Kelompok 6
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Promosi Gizi.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat tantangan dan teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan memenuhi harapan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
......................................................................................................................................
1.2. Tujuan....................................................................................................................2
......................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
................................................................................................................................................
2.1. Promosi Kesehatan, Komunikasi, dan Pesan.........................................................3
2.2. Strategi Pengembangan Pesan...............................................................................3
2.2.1. Mengidentifikasi fakta kunci dalam pesan.................................................4
2.2.2. Mengidentifikasi janji atau manfaat dalam pesan.......................................5
2.2.3. Mendefinisikan alasan audiens percaya janji..............................................7
2.2.4. Mengidentifikasi hambatan dan kompetisi dalam mengadopsi pesan........9
2.2.5. Mengembangkan “Kesan” yang ingin dirasakan audiens ..........................10
2.2.6. Mendeskripsikan target penerima pesan.....................................................13
2.2.7. Mengidentifikasi poin utama dalam pesan.................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................................22
3.1. Kesimpulan......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi strategi pengembangan pesan
2.1.1. Khusus
a. Mengidentifikasi fakta kunci dalam pesan
b. Mengidentifikasi janji atau manfaat dalam pesan
c. Mendefinisikan alasan audiens percaya janji
d. Mengidentifikasi hambatan dan kompetisi dalam mengadopsi pesan
e. Mengembangkan “Kesan” yang ingin dirasakan audiens
f. Mendeskripsikan target penerima pesan
g. Mengidentifikasi poin utama dalam pesan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.2. Pesan
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi yang divisualisasikan ke
dalam ungkapan kata, gambar, lambang-lambang, bunyi, suara, lagu lewat
berbagai medium/ media yang sesuai karakteristik dan kebutuhan sasarannya serta
mendukung pelaksanaan kegiatan komunikasi atau promosi kesehatan. Pesan
adalah informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,
sehingga mereka jadi tahu, mau dan mampu melakukan anjuran yang
disampaikan oleh komunikator tersebut. Pesan juga merupakan pernyataan
singkat, padat dan jelas yang dikemas secara kreatif. Pernyataan yang dibuat
merupakan intisari dari ide atau gagasan pesan, berhubungan dengan tujuan
komunikasi dan didukung bukti yang akurat serta menggunakan bahasa sederhana
sesuai karakteristik sasaran. Ada pula yang disertai contoh-contoh agar pesan
tersebut menjadi lebih bermakna, bersifat manusiawi. dapat membangkitkan dan
menyentuh perasaan sasaran serta mengarahkan sasaran untuk mau melakukan
aksi sesuai pesan yang disampaikan. Pesan bersifat mengajak, informasi,
memperingatkan, membimbing, memotivasi, meningkatkan partisipasi, dan
memberi solusi terhadap permasalahan, dll.
6
menjadi harapan penerima informasi. Metode ini akan berdaya guna pada sasaran
yang mau merubah perilakunya apabila memperoleh imbalan sesuai harapan
e. Imbauan motivasional
Pesan disampaikan dalam bentuk dorongan yang mengena dan sampai
pada sasaran. Sasaran akan tergerak melalui dorongan kebutuhan yang menjadi
dasar dalam pemenuhan kesejahteraan hidup. Misalnya pada sebuah program
pencegahan kanker yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah konsumen yang
mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah dan sayur per hari, menggunakan
pernyataan janji yang relevan dan motivasional seperti “Konsumsi lima porsi
buah dan sayur per hari akan membuat saya tetap muda,” “Menyediakan lebih
banyak buah dan sayur akan membuat saya menjadi orang tua yang lebih baik,”
dan “Konsumsi lebih banyak buah dan sayur akan membantu saya untuk
menurunkan berat badan.” Pendekatan kesehatan masyarakat yang tradisional
mungkin akan menggunakan janji yang mana menyebutkan bahwa mengadopsi
perilaku konsumsi 5 porsi buah dan sayur per hari akan mengurangi risiko kanker,
tetapi sebuah uji pendahuluan menunjukkan bahwa contoh janji sebelumnya lebih
persuasif dan relevan.
