)
terhadap kesehatan seperti terjadinya anemia, ensefalopati, gangguan
terhadap sistem persarafan, pendengaran, urologi, karidovaskular dan
reproduksi.
2. Adapaun dampak yang ditimbulkan oleh keracunan unsur Mercury (Hg)
terhadap kesehatan seperti terjadinya gangguan sistem urologi, sistem
sintesis protein, persarafan, kerusakan DNA, kanker, karusakan saluran
pencernaan, gangguan kardiovaskular, pskilogi, gagal ginjal akut,
kerusakan liver, dan kematian.
3. Adapaun dampak yang ditimbulkan oleh keracunan unsur Kadmium (Cd)
terhadap kesehatan seperti terjadinya gangguan pada ginjal, paru-paru,
tulang, dan sistem reproduksi.
4. Adapaun dampak yang ditimbulkan oleh keracunan unsur Kromium (Cr)
terhadap kesehatan seperti terjadinya gangguan pada kulit, saluran
pernapasan, ginjal, hati, pertumbuhan dan repoduksi.
5. Adapaun dampak yang ditimbulkan oleh keracunan unsur Arsen (As)
terhadap kesehatan seperti terjadinya gangguan pada mata, kulit, darah,
liver, ginjal, saluran pernapasan, pembuluh darah, sistem reproduksi,
sistem immunologi, sistem sel, dan sistem gastrointestinal.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Dampak Pencemaran Cadmium ( Cd ) terhadap Kesehatan Manusia.


http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Journal-21423-Pendidikan
%20science%20No%2012%20thn%20xx%20ed%20JanPebMar
%201997Mufti%20Sudibyo.pdf.
2. Sudarmaji, dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya
terhadap Kesehatan .www.journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php
3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-andhimuham-
5651-3-babii.pdf.
4. Logam Berat Cadmium ( Cd ). Kesmas Unsoed 2012. http://kesmas-
unsoed.info/2012/11/logam-berat-kadmium-cd.html. Diakses tanggal
5. Pengaruh Timbal (Pb) terhadap Kesehatan. Depkes RI.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/1004/0.
http://www.mineraltambang.com/dampak-pencemaran-merkuri.html .
6. Herman, D.Z. 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur
Pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dari
Sisa Pengolahan Bijih Logam. www.geoajeh.net46.net/.../Tinjauan
%20tailing%20mengandung%20unsur%20pencemar%20

21

Anda mungkin juga menyukai