Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Material Kimia

Tugas Mata Kuliah Toksikologi, Analisis Risiko, dan Audit Kesehatan

Disusun Oleh :

Yemima Irawanti 2106677376

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2021
A. Arsenik (AS)
1. Karakteristik
Arsenik berbentuk serbuk atau pelet, berwarna abu-abu metalik, tidak berbau,
berat molekul: 74,92 g/mol, titik didih: tidak tersedia, titik lebur: 817°C, titik
sublimasi: 615ºC, Kerapatan= 5,7 g/cm3, Tidak larut dalam air, LD50 15mg/kg (rat,
oral).
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4)
 Kesehatan 3 = Tingkat keparahan sangat tinggi
 Kebakaran 1 = Dapat terbakar
 Reaktivitas 2 = Reaktif
(Sikernas, 2010)
2. Toksisitas
Arsenik sangat karsinogenik dan dapat menyebabkan kanker paru-paru, hati,
kandung kemih dan kulit. Manusia dapat terpapar arsenik karena terkontaminasi di
udara, makanan dan air. Toksisitas arsenik dapat berupa toksisitas arsenik akut atau
kronis dan kronis disebut sebagai arsenikosis. Tingkat yang lebih rendah dari paparan
arsenik dapat menyebabkan mual dan muntah, mengurangi produksi eritrosit dan
leukosit, detak jantung tidak normal, dan kerusakan pembuluh darah. Paparan jangka
panjang dapat menyebabkan pembentukan lesi kulit, kanker internal, masalah
neurologis, penyakit paru, penyakit pembuluh darah perifer, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular dan diabetes mellitus (Smith et al., 2000)
3. Fenomena dilingkungan
Kasus kontaminasi arsen dilaporkan terjadi di Bangladesh. Warga di
Bangladesh menggunakan air sumur yang tercemar arsenik sebagai sumber air minum
utama. Diperkirakan 35 sampai 57 juta penduduk di negara ini menjadi korban dalam
kasus pencemaran (Paul, 2004). Menurut data penggunakan air minum yang berasal
dari sumur-sumur pompa ini mencapai 95% dari keseluruhan populasi Bangladesh.
Penduduk negara ini menderita penyakit mulai dari melanosis hingga kanker kulit dan
gangren. Dalam beberapa laporan mengungkapkan bahwa air sumur yang tercemar
sudah membunuh 3000 jiwa serta membuat 125.000 korban terkena kanker kulit.
Departemen Teknik Kesehatan Masyarakat Bangladesh mendeteksi sumur yang
tercemar arsen pertama kali pada tahun 1993 (Paul, 2004).
B. Kadmium (Cd)
1. Karakteristik
Kadmium memiliki karakteristik tahan terhadap korosi, berwarna putih perak,
lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan
Kadmium Oksida bila dipanaskan. Kadmium memiliki nomor atom 40, berat atom
112.4, titik leleh 321°C, titik didih 767°C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3
(Widowati et al, 2008). Nilai LD50 oral pada hewan berkisar antara 63 hingga 1125
mg / kg, tergantung pada senyawa kadmium (USAF, 1990).
2. Toksisitas
Manusia sejatinya tidak memerlukan kadmium dalam proses metabolisme. Hal
ini mengakibatkan kadmium dalam jumlah sedikitpun dapat bersifat racun bagi tubuh.
Kadmium dapat menyebabkan mineralisasi tulang baik melalui kerusakan tulang atau
gangguan fungsi ginjal. Studi pada manusia dan hewan telah menunjukkan bahwa
osteoporosis (kerusakan tulang) adalah efek penting dari paparan kadmium bersama
dengan gangguan dalam metabolisme kalsium, pembentukan batu ginjal dan
hiperkalsiuria (Arao, 2006). Menghirup tingkat yang lebih tinggi kadmium dapat
menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru. Jika kadmium yang tertelan dalam
jumlah yang lebih tinggi, dapat menyebabkan iritasi lambung dan mengakibatkan
muntah dan diare (Bernard, 2008).
3. Fenomena dilingkungan
Kasus keracunan kadmium yakni itai-itai disease yang terjadi di Jepang.
Penyakit ini sendiri menunjukkan gejala nephropathy dan osteomalacia. Sejak tahun
1967, 97% dari 132 penduduk yang meninggal dunia adalah korban itai-itai disease.
Kasus keracunan kadmium ini terjadi di saat Jepang sedang gencar memproduksi
senjata untuk kebutuhan militer. Karena efek yang akut, para pasien itai-itai disease
merasakan rasa sakit luar biasa akibat keracunan kadmium selama akhir sisa umurnya.
