Anda di halaman 1dari 21

ANALISA KANDUNGAN TEMBAGA (Cu) DALAM PRODUK CORNED BEEF

MERK “X” DAN “Y” YANG DIJUAL DI PASAR PEDURUNGAN


SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Usulan Karya Tulis Ilmiah

Resinta Devi Rokhani


1021211059

PROGRAM STUDI D-3ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Daging merupakan sumber protein yang penting bagi masyarakat.Daging

adalah salah satu jenis protein hewani yang dikonsumsi banyak orang.Daging

memiliki nilai gizi yang sangat tinggi diantaranya protein, lemak, mineral,

karbohidrat, dan vitamin.Salah satu jenis makanan olahan dari daging yang

banyak digemari adalah komet daging sapi (Corned beef), selain rasanya lezat,

pengolahannya mudah dan harganya terjangkau (Wood et al.,1987).

Kandungan zat gizi tersebut menyebabkan daging sangat diminati oleh

masyarakat sehingga kebutuhan daging semakin meningkat dengan berjalannya

waktu.Di pasaran daging tidak hanya ditemukan dalam keadaan segar tetapi juga

ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk kaleng maupun plastik,

dimaksudkan untuk menghindari pengaruh sinar matahari, lama pengemasan,

penyimpanan dan lain-lain. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi para

konsumen dalam pengolahannya.Akibat dari pengemasan itu juga maka produk

sering mengalami kerusakan baik secara mikrobiologis, mekanis maupun

kimiawi.Kerusakan produk secara kimia disebabkan karena adanya interaksi

antara produk yang dikemas dengan komponen penyusun kemasan. Salah satu

produk industri daging yang banyak ditemukan dipasaran adalah Corned beef.

Corned beefdalam kaleng yang dikemukakan oleh Hudaya (1983) memiliki

pengertian adalah daging sapi segar, tanpa tulang yang dibuat melalui proses

1
2

pengasinan (curing) diberi bumbu, diawetkan dalam kaleng dengan cara

sterilisasi.Proses pengolahan produk Corned beef diperlukan peralatan umumnya

terbuat dari logam sebagai sarana pendukung penggunaaan peralatan yang terbuat

dari logam ini dapat membuat pencemaran atau kontaminasi pada produk

makanan terutama peralatan yang terbuat dari logam-logam berat seperti Zn, Pb,

Cu, Hg, As, Cd.Salah satu hal yang dapat mengurangi mutu Corned beef adalah

cemaran. Sehingga untuk mengetahui apakah produk Corned beef bebas dari

cemaran perlu dilakukan pengawasan berupa salah satunya penelitian tentang

kandungan cemaran logam dalam produk Corned beef.Cu yang ada dalam

makanan diakibatkan dari pencemaran lingkungan, terutama dari peralatan atau

patrian kaleng, residu pestisida dan berbagai sumber alami lainnya. Pencemaran

tembaga disebabkan adanya asap kendaraan, pembuangan sampah pada

lingkungan tanaman Sumber air yang tercemar oleh lingkungan sekitar.

Makanan atau minuman yang mengandung bahan atau senyawa seperti

logam berat dalam jumlah tinggi apabila masuk ke dalam tubuh manusia, maka

akan mengakibatkan gangguan pada sistem syaraf, pertumbuhan terhambat,

gangguan reproduksi, peka terhadap penyakit infeksi, kelumpuhan dan kematian

dini, serta dapat juga menurunkan tingkat kecerdasan anak.Logam berat banyak

digunakan dalam berbagai keperluan, terutama sektor industri. Proses pembuatan

kaleng berasal dari besi atau seng yang dilapisi oleh timah, timbal, tembaga jika

sedikit saja terdapat kerusakan pada kemasan maka akan memungkinkan terjadi

korosi dan pencemaran logam berat pada produk didalamnya (Sunu, 2001).
3

Masuknya logam berat seperti Cu dalam tubuh manusia bisa melalui bahan

makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh logam berat tersebut. Toksisitas

kronis Cu pada manusia melalui inhalasi atau per oral mengakibatkan kerusakan

otak, demielinasi, penurunan fungsi ginjal dan pengendapan Cu pada kornea

mata.Dari data Badan Standarisasi Nasional yang mengacu pada S.K Dirjen

BPOM No. 03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum rekomendasi untuk

produk siap konsumsi adalah 5,0 mg/kg untuk logam Cu.

Berdasarkan latar belakang maka dilakukan penelitian tentang penentuan

kandungan logam berat Cu dalam produk Corned beef kemasan kaleng yang

bertujuan menentukan besarnya kandungan logam Cu pada produk Corned beef

Merk X dan Merk Y .

Metode yang digunakan adalah Spektrofotometri Serapan Atom

(SSA).Spektrofotometri serapan atom merupakan metode analisis untuk

menetapkan unsur-unsur berdasarkan atas serapan serapan radiasi oleh atom-atom

bebas. Prinsip dasar dari Spektrofotometri Serapan Atom adalah penyerapan

energi atom bebas atau atom netral dalam keadaan dasar. Keuntungannya berupa

analisisnya sangat peka, teliti, dan cepat, pengerjaannya sederhana serta tidak

perlu dilakukan pemisahan unsur logam dalam pelaksanaanya.


4

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah kadar cemaran Cu dalam Corned beef merk X dan merk Y ?

2. Adakah perbedaan kadar cemaran logam Cu antara Corned beefmerk X dan

merk Y ?

3. Apakahkadar cemaran logam Cu yang terdapat pada produk corneed beef

sesuai dengan syarat SNI 01-3775-1995.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kadar cemaran Cu dalam Corned beef Merk X dan Merk Y ?

2. Mengetahui apakah ada perbedaan kadar cemaran logam Cu antara Corned

beefMerk X dan Merk Y ?

3. Mengetahui apakah hasil kadar cemaran Cu yang terdapat pada produk corned

beef Merk X dan Y memenuhi standart mutu SNI 01-3775-1995.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan diharapkan mempunyai

manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi ilmu pengetahuan di bidang analis farmasi dan

makanan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

2. Memberikan informasi atau wawasan bagi para pembaca mengetahui cemaran

logam Cu pada Corned beef.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logam Berat

Logam berat dalam sistem biologi bersifat toksis, sebab dapat

bereaksi dengan protein, enzim dan asam amino (Gandjar,

1991).Karakteristik logam berat adalah mempunyai berat jenis lebih dari 4

dan mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup

(Palar, 1994).Logam berat berbeda dengan logam biasa, logam berat

biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Sebagian

besar logam berat dapat dikatakan sebagai bahan racun yang akan

meracuni tubuh makhluk hidup, misalnya timbal,merkuri,cadmium, dan

arsen. Namun logam berat lain dalam jumlah yang sedikit dibutuhkan oleh

makhluk hidup untuk kebutuhan mineral yang penting bagi tubuh

misalnya tembaga,besi,seng,kobalt, dan mangan (Palar, 1994).

Tembaga (cu)

Di alam tembaga adalah bahan tambang yang ditemukan sebagai biji

tembaga yang masih bersenyawa dengan zat asam.Sifat paling penting dari

tembaga adalah daya penghantar listrik yang tinggi.Oleh karena itu,

sebagian besar tembaga digunakan pada industri listrik.

Tembaga (Cu) sebagai logam berat dapat mengakibatkan keracunan

secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis, ditentukan oleh

5
6

besarnya kadar tembaga (Cu) yang masuk ke dalam tubuh. Keracunan akut

mengakibatkan pendarahan pada saluran pencernaan dan gangguan pada

sistem pernapasan, sedangkan keracunan kronis disebabkan oleh

penumpukan tembaga (Cu) yang dapat menimbulkan nekronis hati,

kerusakan pada otak serta terjadi penurunan kerja ginjal dan pengendapan

tembaga (Cu) dalam kornea mata (Palar, 1994).

Pengobatan yang paling efektifuntuk mengobati keracunan tembaga

(Cu) adalah dengan menggunakan suatu penilsilamin. Kelator ini sangat

baik untuk pengobatan berapa penyakitkeracunan tembaga (Cu)

wilsondisease (Darmono, 2001)

Membasmi jamur pada pohon buah-buahan.Larutan kupri sulfat

sering digunakan untuk membasmi siput (moluskisida) sebagai inang dari

parasit cacing dan mengobati kuku pada domba (foot rote) (Darmono,

1995).Tembaga termasuk elemen essensial bagi tubuh dan merupakan

komponen dari berbagai enzim dalam pertumbuhan sel-sel darah merah

(erythopoetik), pembentukan tulang dan reaksi redoks yang terjadi dalam

tubuh manusia. Tubuh manusia mengandung 100-150 mg Cu, tersebar

diberbagai jaringan tubuh dan konsentrasi Cu yang tinggi terdapat pada

hati,ginjal,rambut dan otak (Sediaoetama, 2002).

Pencemaran Cu di perairan terjadi akibat erosi batuan mineral dan

persenyawaan Cu di atmosfer yang dibawa oleh hujan, A, Aktivitas

industri pertambangan dan industri galangan kapal, serta berbagai macam


7

aktivitas pelabuhan akan mempercepat peningkatan kelarutan Cu dalam

perairan. Biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam air, jika

mencapai 0,01 ppm dapat menyebabkan kematian fitoplankton dan kadar

2,5 sampai 3,0 ppm dapat membunuh ikan (Palar, 1994). Pencemaran Cu

dalam kaleng dapat disebabkan karena kerusakan kaleng yang terjadi

akibat korosi pada kaleng sebagai hasil reaksi dengan isi kaleng dalam

kemasan dengan terbentuknya gas H2yang menyebabkan kaleng

menggelembung (hidrogen swell), kaleng pecah (springers), dan kaleng

seperti bersisik (flipper).Isi kaleng menjadi lebih lunak, kenampakan lebih

gelap atau pucat sehingga memungkinkan tidak layak untuk dikonsumsi

(Suksmadi, 1988).

2.2 Corned beef

Daging telahdiketahui sebagai bahan yang mudah rusak, olek karena

itu dilakukan satu cara pengawetan yaitu pengasinan (curing) yang

menghasilkan produk daging dalam kaleng yaitu Corned beef. Corned beef

adalah daging sapi yang diberi bumbu di sekelilingnya atau digarami,

dikemas dalam wadah kedap udara dan steril.

Menurut Woods et al. (1987) komposisi Corned beef yang baik

untuk manusia terdiri atas (56-72 %), protein (15-22%), lemak (5-34%),

dan substansi protein terlarut (3,5%) meliputi karbohidrat, garam

anorganik, substansi nitrogen terlarut, vitamin dan lain-lain. Corned

beefdiproses dengan ditambah garam gula yang berfungsi menambah rasa.


8

Garam nitrat oleh bakteri tertentu akan dirubah menjadi garam nitrit

yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan

mempertahankan warna daging.Garam nitrit memiliki daya kerja lebih

efektif bila dalam keadaan Ph rendah.Penambahan asam askorbat atau

antioksidan lainnya adalah untuk mencegah terjadinya ketengikan dari

kandungan lemaknya, agar daging awet disimpan serta mempermudah

penyimpanannya dalam kaleng (Hudaya, 1983).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom adalah salah satu metode analisis

yang dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur logam dalam suatu

bahan dengan kepekaan,ketelitian serta selektifitas yang tinggi (Gunandjar,

1985).

Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode analisa untuk

menentukan kadar unsur-unsur logam dan metalloid yang berdasarkan

pada penyerapan (absorbsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut.

(Sumadi, 1993:1).

Teknik ini digunakan untuk menetapkan kadar ion logam tertentu dengan

jalan mengukur intensitas emisi atau serapan cahaya pada panjang gelombang

tertentu oleh uap atom unsur yang ditimbulkan dari bahan misalnya, dengan

mengalirkan larutan zat atom ke dalam nyala api (Slamet Soesilo et

al.,1995:1067).

Cara kerja mesin ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian

logam yang terkandung diubah menjadi atom logam. Atom tersebut


9

mengabsorbansi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda

yang mengandung unsur logam yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan

radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis

logamnya (Darmono, 1995).

2.3.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom

(Rohman 2007)

Gambar 1. Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom

1. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga

(hollow cathode lamp).Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang

mengandung suatu katoda dan anoda.Katoda berbentuk silinder berongga

yang terbuat dari logam dan dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam

ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon). Bila antara anoda dan katoda

diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan

memacarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang


10

mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan

energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan

dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini

membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi

bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini

selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang

tinggi pula. Pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur

yang akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif

gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar keluar dari

permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini mungkin akan

mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan

akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur

yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

2. Monokromator

Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih

panjang gelombang yang digunakan dalam analisis.Dalam monokromator

terdapatchopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan

frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu (Rohman, 2007).

3. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman.Biasanya digunakan tabung penggandaan foton

(photomultiplier tube) (Rohman, 2007).


11

4. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan

sebagai pencatat hasil.Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa

kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman,

2007).

2.3.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen,

dan propan, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan NO2,

temperatur dari berbagai nyala dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan


bahan pengoksidasi

Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (°K)


Asetilen Udara 2400-2700
Asetilen Nitrogen Oksida 2900-3100
Asetilen Oksigen 3300-3400
Hidrogen Udara 2300-2400
Hidrogen Oksigen 2800-3000
Sianogen Oksigen 4800
(Harris, 1982)

2.3.3 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Dalam Spektrofotometri Serapan Atom, Atom bebas berinteraksi dengan

berbagai bentuk energi antara lain energi panas, energi elektromagnetik, energi

kimia, energi listrik dan lain-lain. Hal ini menimbulkan proses-proses dalam atom

bebas yang berupa emisi (pancaran) radiasi dan panas. Absorpsi atau emisi radiasi

terjadi karena perpindahan elektron dari tingkat energi satu ke tingkat energi lain.
12

Penyerapan energi radiasi sehingga elektron berpindah ke tingkat energi

yang lebih tinggi disebut absorpsi radiasi.Sedangkan emisi radiasi terjadi

pelepasan energi radiasi karena elektron berpindah ke tingkat energi yang lebih

rendah.

Sebuah atom disebut dalam keadaan energi tingkat dasar apabila elektron-

elektron dalam atom berada dalam tingkat-tingkat energi masing-masing yang

paling rendah.Sebuah atom disebut dalam keadaan tereksitasi apabila ada bentuk

energi yang ditransfer ke dalam atom sehingga mengakibatkan eksitasi elektron di

dalamnya(Vogel , 1994 : 942-943).

2.3.4 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-

peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur logam yang dianalisis

menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya

dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom

Kelebihan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom adalah mampu

menganalisis unsur logam sangat cepat, batas deteksi alat yang berkisar antara ppb

(port per billion ) sampaidengan ppm (part per million ), analisis unsur logam

yang sangat akurat menggunakan sumber sinar lampu katoda rongga yang sesuai

unsur logam yang dianalisis.

Kekurangannya adalah diperlukan sampel dengan kehomogenan yang baik,

diperlukan sampel standar pembanding, tidak dapat digunakan untuk mendeteksi


13

unsur-unsur logam yang ada pada suatu sampel secara bersamaan

(Khopkar,1991).

2.3.6 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan lampu katoda

berongga yang sesuai dengan unsur logam yang diduga. Jika panjang gelombang

tertentu dari lampu katoda tertentu suatu sampel memberikan absorbansi berarti

sampel mengandung unsur logam sesuai dengan lampu yang digunakan.

Analisis kuantitatif dapat digunakan untuk menentukan kadar unsur tertentu

yang ada dalam sampel, dengan membuat kurva kalibrasi. Absorbansi yang

diperoleh diinterpolasikan pada kurva kalibrasi, maka konsentrasi unsur dalam

sampel dapat ditentukan (Gunandjar, 1985).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah kadarCu dalam Corned beef

yang di jual di pasar daerah Pedurungan.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

3.2.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Corned beef yang dijual di Pasar X

didaerah Pedurungan.

3.2.2 Teknik Sampling

Teknik Sampling yang digunakan adalah random sampling yaitu sampel

diambil secara acak. Pengelompokan sampel dilakukan dengan cara:Sampel A

adalah produk Corned beef dalam kemasan yang bermerk A, Sampel B adalah

produk Corned beef dalam kemasan yang bermerk B.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel dari penelitian ini adalah Corned Beef yang dijual di Pasar daerah

Pedurungan.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel Terikat dari penelitian ini adalah kadar cemaran Cu dalam sampel

Corned beef yang di jual di pasar daerah Pedurungan .

14
15

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel Kontrol dalam penelitian ini adalah metode AAS, cara kerja,alat,

bahan dan sampel yang digunakan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan metode

spektrofotmetri serapan atom SSA yang dilakukan di Laboratorium balai Penguji

dan Laboratorium Lingkungan Hidup (BPL2H) Semarang.

3.5 Alat dan Bahan

Alatyang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer serapan

atom (SSA), Lampu katoda , labu takar, beaker glass, erlenmeyer, timbangan

analitik, kompor, muffle furnace, krus, pipet volume dan pipet tetes.

Bahan yang digunakan penelitian ini adalah HNO3,

HCl,Akuabides,Na2S,NaOH,larutan ditizon,sampel Corned beef,larutan standart

Cu.

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Preparasi Sampel

Sampel dalam kemasan dikeluarkan kemudian ditimbang dengan seksama

kurang lebih 5 gram sampel menurut Standar Nasional Indonesia SNI dalam krus

platina, kemudian diuapkan diatas lempeng pemanas atau oven kering lalu

dipanaskan dalam api bunsen sampai menjadi abu.

Sampel yang menjadi abu dimasukan dalam furnace yang telah diatur

suhunya 500° C selama 2 jam ( sediaan tidak boleh terbakar ).


16

Cawan dikeluarkan dari dalam tanur dan dibiarkan menjadi dingin. Abu

harus putih pada dasarnya harus bebas karbon. Jika abu masih mengandung

kelebihan partike-partikel karbon, kemudian ditambah dengan HNO3 ( 1:1 ) tetes

demi tetes.

Selanjutnya dikeringkan pada lempeng pemanas dipijarkan lagi pada api

bunsen, kemudian dimasukan kedalam furnace pada suhu kurang dari 25o C

selama 60-120 menit sampai didapat residu atau abu yang bebas karbon, lalu

dikeluarkan dan didinginkan, lalu abu yang diperloleh dilarutkan dengan HCl

(1:1) kemudian dipindhkan kedalam labu takar 25,0 mL dan cukupkan volumenya

dengan penambahan aquabidestilata.

3.6.2 Pembuatan larutan standar tembaga

Membuat larutan induk 100 ppm dengan cara memipet 1 mL larutan stock

1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan di encerkan

dengan aquabidestilata sampai tanda batas. Membuat larutan induk 10 ppm

dengan cara memipet 1 mL larutan induk 100 ppm kemudian dimasukkan ke

dalam labu takar 10 mL dan di encerkan dengan aquabidestilata sampai tanda

batas.

Membuat larutan standar 1,0000 ppm; 2,0000 ppm; 4,0000 ppm dengan cara

memipet 1 mL, 2mL, 4mL larutan induk 10 ppm.Kemudian dimasukkan ke dalam

labu takar 10 mL dan di encerkan dengan aquabidestilata sampai tanda batas.

Membuat larutan standar 0,2000 ppm dan 0,5000 ppm dengan cara memipet

2mL dan 5mL larutan standart 1 ppm . Kemudian dimasukkan ke dalam labu

takar 10 mL dan di encerkan dengan aquabidestilata sampai tanda batas.


17

3.7 Mekanisme kerja spektrofotometri serapan atom

Alat diatur sedemikian rupa maka dapat dimulai menganalisis sampel.Alat

Spektrofotometer serapan atom yang dipakai,dihidupkan dan dipanaskan sekitar

5-10 menit,lalu sampel standar dimasukkan ke dalam spektrofotometer serapan

atom untuk dianalisis dan diperoleh kurva standar.Setelah selesai disiapkan

sampel yang akan dianalisa dimasukkan kedalam alat spektrofotometer serapan

atom untuk dianalisa.Masing-masing sampel yang dianalisis akan diperoleh data

absorbansi.

3.8 Uji Kualitatif

1. Uji dengan larutan Na2S

Diambil secukupnya sampel dimasukkan dalam tabung reaksi.Ditambah beberapa

tetes Na2S hingga keruh. Apabila terbentuknya warna yang keruh menunjukkan

positif Cu.

2. Uji dengan Ditizon 0,005%

Diambil 5 mL Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah dengan

larutan NaOH hingga Ph 3-4 ditambah 5 mL Ditizon 0,005%. Apabila

terbentuknya warna ungu menunjukkan positif adanya Cu.

3.9 Uji Kuantitatif

Ditimbang sampel sebanyak 5 gram.Diarangkan diatas kompor gas.Diabukan

dengan muffle furnace 450° C – 600° C sampai sampel terbentuk abu berwarna
18

putih.Sampel yang telah menjadi abu ditambah HNO3 0,1 % sampai tanda

batas.Diukur larutan uji dengan Spektrofotometer Serapan Atom yang dilengkapi

dengan lampu katoda. Kemudian di hitung kadar Cu dalam mg/kg atau ppm.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

standar untuk unsur Cu yaitu dengan mengukur serapan serapan (absorbansi)

cuplikan yang diperoleh dimasukan dalam persamaan kurva kalibrasi.

Y = a + bx

Dimana :
y = aborbansi
a = intersep
b = slope
x = C regresi

Penhitungan Data

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:

Kadar= C regresi xPxV/G

Dimana :

C regresi : konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi standar (ppm)


P : faktor pengenceran
V : volume larutan sampel (mL)
G : berat sampel (gram) (Rumpoko, 2007)
19

3.10 Skema Preparasi Sampel

5 gram sampel yang sudah dihomogenkan dimasukkan


dalam cawan porslen yang dikeringkan

Dikeringakan diatas pemanas

Dipijarkan pada api bunsen sampai menjadi abu

Dimasukan didalam tanur selama 2 jam

Jika abu masih berwarna abu-abu ditambah HNO3 (1:1)


dipijarkan lagi

Dimasukkan kedalam furnace untuk penyempurnaan


pengabuan selama 1 jam (sampai abu putih)

Abu dikeluarkan lalu didinginkan kedalam desikator


kemudian sampel dilarutkan dengan HCl (1:1) sampai larut

Ditambah aquades sampai 25,0 mL

Sampel siap dibaca absorbansinya dengan SSA


DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Universitas


Indonesia Press, Jakarta, 5-8, 51-57, 62-64, 96-102, 113, 122-133.
_________. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Cetakan I. Jakarta:
Universitas Indonesia. Hal. 47, 104-105, 137.
Depkes RI. 1995. Corned beef dalam kaleng SNI 01-3775-1995. Dewan
Standarisasi Nasional, Jakarta, 1-6.
_________. 2014. Pengertian Corned beef (Online) (http://www.omcan.com.
Diakses 17 September 2014).
Gandjar, I.G., and Abdul Rohman. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogjakarta:
Pelajar Pustaka.
Harris, D.C. (1982). Quantitative Chemical Analysis. New York:W.H. Freeman
and Company. Page. 516.
Hudaya, S., 1983. Dasar-dasar Pengawetan. Jilid 2. Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 43-45.
Khopkar, S.M 1991 Konsen Dasar Kimia Analitik. Terjemahan oleh
Saptorahardjo. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soemardi. 1993. Spektrofotometri Serapan Atom. Bandung : Puslitbang Kimia
Terapan, Tembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Soesilo, Slamet et al., .1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Sediaoetama, A,D.M 2002, Prinsip Dasar Toksikologi, Universitas Gajah Mada
Press , Yogjakarta.
Suksmadi, B., 1988. Pengalengan Bahan Makanan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi UGM, Yogjakarta.
Sunu, P., 2001, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vogel and Sevla. 1994. Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
EGC
Woods, A.E., L.W., Wells, M.R. 1987. Food Composition and Analysis. Van
Nostrand New York.

20

Anda mungkin juga menyukai