Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali ditemukan bahan-bahan
beracun yang sangat membahayakan bagi kehidupan. Bahan-bahan beracun
tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Tanpa disadari,
makanan tersebut mengandung senyawa toksik di dalamnya. Senyawa-
senyawa toksik itu berupa logam-logam berat dan bahan-bahan kimia beracun
lainnya. Senyawa toksik berupa ion pencemar, seperti sianida, timbal, nikel,
cadmium, merkuri, stibium, arsen, seng, tembaga dan aluminium, serin kali
mencemari lingkungan. Sangat banyak kasus-kasus keracunan dalam
kehidupan sekarang ini.
Toksisitas seperti ini tidak terjadi dalam waktu yang singkat, namun
dapat juga dalam waktu yang lama tetapi berdampak sangat negatif bagi
kesehatan. Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari ilmu biologi
terapan seperti kedokteran, farmasi dan lain sebagaiannya yang membahas
tentang racun dan segala efek yang ditimbulkan oleh racun, serta cara
penanggulangannya. Masalah toksisitas ini sangat erat hubungannya dengan
lingkungan. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi
perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan, sehingga tidak sama dengan
asalnya. Sebagai akibat masuknya zat atau benda asing kedalam tatanan
lingkungan yang dapat memberikan dampak negatif.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu bentuk aksi kimia mempunyai
bentuk variasi yang luas. Asam-asam kuat yang mengalami kontak langsun
dengan organ mata, kulit, atau bagian tubuh lainnya, dapat mengakibatkan
kerusakan pada jaringan dan bahkan kematian pada sel-sel. Hal inilah yang
merupakan dampak negatif dari senyawa toksik bagi kehidupan.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
senyawa-senyawa toksik seperti logam-logam berat Pb2+, Hg2+, Cd2+,Cr2+, Al2+,
CN- terhadap sampel-sampel yang mengandung flavanoid, yaitu teh kotak dan
jeruk, pada protein seperti susu dan telur, pada karbon aktif seperti norit, pada
karbonat seperti zoda, dan antioksidan seperti K2CrO4, untuk mengetahui hasil
reaksi yang terjadi pada sampel larutan K2CrO4, susu, zoda, teh kotak, norit,
telur dan jeruk yang direaksikan dengan logam-logam berat yaitu Pb2+, Hg2+,
Cd2+,Cr2+, Al2+, CN-. Untuk mengetahui pengaruh tingkat toksisitas suatu
logam berat terhadap protein, karbon, dan flavaroid untuk mengetahui dampak
dari senyawa toksik bagi kehidupan, agar mengetahui prinsip dari percobaan
senyawa toksis ini, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi antara larutan K2CrO4 dengan
larutan Pb (CH3COO)2, larutan Cd(CH3COO)2, larutan Hg2Cl2, larutan
CrSO4, larutan Al2O3, dan larutan KCNS
- Untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi antara teh kotak dengan larutan
Pb (CH3COO)2, larutan HG2Ch, larutan Cd(CH2COO)2, larutan C2SO4,
larutan Al2O3, dan larutan KCNS
- Untuk mengetahui hasil reaksi yang terjadi antara telur dengan larutan Pb
(CH3COO)2, larutan Hg2Cl2, larutan Cd(CH3COO)2, larutan CrSO4, larutan
Al2O3, dan larutan KCNS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan sifat kimia dan fisik merkuri (Hg), tingkat atau daya racun
logam berat terhadap hewan air secara berurutan adalah merkuri (Hg), cadmium
(Cd), seng (Zr), timah hitam (Pb), Krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). Urutan
toksisitas logam dari yang paling toksik terhadap manusia adalah Hg 2+ > Cd2+>
Ag2+> Ni2+> Pb2+> As2+> Cr2+ Sn2+> Zn2+. Toksisitas logam berat bisa
dikelompokkan menjadi 3, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-
unsur h, Cd, Pb, Cr, dan Zn; bersifat toksik sedang yang terdiri dari unsur-unsur
