Anda di halaman 1dari 23

Distribusi Kandungan Logam berat Pb dan Cd

pada Ikan di Perairan Indonesia


Abstrak :
1. Pencemaran logam berat di perairan Indonesia
2. Sumber pencemaran
3. Akumulasi pada Ikan
4. Metode riview
5. Kisaran kandungan Pb
6. Kisaran kandungan Cd
7. Kenapa ada yang tinggi dan rendah
8. Banding baku mutu
9. Dampak Kesehatan + ikannya

Pendahuluan :
Indonesia merupakan sebuah negara yang dibentuk oleh pulau-pulau yang dikelilingi oleh
lautan. Terhampar sekitar 17.499 buah pulau yang menduduki wilayah Indonesia dari Sabang
hingga Merauke dangan luas total wilayah Indonesia sebesar ±7,81 juta km 2 dan sekitar 62%
dari luas tersebut adalah lautan dan perairan (Kantor Kesehatan Pelabuhan, 2020 &
Indonesiabaik.id, 2018).
Dominasi luas Indonesia oleh laut dan perairan ini menjadikan Indonesia sebagai negara
yang kaya akan Sumber Daya Alam perairannya. Keistimewaan Indonesia yang berada di garis
khatulistiwa menjadikan Indonesia sebagai tempat tinggal yang cocok bagi kehidupan berbagai
jenis biota perairan yang salah satunya adalah ikan. Terdapat 3.000 spesies ikan yang
menjadikan laut Indonesia sebagai habitatnya (Harahap, 2014) dan sebanyak 1.300 spesies ikan
mempunyai habitat di perairan tawar (Kottelat & Whitten, 1996). Sumber Daya Alam (SDA)
yang luar biasa ini juga tentunya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi
kebutuhannya dalam melangsungkan kehidupan.
Letak Indonesia yang sangat strategis juga menjadikan negara ini sebagai jalur
perdagangan dan transportasi, baik itu nasional maupun internasional, dimana dapat kita ketahui
bersama bahwa aktivitas-aktivitas yang terjadi di perairan ini dapat menjadi salah satu sumber
penyumbang bahan pencemar ke perairan. Pertumbuhan kepadatan penduduk yang meningkat
pesat serta aktivitas permukiman padat di sepanjang bantaran sungai atau di sekitar danau juga
dapat menjadi beban sumber pencemar lainnya, karena dari aktivitas-aktivitas tersebut dapat
timbul limbah yang dimana sebagain besar masyarakat masih membuang limbah tersebut ke
badan air. Belum lagi banyaknya kegiatan industri dan pertambangan yang tidak bertanggung
jawab membuang limbahnya langsung ke badan air tanpa melalui proses pengolahan terlebih
dahulu, sehingga bahan-bahan berbahaya masuk ke badan air dan mencemari lingkungan
perairan.
Salah satu bahan pencemar berbahaya yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas manusia
yang dapat masuk dan mencemari perairan adalah logam berat Pb (timbal) dan logam berat Cd
(kadmium). Logam berat Pb (timbal) dan logam berat Cd (kadmium) merupakan logam berat
yang berbahaya karena mempunyai efek toksik yang tinggi serta dikenal sebagai the big three
heavy metals (tiga logam berat paling berbahaya) bersama Hg (merkuri) didalamnya (Yu &
Tsunoda, 2004) .
Logam berat Pb adalah logam yang bernomor atom 82 dan termasuk jenis logam
golongan IV-A pada tabel sistem periodik unsur. Timbal memiliki sifat mengkilat ketika baru
dipotong dan akan terlihat kusam ketika terkena udara, berwarna putih kebiruan seperti perak
ataupun dapat juga berwarna keabu-abuan (Palar, 2004). Logam berat Pb merupakan logam berat
yang memiliki toksisitas yang tinggi sehingga keberadaannya sangat berbahaya bagi lingkungan
(García et al., 2012). Toksisitasnya yang tinggi ini dapat mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan makhluk hidup karena dapat menghalangi aktivitas enzim dan metabolisme jika
keberadaannya di lingkungan melebihi ambang batas (Siswoyo et al., 2015).
Logam berat Cd adalah logam yang memiliki nomor atom 48 serta termasuk dalam
golongan logam transisi yang memiliki warna putih perak, bertekstur lembut serta berhubungan
erat dengan logam Zn (seng). Logam berat Cd juga merupakan unsur asing yang tidak diperlukan
oleh makhluk hidup dalam proses metabolisme (Irwin, 1997). Dalam ekosistem perairan, logam
berat Cd mempunya sifat mudah berpindah serta kehadirannya dapat berbentuk ion-ion yang
terhidrasi, membentuk kekomplekan dengan ligan organik atau anorganik atau berbentuk garam-
garam klorid (Weiner, 2008).
Masuknya logam berat Pb dan Cd ke perairan dapat terjadi secara alami maupun dari
buangan limbah industri. Umumnya cemaran logam berat Pb dan Cd di perairan bersumber dari
buangan limbah industri yang menggunakan Pb dan Cd sebagai bahan utama maupun bahan
pendukung (……….). Keberadaan logam berat Pb dan Cd diperairan juga disebabkan oleh
pembuangan sampah plastik, baterai, dan sisa bahan bakar ke badan sungai sehingga perairan
yang dekat dengan pemukiman penduduk umumnya mengandung cemaran Pb dan Cd dalam
jumlah tertentu(…………).
Logam berat Pb dan Cd yang terdapat di lingkungan perairan dapat terakumulasi di tubuh
hewan akuatik (ikan) melalui tiga cara yaitu melalui rantai makanan, insang, dan difusi
permukaan kulit. Semakin banyak penyerapan logam berat di dalam tubuh ikan, maka akan
semakin banyak pula jumlah logam berat yang terjerat dalam tubuh ikan tersebut, proses ini
disebut bioakumulasi (Hutagalung, 1993). Proses akumulasi logam berat pada setiap sistem
organ ikan berbeda-beda tergantung pada fungsi dari masing-masing organ serta dari jenis
ataupun karakteristik dari logam berat. Penyerapan logam berat paling besar terjadi pada organ
insang, karena insang merupakan organ untuk respirasi dan insang berhubungan langsung
dengan perairan (Siregar, 2010). Selain itu, hati juga salah satu organ yang sangat rentan
terhadap zat kimia dan menjadi organ sasaran utama dari efek racun zat kimia, sehingga sering
mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan sel epitel usus halus yang menyerap sebagian besar
toksikan yang masuk ke dalam tubuh akan dibawa ke hati oleh vena porta hati (Lu, 1995).
Edward et al. (2013) menyatakan bahwa dalam penelitiannya jumlah akumulasi logam berat dari
yang terbesar hingga terkecil yaitu insang>ginjal>hati>daging.
Ikan yang telah terkontaminasi logam berat juga dapat mengalami kematian (lethal)
maupun bukan kematian (sublethal) seperti terganggunya karakteristik morfologi, tingkah laku,
dan juga pertumbuhan (Jitar et al., 2014; Hao et al., 2019). Selain itu, racun logam berat pada
ikan juga menyebabkan gangguan metabolisme tubuh dan proses pernapasan, karena logam berat
mempengaruhi lendir pada insang sehingga proses pernafasan dan metabolisme tidak berfungsi
normal (Palar, 2004). Fisiologis tubuh pada ikan juga terkena dampak negatif oleh kontaminasi
logam berat, hal ini disebabkan fungsi darah pada ikan sebagai pengangkut oksigen dan
karbondioksida, zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh
menjadi terganggu (Vanderzwalmen et al., 2018; Roques et al., 2020).
Adanya logam berat yang terkandung dalam tubuh ikan tentunya dapat menyebabkan
gangguan kesehatan terhadap manusia yang mengkonsumsinya. Termakannya senyawa logam
berat dalam konsentrasi tinggi, dapat mengakibatkan gejala keracunan seperti iritasi
gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut dan diare (Pangruruk et al.,
2019). World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan Food
Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (sea food) yang tercemar logam berat (Nur dan Karneli, 2015)
karena memiliki kemampuan akumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang
menyebabkan kematian.
Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additive (JECFA) menetapkan angka
toleransi batas konsumsi per minggu / provisional tolerable weekly intake (PTWI) untuk logam
berat Pb dan Cd masing-masing 25 µg/kg dan 7 µg/kg berat badan. Batasan maksimum
konsumsi harian daging ikan ditentukan dengan memilih nilai terkecil, karena daging ikan yang
terkontaminasi logam berat meskipun dengan konsentrasi sedikit namun jika dikonsumsi terus-
menerus akan terakumulasi dalam tubuh manusia dan akan bersifat toksik (Hidayah, et.al.,
2014). Di Indonesia, persyaratan standar batas maksimum cemaran logam berat untuk ikan
konsumsi diatur dalam SNI 7387 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat
dalam pangan seperti yang ditunjukkan berikut ini.
No. Kategori Pangan Kategori pangan Logam Berat Batas maksimum (ppm)
09.0 Ikan dan produk Timbal (Pb) 0.3
perikanan
09.0 Ikan dan produk Kadmium (Cd) 0.1
perikanan
Sumber : SNI 7387 tahun 2009 tentang tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan
1. Pertanyaan yang akan dijawab peneliti + manfaat
2. Cara Analisis + metode

