Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali ditemukan bahan-bahan beracun yang sangat membahayakan bagi kehidupan. Bahan-bahan beracun tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Tanpa disadari, makanan tersebut mengandung senyawa toksik di dalamnya. Senyawa- senyawa toksik itu berupa logam-logam berat dan bahan-bahan kimia beracun lainnya. Senyawa toksik berupa ion pencemar, seperti sianida, timbal, nikel, cadmium, merkuri, stibium, arsen, seng, tembaga dan aluminium, serin kali mencemari lingkungan. Sangat banyak kasus-kasus keracunan dalam kehidupan sekarang ini. Toksisitas seperti ini tidak terjadi dalam waktu yang singkat, namun dapat juga dalam waktu yang lama tetapi berdampak sangat negatif bagi kesehatan. Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari ilmu biologi terapan seperti kedokteran, farmasi dan lain sebagaiannya yang membahas tentang racun dan segala efek yang ditimbulkan oleh racun, serta cara penanggulangannya. Masalah toksisitas ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan, sehingga tidak sama dengan asalnya. Sebagai akibat masuknya zat atau benda asing kedalam tatanan lingkungan yang dapat memberikan dampak negatif. Kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu bentuk aksi kimia mempunyai bentuk variasi yang luas. Asam-asam kuat yang mengalami kontak langsun dengan organ mata, kulit, atau bagian tubuh lainnya, dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan bahkan kematian pada sel-sel. Hal inilah yang merupakan dampak negatif dari senyawa toksik bagi kehidupan. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh senyawa-senyawa toksik seperti logam-logam berat Pb2+, Hg2+, Cd2+,Cr2+, Al2+, CN- terhadap sampel-sampel yang mengandung flavanoid, yaitu teh kotak dan jeruk, pada protein seperti susu dan telur, pada karbon aktif seperti norit, pada karbonat seperti zoda, dan antioksidan seperti K2CrO4, untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi pada sampel larutan K2CrO4, susu, zoda, teh kotak, norit, telur dan jeruk yang direaksikan dengan logam-logam berat yaitu Pb2+, Hg2+, Cd2+,Cr2+, Al2+, CN-. Untuk mengetahui pengaruh tingkat toksisitas suatu logam berat terhadap protein, karbon, dan flavaroid untuk mengetahui dampak dari senyawa toksik bagi kehidupan, agar mengetahui prinsip dari percobaan senyawa toksis ini, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Tujuan Percobaan - Untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi antara larutan K2CrO4 dengan larutan Pb (CH3COO)2, larutan Cd(CH3COO)2, larutan Hg2Cl2, larutan CrSO4, larutan Al2O3, dan larutan KCNS - Untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi antara teh kotak dengan larutan Pb (CH3COO)2, larutan HG2Ch, larutan Cd(CH2COO)2, larutan C2SO4, larutan Al2O3, dan larutan KCNS - Untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi antara telur dengan larutan Pb (CH3COO)2, larutan Hg2Cl2, larutan Cd(CH3COO)2, larutan CrSO4, larutan Al2O3, dan larutan KCNS BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sifat kimia dan fisik merkuri (Hg), tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air secara berurutan adalah merkuri (Hg), cadmium (Cd), seng (Zr), timah hitam (Pb), Krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). Urutan toksisitas logam dari yang paling toksik terhadap manusia adalah Hg 2+ > Cd2+> Ag2+> Ni2+> Pb2+> As2+> Cr2+ Sn2+> Zn2+. Toksisitas logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur- unsur h, Cd, Pb, Cr, dan Zn; bersifat toksik sedang yang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni dan Co: dan bersifat toksik rendah, yaitu terdiri atas unsur Mr dan Fe (Widowati, 2008) Logam berat bersifat toksik karena tidak bisa dihancurkan (non degradable) oleh oranisme hidup yang ada dilingkungan sehingga logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dalam perairan dan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organic dan anorganik (Widowati, 2008) Flavonoid telah dikenal sebagai produk hasil alam dengan efek yang menguntungkan bagi kesehatan jauh sebelum senyawa tersebut dapat diisolasi sebagai senyawa yang efektif. Flavonoid pertama kali ditemukan oleh perenang Nobel, Albert Szent Gyorgyi, pada tahun 1930. Sejauh ini lebih dari 4000 jenis flavonoid telah diidentifikasi. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang secara kimia mempunyai struktur dasar dengan dua cincin aromatis dengan tiga atom C diantara cincin (C6 – C3 – C5). Tiga atom C antar cicin tersebut membentuk cicin ketiga yang berupa heterosiklik O. kedua cincin aromatis berasal dari biosintesis yang berbeda cincin A berasal dari jalur poliketida. Sementara cincin B berasal dari jalur asam shikimat. Dari kerangka dasar flavaroid tersebut dapat terbentuk tiga kategori dasar struktur yaitu flavaroid, is flavaroid, dan reoflavaroid. Nama flavaroid berasal dari kata “Flavor” yaitu salah satu anggota flavaroid yang terbanyak ditemukan pada tanaman (Raharjo. 2013) Peranan antioksidan sangat penting dalam meredam efek radikal bebas yang berkaitan erat dengan terjadinya penyakit degenerative seperti tekanan darah tinggi, jantung coroner, diabetes dan kanker yang didasari oleh proses biokimiawi dalam tubuh radikal bebas yang dihasilkan secara terus-menerus selama peroses metabolism normal, dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi sel- sel tubuh yang akhirnya menjadi pemicu timbulnya penyakit degenerative. Reaksi radikal bebas secara umum dapat dihambat oleh antioksidan tertentu baik alami maupun sintetis. Sebagian besar antioksidan alami berasal dari tanaman, antara lain berupa senyawa tokoferol karateroid, asam askorbat, fenol, dan flavaroid (Juniarti, 2009) Telah dilakukan isolasi dan identifikasi golongan senyawa toksik dari daging buah pare (momordica charantial) sebanyak 600 gram serbuk kering daging buah pare di ekstraksi secara maserasi dengan pelarut methanol dan diperoleh 54,2506 gram ekstrak kental methanol berwarna hijau tua. Uji toksisitas pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak kental methanol dilarutkan sifat toksik terhadap larva udang Artemia salina leach dengan LC50: 74,99 ppm. Selanjutnya ekstrak kental methanol dilarutkan dalam air dan dipartisi berturut-turut dengan n- heksana dan kloroform 9,75 gram. Ketiga ekstrak kental ini diuji toksisitasnya terhadap larva udang Artemia salina leach dan diperoleh ekstrak kental n-heksana memberikan toksisitas tertinggi dengan LC50 : 130,437 ppm (Bawa, 2009) Protein adalah suatu biomolekul besar yang terdapat disetiap organisme, memiliki berbagai jenis dan fungsi biologis yang berbeda-beda. Keratin adalah protein yang terdapat pada kulit dan kuku. Sedangkan fibroin adalah protein yang terdapat pada sutra dan sarang laba-laba. Enzim polomerase DNA yang mengkatalis sintetis DNA dalam sel juga merupakan protein. Protein umumnya terdiri dari banyak unit asam amino yang berkaitan satu dengan lainnya membentuk rantai yang panjang. Sifat kimia dan sifat fisika protein ditentukan oleh asam amino penyusunnya antara asam amino yang satu dengan asam amino yang lain dihubungkan dengan ikatan peptide, sehingga protein sering kali disebut dengan nama polipeptida (Riswiyanto, 2009). Karakteristik utama fungsi metabolit sekunder pada dasarnya tidak diketahui. Ia didefenisikan tidak hanya sekedar sebagai hasil yang tak berguna (waste product); tetapi juga sangat sedikit diketahui sifat-sifat metabolit sekunder. Produksi metabolit sekunder berkaitan dengan beberapa faktor luar, seperti replikasi pertumbuhan, pembungaan, musim, suhu, habitat, panjangnya siang hari, dan sebagainya (Sastrohamidjojo. 1995). Protein yang mengendap dan tidak berada dalam kesetimbangan disebut denaturasi protein, biasanya disebabkan oleh pemanasan, asam atau basa kuat, atau berbagai pereaksi koagulasi dari putih teluroleh pemanasan merupakan contoh denaturasi dari protein albumin (Riswiyanto, 2009). Timah (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui komsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parental (Widowati, 2008). Metabolit sekunder adalah senyawa yang disentesis oleh makhluk tumbuhan, mikroba atau hewan melewati protein biosintesis yang digunakan untuk meiltiki memnunjang kehidupan namun tidak vital (jika tidak ada tidak mati) sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak.metabolik ini memiliki aktifitas