7
a. Attention (perhatian)
Pesan yang efektif adalah pesan yang dapat menarik perhatian
khalayah sasarannya. Agar pesan dapat lebih menarik perhatian khalayak
sasaran, maka gunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan serta value
sasaran. Dapat juga dibantu dengan:
Penempatan pesan pada media cetak yang mempunyai ukuran besar,
didukung dengan penggunaan warna (spot atau full color), tata letak (lay
out), penulisannya menggunakan berbagai jenis huruf (tipografi) yang
baik, dll
Penyampaian pesan dapat efektif apabila pesan itu disiarkan pada air time
(jam tayang/ jam siar) yang tepat.
Bila mungkin bisa ditambahkan slogan agar pesan selalu diingat
b. Interest (minat)
Pesan yang efektif dapat menarik minat sasaran untuk mencoba
melakukan anjuran atau informasi yang ada dalam pesan tersebut. Pesan yang
efektif tidak hanya dapat menarik perhatian saja, melainkan juga dapat
meningkatkan minat sasaran sehingga timbul rasa ingin tahu secara lebih
rinci dan mendalam. Untuk itu gunakan kata - kata atau kalimat pembuka
yang dapat merangsang pikiran orang , agar menjadi ingin tahu lebih lanjut.
Minat dari khalayak sasaran harus selalu dibangun, agar ada rasa ingin
tahunya berkembang dengan pesat.
c. Desire (kebutuhan)
Suatu pesan harus berhasil menggerakkan keinginan khalayak sasaran
untuk bertindak, berperilaku sesuai dengan harapan. Kebutuhan dan keinginan
sasaran terpenuhi jika melakukan suatu tindakan tertentu.
d. Conviction (rasa percaya)
Pesan yang efektif harus dapat membangun rasa percaya khalayak
sasaran, sehingga mereka tidak meragukan pesan kesehatan yang diterimanya.
Untuk itu, dalam menyusun pesan, perlu didukung dengan bukti-bukti yang
akurat, up to date, bahkan jika memungkinkan dilengkapi dengan gambar-
8
gambar terkait informasi yang dapat memperkuat rasa percaya khalayak
sasaran terhadap pesan kesehatan tersebut.
e. Action (tindakan)
Pesan yang efektif juga dapat membangu keyakinan khalayak sasaran
untuk melakukan atau mencoba tindakan (action) yang ada dalam pesan/
informasi yang diterimanya. Pada tahap ini kebutuhan khalayak sasaran sudah
tersentuh emosinya dan mulai mencoba melakukan pesan yang diterimanya.
Namun, di dalam pikirannya masih timbul perlawanan dan keragu-raguan,
apakah benar yang dijanjikan pesan tersebut. Oleh sebab itu, sasaran harus
lebih diyakinkan dengan menyampaikan data yang membuktikan bahwa pesan
tersebut patut dilakukan, sehingga keputusan yang diambil sasaran menjadi
semakin mantap.
11
b. Gaya pesan
1) Ada sentuhan emosional vs rasional.
2) Seruan positif vs negative.
3) Seruan massa vs individu.
4) Mengandung kesimpulan terhadap masalah tertentu dan bersifat terbuka
5) Seruan berulang vs seruan sekali.
6) Dalam bentuk simbolisasi / analogi : membuat simbol-simbol tertentu
yang telah dikenal untuk membentuk pesan.
7) Intimidasi : menggunakan bahasa yang mengancam/ menakut-nakuti
8) Humor : menggunakan bahasa-bahasa yang memancing tawa
9) Spoke person : menggunakan kutipan atau kata-kata anjuran dari orang-
orang terkenal / tokoh masyarakat / orang yang dipercaya. Biasanya
masyarakat akan lebih terpengaruh dengan himbauan orang-orang terkenal
atau tokoh panutan.
10) Lagu dan musik : menyampaikan pesan lewat lirik lagu dan alunan musik
11) Komparasi yaitu membandingkan antara satu masalah dengan masalah
yang lain. Bisa juga menggunakan perbandingan data-data dan angka-
angka statistik.
12) Formal yaitu pesan sederhana dan natural.
13) Hiperbola yaitu membuat pesan yang seolah-olah melebih-lebihkan
sesuatu hal, pesan ini efektif sebagai penarik perhatian.
14) Berupa potongan kehidupan (slice of life), menunjukkan penggunaan
produk/ide/perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
15) Fantasi (fantacy), yaitu menciptakan fantasi yang dimuat dalam isi pesan.
16) Gaya hidup (lifestyle), menekankan bagaimana suatu perilaku idola sesuai
dengan suatu gaya hidup sehat.
17) Suasana atau citra (image) yang dapat membangkitkan suasana kondusif
dilingkungan sosial, misalnya: pesan KB ”dua anak lebih baik”
18) Simbol keperibadian (personality symbol), menciptakan suatu karakter
yang menjadi personifikasi perilaku sehat yang dianjurkan. Karakter
12
tersebut bisa berbentuk orang atau animasi. Misalnya: suami siaga, bidan
siaga, bidan delima.
19) Keahlian teknis (technical expertise) menunjukkan keahlian teknis,
pengalaman dan kebanggaan apabila berperilaku sehat. Misalnya: pesan
penggunaan garam beriodum: anak sehat dan cerdas.
20) Bukti ilmiah (scientific evidence), menyajikan bukti survai atau ilmiah
bahwa melakukan gaya hidup sehat, hidup menjadi lebih produktif.
21) Bukti kesaksian (testimonial), menampilkan pengalaman seorang sumber
yang sangat dipercaya, disukai atau ahli mendukung keuntungan
berperilaku sehat. Misalnya: Penyanyi Delon untuk anti narkoba.
13
berpengetahuan. Hotline HIV/ AIDS dimaksudkan untuk menginformasikan
audiens tentang topik ini.
Berdasarkan penelitian, tim strategi memutuskan bahwa profil pengguna
yang diinginkan adalah pria muda dan wanita yang “tahu” atau mengetahui
tentang HIV/AIDS. Pesan dan materi komunikasi diperkuat profil pengguna yang
diinginkan ini dengan menunjukkan karakter yang percaya diri dan dihormati oleh
rekan-rekan mereka dan dikomunikasikan oleh dialog serta bahasa tubuh dalam
bahan komunikasi.
Analisis Masalah Kesehatan Dan Sasaran Analisis Target Sasaran Primer
Sasaran yang terkena masalah kesehatan Sasaran Sekunder Sasaran yang
mempunyai postensi melakukan intervensi promosi kesehatan kepada sasaran
primer (Toma, ormas, lader, TP. PKK, dll) Sasaran Tersier Individu/kelompok yang
mempunyai kewenangan memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya
kegiatan promosi kesehatan (RT, RW, lurah, Kades, Vupati, Walikota)
16
b. Poin terkuat dari pesan harus diberikan di awal – tempatkan informasi
yang paling penting bagian awal pesan, jika tidak, audiens mungkin
akan kehilangan minat sebelum sampai ke bagian yang paling penting.
Kemampuan manusia terbatas untuk memproses informasi dalam
jumlah besar. Jadi ketika orang terpapar terlalu banyak informasi, atau
jika itu kompleks atau asing, mereka cenderung hanya mengingat item
pertama atau terakhir.
c. Pesan harus jelas – orang harus dapat mengidentifikasi tindakan yang
Anda minta mereka lakukan, alasan mengambil tindakan itu, dan bukti
penting di balik alasan itu. Gunakan bahasa yang sederhana, langsung,
dan jangan membebani orang dengan terlalu banyak informasi. Saran
terbaik di sini adalah berbicara atau menulis seolah-olah Anda sedang
berbicara dengan seorang teman. Jangan menggunakan jargon atau
istilah teknis, seperti tekanan darah tinggi, bukan hipertensi; infeksi
jamur bukan coccidioidomycosis.
d. Tindakan yang diminta untuk dilakukan audiens harus cukup mudah –
jika tindakan yang diminta tidak cukup mudah, kemungkinan audiens
tidak akan mau mengikutinya atau mempraktikannya. Sarankan
perilaku yang lebih mudah yang memiliki lebih sedikit hambatan,
seperti cobalah untuk mengurangi ukuran porsi makanan yang tidak
sehat (contohnya pizza) daripada menyarankan untuk sepenuhnya
berhenti memakannya. Untuk dampak dan persuasi yang maksimal,
pesan komunikasi kesehatan perlu dibingkai dengan baik. Membingkai
pesan memberikan konteks atau bahkan menyarankan sudut pandang
atau interpretasi yang harus dipahami. Sadar atau tidak sadar,
informasi dibingkai untuk membuatnya lebih menarik, lebih enak, atau
bahkan lebih menakutkan.
e. Pesan harus menggunakan insentif secara efektif – tidaklah cukup
hanya meminta audiens untuk melakukan apa yang kita inginkan, perlu
dijelaskan mengapa mereka harus tertarik pada perubahan perilaku dan
apa insentifnya. Misalnya diterima secara sosial, memiliki daya tarik
17
fisik, menghindari rasa malu, tidak diasingkan, dan dipercaya serta
dihormati. Hal tersebut umumnya merupakan faktor motivasi yang
kuat untuk terlibat dalam suatu perilaku. Namun, untuk
memaksimalkan insentif ini, penting bagi kita untuk memahami
audiens sebelumnya dan membangun intensif berdasarkan nilai yang
ada. Untuk memaksimalkan insentif:
1) Gunakan insentif yang sangat positif atau sangat negative. Hal
tersebut cenderung untuk meningkatkan efektivitas dari pesan.
2) Gunakan daya tarik emosional untuk mengintensifikasikan
motivasi dengan menyoroti keparahan. Hal tersebut mungkin benar
terutama pada seseorang atau kelompok yang sudah melihat diri
mereka dalam bahaya.
3) Kurangi manfaat yang dirasakan dari praktik yang tidak sehat
(misalnya, merokok tidak benar-benar mengesankan rekan-rekan
Anda)
4) Gunakan kedua insentif positif maupun negative
5) Pastikan semua insentif dibangun berdasarkan nilai audiens yang
ada
6) Pastikan Anda bertanya kepada audiens insentif apa yang akan
memotivasi mereka sebelum menggunakannya
e. Memberikan bukti yang baik untuk ancaman dan manfaat – kuncinya
di sini yaitu menunjukkan bahwa ancaman masalah kesehatan atau
perilaku dan manfaatnya nyata dan mungkin. Jika audiens sudah
tertarik dengan topik tersebut, kita dapat menggunakan kutipan ahli,
dokumentasi, dan statistic.
f. Pembawa pesan perlu dianggap sebagai sumber informasi yang
kredibel – pembawa pesan harus membantu dalam menarik perhatian
audiens, mempersonalisasikan konsep abstrak, dan memodelkan
tindakan dan konsekuensi. Mereka juga dapat memfasilitasi
penyimpanan pesan karena mudah diingat. Dalam konteks kampanye
komunikasi atau program berbasis komunitas, pembawa pesan harus
18
dipilih karena seberapa berpengaruh mereka bagi audiens dan dapat
mencakup selebriti, pejabat publik, pakar, orang “nyata”,
penyintas/korban, atau karakter animasi/berkostum. Orang-orang
pembawa pesan yang dianggap audiens ‘seperti dirinya’ (atau orang
yang cocok dengan profil target audiens) adalah juru bicara yang
paling kredibel.
g. Pesan harus dapat dipercaya dan realistis – ingatlah bahwa orang tidak
dibujuk oleh klaim atau contoh yang ekstrem. Pesan harus
memberikan informasi akurat yang tidak menyesatkan, jadi hindari
teks, visual, atau video yang sangat dramatis.
h. Pesan membutuhkan nada yang tepat untuk audiens – dalam kasus
konsultasi klinis, nada pesan harus sesuai dengan keadaan (tidak
mungkin membuat lelucon ketika berbicara dengan pasien mengenai
diagnosis kankernya). Dalam hal menggunakan media atau
komunikasi berbasis populasi lainnya, nada pesannya adalah
bagaimana kita menggunakan elemen estetika (citra, pencahayaan, dan
suara) untuk memberikan suasana yang memperkuat daya tarik pesan.
Nada yang paling serius biasanya yang paling aman, tapi juga perlu
berhati-hati karena dapat dianggap membosankan dan tidak menarik.
Hindarilah menyampaikan pesan seperti berkhotbah kepada audiens.
Menjadi ringan dan lucu dapat diterima, tetapi juga harus berhati-hati
dengan apa yang dikatakan dan bagaimana kita mengatakannya.
Penting untuk menguji pesan dan visual sebelum menyelesaikannya
sehingga kita tahu apakah telah menggunakan nada yang tepat.
i. Pesan harus menggunakan banding yang sesuai – daya tarik rasional
biasanya berhasil dengan audiens yang sudah tertarik dengan topik
tersebut, sedangkan daya tarik emosional bekerja untuk mereka yang
belum tertarik. Catatan khusus: jika ingin menakut-nakuti audiens,
pastikan juga memberikan mereka cara yang mudah untuk mengurangi
ancaman yang dirasakan. Berikan langkah selanjutnya yang realistis.
Jika hanya membuat audiens cemas dan tidak memberi cara untuk
19
mengurangi kecemasan itu, kita dapat memperburuk situasi dan
mereka dapat meningkatkan perilaku yang tidak diinginkan daripada
menguranginya.
j. Pesan tidak boleh membahayakan atau menyinggung audiens – hal ini
terutama merupakan masalah untuk pesan negative yang menggunakan
daya tarik rasa takut. Penting untuk diketahui bahwa beberapa perilaku
tidak selalu merupakan pilihan pribadi dan tanggung jawab individu
semata. Strategi terbaik adalah mengadopsi sikap ‘jangan menyakiti’.
Jika kita melabeli suatu perilaku ‘buruk’, itu akan terkesan
menyalahkan korban. Mereka menjadi jauh lebih kecil
kemungkinannya untuk mendengarkan dan memasukkan pesan ke
dalam perilaku mereka.
k. Pesan harus menggunakan identitas yang mudah dikenali – yang satu
ini tidak benar-benar berlaku untuk komunikasi interpersonal, tetapi
ketika mengembangkan kampanye komunikasi, termasuk nama, logo,
dan slogan, itu mengidentifikasi pesan sebagai bagian dari organisasi
kita yang akan membantu audiens untuk mengingat pesan kunci
karena mereka akan menghubungkan pesan individu dengan sisa
kampanye.
2.2.7.2. Pengemasan Pesan
a. Pengemasan pesan yang berhasil harus dapat menggugah / menarik
serta menggerakan demand sasaran untuk melakukan anjuran yang
dituangkan dalam pesan.
b. Pengemasan pesan meliputi tema, sub tema dan isi pesan. Isi pesan
dibuat berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan.
c. Pengemasan pesan, bisa dalam bentuk dalam materi media cetak,
materi audio-visual, ilustrasi, grafik, foto, dll
d. Format pengemasan pesan pada media cetak, berkaitan dengan warna,
susunan huruf, pemilihan kata-kata atau kalimat atau istilah, gambar,
garis, dll. Selanjutnya untuk media audio berkaitan dengan suara,
20
pilihan kata, citra suasana, dan untuk media visual berkaitan dengan
ekspresi gaya, penampilan, keadaan lokasi, dll
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Terdapat tujuh tahapan pengembangan pesan dalam komunikasi kesehatan yaitu
mengidentifikasi fakta kunci dalam pesan, mengidentifikasi janji atau manfaat dalam pesan,
mendefinisikan alasan audiens percaya janji, mengidentifikasi hambatan dan kompetisi
dalam mengadopsi pesan, mengembangkan “Kesan” yang ingin dirasakan audiens,
mendeskripsikan target penerima pesan, mengidentifikasi poin utama dalam pesan. Setelah
melalui 7 tahap pengembangan pesan, pengemasan pesan yang berhasil harus dapat
menggugah atau menarik serta menggerakan demand sasaran untuk melakukan anjuran
yang dituangkan dalam pesan. Dan yang terakhir isi pesan sebaiknya dilakukan uji coba
terlebih dahulu sebelum diluncurkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23