Metode :
Metode dalam penulisan artikel ini menggunakan metode kajian literature atau literature
riview, dimana penulis meriview beberapa jurnal yang berasal dari https://garuda.ristekbrin.go.id
dan https://scholar.google.com dengan keyword Logam Pb dan Cd pada Ikan, pada 5 tahun
terakhir (2017-2022), didapati hasil sebanyak 82 buah jurnal lalu kemuadian diambil jurnal yang
spesifik membahas kandungan logam berat Pb dan Cd pada ikan sebanyak …. Jurnal.
Hasil dan Pembahasan :
A. Kandungan Logam Berat Pb pada Ikan di beberapa Perairan Indonesia
Hasil dari beberapa jurnal yang diriview oleh penulis mengenai kandungan logam berat Pb pada ikan di beberapa perairan Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Kandungan Logam Berat Pb pada Ikan di beberapa Perairan Indonesia

No. Lokasi Jenis Ikan (Jenis ikan) Kandungan Pb (ppm) Peneliti (Tahun)
1. Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) 2,2* Ismi, et.al. (2019)
2. Pesisir Teluk Lampung Ikan Teri Kering (Stolephorus sp.) 0,084 – 0,114 Sari, et.al. (2017)

3. Sungai Tenggang, Semarang, Jawa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 1,106* - 4,242* Agustina, et.al. (2019)
Tengah
4. Sungai Winongo, Yogyakarta Viscera Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 11,35* Purwanto, et.al. (2020)

Tulang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 10,28*


Daging Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 6,46*
Viscera ikan Bawal (Colossoma macropomum) 5,31*

Tulang ikan Bawal (Colossoma macropomum) 9,85*


Daging ikan Bawal (Colossoma macropomum) 5,23*
5. Kecamatan Tenggarong Seberang Ikan Nila (Stolephorus sp.) 0,138 Sihotang, et.al. (2017)
Ikan Mas (Cyprinus carpio) 0,060
Ikan Patin (Pangasius sp.) 0,016
6. Banggai Kepulauan Ikan Asin Lancang (Pangasius macronema) 0,0976 Yuyun, et.al. (2017)
Ikan Asin Lencam ( Lethrinus sp) 0,2459
Ikan Asin Cakalang (Katsuwonus pelamis) 0,2100
7. Pontianak Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) 0,0726 - 0,0897 Talasniga, et.al. (2019)
8. Danau Limboto Ikan Nila (Oreochromis niloticus linn.) 0.0017 - 3.766* Noor (2020)

9. Teluk Manado Ikan Rejung (Silago sihama  0,08 Anwar, et al. (2019)
Ikan Kuro (Polydactylus plebeius)  0,08
Ikan Lencam (Letrinus obsoletus)  0,08
Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.)  0,08
Ikan Kapas Besar (Gerres flamentosus)  0,08
Ikan Belanak (Mugil cephalus)  0,08
10. Kabupaten Bogor Ikan Wader (Barbodes binotatus) <0,4* - 0,7* Azizah & maslahat (2021)
11. Teluk Ambon Kulit Pasir (Acanthurus sp.) 0.0722 Hadinoto & setyadew
(2020)
Kerapu sunu (Plectropomus maculatus) 0.0826

Kakak tua (Scarus croicensis) 0.0565

Baronang (Siganus canaliculatus) 0.067

Bubara (Caranx sp) 0.067

Kerapu lumpur (Epinephelus coioides) 0.0252


Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) 0.0304

12. Pantai Utara Jawa Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) 0,276 Hananingtyas (2017)
13. Tpi Kluwut Brebes Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) 0,0198 - 0,0939 Haryanti & martuti (2020)
14. Perairan Dumai Ikan Lomek (Harpodon nehereus) 0,97* – 1,48* Azka, et al. (2020)
Ikan Biang 0,97*
15. Kota Kupang Ikan Belang Kuning 0,09 - 0,17* Lema, et al. (2020)
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Ikan Kembung (Rastrelliger Spp)
16. Sungai Tallo, Makassar Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) <0,10 Sukma, et al. (2020)
Ikan Belanak (Crenemugil seheli)
17. Danau Lubuk Siam, Kecamatan Siak Insang Ikan Baung (Mystus spp) 10,71* – 12,38* Marlinda, et al. (2020)
Hulu, Kabupaten Kampar, Riau Hati Ikan Baung (Mystus spp) 16,23* - 17,54*
18. Sungai Gajah Wong, Yogyakarta Daging (musculus) Ikan Nila (Oreochromis 0,7092* - 0,7976* Busirat, et al. (2020)
Niloticus)
Tulang (os) Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) 1,7302* - 1,9626*
Jeroan (viscera) Ikan Nila (Oreochromis 0,7036* - 1,1706*
Niloticus)
19. Danau Tempe Ikan Bungo (Glossogobius Giuris) 0,011 - 0,0653 Wandi, et al. (2021)
20. Pantai Samudra Indah Kabupaten Ikan Kelarau <0,0204 Caksana, et al. (2021)
Bengkayang Ikan Kambing (Capra aegagrus hircus)
Ikan Ketang (Scatophagus tetracanthus)
Ikan Kerapu (Epinephelus suillaus)
21. Wonorejo, Surabaya Ikan Bandeng (chanos chanos) 0,114 - 0,189 Wijaya, et al. (2021)
22. Kota Samarinda Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) 2,92* – 5,40* Sudrajat, et al. (2020)
23. Kanal Kota Makassar Tidak diidentifikasi 0.033 - 0.093 Vidyastuti, et al. (2022)
24. Pelabuhan Tanjung Mas Ikan Bandeng (Chanos chanoos) 0.0826 Nilasari & Wibowo (2018)
25. Perairan Teluk Benoa, Bali Ikan Baronang (Siganus sp.) 0,1652 – 0,3777 Mardani, et al. (2018)
Ikan Belanak (Moolgarda seheli) 0,1684 – 4,9998
26. Sungai Tondano, Sulawesi Utara Ikan Gabus (Channa striata) 11,01* Maddusa, et al. (2017)
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 10,83*
27. Kabupaten Banggai Kepulauan Ikan Asin Lencam (Lethrinidae sp.) 0,2459 Yuyun, et al. (2017)
Ikan Asin Cakalang (Katsuwonus pelamis) 0,2100
28. Perairan Mimika Papua Kakap Putih (Lates calcarifer) 0,15 Rosye, et al. (2019)
29. Waduk Tunggu Pampang Kelurahan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 0,01 Patang, et al. (2019)
Bitoa, Kota Makassar
30. Pesisir Krueng Raya Kabupaten Aceh Ikan Cendro (Tylosurus crocodilus) 0,195 Diana, et al. (2017)
Besar
31. Pantai Utara Jawa Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) 0,276 Hananingtyas (2017)
32. Sungai Tambak Oso Kecamatan Waru Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 0,027 - 0,041 Islamil & Gayatri (2017)
Kabupaten Sidoarjo
33. Danau Limboto, Gorontalo Tidak diidentifikasi 0.0638 - 0.107 Hadiyanto et al., (2022)
34. Sungai Lamat, Kabupaten Magelang Tidak diidentifikasi 0,3807* - 0,7268* Arkianti et al., (2019)

35. Pasar Gerung, Kecamatan Gerung Pari (Dasyatis sp) 0,099 - 0,25 Amzani et al., (2022)
Kabupaten Lombok Barat
36. Dumai, Riau Ikan Gulama (Sciaena russelli) 0,0311 - 0,0605 Wardani & Febrita, n.d.
37. Perairan Tanjung Api-Api, Sumatera Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum) 1,37* - 3,71* Eka Putri et al. (2022)
Selatan Ikan Puput (Ilisha elongata) 1,61* - 4,80*
Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) 0,89 - 5,84*
38. Waduk Saguling, Jawa Barat Ikan Patin (Pangasius djambal) 7,5* - 16,4* Nuraeni et al. (2022)
39. Tukad Badung, Denpasar Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 0,1104 - 0,5012* Palgunadi & Purnama
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 0,0928 – 0,4462* (2022)
40. Sungai Alalak, Kalimantan Selatan Ikan Papuyu (Anabas testudineus) 0,450* Alawiyah & Rahmadani
(2021)
41. Sungai Tallo, Kota Makassar Ikan Nila (Oreochromis niloticus) <0,10 Sukma (2020)
Ikan Belanak (Moolgarda seheli) <0,10
Sumber : https://garuda.ristekbrin.go.id dan https://scholar.google.com dengan keyword logam Pb dan Cd pada ikan, pada 5 tahun terakhir (2017-2022).
Distribusi Kandungan Logam Berat Pb pada ikan khususnya yang berada di Perairan
Indonesia berkisar antara 0,0017 ppm – 17,54 ppm. Menurut Connell et al. (1995), adanya logam
berat Pb ini pada ikan dikarenakan tubuh ikan mengabsorbsi logam berat Pb yang terdapat di
perairan, lalu mengalami biokonsentrasi (logam berat masuk ke tubuh ikan secara langsung
melalui pernafasan atau kulit), kemudian mengalami biomagnifikasi (peningkatan bahan
pencemar dan keberadaan ikan pada sistem rantai makanan) serta mengalami bioakumulasi
(terakumulasinya logam berat pada ikan akibat makanan yang tercemar logam berat).
Kandungan logam berat Pb dengan kadar paling rendah ditemukan pada ikan nila
(Oreochromis niloticus linn.) yang berasal dari perairan Danau Limboto dengan kosentrasi
sebesar 0,0017 ppm. Rendahnya kandungan logam berat Pb tersebut dapat dikarenakan adanya
blooming eceng gondok di sekitar danau sehingga bahan toksik di dalam perairan di netralisir
olehnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djaenudin, D. et al. (2006) dari hasil
penelitian yang dilakukannya, bahwa eceng gondok memiliki kemampuan untuk mengurangi
konsentrasi zat pencemar domestik yang terdapat pada perairan air tawar.
Kandungan logam berat Pb pada ikan tertinggi diperoleh pada ikan baung (Hemibagrus
nemurus) yang di sampling dari Danau Lubuk Siam, Riau dengan nilai sebesar 17,54 ppm. Ikan
baung (Hemibagrus nemurus) yang digunakan sebagai sampel adalah ikan nila hasil tangkapan
dari nelayan yang biasa mengambil ikan di Danau Lubuk Siam, Riau. Marlinda et al. (2020)
meneliti kandungan logam berat Pb di ikan baung (Hemibagrus nemurus) ini dengan mengujinya
pada bagian insang dan hati ikan baung (Hemibagrus nemurus). Hasil yang didapati bahwa
kandungan logam berat Pb pada insang sebesar 10,71 ppm – 12,38 ppm dan pada hati sebesar
16,23 ppm - 17,54 ppm.
Kandungan logam berat Pb pada ikan baung (Hemibagrus nemurus) sebesar 17,54 ppm
terdapat pada hati ikan yang memiliki ukuran kecil sedangkan kandungan logam berat Pb sebesar
16,23 ppm terdapat pada hati ikan yang berukuran besar. Begitupula dengan kandungan logam
berat Pb pada insang ikan baung (Hemibagrus nemurus), kandungan logam berat Pb pada insang
lebih tinggi terdapat pada ukuran ikan yang kecil daripada kandungan logam berat Pb pada ikan
berukuran besar. Hal ini dapat disebabkan karena ikan yang berukuran kecil lebih aktif bergerak
dan lincah dibandingkan ikan yang berukuran besar, serta ikan yang berukuran kecil lebih
banyak makan dari pada yang berukuran besar. Hal lain yang dapat menjadi penyebab juga
karena ikan berukuran kecil memiliki daya tahan tubuh yang lebih rentan, sehingga
mengakumulasi logam berat Pb jauh lebih tinggi. Ikan muda 1,5 – 10 kali lebih rentan terpapar
logam berat dibandingkan ikan dewasa, karena organ-organnya belum berfungsi secara optimum
serta adanya defesiensi berbagai enzim detoksifikasi (Lu, 1995).
Adanya kandungan logam berat Pb pada insang dapat dikarenakan insang merupakan
organ yang pertama kali atau kontak langsung dengan paparan logam berat Pb di perairan
melalui proses pernafasan . Selain itu insang juga berperan dalam pemisahan darah dan air
sehingga sangat rentan dengan adanya logam berat Pb di perairan (Siregar, 2010). Pendapat lain
juga menjelaskan bahwa bahan kimia masuk kedalam tubuh ikan ketika ikan bernafas
mengambil oksigen dari air melalui insang atau melalui rantai makanan (Karimah, 2003). Lebih
tingginya kandungan logam berat Pb pada hati dibandingkan pada insang dapat disebabakan
karena hati merupakan organ yang mengakumulasi logam berat Pb serta organ yang aktif dalam
mengambil dan menyimpan logam (Yilmaz, 2009). Selain itu hati juga merupakan organ yang
memiliki peran penting dalam proses metabolisme dan mendetoks bahan pencemar yang masuk
ke dalam tubuh ikan.
Tingginya kandungan logam berat Pb pada jaringan tubuh ikan baung (Hemibagrus
nemurus) dapat disebabkan karena kandungan logam berat Pb pada perairan danau sebesar 0,79
ppm telah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan dalam PERMEN RI No. 82 tahun (2001)
sebesar 0,3 ppm. Untuk kandungan logam berat Pb pada sedimen sebesar 27,53 ppm, namun
belum melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh ANZECC/ARMCANZ guidelines, sediment
quality (2000) sebesar 50 – 220 ppm. Pencemaran logam berat yang ada di perairan akan masuk
ke tubuh ikan dan mengalami akumulasi yang sebagian besar terjadi melalui rantai makanan
(Clark, 1986). Diketahui bahwa ikan baung (Hemibagrus nemurus) termasuk ikan demersal yang
mencari makanan pada dasar perairan, sehingga logam berat Pb pada sedimen juga dapat
mempengaruhi kandungan logam berat Pb pyang masuk dalam tubuh ikan.
Adanya logam berat Pb pada perainan danau dapat diduga bersumber dari adanya
aktivitas-aktivitas masyarakat yang terjadi di sekitar danau yang berpotensi menimbulkan
pencemran, seperti aktivitas permukiman, keramba tancap serta perkebunan karet dan kelapa
sawit, Masyarakat juga menggunakan danau untuk tempat MCK (mandi,cucui, kakus), sehingga
limbah dan detergen yang digunakan juga dapat menjadi penyumbang keberadaan logam berat
Pb di perairan danau. Tingginya kandungan logam berat Pb di danau juga dapat disebebkan
adanya limpasan air dari sungai Kampar ketika terjadi hujan (Marlinda et al., 2020).
Secara umum, logam berat Pb (Timbal) berasal dari ekstraksi limbah industri maupun
aktivitas manusia yang diproses menggunakan suhu tinggi. Pb dihasilkan dalam bentuk partikel
padat dari mesin pembakaran dan dikeluarkan bersamaan dengan zat buangan yang dilepaskan
(Adamia et al., 2003). Sumber logam berat Pb di perairan adalah dari buangan limbah berbagai
industri seperti percetakan, garmen, penyamakan kulit, tekstil, dan batako (………..). Pb banyak
digunakan sebagai campuran bahan bakar, bahan dasar beterai, pelapis kabel, campuran zat
pewarna, dan pelapis pipa sehingga kegiatan manusia juga dapat melepaskan Pb ke perairan
(………..). Logam berat Pb dapat pula masuk ke perairan secara alami melalui pengkristalan di
udara dengan bantuan air hujan (……….).
Jika dibandingkan dengan baku mutu, ikan baung (Hemibagrus nemurus) yang berasal
dari danau Lubuk Siam berada diatas baku mutu yang dipersyaratakan dalam SNI 7387 (2009)
tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan, untuk ikan dan hasil olahannya
sebesar 0,3 ppm. Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan catfish yang habitatnya
berada di danau, sungai dan perairan umum lainnya (waduk, rawa, muara sungai dan perairan
payau serta pada tempat-tempat daerah banjir), (Tang, U., 2003) . Jenis ikan ini menjadi salah
satu yang digemari oleh masyarakat, karena ikan baung (Hemibagrus nemurus) ini memiliki
tekstur daging yang tebal, putih, lembur serta tanpa memeiliki duri-duri halus. Di Indonesia
terkenal beberapa jenis makanan hasil olahan ikan baung (Hemibagrus nemurus) seperti ikan
baung panggang dari Kalimantan, baung asam padeh dari Riau, pindang baung dari Sumatera
Selatan serta ikan asap baung (Suryati, 2011). Selain itu ikan baung (Hemibagrus nemurus) juga
memiliki kandungan protein yang tingg serta rendah akan lemak (Prabarini, 2017).
Namun, jika ikan dengan kandungan logam berat Pb yang berada di atas baku mutu ini
terus dikonsusmsi oleh manusia, tentunya akan berdampak buruk kepada kesehatan manusia.
Gangguan karena efek Pb pada anak-anak dapat mengganggu kebiasaan belajar serta kesulitan
dalam berkonsentrasi, gangguan perkembangan saraf dan mengurangi kapasitat kecerdasan.
Berkurangnya kesadaran juga dapat dimungkinakan terjadi dalam gangguan. Dalam paparan
jangka waktu yang lama efek Pb dapat membuat kemunduran daya ingat, kemunduran dalam
memahami, kerusakan ginjal serta anemia (Brochin et al., 2008 & Jaishankar et al., 2014).
Keseluruhan Pb sebagai zat racun lemah terutama penyebab kanker paru-paru, glioma serta
lambung (Steenland et al., 2000).
Selain itu tingginya logam berat Pb pada tubuh biota perairan dapat mengakibatkan kematian
(lethal) maupun bukan kematian (sublethal) seperti terganggunya karakteristik morfologi,
tingkah laku, dan juga pertumbuhan (Jitar et al., 2014; Hao et al., 2019). Dalam kasus ini, Insang
merupakan organ yang paling terdampak dari adanya kontaminasi bahan toksik seperti logam
berat, karena mengalami kontak langsung dengan lingkungan (Camargo, 2007; Sweidan et al.,
2005). Tidak hanya insang, hati juga mengalami kerusakan akibat kontaminasi zat kimia yang
bersifat toksik. Hal ini dikarenakan zat toksik yang masuk ke dalam tubuh diserap oleh sel dan
dibawa ke hati oleh vena porta hati, sehingga hati berpotensi mengalami kerusakan
(Bhuvaneshwari et al., 2015; Thabet et al., 2019). Organ lain yang juga terkontaminasi logam
berat adalah ginjal dan usus, hal ini karena logam berat dimakan oleh ikan dan mengalami proses
pencernaan di ginjal dan usus (Younis et al., 2013; Hermenean et al., 2015; Dohaish et al.,
2018).
B. Kandungan Logam Berat Cd pada Ikan di beberapa Perairan Indonesia
Hasil dari beberapa jurnal yang diriview oleh penulis mengenai kandungan logam berat Cd pada ikan di beberapa perairan Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Kandungan Logam Berat Cd di beberapa Perairan Indonesia