Banyak pula kasus meninggalnya pasien yang terkena penyakit ini setelah
mengkonsumsi air sungai Jinzu serta memakan beras yang diirigasi oleh sungai
tersebut. Hasil hipotesis adalah masuknya kadmium dalam tubuh manusia diduga
karena padi yang dihasilkan kawasan tersebut tercemar cadmium (Adhani, 2017).
C. Timbal (Pb)
A. Karakteristik
Timbal merupakan unsur logam berwarna abu-abu kebiruan, mempunyai
kerapatan yang tinggi, mempunyai massa atom 207,2 sma, nomor atom 82, dengan
titik lebur 600,65°K dan titik didih 2023°K. Memiliki titik cair rendah, lunak
sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk (Darmono, 1995). Timbal
merupakan logam yang sangat beracun. LD50 pada tikus 100-825 mg/kg (oral, timbal
arsenat). LDLo pada manusia diperkirakan 1,70 mg/kg (Trietil timbal) (BSN, 2009).
B. Toksisitas
Asap kendaraan bermotor mengeluarkan logam berat diantaranya timbal.
Timbal ini tetap berada diudara selama 4 - 40 hari, sehingga hal ini menyebabkan
partikelnya dapat tersebar oleh angin hingga mencapai jarak 100-1000 km dari
sumbernya. Timbal (Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, Logam
Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan dan minuman
tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Orang dewasa
mengabsorpsi Pb sebesar 5 - 15% dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-
anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5 %. Efek timbal pada sistem syaraf dapat
mengakibatkan epilepsi, halusinasi, dilerium, dan kerusakan otak besar. Dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal oleh adanya gagal ginjal. pada sistem
reproduksi terjadi penurunan kemampuan reproduksi dan pada jantung anak-anak
ditemukan ketidak normalan fungsi jantung, timbal juga dapat menyebabkan
hipertensi. (Adhani, 2017).
C. Fenomena dilingkungan
Sebuah penelitian oleh Albalak et al (2003), yang di lakukan di Jakarta,
menemukan bahwa seperempat dari anak-anak sekolah di Jakarta memiliki
kandungan timbal dalam darah berkisar 10 - 14.9 ug/dL, yang mana melampaui batas
yang di tetapkan oleh Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat
yaitu kurang dari 10 ug/dL tentang batas timbal yang di golongkan tidak beracun. Di
kalangan anak-anak, kandungan darah tertinggi lebih dari 10 ug/dL telah di temukan
pada anak-anak yang hidup di daerah yang padat dengan lalu lintas. Sementara, anak-
anak yang tinggal dekat jalan yang rendah kepadatan lalu lintas nya terbukti memiliki
kandungan timbal dalam rendah lebih rendah (Adhani, 2017).
D. Merkuri (Hg)
1. Karakteristik
Kristal berwarna putih, berbau asam asetat ringan. Oral LD50 Akut: 41 mg/kg
(tikus), 24 mg/kg (mencit), 65 mg/kg (mamalia). Berwujud cair pada suhu kamar
25°C dengan titik beku paling rendah sekitar -39°C, merupakan logam yang paling
mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain, tahanan listrik
yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang
sangat baik untuk menghantarkan daya listrik. Merkuri merupakan unsur yang sangat
beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) atau
pun dalam bentuk persenyawaan (Palar, 2004).
2. Toksisitas
Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran
pencernaan, gangguan kardiovaskuler, gagalan ginjal akut maupun shock. Hg dapat
mengganggu susunan syaraf pusat maupun syaraf perifer. Kelainan syaraf perifer
dapat berupa hilangnya rasa pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula
terjadi menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya pendengaran. Keracunan
merkuri dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginjal yaitu terjadinya proteinuria.
Selain itu Hg juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomnia, nervus,
kepala pusing, gampang lupa, tremor dan depresi (Siagian, 2008).
3. Fenomena dilingkungan
Kasus pencemaran logam merkuri di Minamata disebabkan oleh pelepasan
metil merkuri di dalam wastewater industrial oleh pabrik kimia Chisso corporation
dari 1932 hingga 1968. Minamata adalah sebuah desa kecil yang menghadap ke laut
Shiranui, bagian selatan Jepang sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan,
dan merupakan pengkonsumsi ikan cukup tinggi, yaitu 286-410gram/hari (Setyorini,
2003). Minamata disease, disebabkan oleh racun merkuri. Gejalanya meliputi
kehilangan keseimbangan, numbness di tangan dan kaki, kelemahan otot umum,
penglihatan yang terbatas dan kerusakan pada pendengaran dan suara. Di dalam kasus
yang tinggi, penyakit gila, kelumpuhan, pingsan dan kematian bisa terjadi dalam
hitungan minggu dari serangan dari gejala. Suatu bentuk congential dari penyakit
dapat juga mempengaruhi janin di dalam kandungan (Bjorkman et al, 2007).
E. Kromium (Cr)
1. Karakteristik
Kromium (Cr) merupakan salah satu unsur logam berat dari golongan
unsur transisi dengan nomor atom 24 dan berat atom 51,996 dan termasuk kedalam
logam berat yang memiliki daya racun yang tinggi. Di alam logam Kromium tidak
pernah ditemukan murni melainkan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral
dengan unsur – unsur lain (Palar, 1994) . Dalam SK Menteri Negara LH yang
bernomor Kep 03/MENKLH/11/1991 disebutkan bahwa kadar maksimum krom total
yang diperbolehkan dalam perairan adalah 0,1 ppm sedang kadar krom (VI) 0,05ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam jumlah yang lebih sedikit keberadaan krom (VI)
telah dapat menyebabkan masalah bagi lingkungan (Adhani, 2017).
2. Toksisitas
Kromium yang terdapat dalam jumlah besar dapat menimbulkan keracunan
akut dengan gejala mual, sakit perut, kurang kencing, dan koma. Apabila kontak
dengan kulit, maka dapat menyebabkan dermatitis, dan kanker. Daya racun yang
dimiliki oleh bahan aktif kromium akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim
dalam proses fisiologi atau metabolisme tubuh, sehingga rangkaian metabolisme
terputus. Ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan menghambat kerja dari
enzim benzopiren hidroksilase, akibatnya terjadi perubahan dalam pertumbuhan sel,
sehingga sel-sel tumbuh secara liar atau dikenal dengan istilah kanker (Asmadi,
2009).
3. Fenomena dilingkungan
Adanya kromium dalam limbah cair menandakan telah terjadi pencemaran dari
limbah industri, karena senyawa kromium murni tidak pernah terdapat di alam. Air
limbah menjadi tempat paling sering ditemukannya logam berat termasuk kromium
yang menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Lambert et al.,
2000). Logam berat disekitar manusia sesuai hasil yang diperoleh dari berbagai
invitro dan invivo percobaan telah menunjukkan bahwa senyawa kromat dapat
menyebabkan kerusakan DNA dan dapat menyebabkan pembentukan adduct DNA,
penyimpangan kromosom, pertukaran kromatit, perubahan dalam replikasi dan
transkripsi dari DNA (O‘Brien et al, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Adhani, Rosihan & Husaini. 2017. Logam Berat Sekitar Manusia. Lambung Mangkurat
University Press
Asmadi., Endro, S., & W. Oktiawan. 2009. Pengurangan Chrom (Cr) dalam Limbah Cair
Industri Kulit Pada Proses Tannery Menggunakan Senyawa Alkali Ca(OH)2 ,
NaOH dan NaHCO3. JAI Vol 5. No. 1.
Arao, T., and S. Ishikawa. 2006. Review: Genotypie differences in Cadmium concentration
and distribution of Soybean and Rice. JARQ
Badan Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam
Pangan.
Bernard A. 2008. Cadmium & its adverse effects on human health. Indian J Med Res
Bjorkman, Lars, et. al. 2007. Mercuryin human brain, blood, muscle andtoenails in relation
to exposure: an autopsy study. Environmental health.
Lambert M, Leven BA ,Green RM. 2000.New methods of cleaning up heavy metal in soils
and water. Environmental science and technology briefs for citizens. Kansas State
University, Manhattan, KS
O’Brien T, Xu J, Patierno SR. 2001. Ef ects of glutathione on chromium-induced DNA
cross linking and DNA polymerase arrest. In Molecular Mechanisms of Metal
Toxicity and Carcinogenesis. Springer US.
Palar. H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Rineka cipta. Jakarta
Paul, B.K. 2004. Arsenic Contamination Awareness among the Rural
ResidentinBanglades.SocialScience&Medicine.
Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKer Nas) Pusat Informasi Obat dan Makanan,
Badan POM RI. 2010. Arsenik. http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/arsenik.pdf.
Diakses pada 12 September 2021 Pukul 19.00 WIB.
Setyorini, D., 2003. Mewaspadai Bahaya Merkuri Di Sumber Air Kita. Ecological
Observation And Wetlands Conservation (Ecoton).
Siagian, L. 2008. Analisis Tingkat Pencemaran Logam Berat Perairan Laut Belawan.
Lembaga Penelitian Universitas Nommensen, Medan.
Smith AH, Lingas EO, Rahman M. (2000). Contamination of drinking-water by arsenic in
Bangladesh: a public health emergency.
USAF. 1990. Cadmium. In: Installation Restoration Program Toxicology Guide, Vol. 5.
Harry G. Armstrong Aerospace Medical Research Laboratory, Wright Patterson
AFB, OH.
Widowati, Wahyu., Sastiono, Astiana, Dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai