Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Intermediet

Judul Health Promotion Theory (Second Edition)


Penulis Liza Cragg, Maggie Davies & Wendy Macdowall
Sub Bab Social Construction of Health and Health Promotion
Mata Kuliah Promosi Kesehatan Intermediet (PHS 1801115)
Kelas B
Pengampu Dr. drg. Ella Nurlaella Hadi, M.Kes
Nama YEMIMA IRAWANTI
NPM 2106677376
Tanggal 12 September 2021

Konstruksi Sosial Pengetahuan Medis dan Entitas Penyakit

Pendekatan konstruksionis terhadap penyakit telah berkontribusi pada pemahaman kita


tentang sifat kesehatan yang dibangun secara sosial. Tradisi Foucauldian melihat pengetahuan
medis dan entitas penyakit secara kritis, menginterogasi bagaimana dan mengapa tanda dan
gejala tertentu diberi label sebagai penyakit yang sah secara medis (Jordanova, 1995; Turner,
1995; Bunton dan Petersen, 1997; Lupton, 1997).

Menurut Foucault (1977), pengetahuan ahli tentang 'kesehatan' dan 'penyakit' bukanlah
'penemuan' objektif dari realitas biologis 'tertentu' yang hanya ada di alam. Sebaliknya, kategori
penyakit yang diterima atau entitas penyakit adalah produk dari wacana medis yang dibentuk
oleh penalaran dan praktik sosial, budaya, dan politik. Perilaku dan pengalaman tertentu
diberikan status kondisi medis atau penyakit dalam waktu dan tempat tertentu, dan bagi
Foucault, konstruksi semacam itu adalah bentuk utama kekuasaan dalam masyarakat modern.
Misalnya, ketika sekelompok gejala dikategorikan dalam wacana medis sebagai 'tuberkulosis',
hal ini tidak berarti bahwa entitas penyakit ini ada secara independen, melainkan telah
didefinisikan atau diberi label seperti itu dalam lingkungan sosial, historis, dan konteks politik.
Sifat entitas penyakit yang dibangun secara sosial dan diilustrasikan dengan jelas oleh
fakta bahwa kosakata dan kategori penyakit terus mengalami perubahan, batasan dan makna
penyakit terus-menerus diperebutkan, dinegosiasikan, dan didefinisikan ulang dari waktu ke
waktu. Sepanjang sejarah ada contoh diagnosis dan entitas penyakit yang telah hilang dari buku
teks klinis, dan 'penyakit' baru sering kali 'ditemukan' dan diberi nama. Adanya revisi terus-
menerus dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
(ICD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) adalah sebagai
buktinya.

Para ahli dalam tradisi Foucauldian ini telah menunjukkan bahwa pergeseran dalam
klasifikasi entitas penyakit ini bukan merupakan hasil dari bukti mediko-ilmiah dan prosedur
diagnostik yang menjadi lebih maju atau akurat, tetapi lebih merupakan produk dari perubahan
praktik sosial dan ide-ide politik. Hal ini juga menekankan bahwa keputusan mengenai apa yang
merupakan penyakit tidak bernilai netral, tetapi dimediasi oleh nilai-nilai politik dan moral dan
ideologi yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, kategori penyakit memiliki agenda
evaluatif yang kuat, seringkali mendukung kepentingan kelompok-kelompok yang berkuasa, dan
memperkuat struktur sosial yang ada.

Misalnya, hingga pertengahan 1980-an, homoseksualitas didefinisikan dan dikategorikan


dalam Klasifikasi Penyakit Internasional, sebagai kondisi medis yang memerlukan perawatan.
Tidak sulit untuk melihat bagaimana diagnosis medis resmi ini terjadi dalam konteks kekuatan
sosial-politik yang kuat yang bertentangan dengan variasi dari pasangan heteroseksual tradisional
yang berlaku selama sebagian besar abad ke 20 (Hare-Mustin dan Marecek, 1997; Smith et al. .,
2004). Demikian pula, sejumlah ahli telah menunjukkan bagaimana perkembangan sejumlah
penyakit yang terkait dengan seksualitas dan reproduksi selama abad kesembilan belas secara
erat dibentuk oleh struktur patriarki dan adat istiadat sosial kontemporer tentang tempat yang
layak bagi perempuan di masyarakat (Jacobus et al., 1990) ; Usher, 1991, Sejarah dan konsep
promosi kesehatan 1996).

Penyakit abad ke 19 seperti neurasthenia dan histeria dikaitkan dengan dugaan


penyimpangan sistem reproduksi, dan oleh karena itu wanita didorong untuk berkonsentrasi pada
menumpulkan pikiran, secara intelektual dan emosional, untuk memungkinkan fungsi tubuh
mereka terjadi tanpa hambatan oleh gangguan mental. Untuk meringkas bagian ini pada
konstruksi sosial kesehatan, tidak seperti model medis penyakit yang mengasumsikan bahwa
penyakit bersifat universal dan stabil di seluruh waktu dan tempat, pendekatan konstruksionis
sosial menekankan bagaimana semua makna, pengalaman, dan definisi dihasilkan oleh interaksi
sosial, berbagi tradisi budaya, pergeseran kerangka pengetahuan, dan hubungan kekuasaan.
Semua ini bukan untuk menyangkal realitas rasa sakit dan penderitaan, atau untuk mengatakan
bahwa orang tidak mengalami tekanan fisik atau mental. Namun, perspektif konstruksionis sosial
menekankan bahwa pengalaman ini, dan bagaimana kita menamakannya, bukan hanya hasil dari
prosedur mediko-ilmiah, tetapi juga produk dari proses sejarah, sosial, dan politik.

Anda mungkin juga menyukai