No. Lokasi Jenis Ikan Kandungan Cd (ppm) Peneliti (Tahun)


1. Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) 0,5* Ismi, et.al. (2019)
2. Medan Ikan Kaleng Sarden (Sardinella sp) 0,000073 - 0,000098 Adiansyah & ritonga (2017)

3. Teluk Manado Ikan Rejung (Silago sihama)  0,01 Anwar, et al. (2019)
Ikan Kuro (Polydactylus plebeius)  0,01
Ikan Lencam (Letrinus obsoletus)  0,01
Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.)  0,01
Ikan Kapas Besar (Gerres flamentosus)  0,01
Ikan Belanak (Mugil cephalus)  0,01
4. Telaga Ngipik Gresik Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Tidak terdeteksi Awaliyah, et.al. (2021)
5. Kabupaten Bogor Ikan Wader (Barbodes binotatus) <0,4* Azizah & Maslahat (2021)
6. Teluk Ambon Kulit Pasir (Acanthurus sp.) 0.0034 Hadinoto & Setyadew
Kerapu Sunu (Plectropomus maculatus) 0.0041 (2020)
Kakak Tua (Scarus croicensis) 0.0005
Baronang (Siganus canaliculatus) 0.0034
Bubara (Caranx sp) 0.0009
Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) 0.0001
Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) 0.0001
7. Pantai Utara Jawa Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) 0,156 Hananingtyas (2017)
8. Tpi Kluwut Brebes Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) 0,0540 - 0,09535 Haryanti & martuti (2020)
9. Kota Bontang Kalimantan Timur Ikan Kakap Garis (Lutjanus ehrenbergii) ≤0,002 Jainal, et.al. (2019)
The Western School Whiting Sillago vittata ≤0,002
Ikan Kapas Kapas (Gerres erythrourus) ≤0,002
Ikan Jangki (Pentapodus bifasciatus) ≤0,002
Saw-Jawed Monocle (Scolopsis ciliatus) ≤0,002
Ikan Lencam (Lethriunus lentjan) ≤0,002
Red-Throated Emperor (Lethrinus miniatus) ≤0,002
Ikan Bayeman (Choerodon anchorago) ≤0,002
Ikan Kakap Tompel (Mahogany snapper) ≤0,002
Ikan Kakap Kotak-Kotak (Lutjanus decussatus) ≤0,002
Ikan Kerapu (Serranidae sp) 0,129*
10. Pesisir Teluk Lampung Ikan Teri Kering (Stolephorus sp.) 0,084 - 0,087 Sari, et.al. (2017)
11. Danau Limboto Ikan Nila (Oreochromis niloticus linn.) 0.0037 - 5.153* Noor (2020)
12. Pertambakan Kecamatan Pangkajene Ikan Bandeng (Channos channos) 0.07745 Haeriah (2018)
13. DAS Sekonyer, Kalimantan Tengah Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) 0,003 Hidayanti (2019)
Ikan Manyung (Nibea albiflora) 0,002
Ikan Ketoprak (Pristolepis fasciatus) 0,004
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 0,003
Ikan Gabus (Channa striatus) 0,005
Udang Galah (Marcibrachium rosenbergii) 0,01
14. Kabupaten Banggai Kepulauan Ikan Asin Lencam (Lethrinidae sp.) 0,0255 Yuyun, et al. (2017)
Ikan Asin Cakalang (Katsuwonus pelamis) 0,1075*
15. Perairan Mimika Papua Kakap Putih (Lates calcarifer) 0,02 Rosye, et al. (2019)
16. Waduk Tunggu Pampang Kelurahan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 0,01 Patang, et al. (2019)
Bitoa, Kota Makassar
17. Pantai Utara Jawa Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) 0,156* Hananingtyas (2017)
18. Sungai Tambak Oso Kecamatan Waru Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 0,0013 - 0,027 Islamil & Gayatri (2017)
Kabupaten Sidoarjo
19. Perairan Dumai Ikan Lomek (Harpodon nehereus) Tidak terdeteksi Azka et al. (2020)
Ikan Biang Tidak terdeteksi
20. Kota Kupang Ikan Belang Kuning 0,01 - 0,028 Lema et al. (2020)
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Ikan Kembung (Rastrelliger Spp)
21. Pantai Samudra Indah Kabupaten Ikan Kelarau 0,0337 – 0,0572 Caksana et al. (2021)
Bengkayang Ikan Kambing (Capra aegagrus hircus)
Ikan Ketang (Scatophagus tetracanthus)
Ikan Kerapu (Epinephelus suillaus)
22. Wonorejo, Surabaya Ikan Bandeng (chanos chanos) 0,014 – 0,029 Wijaya et al. (2021)
23. Kota Samarinda Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) 0,02 – 0,03 Sudrajat et al. (2020)
24. Danau Limboto, Gorontalo Tidak diidentifikasi 0.0123 - 0.0556 Hadiyanto et al. (2022)
25. Sungai Desa Bakan Kecamatan Lolayan Nilem (Ostoechillus Vittatus) 0,0067 Girikallo et al. (2022)
Kabupaten Bolaang Mongondow
26. Tukad Badung, Denpasar Mujair (Oreochromis mossambicus) Tidak terdeteksi Palgunadi & Purnama
Nila (Oreochromis niloticus) Tidak Terdeteksi (2022)
27 Desa Bakan, Sulawesi Utara Nilem (Ostoechillus vittatus) 0,0067 Girikallo et al. (2022)
Sumber : https://garuda.ristekbrin.go.id dan https://scholar.google.com dengan keyword logam Pb dan Cd pada ikan, pada 5 tahun terakhir (2017-2022)
Distribusi Kandungan Logam Berat Cd pada ikan khususnya yang berada di
Perairan Indonesia berkisar antara 0,0001 PPM – 0,5 ppm. Menurut Connell et al.,
(1995), adanya logam berat Pb ini pada ikan dikarenakan tubuh ikan mengabsorbsi logam
berat Pb yang terdapat di perairan, lalu mengalami biokonsentrasi, biomagnifikasi serta
mengalami bioakumulasi.
Kandungan logam berat Cd dengan nilai paling rendah ditemukan pada ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan ikan kerapu lumpur (Epinephelus
coioides) dengan kandungan logam berat Cd masing- masing sebesar 0,0001 ppm,
dimana kedua ikan ini berasal dari perairan teluk Ambon. Selain itu di beberapa perairan
seperti telaga Ngipik Gresi perairan Dumai dan perairan Tukad Badung Denpasar, pada
ikan yang diteliti tidak terdeteksi adanya cemaran logam berat Cd.
Kandungan logam berat Cd pada ikan tertinggi ditemukan pada ikan sapu-sapu
(Pterygoplichthys pardalis) yang di sampling dari Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta
dengan nilai sebesar 0,5 ppm. Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) yang
digunakan sebagai sampel adalah ikan hasil tangkapan Ismi et al., (2019) di DAS
Ciliwung MT Haryona MT Gg. Ciliwung, Cawang, Jakarta Pusat. Ismi et al., (2019)
meneliti kandungan logam berat Cd di ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) ini
dengan mengujinya pada bagian daging ikan.
Masuknya bahan pencemar khususnya logam berat yang ada di perairan ke tubuh
ikan akan mengalami akumulasi yang sebagian besar terjadi melalui rantai makanan
(Clark, 1986). Menurut Darmono (2008) ada beberapa jalan logam berat masuk ke dalam
jaringan tubuh biota perairan yaitu melalui saluran penetrasi melalui kulit, pencernaan
dan pernafasan. Ketika logam berat sudah berada didalam tubuh hewan, logam berat
tersebut teradsorbsi dalam darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Yudo (2006) mengungkapkan bahwa logam
berat telah terdeteksi di sungai Ciliwung, dimana logam berat tersebut dapat terakumulasi
di dalam organ tubuh seperti hati, daging atau otot biota sungai yang hidup di perairan
tersebut. Terakumulasinya suatu bahan pencemar khususnya logam berat dalam waktu
jangka panjang dapat menjadi toksik bagi biota itu sendiri atau manusia yang
mengkonsumsinya. Tingginya kandungan logam berat Cd pada ikan sapu-sapu
(Pterygoplichthys pardalis) di sungai Ciliwung dapat disebabkan karena adanya
akumulasi ligam akibat kandungan logam berat Cd yang tinggi pada air dan sedimen
(Ismi et al., 2019).
Adanya logam berat Cd pada sungai Ciliwung dapat diduga bersumber dari
adanya aktivitas-aktivitas masyarakat yang terjadi di sekitar sungai. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh Ismi et al. (2019), ditemukan banyaknya aktivitas -
aktivitas permukiman warga disepanjang bantaran sungai Ciliwung. Selain itu ditemukan
pula di sepanjang sungai adanya beberapa industri yang beroperasi, dimana hasil dari
kegiatan permukiman warga maupun industri tersebut dapat menjadi penyumbang
tingginya kandungan logam berat Cd pada sungai Ciliwung.
Secara umum, sumber logam berat Cd di perairan berasal dari limbah industri
peleburan logam, pembuatan baterai, industri plastik, cat, dan kilang minyak (Hutagalung
& Razak, 1982). Pembuangan sampah plastik dan baterai ke aliran sungai juga dapat
meningkatkan jumlah Cd di perairan (………). Adanya logam berat Cd di perairan juga
dapat disebabkan oleh kegiatan pertanian melalui pemupukan yang menggunakan
superfosfat (Darmono, 1999). Logam berat Cd dapat pula bersumber dari aktivitas
gunung vulkanik, sehingga meskipun berada jauh dari kawasan industri kandungan
logam berat Cd di perairan dapat dijumpai dalam jumlah yang relatif tinggi (Putri, 2009).
Jika dibandingkan dengan baku mutu, ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis)
yang berasal dari Sungai Ciliwung wilayah Jakarta telah diidentifikasi berada diatas baku
mutu yang dipersyaratakan dalam SNI 7387 (2009) tentang batas maksimum cemaran
logam berat dalam pangan, untuk ikan dan hasil olahannya sebesar 0,1 ppm. Hasil
pantaun Ismi et al. (2019) juga mengatakan bahwa ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys
pardalis) ini banyak dimanfaatkan oleh pedagang maupun penjualan makanan olahan
ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) sebagai bahan baku makanan. Hal ini juga
didukung oleh hasil penelusuran Aiman (2016), jurnalis dari KompasTv bahwa daging
dari ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) ini dijadikan bahan tambahan oleh
pengolah makanan dalam pembuatan berbagai makanan olahan ikan seperti kerupuk,
otak-otak, pempek maupun siomay. Dalam penelusurannya di hilir sungai ditemukam
banyak nelayan yang menjala ikan dan sudah berjalan selama lebih dari 10 tahun.
Jika makanan olahan yang berbahan dasar ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys
pardalis) yang telah tercemar logam berat Cd ini terus dikonsusmsi oleh manusia,
tentunya akan berdampak buruk kepada kesehatan manusia. Kadmium dapat menjadi
penyebab intoksikasi akut dan kronis (Chakraborty et al., 2013). Kadmium dapat menjadi
salah satu sumber penyebab mineralisasi tulang melalui kerusakan tulang maupun
disfungsi ginjal. Jika zat ini masuk melalui saluran pencernaan kedalam tubuh, dalam
kadar tinggi zat ini dapat menyebabkan iritasi lambung lalu mengakibatkan muntah
ataupun diare. Jika zat ini masuk ke dalam tubuh dalam kadar rendah dan terakumulasi
dalam jangka waktu yang lama akan penjadi pemicu kerapuhan tulang, penyakit ginjal
maupun kerusakan paru-paru (Bernard, 2008). Selain itu dampak berbahaya lainnya dari
zat ini adalah dapat membuat bayi lahir prematur serta pengurangan berat badan bayi
lahir jika ibu hamil terpapar kadmium tinggi selama masa kehamilan (Henson &
Chedrese, 2004).
Selain dampak pada kesehatan manusia yang mengkonsumsinya, tingginya logam
berat Cd pada tubuh organisme perairan juga dapat mengakibatkan keracunan pada ikan.
Unsur logam berat Cd dapat secara efektif mempengaruhi proses metabolisme utama dan
reproduksi ikan, melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan perubahan
patologis (Authman et al., 2015).