Cr, Ni dan Co: dan bersifat toksik rendah, yaitu terdiri atas unsur Mr dan Fe
(Widowati, 2008)
Logam berat bersifat toksik karena tidak bisa dihancurkan (non
degradable) oleh oranisme hidup yang ada dilingkungan sehingga logam-logam
tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dalam perairan dan
membentuk senyawa kompleks bersama bahan organic dan anorganik (Widowati,
2008)
Flavonoid telah dikenal sebagai produk hasil alam dengan efek yang
menguntungkan bagi kesehatan jauh sebelum senyawa tersebut dapat diisolasi
sebagai senyawa yang efektif. Flavonoid pertama kali ditemukan oleh perenang
Nobel, Albert Szent Gyorgyi, pada tahun 1930. Sejauh ini lebih dari 4000 jenis
flavonoid telah diidentifikasi. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang
secara kimia mempunyai struktur dasar dengan dua cincin aromatis dengan tiga
atom C diantara cincin (C6 – C3 – C5). Tiga atom C antar cicin tersebut membentuk
cicin ketiga yang berupa heterosiklik O. kedua cincin aromatis berasal dari
biosintesis yang berbeda cincin A berasal dari jalur poliketida. Sementara cincin B
berasal dari jalur asam shikimat. Dari kerangka dasar flavaroid tersebut dapat
terbentuk tiga kategori dasar struktur yaitu flavaroid, is flavaroid, dan
reoflavaroid. Nama flavaroid berasal dari kata “Flavor” yaitu salah satu anggota
flavaroid yang terbanyak ditemukan pada tanaman (Raharjo. 2013)
Peranan antioksidan sangat penting dalam meredam efek radikal bebas
yang berkaitan erat dengan terjadinya penyakit degenerative seperti tekanan darah
tinggi, jantung coroner, diabetes dan kanker yang didasari oleh proses biokimiawi
dalam tubuh radikal bebas yang dihasilkan secara terus-menerus selama peroses
metabolism normal, dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi sel-
sel tubuh yang akhirnya menjadi pemicu timbulnya penyakit degenerative. Reaksi
radikal bebas secara umum dapat dihambat oleh antioksidan tertentu baik alami
maupun sintetis. Sebagian besar antioksidan alami berasal dari tanaman, antara
lain berupa senyawa tokoferol karateroid, asam askorbat, fenol, dan flavaroid
(Juniarti, 2009)
Telah dilakukan isolasi dan identifikasi golongan senyawa toksik dari
daging buah pare (momordica charantial) sebanyak 600 gram serbuk kering
daging buah pare di ekstraksi secara maserasi dengan pelarut methanol dan
diperoleh 54,2506 gram ekstrak kental methanol berwarna hijau tua. Uji toksisitas
pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak kental methanol dilarutkan sifat toksik
terhadap larva udang Artemia salina leach dengan LC50: 74,99 ppm. Selanjutnya
ekstrak kental methanol dilarutkan dalam air dan dipartisi berturut-turut dengan n-
heksana dan kloroform 9,75 gram. Ketiga ekstrak kental ini diuji toksisitasnya
terhadap larva udang Artemia salina leach dan diperoleh ekstrak kental n-heksana
memberikan toksisitas tertinggi dengan LC50 : 130,437 ppm (Bawa, 2009)
Protein adalah suatu biomolekul besar yang terdapat disetiap organisme,
memiliki berbagai jenis dan fungsi biologis yang berbeda-beda. Keratin adalah
protein yang terdapat pada kulit dan kuku. Sedangkan fibroin adalah protein yang
terdapat pada sutra dan sarang laba-laba. Enzim polomerase DNA yang
mengkatalis sintetis DNA dalam sel juga merupakan protein. Protein umumnya
terdiri dari banyak unit asam amino yang berkaitan satu dengan lainnya
membentuk rantai yang panjang. Sifat kimia dan sifat fisika protein ditentukan
oleh asam amino penyusunnya antara asam amino yang satu dengan asam amino
yang lain dihubungkan dengan ikatan peptide, sehingga protein sering kali disebut
dengan nama polipeptida (Riswiyanto, 2009).
