Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN II


IDENTIFIKASI LOGAM BERAT

Oleh :
Nama : Dewi Sukma Winahyu
NIM : P27235018011
Kelas : V A Anafarma

PRODI DIII ANAFARMA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
PRAKTIKUM X
IDENTIFIKASI LOGAM BERAT
Selasa, 22 September 2020

I. TUJUAN
Mengetahui ada tidaknya logam berat pada bahan makanan/minuman

II. DASAR TEORI


Perusahaan pertambangan seringkali dikaitkan dengan pencemaran logam bera
t yang terkandung dalam tailing (Prasetyo dkk., 2010).
Logam berat dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur yang mempunyai nomor
atom 22-92 dan terletak pada periode 4-7 pada susunan berkala Mendeleyev.Logam b
erat mempunyai efek racun terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya. Logam ber
at yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan diantaranya adalah merkuri (Hg)
timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), cromium (Cr), dan nikel (Ni) (Fardiaz, 199
2; Temara dkk., 1998; Zhou dkk., 2008).
Logam berat pada umumnya mempunyai sifat toksik dan berbahaya bagi orga
nisme hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil (Purba d
kk., 2014). Apabila kadar logam berat sudah melebihi ambang batas yang ditentukan
dapat membahayakan bagi kehidupan (Koester, 1995; Palar, 1994; Wepener dkk., 200
5). Selain bersifat racun, logam berat juga akan terakumulasi dalam sedimen dan biota
melalui proses gravitasi, biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota a
ir. Selanjutnya akan berasosiasi dengan sistem rantai makanan, masuk ke tubuh biota
perairan, dan akhirnya dapat terakumulasi pada tubuh manusia bagi yang mengkonsu
msinya (Hutagalung, 1984; Kobayashi & Okamura, 2004; Vinodhini & Narayanan, 2
008).
Air merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan. Air tidak ada
yang betul-betul murni, selalu ada za-zat kimia terlarut di dalamnya karena air merupa
kan pelarut yang baik. Air adalah H2O + “X”, dimana X adalah merupakan zat-zat ya
ng ditimbulkan karena buangan aktivitas manusia bertahun-tahun hydrogical cyle. Ber
bagai pencemaran baik yang berasal dari limbah domestik maupun non domestik dapa
t merusak kualitas air, salah satu faktor yang menonjol saat ini dan menjadi perhatian
masyarakat luas adalah akibat buangan limbah pertambangan. Dengan meningkatnya l
imbah tersebut, maka pencemaran air tidak dapat dihindari lagi. Air yang sudah terce
mar oleh logam berbahaya dapat menimbulkan efek samping dan merugikan kesehata
n (Iyabu, 2005).
Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia.
Setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Salah
satu penyebab timbulnya penyakit pada makanan karena adanya kontaminasi logam-l
ogam berat terhadap makanan dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sum
ber utama kontaminan logam berat berasal dari air dan udara. Istilah logam berat hany
a ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm³. Beber
apa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: Arsen (As), Kadmium (C
d), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), dan seng (Zn). Arsen atau sering diseb
ut arsenic adalah suatu zat kimia yang ditemukan ssekitar abad 13. Sebagian besar Ars
en di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganic. Arsen
bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. A
rsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat.
Menurut (Laws, 1981), tingginya kandungan logam berat di suatu perairan dap
at menyebabkan kontaminasi, akumulasi bahkan pencemaran terhadap lingkungan sep
erti biota, sedimen, air, dan sebagainya. Berdasarkan kegunaannya, logam berat dapat
dibedakan atas dua golongan, yaitu :
1. Golongan yang dalam konsentrasi tertentu berfungsi sebagai mikronutrien yang ber
manfaat bagi kehidupan organisme perairan, seperti Zn, Fe, Cu, dan Co.
2. Golongan yang sama sekali belum diketahui manfaatnya bagi organisme perairan, s
eperti Hg, Cd, dan Pb.
Keberadaan logam di badan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkun
gan di antaranya adalah suhu, pH, dan salinitas (Palar, 1994).
 ARSEN (As)
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan
sekitar abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang
berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas
dan terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and H
ealth (1975), arsen inorganic bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehata
n kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sa
ngat kuat.
Arsen terkandung dalam ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-c
umi, dan kerang. Pola konsumsi yang banyak memakan seafood dan kerang-kerangan
merupakan potensi besar untuk mengalami intoksikasi arsen karena tingginya kandun
gan arsen pada makanan-makanan tersebut. Kandungan arsen dalam makanan laut me
ncapai angka lebih dari 4,5 mikrogram arsen/g berat basah. Arsen juga terdapat dalam
daging dan sayur-sayuran namun jumlahnya amat kecil.
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (s
teel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (A
sCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal p
utih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang,
merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi be
berapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumn
ya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas.
Arsen berwarna abu-abu, namun jarang ada di lingkungan. Arsen di air di tem
ukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan s
ering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga ber
acun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang ber
bau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung
tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat
dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, de
ngan berat jenis 1,97 dan 5,73.
Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas ata
u ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama a
dalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan munta
h-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, teruta
ma kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pemb
entukan kanker kulit pada manusia.
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dar
i makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus
halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
 MERKURI (Hg)
Dalam tabel periodik, unsur air raksa atau merkuri (Hg) mempunyai nomor ato
m 80 dan termasuk unsur golongan II B. Logam merkuri mempunyai densitas lebih be
sar dari 5 gr/cm3. Di antara semua unsur logam, merkuri menduduki urutan pertama p
aling beracun dibandingkan dengan kadmium (Cd), perak (Ag), Nikel (Ni), Timbal (P
b), Aksen (AS), Kromium (Cr), Timah (Sn), dan Seng (Zn) (Sikun, 2009).
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat ca
ir pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. K
arena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustria
n maupun laboratorium. Menurut Sudarmaji (2006) Karakteristik logam berat merkuri
(Hg) adalah :
a. Sifat : Merupakan cairan logam; Berwarna abu-abu dan tidak berbau. Memiliki ke
rapatan relatif sebesar 13,5 (air=1).
b. Kelarutan : Asam nitrat, asam sulfuric panas dan lipid. Tidak larutan dalam air, al
kohol, eter, asam hidroksida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide.
c. Titik beku : 38,87℃
d. Titik didih : 356,90℃
e. Berat jenis : 13.55 gr/cm3
f. Berat atom : 200,6
Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, di
mana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan (SSP) dan ginjal anta
ra lain tremor (gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh) dan kehilangan daya ingat.
Batasan cemaran logam arsen dalam ikan serta hasil olahannya adalah 1,0
mg/kg ikan. Serta batasan cemaran logam merkuri dalam ikan serta hasil olahannya
adalah 20 mg/kg ikan.
Nilai ambang batas cemaran merkuri pada ikan dan produk perikanan termasu
k moluska, krustase, dan ekinodermata serta amfibi, reptil dan hasil olahannya yaitu 0,
5 mg/kg. Ikan predator seperti cucut, tuna, marlin dll. 1,0 mg/kg Kerang-kerangan (bi
valve), moluska dan teripang 1,0 mg/kg. Udang dan krustasea lainnya 1,0 mg/kg (Su
mber : BSNI 7387:2009 Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan).
 IKAN
Ikan merupakan organisme air yang dapat bergerak dengan cepat. Ikan pada u
mumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran air.
Jika dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi b
atas normal yang telah ditentukan menunjukkan telah terjadi pencemaran lingkungan.
Terkait dengan hal tersebut, secara umum logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh
ikan melalui beberapa jalan, yaitu saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan penetr
asi melalui kulit (Darmono, 1995). Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistri
busi pada ikan tergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mik
roorganisme, tekstur sedimen, serta jenis, dan unsur ikan yang hidup di lingkungan ter
sebut.
Pindang merupakan hasil olahan ikan dengan cara kombinasi perebusan (pema
sakan) dan penggaraman. Produk yang dihasilkan merupakan produk awetan ikan den
gan kadar garam rendah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pindang memiliki
pengertian "ikan yg digarami dan dibumbui kemudian diasapi atau direbus sampai ker
ing agar dapat tahan lama". Setelah selesai pemasakan, biasanya wadah di mana ikan
disusun langsung digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pengangkutan untuk di
pasarkan. Pindang memiliki penampakan, citarasa, tekstur, dan keawetan yang khas d
an bervariasi sesuai dengan jenis ikan, kadar garam, dan lama perebusan. Jenis-jenis i
kan yang umum diolah dengan cara pemindangan adalah ikan-ikan pelagis seperti ika
n layang, selar, japu, ikan tembang, lemuru, ikan kembung, tuna, cakalang, dan tongk
ol. Produk sampingan dari proses pengolahan pindang ikan adalah petis ikan.
Menurut Saleh (2002), ikan pindang merupakan hasil olahan yang cukup popu
ler di Indonesia, dalam urutan hasil olahan tradisional menduduki tempat kedua setela
h ikan asin. Dilihat dari sudut program peningkatan konsumsi protein masyarakat, ika
n pindang mempunyai prospek yang lebih baik daripada ikan asin. Hal ini mengingat
bahwa ikan pindang mempunyai cita rasa yang lebih lezat dan tidak begitu asin jika di
bandingkan dengan ikan asin sehingga dapat dimakan dalam jumlah yang lebih banya
k. Kelebihan ikan pindang dari ikan asin ialah ikan pindang merupakan produk yang s
iap untuk dimakan (ready to eat). Disamping itu juga praktis, semua jenis ikan dari be
rbagai ukuran dapat diolah menjadi ikan pindang. Hambatan utama dalam pemasaran
ikan pindang ialah daya awetnya yang relatif singkat. Namun sebenarnya hal ini dapat
diatasi dengan cara meningkatkan mutu bahan mentahnya, serta cara-cara pengolahan,
pengemasan dan penyimpanannya.

Kimia analisis adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi kompone


n kimia dalam bahan alam maupun buatan. Analisis kualitatif memberikan indikasi id
entitas spesies kimia di dalam sampel. Sedangkan analisis kuantitatif menentukan jum
lah komponen tertentu dalam suatu zat. Pemisahan komponen sering kali dilakukan se
belum melakukan analisis.
Adanya ion-ion arsenat/arsenit telah dapat diduga pada reaksi pendahuluan di
mana reaksi Gutzeitnya positif dan pada analisa kation ditemukan ion As 3+ yang meng
endap pada golongan II sebagai As2S3 kuning.
Reaksi Gutzeit : Sedikit zat dalam tabung reaksi diberi Asam Sulfat encer dan
butir-butir Zn. Tabung ditutup dengan kapas Timbal Asetat, dan letakkan kertas serin
g yang telah diberi larutan Ag- Nitrat dimulut tabung. Diamkan 2-5 menit, kemudian
periksa hasilnya. Bila ada As/ Sb, kertas saring berwarna hitam.
Reaksi bercak pada kertas saring dilakukan dengan kertas reaksi tetes wjatman
no. 120, namun dalam beberapa hal digunakan whatman no.3 : kertas Schleicher dan
Schuell (Amerika Serikat) yang setara adalah no.601 dan 598. Kertas-kertas ini memil
iki sifat yang diinginkan, yaitu dengan cepat menyerap tetesan tanpa terlalu luas sebar
annya, tidak seperti pada kertas yang lebih tipis. Meskipun pengotor sudah diusahaka
n seminimum mungkin, kertas-kertas ini mungkin mengandung runutan besi dan fosfa
t, reaksi bercak untuk besi dan fosfat lebih baik dilakukan dengan kertas saring kuantit
atif ( Whatman no.42 atau lebih baik jenis yang keraskan no. 542). Kertas hendaknya
digunting menjadi potoongan 3 x 2 cm atau2 x 2 cm, dan disimpan dalam piring petri
atau dalam wadah yang tutupnya kedap (Vogel,1979:195).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan adalah erlenmeyer 100 ml, pipet tetes, pembakar spir
tus, kaki 3 dan kasa.
Bahan-bahan yang digunakan adakah kertas saring, spirtus, pH stick, NH4OH
2N, HCl 2N, SnCl2 5%, AgNO3, serbuk Zink, Aquades, spirtus, sampel ikan pindang.