farmakologi dan biologi. Di bidang farmasi secara khusus, metabolit sekunder digunakan dan dipelajari sebagai kandidat obat atau senyawa penuntun untuk melakukan optimasi agar diperoleh senyawa yang lebih poten dengan toksitas minimal (Saifuddin, 2014). Kemajuan ilmu dan teknologi di samping berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, di sisi lain berdampak negatif berupa pencemaran. Dewasa ini pencemaran air semakin lama semakin meningkat. Kontaminasi lingkungan di perairan di antaranya berupa logam berat. Pencemaran logam berat merupakan ancaman yang besar bagi lingkungan (Setiawan, 2013). Metabolisme adalah segala proses reaksi yang terjadi di dalam makhluk hidup mulai dari makhluk hidup bersel s atu sampai yang paling kompleks (manusia) untuk mendpaat, mengubah, dan memakai senyawa kimia di sekitar untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam proses hidup dikenal ada dua kelompok reaksi metabolisme yaitu metabolisme dan anabolisme. Katabalisme mencakup reaksi-reaksi dalam proses penguraian makromolekul menjadi molekul kecil dan apabila terjadi katabalisme sempurna maka akan dihasilkan molekul sederhana seperti H2O, CO2, dan NH3. Arabolisme mencakup kelompok reaksi, setiap 3 molekul CO2 akan menghasilkan 1 molekul gliseraldehid- 3p. Untuk menghasilkan 1 molekul glukosa melalui mekanisme glukoneogenesis dibutuhkan 2 molekul gliseraldehid- 3p atau 2 reaksi siklus ribulosa – BIP setara dengan 3 molekul CO2. Walaupun tidak semua atom C dari CO 2 langsung di rumah menjadi glukosa (Raharjo, 2013). Nikel (Ni) sebagai bahan baja tahan karat/stainless steel, timbal (Ph) sebagai bahan baterei pada mobil, seng (Zn) sebagai bahan pelapis kaleng, dan merkuri sebagai bahan pelarut emas (Widowati, 2008). Pesatnya pembangunan dan penggunaan bahan baku logam bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal di sekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna industri tersebut. Hal itu terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu (Widowati, 2008). Logam berat esensialis, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik. (Widowati, 2008). Toksikologi merupakan cabang dari farmakologi yang berkembang pesat karena di dorong oleh penggunaan senyawa kimia yang semakin luas dan banyak (Priyanto, 2009). Toksisitas adalah kemampuan suatu dalam menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan maupun saat berada dalam lingkungan. Mengingat zat kimia digunakan dalam berbagai bidang, kemungkinan toksisitas pada berbagai bidang tersebut juga perlu dipelajari. Sekarang telah berkembang cabang-cabang toksikologi, seperti toksikologi lingkungan, toksikologi industri, toksikologi kehakiman, toksikologi medicolegal, toksikologi kerja, dan toksikologi ekonomi (Priyanto, 2009). Perjalanan zat kimia dalam tubuh diawali dari masuknya zat tersebut ke dalam tubuh melalui intravaskuler atau ekstravaskuler (oral, inhalasi, injeksi, intramoskuler, selanjutnya zat masuk sirkulasi sistemik dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Proses distribusi memungkinkan zat atau metabolitnya sampai pada tempat kerjanya (reseptor). Zat kimia di tempat kerjanya atau reseptornya berinteraksi dan dampaknya mungkin menimbulkan efek. Interaksi dari zat kimia atau metabolitnya yang berlebihan dapat menghasilkan efek toksik. Jadi penentu ketoksikan suatu zat kimia adalah sampainya zat kimia utuh atau metabolit aktifnya di sel saran dalam jumlah yang berlebihan (Priyanto, 2009). Dalam bentuk fe-silfat, dan sering bercampur dengan merkuri (hg), timbal (ph), dan arsen-silfat. Pada umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik (Widowati, 2008). Unsur cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air, dan udara sehingga manusia bisa terpapar cu melalui jalur makanan, minuman, dan saat nafas. Cu merupakan unsur yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil. Apabila jumlah cu telah melampaui batas aman, akan muncul toksisitas (Widowati, 2008). Timbal (ph) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan ph alami (Widowati, 2008). Kadmium (cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap. Tidak iant dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Cd