Karakteristik utama fungsi metabolit sekunder pada dasarnya tidak
diketahui. Ia didefenisikan tidak hanya sekedar sebagai hasil yang tak berguna
(waste product); tetapi juga sangat sedikit diketahui sifat-sifat metabolit sekunder.
Produksi metabolit sekunder berkaitan dengan beberapa faktor luar, seperti
replikasi pertumbuhan, pembungaan, musim, suhu, habitat, panjangnya siang hari,
dan sebagainya (Sastrohamidjojo. 1995).
Protein yang mengendap dan tidak berada dalam kesetimbangan disebut
denaturasi protein, biasanya disebabkan oleh pemanasan, asam atau basa kuat,
atau berbagai pereaksi koagulasi dari putih teluroleh pemanasan merupakan
contoh denaturasi dari protein albumin (Riswiyanto, 2009).
Timah (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik
melalui komsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman,
pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parental (Widowati,
2008).
Metabolit sekunder adalah senyawa yang disentesis oleh makhluk
tumbuhan, mikroba atau hewan melewati protein biosintesis yang digunakan
untuk meiltiki memnunjang kehidupan namun tidak vital (jika tidak ada tidak
mati) sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak.metabolik ini memiliki
aktifitas farmakologi dan biologi. Di bidang farmasi secara khusus, metabolit
sekunder digunakan dan dipelajari sebagai kandidat obat atau senyawa penuntun
untuk melakukan optimasi agar diperoleh senyawa yang lebih poten dengan
toksitas minimal (Saifuddin, 2014).
Kemajuan ilmu dan teknologi di samping berdampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi, di sisi lain berdampak negatif berupa pencemaran. Dewasa
ini pencemaran air semakin lama semakin meningkat. Kontaminasi lingkungan di
perairan di antaranya berupa logam berat. Pencemaran logam berat merupakan
ancaman yang besar bagi lingkungan (Setiawan, 2013).
Metabolisme adalah segala proses reaksi yang terjadi di dalam makhluk
hidup mulai dari makhluk hidup bersel s atu sampai yang paling kompleks
(manusia) untuk mendpaat, mengubah, dan memakai senyawa kimia di sekitar
untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam proses hidup dikenal ada dua
kelompok reaksi metabolisme yaitu metabolisme dan anabolisme. Katabalisme
mencakup reaksi-reaksi dalam proses penguraian makromolekul menjadi molekul
kecil dan apabila terjadi katabalisme sempurna maka akan dihasilkan molekul
sederhana seperti H2O, CO2, dan NH3. Arabolisme mencakup kelompok reaksi,
setiap 3 molekul CO2 akan menghasilkan 1 molekul gliseraldehid- 3p. Untuk
menghasilkan 1 molekul glukosa melalui mekanisme glukoneogenesis dibutuhkan
2 molekul gliseraldehid- 3p atau 2 reaksi siklus ribulosa – BIP setara dengan 3
molekul CO2. Walaupun tidak semua atom C dari CO 2 langsung di rumah menjadi
glukosa (Raharjo, 2013).
Nikel (Ni) sebagai bahan baja tahan karat/stainless steel, timbal (Ph) sebagai
bahan baterei pada mobil, seng (Zn) sebagai bahan pelapis kaleng, dan merkuri
sebagai bahan pelarut emas (Widowati, 2008).
Pesatnya pembangunan dan penggunaan bahan baku logam bisa
berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang melebihi batas
sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal di
sekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna industri tersebut. Hal
itu terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun logam
transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu (Widowati,
2008).
Logam berat esensialis, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa
menimbulkan efek toksik. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat
toksik. (Widowati, 2008).
Toksikologi merupakan cabang dari farmakologi yang berkembang pesat
karena di dorong oleh penggunaan senyawa kimia yang semakin luas dan banyak
(Priyanto, 2009).