IV. CARA KERJA


Analisa Arsen
Memasukkan sampel ke dalam Erlenmeyer sebanyak 5 ml, periksa pH nya, kal
au asam dinetralkan dengan NH4OH encer, kala basa dinetralkan dengan HCl encer. D
iamkan selama 5 menit, lalu tambahkan 5 ml larutan SnCl 2 5%, dan di diamkan lagi se
lama 20 menit. Tambahkan aquades sampai 50 ml dan serbuk Zink sebanyak 2 gr. Tut
up Erlenmeyer dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan AgNO 3, panaskan pa
da suhu 60°C selama ± 10 menit. Amati yang terjadi.
Positif : apabila kertas saring menjadi hitam kekuningan
Negatif : apabila kertas saring menjadi coklat
Nb:
- Bila bahan yang diperiksa cair, dapat langsung untuk pemeriksaan
- Bila bahan yang diperiksa padat, harus diabukan dulu sebagai abu sulfat, kemudian d
itambah HCl pekat.
- Untuk bahan yang mudah dicairkan seperti margarine atau mentega, dapat langsung
dikerjakan.
- Untuk pemeriksaan logam berat lain, dikerjakan seperti pada analisa kuantitatif
- Jika warna sampel mengganggu, dapat dihilangkan dengan penamahan serbuk norit,
kemudian disaring
Analisa Merkuri
Sampel ditambahkan 5 ml aquades, kemudian ditambahkan sedikit logam Cu,
kemudian ditambah 10 ml asam nitrat encer. Sampel sebanyak 2 ml ditambahkan 5 ml
aquades dan 5 tetes kalium kromat, hasil positif akan terbentuk endapan coklat.

V. HASIL
No Sampel Logam Pengamatan Hasil Positif Interpretasi
. (literatur)
1. Ikan As Pada kertas Jika Positif kertas (-)
(Arsen) saring tidak saring terdapat bercak
terdapat hitam kekuningan.
bercak hitam Jika negatif ada
kekuningan bercak coklat
2. Ikan Hg Tidak ada Jika Positif akan (-)
(merkuri) endapan terbentuk endapan
coklat coklat

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum identifikasi logam berat kali ini menggunakan sampel ikan
pindang atau ikan keranjang, adapun logam berat yang diidentifikasi yaitu logam
arsen dan merkuri. Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui ada tidaknya log
am berat pada bahan makanan/minuman. Analisis kualitatif logam berat pada ikan
sangat penting, khususnya untuk menghindarkan efek toksik pada tubuh. Contohnya
efek toksik merkuri jika masuk kedalam tubuh dapat menekan sistem syaraf pusat.
Identifikasi arsen secara kualitatif berdasarkan atas reaksi Gutzeit. Cara kerja
analisa arsen yaitu memasukkan sampel yang telah dilarutkan dengan akuades
sebanyak 5 ml ke dalam Erlenmeyer, periksa pH nya, ternyata setelah diperiksa
dengan stick pH menunjukan pH 6 kemudian ditambah lalu dinetralkan dengan
NH4OH encer, hasilnya berada pada pH 10, sehingga dinetralkan dengan HCl encer.
Penetralan HCl encer akan memberikan suasana asam sehingga dapat menurunkan
pH. Setelah itu diamkan selama 5 menit, lalu tambahkan 5 ml larutan SnCl 2 5%,
penambahan timah klorida sebagai bahan pereduksi arsen agar menjadi keadaan netral
dan di diamkan lagi selama 20 menit. Tambahkan aquades sampai 50 ml dan serbuk
Zink sebanyak 2 gr. Dimana fungsi penambahan dari Zn yaitu untuk mempercepat
suatu reaksi dan untuk membentuk uap hidrida arsen yang dialirkan kekertas saring.
Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
As3+ + 3Zn + 3H+ AsH3 + 3 Zn2+
Kemudian langkah selanjutnya tutup Erlenmeyer dengan kertas saring yang
sudah dibasahi dengan AgNO3, panaskan pada suhu 60°C selama ± 10 menit. Amati
yang terjadi. AgNO3 berfungsi sebagai larutan garam dari logam Ag. Dalam reaksi
anoda AgNO3, ion NO3- tidak akan larut dalam air sehingga molekul air dan atom Ag+
bersaing untuk beroksidasi (Ebbing, 2010).
Kemudian analisa merkuri yaitu sampel ditambahkan 5 ml aquades, kemudian
ditambahkan sedikit logam Cu, dalam hal ini logam Cu sebagai agen pengoksidasi
dan pengikat logam merkuri. Kemudian ditambah 10 ml asam nitrat encer. Logam
merkuri biasanya didestruksi dengan HNO3 pekat, asam sulfat pekat dan hidrogen
peroksida 20%. Sampel sebanyak 2 ml ditambahkan 5 ml aquades dan 5 tetes kalium
kromat, hasil positif akan terbentuk endapan coklat.
Adanya ion-ion arsenat/arsenit telah dapat diduga pada reaksi pendahuluan di
mana reaksi Gutzeit nya positif dan pada analisa kation ditemukan ion As 3+ yang men
gendap pada golongan II sebagai As2S3 kuning.
Uji Gutzeit pada dasarnya adalah suatu modifikasi dari uji marsc dimana perbe
daan utamanya adalah bahwa hanya satu tabung reaksi yang diperlukan dan arsinna di
deteksi dengan perak nitrat atau merkurium (II) klorida. Taruh 1-2 gram zink yang be
bas arsenic dalam sebuah tabung uji, tambahkan 5-7 mL asam sulfat encer, sumbat tab
unglonggar-longgar dengan kapas yang telah dimurnikan, dan lalu taruh selembar kert
as saring yang dibasahi dengan perak nitrat 20% di atas puncak tabung. Mungkin tab
ung perlu dipanaskan perlahan-lahan untuk menghasilkan pelepasan hydrogen yang te
ratur. Pada akhir suatu jangka waktu tertentu misalnya 2 menit, singkirkan kertas sarin
g, dan periksa bagian yang menutupi tabung uji, biasanya diperoleh suatu bercak cokl
at muda yang dibebaskan oleh runutan arsenic yang terdapat di dalam reagensia (Vog
gel,1979:244).
Hasil yang didapatkan pada identifikasi arsen yaitu setelah kertas saring yang
telah ditetesi AgNO3 diangkat dari tabung pemanasan, hasilnya tidak terdapat bercak
hitam kekuningan maupun coklat yang nyata. Sedangkan hasil identifikasi merkuri
tidak terdapat endapan coklat pada sampel uji. Sehingga pada sampel ikan keranjang
tidak mengandung logam arsen maupun merkuri.
Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas ata
u ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama a
dalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan munta
h-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, teruta
ma kanker paru-paru dan hati. Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pu
sat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusaka
n (SSP) dan ginjal antara lain tremor (gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh) dan kehi
langan daya ingat.

VII. KESIMPULAN
Identifikasi arsen dan merkuri pada ikan pindang yang telah dilakukan
menghasilkan interpretasi bahwa pada sampel ikan pindang tidak mengandung logam
arsen dan merkuri. Karena sampel tidak mengendap coklat yang menandakan merkuri
dan pada kertas saring tidak menimbulkan warna hitam kekuningan. Pindang merupak
an hasil olahan ikan dengan cara kombinasi perebusan (pemasakan) dan penggaraman
Produk yang dihasilkan merupakan produk awetan ikan dengan kadar garam rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Darmono. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press), 1995.
Ebbing, Darrell, Steven D. Gammon. 2010. General Chemistry, Enhanced Edition. USA: Cen
gage Learning.
Fardiaz, S. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Koester, Y. (1995). Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.Terjemahan dari Chemistry and e
cotoxicology of pollution oleh D.W. Connel. UI Press. Jakarta.
Laws EA. 1981. Aquatic pollution. John Willey and Sons. New York.
Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Purba, C., Ridlo, A., and Suprijanto, I. (2014).Kandungan logam berat Cd pada air, sedimen d
an daging kerang hijau (Perna viridis) di perairan Tanjung Mas Semarang.Jurnal of
Marine Research, 3(3), 285 - 293.

Klaten, 29 September 2020


Dosen Pengampu,
Regia Desty R, M.Sc., Apt
Praktikan,
Dewi Sukma Winahyu
LAMPIRAN

sampel ikan
pH awal preparasi sampel

pH setelah penambahan NH4OH

Anda mungkin juga menyukai