umumnya terdapat dalam kombinasi dengan atau belerang (cd sulfit). Kadmium bisa membentuk ion yang bersifat tidak stabil (Widowati, 2008). Efek toksik cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. tingkat dan lamanya paparan, semakin tinggi kadar dan semakin lama paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Kadmium dalam dosis tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan. Sedangkan paparan cd dalam dosis rendah tetapi berulangkali bisa mengakibatkan gangguan fungsi ginjal (Widowati, 2008). Flavanoid merupakan kelompok senyawa terbesar yang terdapat di alam. Flavanoid ditemukan pada berbagai tanaman serta terdistribusi pada bagian- bagian seperti buah, daun, biji, akar, kulit kayu, batang, dan bunga. Kebanyakan flavanoid merupakan senyawa yang bertanggungjawab dalam memberikan warna yang menarik pada bunga, buah-buahan, dan daun (Raharjo, 2013). Metabolit sekunder juga sering dianggap sebagai hasil proses detoksifikasi dan produk metabolisme primer. Beberapa metabolit sekunder memang memiliki toksisitas yang lebih rendah dibandingkan metabolit primer prekusornya. Namun demikian sering kali ditemukan metabolit sekunder yang cukup toksik termasuk terhadap organisme penghasilnya (Raharjo, 2013). Vitamin C atau L asam askurbat merupakan antioksidan yang lant dalam air. Senyawa ini, menurut Zakaria, et. al. (1996), merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Relasi keadaan murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul (Winarsi, 2007). 4.2 Pembahasan Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organism. Selain itu, toksisitas dapat diartikan sebagai suatu senyawa beracun yang telah tercemar yang dapat merusak atau mengganggu organ sel, dan saraf, contohnya protein toksisitas merupakan tingkat kerusakan untuk mencemari organ-organ tubuh. Adanya senyawa-senyawa kimia tersebut selalu dihubungkan dengan sifat-sifat yang tidak diinginkan dan kadang beracun, sehingga akan berbahaya begi kesehatan jika mengkonsumsinya. Toksisitas merupakan tingkat kerusakan suatu zat yang dipaparkan oleh organisme lain. Senyawa toksik yang digunakan pada saat percobaan adalah logam berat yang memiliki tingkat toksisitas yang berbeda-beda. Menurut teori, apabila suatu senyawa toksik (logam berat) menyerang protein akan mengakibatkan denaturasi protein, sedangkan pada karbon dan flavaroid akan terjadi penyerapan (adsorpsi) pada logam tersebut. Seperti dalam halnya praktek yang dilakukan pada protein menyebabkan sampel susu dan telur menggumpal dan terdapat endapan yang membuktikan terjadi denaturasi protein, sebab pada protein semakin tinggi toksik maka semakin banyak endapan, sedangkan pada flavaroid dan karbon. Semakin banyak endapan maka tingkat toksisitas semakin rendah, sebab flavaroid dan karbon mampu mengadsorb ion logam berat tersebut. Pada percobaan ini menggunakan sampel susu dan telur yang mengandung protein yang dapat dipengaruhi oleh senyawa toksik yang menyebabkan terjadinya deratunasi protein. Selain itu menggunakan sampel teh kotak dan jeruk dimana keduanya mengandung flavanoid yang merupakan metabolit sekunder tubuh yang biasanya ditemukan pada tumbuhan. Flavanoid ini berfungsi sebagai artioksidan yang mencengah radikal bebas karena mampu menyerap senyawa toksik tersebut. Begitu pula dengan larutan K 2CrO4 mangandung antioksidan yang dapat menghambat senyawa lain teroksidasi dan mengangkap radikal bebas, kemudian norit mengandung karbon teraktivasi dan zoda mengandung karbonat yang mampu mengadsopsi senyawa toksik. Selain itu, kandungan pada sampel yang telah disebutkan sebelumnya masih mengandung kandungan yang lain. Yaitu pada susu ultramilk full cream juga mengandung vitamin, calcium, magnesium, dan fosfor. Pada telur bebek juga menandun vitamin, karbohidrat, kalori, kolesterol, dan lemak. Pada jeruk mandarin juga mengandung vitamin C, Vitamin A, kalsium, kalium, fosfor, besi, dan vitamin B. pada the kotak juga mengandung air, gula, lemak, karbohidrat, protein, sodium, dan polifenol. Serta pada noril juga mengandung kayu, batu bara, kulit kacang, atau serbuk geregaji, dan pada soda juga mengandung air dan karbon monoksida (CO2).