Toksisitas adalah kemampuan suatu dalam menimbulkan kerusakan pada
organisme baik saat digunakan maupun saat berada dalam lingkungan. Mengingat
zat kimia digunakan dalam berbagai bidang, kemungkinan toksisitas pada
berbagai bidang tersebut juga perlu dipelajari. Sekarang telah berkembang
cabang-cabang toksikologi, seperti toksikologi lingkungan, toksikologi industri,
toksikologi kehakiman, toksikologi medicolegal, toksikologi kerja, dan
toksikologi ekonomi (Priyanto, 2009).
Perjalanan zat kimia dalam tubuh diawali dari masuknya zat tersebut ke
dalam tubuh melalui intravaskuler atau ekstravaskuler (oral, inhalasi, injeksi,
intramoskuler, selanjutnya zat masuk sirkulasi sistemik dan di distribusikan ke
seluruh tubuh. Proses distribusi memungkinkan zat atau metabolitnya sampai pada
tempat kerjanya (reseptor). Zat kimia di tempat kerjanya atau reseptornya
berinteraksi dan dampaknya mungkin menimbulkan efek. Interaksi dari zat kimia
atau metabolitnya yang berlebihan dapat menghasilkan efek toksik. Jadi penentu
ketoksikan suatu zat kimia adalah sampainya zat kimia utuh atau metabolit
aktifnya di sel saran dalam jumlah yang berlebihan (Priyanto, 2009).
Dalam bentuk fe-silfat, dan sering bercampur dengan merkuri (hg), timbal
(ph), dan arsen-silfat. Pada umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik (Widowati, 2008).
Unsur cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air, dan udara
sehingga manusia bisa terpapar cu melalui jalur makanan, minuman, dan saat
nafas. Cu merupakan unsur yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil. Apabila
jumlah cu telah melampaui batas aman, akan muncul toksisitas (Widowati, 2008).
Timbal (ph) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat
dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia bahkan
mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan ph alami
(Widowati, 2008).
Kadmium (cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap.
Tidak iant dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan. Cd umumnya terdapat dalam kombinasi dengan atau belerang (cd
sulfit). Kadmium bisa membentuk ion yang bersifat tidak stabil (Widowati, 2008).
Efek toksik cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. tingkat dan lamanya paparan, semakin tinggi kadar dan semakin lama
paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Kadmium dalam dosis
tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan. Sedangkan
paparan cd dalam dosis rendah tetapi berulangkali bisa mengakibatkan gangguan
fungsi ginjal (Widowati, 2008).
Flavanoid merupakan kelompok senyawa terbesar yang terdapat di alam.
Flavanoid ditemukan pada berbagai tanaman serta terdistribusi pada bagian-
bagian seperti buah, daun, biji, akar, kulit kayu, batang, dan bunga. Kebanyakan
flavanoid merupakan senyawa yang bertanggungjawab dalam memberikan warna
yang menarik pada bunga, buah-buahan, dan daun (Raharjo, 2013).
Metabolit sekunder juga sering dianggap sebagai hasil proses detoksifikasi
dan produk metabolisme primer. Beberapa metabolit sekunder memang memiliki
toksisitas yang lebih rendah dibandingkan metabolit primer prekusornya. Namun
demikian sering kali ditemukan metabolit sekunder yang cukup toksik termasuk
terhadap organisme penghasilnya (Raharjo, 2013).
Vitamin C atau L asam askurbat merupakan antioksidan yang lant dalam
air. Senyawa ini, menurut Zakaria, et. al. (1996), merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Relasi
keadaan murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul (Winarsi,
2007).
4.2 Pembahasan
Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap
organism. Selain itu, toksisitas dapat diartikan sebagai suatu senyawa beracun
yang telah tercemar yang dapat merusak atau mengganggu organ sel, dan
saraf, contohnya protein toksisitas merupakan tingkat kerusakan untuk
mencemari organ-organ tubuh. Adanya senyawa-senyawa kimia tersebut
selalu dihubungkan dengan sifat-sifat yang tidak diinginkan dan kadang
beracun, sehingga akan berbahaya begi kesehatan jika mengkonsumsinya.
Toksisitas merupakan tingkat kerusakan suatu zat yang dipaparkan oleh
organisme lain. Senyawa toksik yang digunakan pada saat percobaan adalah
logam berat yang memiliki tingkat toksisitas yang berbeda-beda. Menurut
teori, apabila suatu senyawa toksik (logam berat) menyerang protein akan
mengakibatkan denaturasi protein, sedangkan pada karbon dan flavaroid akan
terjadi penyerapan (adsorpsi) pada logam tersebut. Seperti dalam halnya
praktek yang dilakukan pada protein menyebabkan sampel susu dan telur
menggumpal dan terdapat endapan yang membuktikan terjadi denaturasi
protein, sebab pada protein semakin tinggi toksik maka semakin banyak
endapan, sedangkan pada flavaroid dan karbon. Semakin banyak endapan
maka tingkat toksisitas semakin rendah, sebab flavaroid dan karbon mampu
mengadsorb ion logam berat tersebut.
Pada percobaan ini menggunakan sampel susu dan telur yang mengandung
protein yang dapat dipengaruhi oleh senyawa toksik yang menyebabkan
terjadinya deratunasi protein. Selain itu menggunakan sampel teh kotak dan
jeruk dimana keduanya mengandung flavanoid yang merupakan metabolit
sekunder tubuh yang biasanya ditemukan pada tumbuhan. Flavanoid ini
berfungsi sebagai artioksidan yang mencengah radikal bebas karena mampu
menyerap senyawa toksik tersebut. Begitu pula dengan larutan K 2CrO4
mangandung antioksidan yang dapat menghambat senyawa lain teroksidasi
dan mengangkap radikal bebas, kemudian norit mengandung karbon
teraktivasi dan zoda mengandung karbonat yang mampu mengadsopsi
senyawa toksik. Selain itu, kandungan pada sampel yang telah disebutkan
sebelumnya masih mengandung kandungan yang lain. Yaitu pada susu
ultramilk full cream juga mengandung vitamin, calcium, magnesium, dan
fosfor. Pada telur bebek juga menandun vitamin, karbohidrat, kalori,
kolesterol, dan lemak. Pada jeruk mandarin juga mengandung vitamin C,
Vitamin A, kalsium, kalium, fosfor, besi, dan vitamin B. pada the kotak juga
mengandung air, gula, lemak, karbohidrat, protein, sodium, dan polifenol.
Serta pada noril juga mengandung kayu, batu bara, kulit kacang, atau serbuk
geregaji, dan pada soda juga mengandung air dan karbon monoksida (CO2).

Pada percobaan dengan menggunakan sampel susu yang mengandung


protein, dimana protein ini memiliki fungsi utama untuk pertumbuhan tubuh.
Pengganti sel yang rusak, serta pembentukan enzim dan hormon. Pertama-
tama dimasukkan 2 pipet sampel susu berupa larutan putih kental kedalam
tagung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes logam berat, yaitu larutan
Pb(CH3COOH)2 larutan Hg2Cl2 larutan Cd(CH3COOH) larutan Al2O3, larutan
CuSO4, dan larutan KCNS yang berfungsi sebagai larutan yang mengandung
logam berat dan senyawa toksik.
Pada percobaan selanjutnya sampe lzoda yang mengandung karbonat yang
mampu mengadsorpsi. Sehingga menyebabkan mengendap. Pertama-tama
dimasukkan masing-masing sampel zoda berupa larutan bening terlebih dahulu
kedalam 2 tabung reaksi sebanyak 2 pipet, kemudian ditambahkan senyawa
toksik masing-masing 3 tetes. Setelah itu campuran dihonmogenkan dan
diamati perubahannya. Saat direksikan dengan zoda berubah menjadi putih
keruh dan terdapat endapan reaksinya
Pb2+ + CO3 →PbCO 3.↓
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa zoda terdapat banyak endapan saat
dikoreksikan dengan larutan PbCO3 hal ini membuktikan bahwa toksisitas ion
logam berat semakin rendah, kalau endapan yang dihasilkan banyak sehingga
karbon mampu mengadopsi senyawa toksis. Larutan Hg2Cl2 saat direaksikan
dengan zoda larutan tidak bereaksi dan tetap bening. Reaksi yang terjadi, yaitu:
Hg22+ + CO3 HgCO3
Dari reaksi tersebut dapat di ketahui bahwa zoda tidak bereaksi dengan larutan
Hg2Cl2. Hal ini di karena kan mungkin pada senyawa zoda tidak murni, adanya
kandungan zoda saja tetapi adacampuran lain, di reaksikan dengan larutan
Cd(H3COOH)2 zoda tidak bereaksi dengan tetap bening reaksi yang terjadi yaitu,
Cd25 +CO3 CdCO3
Dan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa tidak terjadi endapan pada zoda. Hal ini
disebabkan karena ion karbonat tidak mampu mengadopsi logam Cd Selain itu
bisa di karena kan kandungan dari sampel tidak murni karbonat saja, tetapi
sudah terkontraksi dengan larutan yang lain. Pada larutan CuSo4 saat di
reaksikan dengan soda tidak bereaksi dan tetap bening. Reaksi yang terjadi,
yaitu:
Cu 25 + Co 3.......CuCO2
Dan reaksitersebutdapat di ketahuibahwapadazodatidakterjadireaksi.
Sebabtidakterbentukendapan. Hal ini di karenakanzodatidakhanyamengandung
ion karbonatmelainkanterdapatsenyawa lain. SelanjutnyalarutanAl2O3saat di
reaksikandenganzodatidakbereaksidanlarutantetapbening. Reaksi yang terjadi,
yatu:
Al24 + CO3…Al 2 (LO3).
Darireaksitersebutdapat di ketahuibahwazodatidakbereaksidenganlarutanAl2O3,
halinimembuktikanbahwakarbontidakmampumengadopsi ion logamAl
25
sehinggatidakterjadireaksidanmungkin di
sebabkankarenakandunganpadazodatidakmurnikarbonatsajaselanjutnyapadalar
utan KCNS, yang mengandungsianidasaat di
reaksikanlarutantidakbereaksidantetapbening, reaksi yang terjadiyaitu:
CN + CO3

Dari reaksitersebutdapat di ketahuibahwatidakterjadiendapanhalini di krenakan ion


karbonattidakmampumengadopsilogamCN..,sehinggatidakterbentuk,
selainitukandunganpadazodatidakmurnihanyapadakarbonat.
Sehinggamempengaruhihasil yang di dapat.
Padapercobaanselanjutnyamenggunakansampelnorit di
mananoritmengandungkarbonaktif yang mampumengadopsilogamlogamberat,
sehinggamenyebabkanadanyaendapan. Pertama-tama di
masukannoritberupaserbukhitamkedalamtabungreaksisebanyakdua pipet,
kemudian di tambahkansenyawatoksinmasing-masing 3 tetessetelahitu,
campuran di homogenkandan di amatiperubahannya,
padalarutanPbLLH2Coo2saat di reaksikandengannoritterdapatendapanhitam
yang banyak. Hal
inimembuktikanbahwaterjadireaksiolehkandungansehinggadapat di
ketahuibahwatoksisitas ion logamsemakinrendah, karenaadanyaendapan yang
banyak. Kemudiansaat di reaksikandenganlarutanHg2
Cl2terdapatsedikitendapan. Hal inimembuktikanbahwatingkattoksisitas yang
sedikitlebihtinggi di banding
logamPb21karenakarbonaktifpadanorittidakmampumengadopsi,
sehinggaendapan yang terbentukhanyasedikit.
SelanjutnyasaatdireaksikandenganlarutanCd( CH3loo)2Tidakterjadireaksidanti
dakterbentukendapan. Hal inidisebabkankarenatingkattoksisitaslarutanCd
( CH3loo)2 Yang tinggi, sehingganorittidakmampumengadsorpsilarutan Cd
( CH 3 LOO)2tersebut, lalusaat di reaksikandenganlarutanCu SO
4terdapatendapanhitam yang cukupbanyak. Hal
inimembuktikanbahwatingkattoksisitaslogamCu
34
Yangterjadikarenakarbonaktifpadanoritmampumengadopsisehinggatidakterbe
ntukendapan. Selanjutnya, saatdireaksikandenganlarutan Al 2 O
3Tidakbereaksidantidakterdapatendapan.’ Hal
inimembuktikanbahwatingkattoksisitaspadalarutanAl 2 O 3rendah,
karenanoritmampumengadopsisehinggatidakterbentukendapan, yang terserat di
reaksikandenganlarutanKCNS tidakterbentukendapandantidakbereaksi. Hal
inidisebabkankarenatingkattoksisitas KCNS yang rendahdibandingkanlarutan
KCNS yang lainnya.
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa tingkat toksisitas Cd 2+
lebih tinggi. Sebab menghasilkan endapan yang lebih sedikit dari pda ion
logam Pb2+ dan Hg22+. Hal ini di sebabkan karena semakin sedikit endapan
maka ditingkat toksisitas semakin tinggi. Selanjutnya reaksi pada larutan
CuSO4 dengan larutan K2CrO4 menghasilkan endapan yang kurang lebih
sama dengan Cd(CH3COO)2 reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO4 + K2CrO4  CuCrO4 + K2SO4
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa terbentuk endapan
yang membuktikan bahwa tingkat toksisitas logam bla-bla tinggi karean
endpan yang dihasilkan sedikit sehingga antioksida tidak mampu
menyerap radikal bebas selanjutnya pada larutan Al2O3 menghasikan
warna kuning bening dan endapan semakin sedikit. Reaksi yang terjadi
yaitu :
Al2O3 + 3K2CrO4  Al2(CrO4)3 + 3K2O
Dari treaksi tersebut sedikit endapan kuning. Hal ini
membukstikan bahwa tingkat toksitas logam Al tinggi. Karena endapan
yang dihasilkan sedikit sehingga kerusakan semakin tinggi dan antioksida
tidak mampu menghambat radikal bebas. Begitu pula saat direaksikan
dengan larutan KCNS larutan tetap berwarna kuning dan tidak terjadi
reaksi perubahan apapun reaksi dari larutan KCNS dan larutan K2CrO4
yaitu :
K2CrO4+ KCNS 
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa antara larutan K 2CrO4
dari larutan KCNS tidak bereaksi. Hal ini disebabkan karean larutan
KCNS merupakan ion senyawa dimana tidak memnyebakan perubahan
hanya diketahui bahwa semakin banyak endapan maka tingkat
toksisitasnya rendah. Sedangkan sebaliknya apabila endapan semakin
sedikit maka tosisitasnya tinggi. Hal ini dikareankan adanya antioksidan
yang mampu menangkal radikal bebas dan menyerap senyawa-senyawa
toksis.
Pada percobaan ini menggunakan ion-ion
Memiliki tingkat toksisitas yang berbeda. Semakin tinggi berat molekul, maka
semakin tinggi pula tingkat toksik, sehingga kerusakan juga semakin tinggi. Pada
hal ini logam Pb2+ mempunyai berat molekul yang sangat berat dibandingkan ion-
ion logam yang lainnya. Oleh karena itu, pada sempel yang mengandung protein
yang direaksikan dengan larutan Pb (CH3COO), menghasilkan endapan yang lebih
banyak dibandingkan logam yang lain. Hal ini membuktikan bahwa semakin
tinggi toksisitas suatu logam, maka semakin terjadi kerusakan. Seperti endapan
dan gumpalan, seperti contohnya denaturasi protein yang diserang oleh senyawa
toksik membentuk gumpalan. Urutan ion logam berat, yaitu Pb2+, Hg23+, Cd3+, Cu2+,
Al2+, dan Cn -. Dari protein kita dapat melihatnya dengan sedikit banyaknya
endapan yang terjadi yang membuktikan tingkat toksik dan logam yang
sebanding. Namun sebaliknya, apabila direaksikan dengan suatu senyawa yang
mengandung flavaroid karbonat, dan antioksidan, maka semakin sedikit endapan
membuktikan semakin tinggi tingkat toksik dan logam berat suatu logam,
sebaliknya apabila semakin banyak endapan maka semakin rendah tingkat toksik
dan logam berat suatu logam semakin rendah pula. Hal ini dikarenakan flavaroid,
karbonat, dan antioksidan, mampu mencegah radikal bebas dan menyerap
senyawa toksik, sehingga terjadi endapan yang membuktikan tingkat toksisitas
suatu senyawa toksik.

Sifat-sifat fisik dan kimia reagen yaitu:


Sifat fisik dan kimia larutan C2SO4
Sifat fisik larutan C2SO4, yaitu:
-
Massa molar 249,10 g/mol
-
Berwarna biru
-
Densitas 2,284 g/cm3
-
Titik lebar 15˚C
-
Kelarutan dalam air 316 g/l 10˚C
Sifat kimia C2SO4, yaitu:
- Akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150˚C
-
Kehidupan dua molekul air pada suhu 63˚C
-
Berwarna biru yang berasal dari hidrass air
Sifat fisik dan kimia Hg2Cl2
Sifat fisik larutan Hg2Cl2, yaitu:
-
Massa molar 423,09 g /mol
-
Berwarnaputih
-
Densitas 7,150 g/cm3
-
Titiklebur 525˚C
-
Titikdidih 383˚C
-
Kelarutandalam air 0,3 Mg/100 ml
Sifat kimia Hg7Cl2, yaitu:
-
Menghasilkanendapan putih
-
Sangat larut dalam air
-
Bersifat sangat toksik
Sifat fisik dan kimia Al2O3
Sifat fisik dari Al2O3, yaitu:
-
Bentuk padat berwarna putih
-
Massa relatif 101,96 g/mol
-
Titikdidih 2980˚C
-
Titiklebur 2072˚C
-
Larutpada air dingin
Sifat kimia dari Al2O3, yaitu:
-
Tidak reaktif
-
Stabil
Sifat fisik dan kimia Cd (CH3COO)2
Sifat fisik dari Cd (CH3COO)2, yaitu:
-
Padat putih
-
Tak berbau
-
Massa molekul 266,52 g/mol
-
Titikleleh 256˚C
Sifat kimia dari Cd (CH3COO)2, yaitu:
-
Tidak menunjukkan sifat amfoten
-
Memiliki kelarutan korosi yang tinggi
-
Asam lemah
Sifat fisik dan kimia Pb ((CH3COO)2
Sifat fisik dari Pb ((CH3COO)2, yaitu:
-
Padatan putih
-
Massa molekul 379,32 g/mol
-
Titikdidih 100˚C
-
Titkleleh 75˚C
Sifat kimia dari Pb (CH3COO)2, yaitu:
-
Toksisitas tinggi
-
Senyawa pengoksidasi
- Membentuk asam lemah
Sifat fisik dan kimia KCNS
Sifat fisik dari KCNS, yaitu:
- Mudah larut dalam air
- Berbentuk Kristal
- Tak berwarna
- Bahannya seperti almon
Sifat kimia dari KCNS, yaitu:
- Bersifat isoelektronik dengan karbon monoksida dan nitrogen molekulnya
- Bermuatan negatif
- Tidak beracun bila dibakar

Faktor-faktor kesalahan dalam praktikum, yaitu:


Kurang teliti dalam mengamati perubahan, sehingga hasil yang di dapat
kurang akurat.
Kurang teliti dalam meneteskan larutan, sehingga mempengaruhi hasil akhir
yang di dapat.

Anda mungkin juga menyukai