Kesimpulan :
Dari hasil literature riview yang dilakukan pada jurnal yang membahas kandungan logam
berat Pb dan Cd pada ikan di beberapa Perairan di Indonesi didapati hasil bahwa kandungan
logam berat Pb berkisar antara 0,0017 ppm – 17,54 ppm. Kandungan logam berat Pb dengan
kadar paling rendah ditemukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus linn.) dari danau Limboto
dan kandungan logam berat Pb pada ikan tertinggi diperoleh pada ikan baung (Hemibagrus
nemurus) dari Danau Lubuk Siam, Riau. Ikan baung (Hemibagrus nemurus) dari danau Lubuk
Siam berada diatas baku mutu (0,3 ppm), sehingga jika terus dikonsusmsi akan berdampak buruk
kepada kesehatan manusia.
Kandungan Logam Berat Cd pada ikan khususnya yang berada di Perairan
Indonesia berkisar antara 0,0001 ppm – 0,5 ppm. Kandungan logam berat Cd dengan
nilai paling rendah ditemukan pada ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan
ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) dari perairan teluk Ambon. Kandungan logam
berat Cd pada ikan tertinggi ditemukan pada ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis)
dari Sungai Ciliwung. Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) dari Sungai Ciliwung
berada diatas baku mutu (0,1 ppm), sehingga jika terus dikonsusmsi akan berdampak
buruk kepada kesehatan manusia. Tinggi rendahnya kandungan logam berat pada ikan
dapat bergantung dari adanya aktivitas manusia di sekitar perairan seperti aktivitas
permukiman, MCK, perkebunan dan perindustrian.