Pada percobaan dengan menggunakan sampel susu yang mengandung
protein, dimana protein ini memiliki fungsi utama untuk pertumbuhan tubuh. Pengganti sel yang rusak, serta pembentukan enzim dan hormon. Pertama- tama dimasukkan 2 pipet sampel susu berupa larutan putih kental kedalam tagung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes logam berat, yaitu larutan Pb(CH3COOH)2 larutan Hg2Cl2 larutan Cd(CH3COOH) larutan Al2O3, larutan CuSO4, dan larutan KCNS yang berfungsi sebagai larutan yang mengandung logam berat dan senyawa toksik. Pada percobaan selanjutnya sampe lzoda yang mengandung karbonat yang mampu mengadsorpsi. Sehingga menyebabkan mengendap. Pertama-tama dimasukkan masing-masing sampel zoda berupa larutan bening terlebih dahulu kedalam 2 tabung reaksi sebanyak 2 pipet, kemudian ditambahkan senyawa toksik masing-masing 3 tetes. Setelah itu campuran dihonmogenkan dan diamati perubahannya. Saat direksikan dengan zoda berubah menjadi putih keruh dan terdapat endapan reaksinya Pb2+ + CO3 →PbCO 3.↓ Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa zoda terdapat banyak endapan saat dikoreksikan dengan larutan PbCO3 hal ini membuktikan bahwa toksisitas ion logam berat semakin rendah, kalau endapan yang dihasilkan banyak sehingga karbon mampu mengadopsi senyawa toksis. Larutan Hg2Cl2 saat direaksikan dengan zoda larutan tidak bereaksi dan tetap bening. Reaksi yang terjadi, yaitu: Hg22+ + CO3 HgCO3 Dari reaksi tersebut dapat di ketahui bahwa zoda tidak bereaksi dengan larutan Hg2Cl2. Hal ini di karena kan mungkin pada senyawa zoda tidak murni, adanya kandungan zoda saja tetapi adacampuran lain, di reaksikan dengan larutan Cd(H3COOH)2 zoda tidak bereaksi dengan tetap bening reaksi yang terjadi yaitu, Cd25 +CO3 CdCO3 Dan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa tidak terjadi endapan pada zoda. Hal ini disebabkan karena ion karbonat tidak mampu mengadopsi logam Cd Selain itu bisa di karena kan kandungan dari sampel tidak murni karbonat saja, tetapi sudah terkontraksi dengan larutan yang lain. Pada larutan CuSo4 saat di reaksikan dengan soda tidak bereaksi dan tetap bening. Reaksi yang terjadi, yaitu: Cu 25 + Co 3.......CuCO2 Dan reaksitersebutdapat di ketahuibahwapadazodatidakterjadireaksi. Sebabtidakterbentukendapan. Hal ini di karenakanzodatidakhanyamengandung ion karbonatmelainkanterdapatsenyawa lain. SelanjutnyalarutanAl2O3saat di reaksikandenganzodatidakbereaksidanlarutantetapbening. Reaksi yang terjadi, yatu: Al24 + CO3…Al 2 (LO3). Darireaksitersebutdapat di ketahuibahwazodatidakbereaksidenganlarutanAl2O3, halinimembuktikanbahwakarbontidakmampumengadopsi ion logamAl 25 sehinggatidakterjadireaksidanmungkin di sebabkankarenakandunganpadazodatidakmurnikarbonatsajaselanjutnyapadalar utan KCNS, yang mengandungsianidasaat di reaksikanlarutantidakbereaksidantetapbening, reaksi yang terjadiyaitu: CN + CO3
Dari reaksitersebutdapat di ketahuibahwatidakterjadiendapanhalini di krenakan ion
karbonattidakmampumengadopsilogamCN..,sehinggatidakterbentuk, selainitukandunganpadazodatidakmurnihanyapadakarbonat. Sehinggamempengaruhihasil yang di dapat. Padapercobaanselanjutnyamenggunakansampelnorit di mananoritmengandungkarbonaktif yang mampumengadopsilogamlogamberat, sehinggamenyebabkanadanyaendapan. Pertama-tama di masukannoritberupaserbukhitamkedalamtabungreaksisebanyakdua pipet, kemudian di tambahkansenyawatoksinmasing-masing 3 tetessetelahitu, campuran di homogenkandan di amatiperubahannya, padalarutanPbLLH2Coo2saat di reaksikandengannoritterdapatendapanhitam yang banyak. Hal inimembuktikanbahwaterjadireaksiolehkandungansehinggadapat di ketahuibahwatoksisitas ion logamsemakinrendah, karenaadanyaendapan yang banyak. Kemudiansaat di reaksikandenganlarutanHg2 Cl2terdapatsedikitendapan. Hal inimembuktikanbahwatingkattoksisitas yang sedikitlebihtinggi di banding logamPb21karenakarbonaktifpadanorittidakmampumengadopsi, sehinggaendapan yang terbentukhanyasedikit. SelanjutnyasaatdireaksikandenganlarutanCd( CH3loo)2Tidakterjadireaksidanti dakterbentukendapan. Hal inidisebabkankarenatingkattoksisitaslarutanCd ( CH3loo)2 Yang tinggi, sehingganorittidakmampumengadsorpsilarutan Cd ( CH 3 LOO)2tersebut, lalusaat di reaksikandenganlarutanCu SO 4terdapatendapanhitam yang cukupbanyak. Hal inimembuktikanbahwatingkattoksisitaslogamCu 34 Yangterjadikarenakarbonaktifpadanoritmampumengadopsisehinggatidakterbe ntukendapan. Selanjutnya, saatdireaksikandenganlarutan Al 2 O 3Tidakbereaksidantidakterdapatendapan.’ Hal inimembuktikanbahwatingkattoksisitaspadalarutanAl 2 O 3rendah, karenanoritmampumengadopsisehinggatidakterbentukendapan, yang terserat di reaksikandenganlarutanKCNS tidakterbentukendapandantidakbereaksi. Hal inidisebabkankarenatingkattoksisitas KCNS yang rendahdibandingkanlarutan KCNS yang lainnya. Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa tingkat toksisitas Cd 2+ lebih tinggi. Sebab menghasilkan endapan yang lebih sedikit dari pda ion logam Pb2+ dan Hg22+. Hal ini di sebabkan karena semakin sedikit endapan maka ditingkat toksisitas semakin tinggi. Selanjutnya reaksi pada larutan CuSO4 dengan larutan K2CrO4 menghasilkan endapan yang kurang lebih sama dengan Cd(CH3COO)2 reaksi yang terjadi yaitu : CuSO4 + K2CrO4 CuCrO4 + K2SO4 Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa terbentuk endapan yang membuktikan bahwa tingkat toksisitas logam bla-bla tinggi karean endpan yang dihasilkan sedikit sehingga antioksida tidak mampu menyerap radikal bebas selanjutnya pada larutan Al2O3 menghasikan warna kuning bening dan endapan semakin sedikit. Reaksi yang terjadi yaitu : Al2O3 + 3K2CrO4 Al2(CrO4)3 + 3K2O Dari treaksi tersebut sedikit endapan kuning. Hal ini membukstikan bahwa tingkat toksitas logam Al tinggi. Karena endapan yang dihasilkan sedikit sehingga kerusakan semakin tinggi dan antioksida tidak mampu menghambat radikal bebas. Begitu pula saat direaksikan dengan larutan KCNS larutan tetap berwarna kuning dan tidak terjadi reaksi perubahan apapun reaksi dari larutan KCNS dan larutan K2CrO4 yaitu : K2CrO4+ KCNS Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa antara larutan K 2CrO4 dari larutan KCNS tidak bereaksi. Hal ini disebabkan karean larutan KCNS merupakan ion senyawa dimana tidak memnyebakan perubahan hanya diketahui bahwa semakin banyak endapan maka tingkat toksisitasnya rendah. Sedangkan sebaliknya apabila endapan semakin sedikit maka tosisitasnya tinggi. Hal ini dikareankan adanya antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas dan menyerap senyawa-senyawa toksis. Pada percobaan ini menggunakan ion-ion Memiliki tingkat toksisitas yang berbeda. Semakin tinggi berat molekul, maka semakin tinggi pula tingkat toksik, sehingga kerusakan juga semakin tinggi. Pada hal ini logam Pb2+ mempunyai berat molekul yang sangat berat dibandingkan ion- ion logam yang lainnya. Oleh karena itu, pada sempel yang mengandung protein yang direaksikan dengan larutan Pb (CH3COO), menghasilkan endapan yang lebih banyak dibandingkan logam yang lain. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi toksisitas suatu logam, maka semakin terjadi kerusakan. Seperti endapan dan gumpalan, seperti contohnya denaturasi protein yang diserang oleh senyawa toksik membentuk gumpalan. Urutan ion logam berat, yaitu Pb2+, Hg23+, Cd3+, Cu2+, Al2+, dan Cn -. Dari protein kita dapat melihatnya dengan sedikit banyaknya endapan yang terjadi yang membuktikan tingkat toksik dan logam yang sebanding. Namun sebaliknya, apabila direaksikan dengan suatu senyawa yang mengandung flavaroid karbonat, dan antioksidan, maka semakin sedikit endapan membuktikan semakin tinggi tingkat toksik dan logam berat suatu logam, sebaliknya apabila semakin banyak endapan maka semakin rendah tingkat toksik dan logam berat suatu logam semakin rendah pula. Hal ini dikarenakan flavaroid, karbonat, dan antioksidan, mampu mencegah radikal bebas dan menyerap senyawa toksik, sehingga terjadi endapan yang membuktikan tingkat toksisitas suatu senyawa toksik.
Sifat-sifat fisik dan kimia reagen yaitu:
Sifat fisik dan kimia larutan C2SO4 Sifat fisik larutan C2SO4, yaitu: - Massa molar 249,10 g/mol - Berwarna biru - Densitas 2,284 g/cm3 - Titik lebar 15˚C - Kelarutan dalam air 316 g/l 10˚C Sifat kimia C2SO4, yaitu: - Akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150˚C - Kehidupan dua molekul air pada suhu 63˚C - Berwarna biru yang berasal dari hidrass air Sifat fisik dan kimia Hg2Cl2 Sifat fisik larutan Hg2Cl2, yaitu: - Massa molar 423,09 g /mol - Berwarnaputih - Densitas 7,150 g/cm3 - Titiklebur 525˚C - Titikdidih 383˚C - Kelarutandalam air 0,3 Mg/100 ml Sifat kimia Hg7Cl2, yaitu: - Menghasilkanendapan putih - Sangat larut dalam air - Bersifat sangat toksik Sifat fisik dan kimia Al2O3 Sifat fisik dari Al2O3, yaitu: - Bentuk padat berwarna putih - Massa relatif 101,96 g/mol - Titikdidih 2980˚C - Titiklebur 2072˚C - Larutpada air dingin Sifat kimia dari Al2O3, yaitu: - Tidak reaktif - Stabil Sifat fisik dan kimia Cd (CH3COO)2 Sifat fisik dari Cd (CH3COO)2, yaitu: - Padat putih - Tak berbau - Massa molekul 266,52 g/mol - Titikleleh 256˚C Sifat kimia dari Cd (CH3COO)2, yaitu: - Tidak menunjukkan sifat amfoten - Memiliki kelarutan korosi yang tinggi - Asam lemah Sifat fisik dan kimia Pb ((CH3COO)2 Sifat fisik dari Pb ((CH3COO)2, yaitu: - Padatan putih - Massa molekul 379,32 g/mol - Titikdidih 100˚C - Titkleleh 75˚C Sifat kimia dari Pb (CH3COO)2, yaitu: - Toksisitas tinggi - Senyawa pengoksidasi - Membentuk asam lemah Sifat fisik dan kimia KCNS Sifat fisik dari KCNS, yaitu: - Mudah larut dalam air - Berbentuk Kristal - Tak berwarna - Bahannya seperti almon Sifat kimia dari KCNS, yaitu: - Bersifat isoelektronik dengan karbon monoksida dan nitrogen molekulnya - Bermuatan negatif - Tidak beracun bila dibakar
Faktor-faktor kesalahan dalam praktikum, yaitu:
Kurang teliti dalam mengamati perubahan, sehingga hasil yang di dapat kurang akurat. Kurang teliti dalam meneteskan larutan, sehingga mempengaruhi hasil akhir yang di dapat.