Daftar Pustaka :
Aiman. (2016). Aiman Malam Ini Telusuri Ikan Sapu-sapu yang Jadi Bahan “Siomay.”
Kompas.com. https://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/05/19275601/artikel-video-
kgmedia.html
Alawiyah, T., & Rahmadani. (2021). Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Air dan Ikan
Papuyu di Daerah Sungai Alalak dengan Metode Spectrofotometri Serapan Atom (SSA).
Journal of Pharmaceutical Care and Sciences, 2(1), 42–48.
Amzani, M., Agustin, A. L. D., Oktaviana, D., & Atma, C. D. (2022). Deteksi Kandungan Logam
Berat Timbal Pada Hati Ikan Pari Yang Dijual Di Pasar Gerung Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat. Media Kedokteran Hewan, 33(1), 26.
https://doi.org/10.20473/mkh.v33i1.2022.26-34
Arkianti, N., Dewi, N. K., & Tri Martuti, N. K. (2019). Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)
pada Ikan di Sungai Lamat Kabupaten Magelang. Life Science, 8(1), 65–74.
https://doi.org/10.15294/lifesci.v8i1.29991
Armcanz, A. and. (2000). Australian and New Zealand Guidelines for Fresh and Marine Water
Quality. Australian and New Zealand Environment and Conservation Council dan
Agriculture and Resource Management Council of Autralia and New Zealand.
Authman MMN, Zaki MS, Khallaf EA, Abbas HH.2015. Use of Fish as Bio-indicator of the
Effects of Heavy Metals Pollution. J Aquac Res Development 6: 328
Bernard, A. (2008). Structural insights into the mechanism of translational inhibition by the
fungicide sordarin. Indian J Med Res, 128(4), 557–564.
Bhuvaneshwari R, Padmanaban K, Rajendran BR. 2015. Histopathological Alterations in
Muscle, Liver and Gill Tissues of Zebra Fish Danio Rerio due to Environmentally Relevant
Concentrations of Organochlo Rine Pesticides (OCPs) and Heavy Metals. Int. J. Environ.
Res., 9(4): 1365-1372
Brochin, R., Leone, S., Phillips, D., Shepard, N., Zisa, D., & Angerio, A. (2008). The cellular
effect of lead poisoning and its clinical picture. GUJHS, 5(2), 1–8.
BSN. (2009). SNI 7387:2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan, 1–29.
https://sertifikasibbia.com/upload/logam_berat.pdf
Camargo MMP, Martinez CBR. 2007. Histopathology of gills, kidney and liver of a neotropical
fish caged in an urban stream. Neotrop Ichthyol., 5(3): 327–336
Clark, R. . (1986). Marine Pollution. Oxford : Clarendon Press.
Connell, D. W., Miller, G. J., & Koestoer, Y. (1995). Kimia dan ekotoksikologi pencemaran
(Terjemahan). Jakarta UI-Press. http://katalogarpusklaten.perpusnas.go.id/detail-opac?
id=8254
Darmono, 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya Dengan Toksikologi
Senyawa Logam. Jakarta: UI Press
Djaenudin, D., M., Hendrisman, & Zaini, Z. (2006). Penelitian kesesuaian lahan tanaman pangan
dan perke-bunan: Studi kasus di daerah Tanjung-bintang, Provinsi Lampung. Jurnal Tanah
Tropika, 12(1), 61–68.
Dohaish EJAB. 2018. Impact of some heavy metals present in the coastal area of Jeddah, Saudi
Arabia on the gills, intestine and liver tissues of Lutjanus monostigma. Journal of
Environmental Biology, 39: 253-260
Edward, J. B., Idowu E., Oso, J, A. and Ibidapo, O, R. 2013. Determination of Heavy Metal
Concentration in Fish Samples, Sedimment and Water from Odo-Ayo River in AdoEkiti,
Ekiti-State, Nigeria. Inter J. Of Envir Monit and Anal. 1(1):27-33.
Eka Putri, W. A., Agustriani, F., Fauziyah, F., Purwiyanto, A. I. S., Angraini, N., & Ardila, D.
(2022). Logam Berat pada Beberapa Jenis Ikan di Sekitar Perairan Tanjung Api-Api
Sumatera Selatan. Journal of Marine Research, 11(2), 201–207.
https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.33398
FAO/WHO, 2004. Summary of Evaluations Performed by the Joint FAO/WHO Expert
Commitee on Food Additives (JECFA 1956-2003). Washington: ILSI Press International
Life Sciences Institute
Girikallo, G. G., Joseph, W. B. S., & Maddusa, S. S. (2022). Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan Paparan Logam Berat Cadmium (Cd) pada Masyarakat Sekitar Sungai yang
Mengonsumsi Ikan Nilem (Ostoechillus vittatus) dari Sungai Desa Bakan Kecamatan
Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Kesmas, 11(2), 90–96.
Hadiyanto, Hasim, & Juliana. (2022). Kandungan Logam Berat Merkuri , Timbal dan Kadmium
pada Air, Ikan dan Sedimen di Danau Limboto. Jurnal Sumber Daya Akuatik Indopasifik,
6(1), 1–10.
Hao Z, Chen L, Wang C, Zou X, Zheng F, Feng W, Zhang D, Peng L. 2019. Heavy metal
distribution and bioaccumulation ability in marine organisms from coastal regions of
Hainan and Zhoushan, China. Chemosphere, 226: 340-350
Harahap, I. (2014). Amankah Kedaulatan Laut Indonesia. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/ikhsanharahap44/54f3b218745513a02b6c7d99/amankan-
kedaulatan-laut-indonesia
Henson, M. C., & Chedrese, P. J. (2004). Endocrine disruption by cadmium, a common
environmental toxicant with paradoxical effects on reproduction. Exp Biol Med
(Maywood), 229(5), 383–392.
Hermenean A, Damache G, Albu P, Ardelean A, Ardelean G, Ardelean DP, Horge M, Nagy T,
Braun M, Zsuga M, Kéki S, Costache M, Dinischiotu A. 2015. Histopatological alterations
and oxidative stress in liver and kidney of Leuciscus cephalus following exposure to heavy
metals in the Tur River, North Western Romania. Ecotoxicology and Environmental Safety
119: 198–205.
Hidayah, Miftakhul A, Purwanto, dan Soeprobowati, T.R., 2014. Biokonsentrasi faktor logam
berat Pb, Cd, Cr dan Cu pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) di karamba Danau
Rawa Pening. Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 16(1), 1–9.
Hutagalung, H. P. 1993. Pencemaran Logam Berat dan Analisa Logam Berat. Kerjasama antara
UNESCO/UNDP, P3OLIPI dan Universitas Riau, Puslit UNRI, Pekanbaru. 15 hal
Indonesiabaik.id. (2018). Indonesia Kaya Potensi Kelautan dan Perikanan. Indonesiabaik.Id.
https://indonesiabaik.id/infografis/infografis-indonesia-kaya-potensi-kelautan-dan-
perikanan
Irwin, R. J. (1997). Environmental Contaminants Encyclopedia, PAHs Entry. National Park
Service.
Ismi, L. N., Elfidasari, D., Puspitasari, R. L., & Sugoro, I. (2019). Kandungan 10 Jenis Logam
Berat pada Daging Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Asal Sungai Ciliwung
Wilayah Jakarta. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 5(2), 56.
https://doi.org/10.36722/sst.v5i2.350
Jaishankar, M., Mathew, B., Shah, M., & Gowda, K. (2014). Biosorption of Few Heavy Metal
Ions Using Agricultural Wastes. Journal of Environment Pollution and Human Health, 2(1),
1–6.
Jitar O, Teodosiu C, Oros A, Plavan G, Nicoara M. 2014. Bioaccumulation of heavy metals in
marine organisms from the Romanian sector of the Black Sea. N. Biotechnol.
Kantor Kesehatan Pelabuhan. (2020). Konservasi Perairan sebagai Upaya Menjaga Potensi
Kelautan dan Perikanan Indonesia. https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-
perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia
Kottelat, M., & Whitten, T. (1996). Freshwater biodiversity in Asia. In World Bank Technical
Papers. The World Bank. https://doi.org/doi:10.1596/0-8213-3808-0
Lu FC. 1995. Toxikologi Dasar. Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Ed ke-4. Jakarta. UI
Press. 428 hlm.
Marlinda, A., Elvyra, R., & Budijono, B. (2020). Kandungan Logam Berat Pb pada Air,
Sedimen, Insang dan Hati Ikan Baung ( Hemibagrus nemurus ) di Danau Lubuk Siam
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Berkala Perikanan Terubuk,
48(2). https://doi.org/10.31258/terubuk.48.2.464-475
Nuraeni, A., Samosir, A., & Sulistiono, S. (2022). Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada
Hati Ikan Patin (Pangasius djambal) di Waduk Saguling, Jawa Barat. Jurnal Teknologi
Perikanan Dan Kelautan, 12(2), 113–123. https://doi.org/10.24319/jtpk.12.113-123
Nur, F., & Karneli. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Kima Sisik (Tridacna
Squmosa) Di Sekitar Pelabuhan Feri Bira. Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan Dan
Lingkungan, (2015). 188–192
Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Cetakan kedua (Cet.ke-4). Rineka
Cipta.
Palgunadi, N. P. G. S., & Purnama, I. G. H. (2022). Bioakumulasi dan Analisis Risiko Kesehatan
Masyarakat dari Pencemaran Logam Berat Pb dan Cd pada Ikan yang Ditangkap di
Tukad Badung, Denpasar. 9(1), 33–49.
Pangruruk, Novita, Subari Yanto, And Patang Patang. “Pengaruh Habitat Mangrove Terhadap
Penurunan Tingkat Cemaran Timbal Di Muara Sungai Tallo.” Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian. 2019; 5: 69-82.
PERMEN RI NO 82 TAHUN 2001. (2001). Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas
Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, 1–22.
Prabarini, D. (2017). Performa Pertumbuhan Ikan Baung Mystus Nemurus (Valenciennes, 1840)
Melalui Penambahan Komposisi Enzim Dalam Pakan Komersil Di Kolam Terpal.
Roques S, Deborde C, Richard N, SkibaCassy S, Moing A, Fauconneau B. 2020. Metabolomics
and fish nutrition: a review in the context of sustainable feed development. Reviews in
Aquaculture, 12: 261–282
Siswoyo, E., Kasam, & Abdullah, L. M. . (2015). Penurunan Logam Timbal (Pb) pada Limbah
Cair TPA Piyungan Yogyakarta dengan Constructed Wetlands Menggunakan Tumbuhan
Eceng Gondok (Eichornia Crassipes). Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 3(1), 73–79.
https://doi.org/https://doi.org/10.20885/jstl.vol3.iss1.art6
Steenland, K., Fine, L., Belkić, K., Landsbergis, P., Schnall, P., Baker, D., Theorell, T., Siegrist,
J. ., Peter, R., Karasek, R., Marmot, M., Brisson, C., & Tüchsen, F. (2000). Research
findings linking workplace factors to CVD outcomes. Occup Med, 15(1), 7–68.
Sukma, rukma melati. (2020). Biokonsentrasi Logam Berat Timbal , Arsen pada Air dan Ikan
Sungai Tallo Kota Makassar Tahun 2020 Article history : Received : 28 Agustus 2020
Pencemaran air yang paling berbah. 01(04), 304–316.
Supriyanto, C., Samin, Kamal, Z., 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu dan Pb Pada
Ikan Air Tawar Dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Seminar
Nasional III SDM Teknologi Nuklir 21-22 November 2007, Yogyakarta. 147-152.
Suryati. (2011). Analisa Kandungan Logam Berat Pb dan Cu dengan Metode SSA terhadap Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus) di Sungai Kampar Kanan Desa Muara Takus Keamatan
XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.
Sweidan AH, El-Bendary N, Hegazy OM, Hassanien AE, Snasel V. 2015. Water pollution
detection system based on fish gills as a biomarker. Procedia Comput. Sci. 65: 601–61
Tang, U., M. (2003). Teknik Budidaya Ikan Baung. Kanasius.
Thabet IA, Tawadrous W, Samy AM. 2019. Pollution induced change of liver of Oreochromis
niloticus: metals accumulation and histopathological response. World Journal of Advanced
Vanderzwalmen M, Eaton L, Mullen C, Henriquez F, Carey P, Snellgrove D, Sloman KA. 2018.
The use of feed and water additives for live fish transport. Reviews in Aquaculture, 1– 16.
Wardani, R. T., & Febrita, E. (n.d.). Analysis of Metal Concentration of Lead ( Pb ) In Gulama
Fish ( Sciaena russelli ) in Dumai Sea Water Area as A Poster Design for Sma Biology
Learning A . 9, 1–10.
Weiner, E. R. (2008). Applications of Environmental Aquatic Chemistry : A Practical Guide,
Second Edition. CRC Press.
Yilmaz, F. (2009). the comparison of heavy metal concentrations (Cd, Cu, Mn, Pb, and Zn) in
tissue of three economically important fish (Anguila anguila, Mugil cephalus, and
Oreochromis niloticus).
Younis EM, Abdel-Warith AA, Al-Asgah NA, Ebaid H, Mubarak M. 2013. Histological Changes
in the Liver and Intestine of Nile Tilapia, Oreochromis niloticus, Exposed to Sublethal
Concentrations of Cadmium. Pakistan J. Zool., 45(3): 833-841
Yu, M.-H., & Tsunoda, H. (2004). Environmental Toxicology : Biological and Health Effects of
Pollutants, Second Edition (2nd Editio). CRC Press.
https://doi.org/https://doi.org/10.1201/9780203495469
Yudo, S. (2006). Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta. Jurnal
Makara, 2(1), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai